Pendekatan berkelanjutan sustainability Strategi Pengelolaan Sumberdaya Simping

8.6.2. Strategi Pengelolaan Sumberdaya Simping

Strategi pengelolaan sumberdaya simping di perairan dapat dilakukan dengan tiga pendekatan yaitu 1 pendekatan berkelanjutan, 2 pendekatan konservasi , 3 pendekatan pengembangan sistim bisnis.

8.6.2.1. Pendekatan berkelanjutan sustainability

Pendekatan keberlanjutan yaitu pendekatan pengelolaan yang dilakukan atas pertimbangan bahwa eksploitasi harus sesuai dengan daya dukung pembentukan biomasa. Dengan demikian akan dapat menjamin ketersediaan biomasa stok dimasa yang akan datang. Pendekatan berkelanjutan dilakukan untuk menjaga tingkat eksploitasi tidak melebihi daya dukung pembentukan biomas. Pemanfaatan berkelanjutan dapat dilakukan atas 2 konsep dasar konsep yaitu: 1. Daya dukung pembentukan biomas terbatas TP = ΔB. Tingkat eksploitasi HPP dilakukan maksimal terbatas terhadap produksi biomasa yang dihasilkan oleh stok awal B1 sampai pada tingkat keberadaan stok mantap B1=B2. Konsep ini diformulasikan sebagai berikut B2=B1 + TPe-HPP. 2. Daya dukung pembentukan biomasa yang berlebih B+ ΔB. Tingkat eksploitasi HPP dilakukan secara optimal terhadap produksi biomasa ΔB yang dihasilkan oleh stok awal biomasa lestari Bt 1 plus ketersediaan biomasa stok B1 sampai pada tingkat keberadaan biomas stok B3 yang lebih produktif daripada sebelumnya. Konsep ini diformulasikan sebagai berikut B3=B1+TPe-HPP. Dalam konsep dasar yang pertama yaitu tingkat eksploitasi dilakukan terbatas pada total biomas yang terbentuk. Dari analisis data diperoleh bahwa pada zona 1 dan 2 tingkat eksploitasi HPP lebih besar dari total produksi biomasa TPe. Dari kondisi tersebut proses eksploitasi pada zona 1 dan 2 tidak memenuhi kaidah pemanfaatan berkelanjutan. Sedangkan pada zona 3 TPe lebih besar dari HPP lebih potensial berkelanjutan. Pendekatan berkelanjutan hanya dilakukan di zona 3 dirancang agar eksploitasi tidak melampaui daya dukung. Produksi total mencapai 26,87 gr m -2 dan eksploitasi mencapai 20,8 gr m -2 yang tidak melebihi potensi pembentukan Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com biomas. Untuk itu perlu ditetapkan rencana eksploitasi dengan memperhatikan potensi serta perlu diawasi proses eksploitasinya. Untuk mengontrol eksploitasi tersebut maka perlu aturan yang mengatur penangkapan, dan budidaya. Di Philipina regulasi ini juga mencakup ijin penangkapan, menetapkan ukuran maksimum dan minimum yang boleh didaratkan, dan mengembangkan area perlindungan “restricted area” Dharmaraj et al, 2004 in Campbel 2007. Dalam upaya pemanfaatan sumberdaya simping berkelanjutan dengan konsep pemanfaatan optimal, dimana biomas yang tumbuh ditambah biomas lestari akan mampu menopang tingkat eksploitasi. Dalam kondisi ini sesungguhnya biomas yang berasal dari simping dewasa yang kurang produktif dapat di eksploitasi, sehingga stok menjadi mampu untuk terus berkembang. Dengan kondisi pertumbuhan yang positif jika tidak dilakukan eksploitasi maka total kemampuan pembentukan biomas akan menurun. Dalam kondisi ini harus dilakukan eksploitasi secara hati-hati agar biomas tidak mendekati kritis. Untuk itu agar konsep berkelanjutan dapat dilakukan maka harus memperhatikan hal seperti pada Tabel 43. Tabel 43. Pendekatan berkelanjutan dalam pemanfaatan sumberdaya simping Pendekatan Kelebihan Kelemahan Rekomendasi Bt 2 =Bt 1 + TPe- HPP. DD terbatas 1. Keberadaaan stok setelah eksploitasi lebih terjamin 2. Biomas lestari harus dipertahankan menjaga tingkat pertumbuhan kondisi ΔB 1. Eksploitasi terbatas pada ΔB dan tidak dapat ditingkatkan. 2. Insentif untuk meningkatkan pendapatan masyarakat rendah Dari hasil penelitian zona 3 berpotensi berkelanjutan karena ΔB lebih besar dari eksploitasi sedangkan zona 1 dan 2 harus dilindungi Bt 3 =Bt 1 +TPe- HPP DD Plus 1. Produksi dapat ditingkatkan melebih dari TPe total produksi 2. Biomas pada Bt 1 yang kurang produktif dapat dieksploitasi 1. Stok beresiko mengalami kritis jika tidak dilakukan pengontorolan Dari hasil penelitian zona 1 dan 2 sangat cocok, sehingga mampu meningkatkan ΔB dari stok yang ada tersebut. Sedangkan zona 3 akan menyebabkan ΔB menurun Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com Keberlanjutan pemanfataan sumberdaya simping juga di evaluasi dapat dipengaruhi factor eksternal yaitu 1 efektivitas dari alat yang digunakan Tabel 40, 2 tingkat kemantapan stok Tabel 41, 3 lama waktu tunggu Tabel 29+Tabel 41, dan 4 lama waktu pulih Tabel 25+ Tabel 41. Beberapa factor eksternal tersebut disajikan pada Tabel 44. Tabel 44. Faktor eksternal terhadap keberlanjutan eksploitasi simping Faktor Parameter Zona 1 Zona 2 Zona 3 Teknologi Efektivitas Efektive Efektive Kurang Efektive Potensi dan Eksploitas Kemantapan Stok - - + Stok aman kemantapan menurun Stok aman dan kemantapan menurun Stok aman dan mantap Lama Tunggu IWK+ KSP 6,5 + 0,4 = 6,9 6,75+1,2=7,95 6,5-0,7=5,8 Lama Pulih BeP+ KSP 3,1+0,4=3,5 2,9+1,2=4,1 3,1+0,7=3,8 Pada waktu di tinggal eksploitasi merupakan waktu bagi simping untuk tumbuh karena dan ada tambahan biomas sebesar ΔB. Simping dapat tumbuh melebihi dari tingkap eksploitasi rata-rata HPPF. Pada saat ini potensi stok Bt 2 akan meningkat dari Bt 1 , karena ada stok terus tumbuh. Dengan demikian pada saat tumbuh biomas Bt 2 meningkatan dan kemudian menurun dengan adanya penangkapan. Pola perubahan biomas yang tumbuh dengan penangkapan seperti ditampilkan pada Lampiran 17 dan Gambar 27. Zona 1 Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com Zona 2 Zona 3 Gambar 27. Simulasi pertumbuhan dan eksploitasi simping tiap zona Dari Gambar diatas makan dapat disimpulkan bahwa 1 agar stok tetap lestari Bt 1 maka pada zona 1 lama waktu tunggu agar eksploitasi sama dengan biomas yang tumbuh adalah 32,77 hari. Setelah penangkapan sebesar F 63,5 gr.m -2 selama waktu interval di tinggal pada zona 1, stok hanya mampu tumbuh sebesar 55,8 gram.m -2 , sehingga stok akan mengalami penurunan sebesar 7,7 gram.m -2 setiap operasi. Pada zona 2 lama waktu tunggu agar stok tumbuh sama dengan Bt 1 adalah selama 34,89 hari. Dengan penangkapan sebesar 79,6 gram.m -2 , dan interval Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com waktu di tinggal, stok mampu tumbuh sebesar 56,6 gram.m -2 . Dengan demikian sesungguhnya eksploitasi ikut mengurangi stok pada Bt1 sebesar 23,1 gr.m-2 setiap kali operasi. Dengan demikian stok pada zona 2 akan mengalami penurunan lebih cepat dari zona 1. Pada zona 3 lama waktu tunggu agar stok tumbuh sama dengan Bt 1 41,8 hari. Selama interval waktu di tinggal eksploitasi, stok mampu tumbuh sebesar 29,6 gr.m -2 , sedangkan penangkapan hanya sebesar 20,8 gr.m -2 . Dengan demikian, ada penambahan stok pada zona 3 sebesar 8,8 gr.m -2 . Walaupun stok pada zona 1 dan 2 berpotensi kritis namun zona 3 terlihat lebih rentan terhadap penangkapan, karena biomas stok lestari yang lebih rendah dari dua lokasi lainnya.

8.6.2.2. Pendekatan Konservasi Perlindungan Habitat