Derajat Keasaman pH Salinitas

50 menurut Heilmeyer 2004 kandungan TSS yang berasal dari algae seperti Isocharis galbama diperlukan sebagai sumber makanan larva simping.

4.5. Derajat Keasaman pH

pH sebagai penyangga respirasi-fotosintesa. Keberadaan simping ditentukan oleh keberadaan habitat simping pada pH yang ada. pH netral menunjang sintasan pertumbuhan simping. Perubahan temporal pH memberikan indikasi bagi ruang perubahan simping dan sintasan pertumbuhan. Derajat keasaman pH merupakan pencerminan keberadaan ion H + di suatu perairan sehingga menjadi asam pH4, netral pH 7-8 dan basa pH9. Keberadaan pH ditentukan oleh berbagai interaksi dengan fotosintesa-respirasi algae. Respirasi biota serta proses bio-degradasi bahan organik. Pada pH nentral pH 7-8 sesuai bagi sintasan pertumbuhan simping. Pada pH basa pH9 dapat menghambat proses pertumbuhan simping sedangkan pada pH asam pH4 selain menghambat proses respirasi juga diiringi dengan kematian. Analisa anova terhadap rataan pH antar zona di setiap waktu T 1 , T 2 , dan T 3 diperoleh hasil sebagai berikut. Rataan pH antar zona diwaktu T 1 , T 3 , tidak berbeda nyata, sedangkan pada waktu T 2 berbeda nyata. Rataan pH pada waktu T 1 yaitu 7,05±0,097, pada waktu T 3 sebesar 6,88±0,096 Sedangkan rataan pH pada waktu T 2 tertinggi di zona 3 yaitu 7,2±0,05 kemudian zona 2 sebesar 6,7±0,05 dan terendah zona 1 sebesar 6,5±0,16. Rentang keberadaan pH di zona 1, 2 dan 3 termasuk sesuai bagi sintasan pertumbuhan simping. Dari uraian tersebut maka dapat dinyatakan bahwa keberadaan pH di zona 1, 2 dan 3 cukup sesuai bagi sintasan pertumbuhan simping. pH perairan yang tidak tergolong asam maupun basa masih baik untuk perkembangan biota lainnya. Menurut Darmaraj 2004 pH normal untuk simping yait antara 7,0-8,0 atau dalam batasan 6,4-7,7 SEAFDEC, 2000. Menurut Silveira et al, 2006 kelimpahan tertinggi umumnya pada pH diatas 7 dengan fluktuasi yang rendah.

4.6. Salinitas

Salinitas merupakan factor salt masking bagi sintasan pertumbuhan simping. Pada tingkat iso-osmotik salinitas sesuai bagi pertumbuhan simping, Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com 51 pada kondisi hiper osmotik dapat menghambat pertumbuhan bahkan potensial mematikan. Pada kondisi hippo osmotik akan menghambat proses osmoregulasi stadia muda dan spat. Keberadaaan simping ditentukan oleh kemampuan simping beradaptasi terhadap salinitas. Pada kondisi iso-osmotik metabolisme dan respirasi normal dan menunjang pertumbuhan, sedangkan pada hipo atau hiper-osmotik keberadaan simping dangat ditentukan oleh keberhasilan menyesuaikan diri terhadap salinitas dilapangan. Perubahan terhadap salinitas memberikan indikasi perubahan kesesuaian salinitas terhadap ruang distribusi dan tingkat kelimpahan simping. Analisa anova terhadap rataan salinitas antar zona di setiap waktu T 1 , T 2 , dan T 3 diperoleh hasil sebagai berikut. Rataan salinitas antar zona di waktu T 1 , T 2 dan T 3 tidak berbeda nyata. Rataan salinitas pada waktu T 1 yaitu 29,38±1,27 o oo pada waktu T 2 sebesar 27,66±1,12 o oo dan waktu T 3 rataan salinitas sebesar 28,52±0,66 o oo . Secara keseluruhan salinitas rata-rata berkisar antara 28-31 o oo dan termasuk sesuai bagi sintasan pertumbuhan simping. Dari uraian diatas dapat dinyatakan bahwa rataan salinitas di zona 1, 2 dan 3 sesuai bagi sintasan pertumbuhan simping. Pada penelitian Darmaraj 2004 kisaran salinitas yang sesuai bagi simping yaitu 23-34 o oo . Penelitian SEAFDEC, 2000 di Philipina kerang simping dapat hidup pada salinitas antara 18-38 o oo . Menurut Cusson et al 2005 salinitas dari biota bentik berkisar dari 4-45 o oo m dengan rata-rata 26,5 o oo . Dengan demikian salinitas antara 27,66-29,38 o oo di perairan Kronjo tergolong sesuai bagi sintasan pertumbuhan simping.

4.7. Oksigen Terlarut DO