Stok Kritis Tereksploitasi DISTRIBUSI DAN KEMAMPUAN PULIH STOK SIMPING

3. Untuk mendukung keseimbangan tersebut, kegiatan eksploitasi sebaiknya harus mengikuti fase pertumbuhan agar biomas tumbuh dan lama waktu pulih tidak berbeda antar zona.

5.7. Stok Kritis Tereksploitasi

Stok kritis tereksploitasi SKT yaitu ketersediaan suatu stok yang memperoleh tekanan eksploitasi beberapa kali berturut-turut, sehingga tidak mampu menghasilkan generasi karena ketersediaan stok dewasa tidak memadai dan atau kelimpahan stok dewasa tinggal 20 dari kelimpahan stok dewasa. Kelimpahan simping akan menurun setelah memperoleh tekanan eksploitasi beberapa kali. Stok simping terdegradasi tercermin dari regresi dan menjadi indikator efektifitas penggunaan alat tangkap. Struktur kelimpahan biomas stok kritis tereksploitasi ditampilkan pada Lampiran 8. Laju penurunan biomas stok tercermin dari nilai b, kemiringan garis regresi hubungan antara biomas stok dengan lama waktu kritis sebelum operasi penangkapan kembali. Dari squasi ekperimental dengan beberapa kali penangkapan didapatkan penurunan kelimpahan yang kemudian di koreksi menjadi biomas dengan memasukan pertimbangan pertumbuhan dan mortalitas. Dari pemantauan kelimpahan yang dikoreksi kedalam biomas stok tersebut didapatkan persamaan regresi perubahan biomas setiap waktu kali pengambilan sampel. Persamaan regresi kelimpahan spat, stadia muda dan dewasa dengan lama waktu –frekuensi penangkapan yang kemudian diinterpolasi menjadi persamaan biomass seperti di pada Tabel 26. Tabel 26. Hasil analisa regresi stok kritis tereksploitasi Zona Stadia a b R 2 F hitcov Zona I Spat 1178 -109,74 0,74 23,92 Muda 1253 -121,44 0,73 Dewasa 626,4 -59,52 0,76 Zona II Spat 859,4 -117,9 0,85 116,64 Muda 1092,5 -149,9 0,91 Dewasa 476,8 -66,67 0,84 Zona III Spat 263,9 -36,32 0,96 1,46 - Muda 392,6 -50,95 0,94 Dewasa 257,36 -38,15 0,96 Keterangan: = Uji covarian slope regresi significan pada SK 95 - = Uji covarian slope regresi tidak signifikan pada SK 95 Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com Dari analisa kovarian antar persamaan regresi, spat, muda dan dewasa di zona 1 terdapat perbedaan yang nyata antar slope dari stadia spat, muda dan dewasa dengan hasil uji covarian sebagai berikut F hit =23,93 F tab =7,9. Kemudian di zona 2 juga berbeda nyata slope antar stadia dengan F hit =116,64 dan F tab =3,7. Sedangkan pada zona 3 tidak berbeda nyata dengan F hit =1,46 F hit =8,4. Hasil analisis kovarian dari slope dan intersept di tiap zona dari stok kritis tereksploitasi ditampilkan pada Lampiran 9. Karena slope dan elevasi berbeda nyata, maka pada zona 1 dan 2 terdapat sebanyak 3 garis regresi. Dengan kata lain biomas masing-masing stadia memiliki pola mencapai kritis yang berbeda. Pada zona 3 yang tidak berbeda dapat diwakili oleh satu regresi penurunan biomas stok. Persamaan regresi untuk stok kritis terekploitasi seperti pada Gambar 25. Zona 1 Dari hasil analisa covarian, maka kecepatan mencapai kritis di zona 1 dan 2 yang berbeda antara stadia, selanjutnya dinyatakan dalam 3 garis regresi, sedangkan zona 3 dinyatakan dengan satu garis regresi. Model garis regresi untuk zona 3 yang menunjukkan regresi hubungan antara biomas stok dengan lama waktu frekuensi penangkapan sebagai berikut. Zona 3 Y = Y= -41.812x + 304.63 R² = 0.722 Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com Zona 2 Zona 3 Gambar 25. Laju degradasi dan lama waktu kritis populasi di tiap zona Hasil diatas mengindikasikan bahwa pada zona 1 dan 2 stok spat, muda dan dewasa memiliki tingkat kerentanan yang berbeda terhadap penangkapan. Kondisi ini menunjukkan bahwa tekanan yang intensitas tangkap yang sama memberikan dampak yang berbeda terhadap hasil tangkapan stadia simping. Sedangkan pada zona 3 semua stadia cenderung sama tingkat kerentanan tiap Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com stadia hingga kritis dari kegiatan penangkapan. Kondisi di zona tiga terjadi karena keberadaan stok yang rendah juga karena tingkat intensitas yang diberikan relatif sama. Dari hasil persamaan regresi dan analisis kovarian terhadap persamaan regresi tersebut maka dapat dinyatakan bahwa; 1. Penggunaan alat tangkap garok cukup besar mengakibatkan penurunan biomas stok pada tiap zona sehingga stok menjadi kritis. Pada zona 3 merupakan zona yang paling rentan dan resiko menjadi kritis pada semua stadia karena ketersediaan stok yang relatif rendah. 2. Laju penurunan biomas stok spat, muda dan dewasa antar zona pada zona 1 dan 2 yang berbeda. Hal ini memberikan indikasi bahwa penggunaan alat garok tidak sepenuhnya efektif mempengaruhi ketersediaan spat, muda dan dewasa, sehingga mengarahkan stok mendekati kritis dalam tahapan operasi penangkapan yang berbeda. 3. Kelimpahan stok pada zona 3 mencapai kritis setelah memperoleh 5,64 x penangkapan 6 frekuensi penangkapan atau berturut-turut tepat pada hari ke 36 setelah operasi penangkapan dilakukan. Penurunan biomas yang tidak berbeda pada zona 3 mengindikasikan bahwa alat tangkap garok sangat efektif untuk menangkap simping. Walaupun alat garok banyak digunakan, tetapi tidak cukup menjamin ketersediaan stok, karena bersifat menguras atau menghabiskan sediaan yang ada.

5.8. Frekuensi kritis dan lama waktu penangkapan kembali