54 COD untuk kualitas air menurut Kepmen LH No 51 tahun 2004 tentang kualitas
air yaitu 100 mg.l
-1
.
4.10. Redoks
Redok potensial merupakan parameter keberadaaan substansi reductive CH
4
, NH
3
dan H
2
S dengan keberadaan oksigen yang terdapat di suatu substrat. Hasil substitusi reduktif dari hasil biodegradasi dan oksidasi akan memanfaatkan
oksigen yang tersedia . Semakin tinggi nilai redok semakin potensial menjadi reductive dan mengarah keadaan anaerob. Perairan yang berada dalam kondisi
anaerob akan menyulitkan perkembangan biota yang ada didalamnnya.
Analisa anova terhadap rataan redoks antar zona di setiap waktu diperoleh hasil sebagai berikut. Rataan redoks antar zona diwaktu T
1
, T
3
, tidak berbeda nyata, sedangkan pada waktu T
2
berbeda nyata. Rataan redoks pada waktu T
1
yaitu 141,83±28,69 mv pada waktu T
3
sebesar 143,9±76,56 mv. Sedangkan rataan redoks pada waktu T
2
kandungan redoks tertinggi di zona 3 yaitu 148,6±421,55 mv kemudian zona 1 sebesar 119,6±20,22 mv dan terendah zona
2 sebesar 111,6±1,55 mv.
Pada waktu T
2
redoks yang tinggi potensial menyebabkan anaerob terutama di zona 3. Kondisi ini potensial mempengaruhi keberadaan simping.
Pada waktu T
1
dan T
3
keberadaan redok tidak berbeda nyata antara zona 1, 2 dan 3. Namun demikian secara umum kandungan redoks yang tinggi cenderung
membahayakan kehidupan simping.
Dari uraian diatas maka dapat dinyatakan bahwa keberadaaan redok pada T
1,
T
2
dan T
3
berpengaruh. Keberadaan redoks yang cenderung tinggi dapat mengarahkan lingkungan pada kondisi anaerob. Performa oksigen yang rendah
dapat jadi indikator bahwa redok potensial yang tinggi dan performa aktivitas dari biota benthic terutama malam hari Wenzhofer et al, 2004.
4.11. Substrat
Sediment yang diamati adalah fraksi sedimen pada lokasi sampling yang menjadi habitat simping. Kawasan tersebut merupakan kawasan tempat hidup
yang sesuai dengan biota simping. Komposisi substrate pada pada zona 1
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com
55 didominasi oleh fraksi liat, kemudian debu dan yang terendah fraksi pasir. Pada
zona 2 didominasi oleh komposisi debu, kemudian liat dan terendah pasir. Sedangkan pada zona 3 juga didominasi oleh debu, kemudian liat dan terendah
fraksi pasir. Komposisi ini relative sama antara zona, sehingga tidak terdapat perbedaan yang nyata dari tiap zona baik pasir,liat maupun debu.
Berdasarkan kedalaman terjadi perubahan komposisi dari dominasi liat menjadi debu. Kedalaman kurang dari 3 m dengan substrat berlumpur umumnya
memiliki struktur komunitas bentik yang lebih komplek dibandingkan dengan yang lebih dalam atau substrate yang lebih kasar Moyer et al, 2003.
Substrat merupakan habitat dari biota simping yang muda dan dewasa. Preferensi habitat menunjukan pola sebaran biota simping. Sebagian besar
simping hidup pada substrat dengan komposisi debu dan liat. Hasil analisa anova tidak terlihat perbedaan komposisi substrat pada tiap zona, dimana komposisi
debu yang paling tinggi 47 ,, kemudian liat 42 dan paling sedikit pasir 11 . Sehingga dapat disimpulkan bahwa habitat simping adalah substrat yang sebagian
besar mengandung fraksi debu dan liat. Menurut Connel et al, 2005 perbedaan substrate tidak berdampak pada nilai PB rasio untuk kelas annelida.
Hasil analisa kualitas air secara keseluruhan dalam kondisi kurang baik namun masih dalam batas syarat minimal untuk menndukung kehidupan simping.
Kondisi kualitas air menurut waktu pengamatan T
1
, T
2
, dan T
3
secara keseluruhan disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil evaluasi parameter kualitas air setiap waktu pengamatan No
Parameter Waktu Pengamatan
Anova BM
T
1
T
2
T
3
1 Redoks
141,83
a
126,6
a
143,9
a
Ns -
2 pH
7,05
a
6,7
a
6,8
a
Ns 6,5-8,5
3 Suhu
31,3
a
29,3
a
30,6
a
S Alami
4 Kecerahan
1,71
a
0,75
a
0,67
a
Ns -
5 Kekeruhan
10,42
a
4,84
a
4,77
a
Ns
5 6
Salinitas 29,55
a
28,44
a
28,52
a
Ns Alami
7 DO
2,29
a
4,47
a
2,36
a
Ns
4 8
COD 140
a
122,1
a
171,5
a
Ns 100
9 TSS
7,66
a
16,44
b
26,62
b
S
30 10
BOD 3,01
a
2,16
a
2,47
a
ns 20
Ket: S signifikan pada SK 95 dan Ns tidak signifikan anova satu arah Kepmen LH No 51 Tahun 2004 ttg kualitas air, baku mutu untuk biota.
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com
5. DISTRIBUSI DAN KEMAMPUAN PULIH STOK SIMPING