90 dalam pembangunan pertanian. Misalnya sebuah lembaga dapat mempunyai
fungsi sebagai penyedia input, pemberi kredit dan ikut memasarkan hasil pertanian. Lembaga seperti ini misalnya dapat dilihat pada Koperasi Unit Desa
KUD. Membentuk lembaga lembaga dengan banyak fungsi merupakan salah satu upaya dilakukan pemerintah dalam rangka memenuhi syarat-syarat pokok
dan pelancar pembangunan pertanian secara efesien.
1. Departemen Pertanian dan Penyuluhan Pertanian
Sebagai jajaran pemerintah yang mengurusi sektor pertanian, Departemen Pertanian pusat sampai daerah merupakan lembaga yang mernpunyai tanggung
jawab untuk terlaksana dan berhasilnya pembangunan pertanian. Peranan Departemen Pertanian dalam pembangunan pertanian mencakup berbagai bidang,
mulai dari pengembangan teknologi baru, mentransfer teknologi tersebut kepada petani, pembangunan kelembagaan, pendidikan pembangunan sampai dengan
perencanaan pembangunan pertanian. Salah satu tugas Departemen yang sangat dominan dalam pembangunan
pertanian adalah penyuluhan, yang berfungsi menjembatani sumber informasi dan teknologi lembaga penelitian dan lembaga Iainnya dengan penggunanya
petani. Penyuluhan pertanian merupakan program panting di Indonesia yang terus disempurnakan guna mendapatkan sistem penyuluhan yang lebih efektif,
meskipun untuk memperkuat sistem tersebut di negara berkembang seperti Indonesia merupakan masalah yang sulit dan kompleks UNDP, 1991.
Unsur-unsur penyuluhan selalu ada dalam setiap program pembangunan pertanian. Untuk mengukur berapa persen andil penyuluhan pertanian terhadap
peningkatan hasil pertanian di Indonesia memang sulit, namun tetap dipercaya
91 bahwa penyuluhan pertanian mernpunyai andil besar terhadap produksi pertanian
yang sekarang dicapai. Faktor yang masih dianggap masalah dalam penyuluhan adalah dengan masih adanya gap produktivitas yang cukup besar antara potensi
hasil di tingkat penelitian dengan hasil aktual yang dicapai petani Berkaitan dengan pentingnya penyuluhan, secara ekstrim Rogers 1983,
mengemukakan bahwa seandainya sistem penyuluhan pertanian mengalami kegagalan maka dapat berarti teknologi baru hasil penelitian akan tidak berguna.
Meningkatnya jumlah penyuluh pertanian sebenarnya bukan semata-mata karena digalakkannya pembangunan di sub sektor tanaman pangan khususnya
padi, pertambahan tersebut juga karena makin dikembangkannya program peningkatan produksi berbagai jenis komoditi pekebunan, perikanan, peternakan
dan kehutanan. Pada sub sektor non tanaman pangan malah kegiatan penyuluhan melibatkan juga pihak swasta, seperti pada PIR Perkebunan, PIR UnggasTernak
dan Tambak Inti Rakyat TIR. Hasil pembangunan pertanian yang telah dicapai sejak pertama kali Pelita
dijalankan sampai dengan Pelita V 1992 dapat dilihat pada Tabel 4 Tampak bahwa tahun dalam produksi dapat dilihat yang penting adalah meningkatnya
produksi dan produktivitas berbagai komoditi. Pada Tabel 4 dapat dilihat perbandingan produksi pada saat Pelita dilaksanakan dengan yang dicapai saat
akhir Pelita V 1992. Tampak bahwa secara umum semua produksi dari berbagai jenis komoditi mengalami peningkatan, dengan rata -rata peningkatan sebesar
empat setengah kali lipat lebih. Ini menunjukkan bahwa pembangunan usah a peningkatan produksi dilakukan untuk semua komoditi.
92 Tabel 4. Produksi Pertanian pada Awal Pelita I Tahun 1969 dan Pelita V
Tahun 1992 Komoditi
1969 ribu ton
1992 ribu ton
Kenaikan persen
1. Beras 12249
30741 251
2. Jagung 2292
6764 295
3. Ubikayu 10917
15280 140
4. Ubijalar 2260
1917 -85
5. Kedele 389
1476 379
6. Kacang tanah 267
674 252
7. Ikan laut 785
2628 335
8. Ran darat 429
844 197
9. Daging 309
1130 366
10. Telor 36,3
535 1466
11. Susu 28,9
382 1322
12. Karet 778
1294 166
13. Kopi 175
421 241
14.Kelapa 189
3162 1673
15. Kelapakopra 1221
2342 192
16. Teh 62
163 263
17. Lada 17
70 412
18. Tembakau 84
161 192
19. Gula tebu 922
2316 251
20. Kapas 3
30 1000
Sumber : Mubyarto. 1986. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES, Jakarta.
2. Bank Rakyat Indonesia BRI