Kualitas Habitat Simping TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Darmaraj et al. 2004 pembelahan terjadi setelah 15 menit fertilisasi, kemudian sel berkembang menjadi dua bagian. Saat sel mencapai ukuran 3 mikrometer, secara perlahan mulai terlihat ada dinding sel. Setelah 65 menit, sel berkembang menjadi 4 bagian dan mencapai 32 bagian setelah 4 jam 45 menit. Setelah pemijahan adalah fase larva pelagic larva yang berlangsung lebih dari satu bulan. Beaumont and Barnes 1992 telah meneliti bahwa larva hanyut dan akan berkembang selanjutnya pada fase spat. Beberapa spat kemudian turun ke dasar dan menyebar ke lokasi lain kemudian menetap pada perairan yang relatif bersih Beaumont Barnes, 1992. Spat menempel sendiri di dasar pada substrat yang padat. Proses ini juga membantu spat terhindar dari predator, seperti crab kepiting. Ketika pertama kali menempel spat kemudian melakukan proses metamerfosa menjadi dewasa.

2.3 Kualitas Habitat Simping

Habitat pesisir Kronjo yang menjadi lokasi penelitian memiliki substrat pasir halus, ekosistem mangrove dan daerah penangkapan ikan. Selain menjadi lokasi penangkapan simping, lokasi ini juga menjadi daerah penangkapan kepiting rajungan. Masukan material tersuspensi dan tersedimen dari sungai yang bermuara menyebabkan perairan dekat pantai cenderung memiliki kekeruhan yang relative tinggi. Habitat simping dipesisir Kronjo memiliki rata-rata suhu permukaan tahunan sekitar 28,17 °C ±0,33. Peningkatan suhu sebesar 3 o C memberikan pengaruh peningkatan kecepatan pertumbuhan yang lebih cepat. Placuna placenta akan memijah saat suhu mencapai 27 o C. Untuk perkembangan optimal biasanya pada suhu 28-30 o C Darmaraj, et al, 2004 dan 24,5-30 o C Campbel, 2007. Variasi salinitas tahunan di Tangerang menunjukkan kisaran yang relatif tinggi, dimana rerata salinitas sekitar 32,49 ‰ ±0,84. Salinitas optimal bagi perkembang simping adalah 34-35 ppt Darmaraj, 2004 tetapi di Philipina dapat mencapai 18-38 ppt Campbel, 2007. Salinitas yang rendah dari 15 ppt dapat menyebabkan larva mengalami shock Culliney, 1974. Sedangkan salinitas Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com diatas 15 ppt secara umum hanya mampu mempengaruhi simping sehingga bergerak menuju perairan yang salinitasnya lebih tinggi Campbel, 2007. Penelitian Campbel di Philipina 2007 bahwa simping hidup pada tingkat oksigen terlarut antar 2,5-5 mg.l -1 . Pada proses pemijahan kandungan oksigen terlarut mencapai 4-5 mg.l -1 . Menurut Darmaraj 2004 pada oksigen 2 mg.l -1 masih dapat ditemukan jenis P placenta. Larva simping juga memanfaatkan plankton sebagai makanan dari jenis Isochrysis galbana yang mencapai 5000 sampai 50.000 sel per ml Culliney, 1974. Spat biasanya memakan I galbana dan Chrosomonas salina. Saat dewasa dan mulai menetap sebagai benthik biasanya memakan plankton dan detritus organik MacKenzie, 1979. Kelompok dewasa banyak memakan diatom jenis Phaeodactylum tricornutum Bourne, 1997. Placuna placenta hidup pada habitat berlumpur Campbel 2007. Atau pasir halus di perairan dangkal. Umum biota ini tersebar di sekitar perairan teluk, estuari ataupun di selat. Berdasarkan geografis jenis ini dapat ditemukan dari perairan dangkal pasut terendah 1 meter – 100 meter Gallardo et al, 1994. Habitat bentik memainkan peranan penting dalam menjaga keberadaan bentik dalam ekosistem baik sebagai penunjang siklus ekologi maupun sebagai indikator lingkungan EPA, 2009. 2.4. Struktur Populasi Simping 2.4.1. Kelimpahan dan Distribusi