Potensi dan Tingkat Pemanfaatan

di zona 1 sebesar 0,132 dan terendah di zona 2 sebesar 0,100. Dari hasil diatas, maka disimpulkan bahwa alat garok efektif dan beresiko kritis terkecil di zona 1 diikuti zona 2 dan terbesar di zona 3. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan alat garok menyebabkan kerusakan habitat dan stok menjadi kritis. Dari penelitian Fermelia 2007 penggunaan alat garok menyebabkan kerusakan pada habitat dan biota pada kelompok krustase dan bivalvia. Artinye kedua kelompok biota ini sangat rentan terhadap penggunaan alat garok. Dengan demikian penggunaan alat garok baik secara teknis maupun ekologis tidak ramah terhadap sumberdaya dan lingkungan.

8.3. Potensi dan Tingkat Pemanfaatan

Stok simping akan mengalami peningkatan karena pembentukan biomas TP bersamaan dengan penurunan karena eksploitasi HPP. Potensi yaitu jumlah pembentukan biomasa produktivitas per hari simping. Total produksi TPe adalah jumlah pembentukan biomas setelah waktu tertentu di tinggal eksploitasi. Hasil tangkap peroperasi HPPo yaitu hasil yang diperoleh waktu eksploitasi dari simping yang di tinggal selama waktu tertentu. TPe merupakan potensi yang terbentuk sedangkan HPP tingkat eksploitasi. Selisih dari total produksi yang tumbuh TPe dengan hasil eksploitasi HPP F merupakan jumlah biomas yang mengalami perubahan. Apabila stok mempunyai laju pertumbuhan yang lambat, maka akan memberikan kontribusi yang rendah terhadap produksi dan stok seperti dalam tekanan ekspliotasi menuju degradasi Sun et al, 2009 Apabila selisih TPe dengan HPPo jumlahnya positive maka potensi stok meningkat Bt 2 Bt 1 . Apabila selisih TPe dengan HPPo negative maka potensi stok turun Bt 2 Bt 1 . Selisih biomasa yang positif disebut sebagai kondisi stok yang mantap dan berpotensi berkelanjutan, sedangkan sisa biomas yang negatif disebut stok yang tidak mantap dan berpotensi tidak berkelanjutan. Hasil TPe dan HHP berpengaruh terhadap perubahan biomas dari Bt 1 menjadi Bt 2 . Keadaan ini terjadi di tiap zona, sehingga mampu mempertahankan keberadaan stok dan atau menurun menjadi kritispunah. Dari hasil analisa TPe dengan HPP F Bt 1 , dan Bt 2 seperti di tunjukkan pada Tabel 41. Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com Tabel 41. Kemantapan stok simping Zona Stadia Parameter dte Bt 1 P TPe HPPo KS Bt2 KSP Zona 1 Spat 6,5 64.4 3.1 14.9 21.1 -6.2 58.1 2.0 Muda 6,5 99.7 5.6 15.3 28.3 -13.1 86.6 2.3 Dewasa 6,5 140.8 9.5 25.8 14.0 11.8 152.6 1.2 Total 304.8 18.2 56.0 63.5 -7.5 297.3 0.4 Zona 2 Spat 6,75 38.61 1.82 7.72 25.27 -17.6 21.1 9.6 Muda 6,75 54.05 2.60 7.10 10.11 -3.0 51.0 1.2 Dewasa 6,75 230.63 14.94 40.75 44.25 -3.5 227.1 0.2 Total 323.3 19.4 55.57 79.6 -24.1 299.2 1.2 Zona 3 Spat 6,5 30.60 1.74 7.74 10.79 -3.1 27.5 1.8 Muda 6,5 17.36 1.11 3.01 2.23 0.8 18.1 0.7 Dewasa 6,5 137.41 5.91 16.12 7.73 8.4 145.8 1.4 Total 185.4 8.8 26.87 20.8 6.1 191.5 0.7 Bt 1 = Biomasa stok awal gr m -2 , sumber data pada Tabel 23 P = Produktivitas pembentukan biomas gr m -2 hr -1 , sumber data pada Tabel 23 TPe = Daya dukung total produksi selama waktu ditinggal eksploitasi gr m -2 , sumber data pada Tabel 24 HPP = Hasil tangkap per operasi dalam interval waktu eksploitasi gr m -2 , sumber data pada Tabel 32 KS = Kemantapan Stok KS=TPE-HPPo Bt 2 = Bt1 + TPE-HPPo Biomasa stok setelah tumbuh dan eksploitasi gr m -2 KSP = Hari kembali lagi ke lokasi tersebut hari Dari Tabel 41 keseimbangan potensi dan eksploitasi didapatkan hasil sebagai berikut. Zona 1 produktivitas tumbuh harian yaitu P 18,2 gr.m -2 h -1 . Total produksi TPe selama interval waktu 6,5 hari sebesar 56 gr.m -2 , dan HPP total lebih besar dari TP yaitu 63,5 gr.m -2 . Biomas sisa yang negative karena pengaruh dari HPPo stadia spat dan muda, kecuali dewasa. Lama waktu diperlukan kembali lagi KSP agar selalu mantap pada zona 1 sebesar 0,4 hari atau hari ketujuh. Pada zona 2 produktivitas tumbuh yaitu P 19,4 gr m -2 h -1 . Total produksi TPe selama interval waktu 6,75 hari sebesar 55,57 gr m -2 dan HPPo mencapai 79,6 gr m -2 . Biomas sisa pada negative karena HPPo di zona 2 melebihi dari total produksi TPe. Biomas sisa negative karena pada pada stadia spat, muda, dewasa maupun total HPPo lebih besar dari TPe lihat Tabel 41. Lama waktu kembali lagi KSP agar selalu mantap pada zona 2 sebesar 1,2 hari setelah interval waktu di tinggal. Dengan demikian lama waktu ditinggal agar eksploitasi sama dengan potensi menjadi 7,95 hari delapan hari. Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com Pada zona 3 produktivitas total P 8,8 gr m -2 hari- 1 . Total produksi TPe selama interval waktu 6,5 hari sebesar 26,87 gr m -2 . HPPo selama interval waktu ditinggal mencapai 20,8 gr m -2 . Biomas sisa pada zona 3 positive karena TPe lebih rendah dari HPPo. Biomasa yang positive karena pengaruh sisa biomas muda dan dewasa yang positive kecuali stadia spat. Lama waktu di tinggal cukup untuk tumbuh sehingga produksi mengimbangi eksploitasi. Dari hasil keseimbangan potensi dan tingkat eksploitasi didapatkan indikasi sebagai berikut. 1. Tingkat eksploitasi total pada zona 3 masih dibawah potensi pembentukan biomas TPe. 2. Tingkat eksploitasi total pada zona 1 dan 2 melebihi potensi pembentukan biomas TPe. Kemantapan pada zona 1 dan 2 yang negative berarti jumlah total produksi selama waktu di tinggal tidak mampu mengimbangi eksploitasi. Pada zona 1 diperlukan 0,4 hari dan zona 2 selama 1,2 hari. Pada zona 3 jumlah total produksi selama waktu ditinggal mampu mengimbangi eksploitasi berarti interval lama waktu di tinggal cukup memadai untuk pembentukan biomas yang dieksploitasi. Dalam beberapa kasus di Philipina, penyebab utama menurunya produksi simping kampis shell karena over-exsploitation karena metode penangkapan dengan menggunakan trawl, dredge mekanik, dinamit, dan kompresor Madrones-Ladja 2002 in Campbel 2007. Dari uraian tersebut dapat dinyatakan bahwa tingkat eksploitasi di zona 1 dan zona 2 melampaui potensi pembentukan biomas selama di tinggal. Tingkat eksploitasi di zona 3 tidak melampaui potensi pembentukan biomas. Tingkat kemantapan stok diperairan selain dipengaruhi oleh pertumbuhandan eksploitasi juga karena adanya eliminasi. Biomas eliminasi dapat di picu oleh pergerakan biota atau karena pengaruh faktor oseanografi. Hasil penelitian simping ini juga ditemukan biomas eliminasi dalam jumlah yang relatif rendah. Pada zona 1 ditemukan eliminasi untuk stadia spat dan stadia muda. Stadia spat pada zona 1 mengalami eliminasi negative, dan muda eliminasi positif. Total biomas eliminasi pada zona 1 sebesar 0,0039 gr.m 2 . Biomas eliminasi pada Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com zona 2 hanya terjadi pada stadia spat. Biomas eliminasinya yaitu termasuk eliminasi negative dan cenderung adanya penambahan stok di perairan. Pada zona 1 terindikasi adanya biomas yang hilang dan zona 2 biomas yang bertambah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada zona 1 terdpat biomas yang berkurang dan zona 2 biomas bertambah. Hasil perhitungan dari biomas eliminasi kerang simping ditampilkan pada Tabel 42. Tabel 42. Biomas eliminasi sumberdaya kerang simping Zona Stadia B e gr Bt 1 gr Bt 2 gr HPP e gr TP e gr Zona 1 Spat 0,00015 64,35000 58,17000 21,10 14,92 Muda -0,00405 99,69000 86,65000 28,30 15,26 Dewasa 0,00000 140,79311 152,59552 14,00 25,80 Total -0,00390 304,83311 297,41552 63,40 55,98 Zona 2 Spat 0,00217 38,61000 21,06000 25,27 7,72 Muda 0,00000 54,04544 51,03723 10,11 7,10 Dewasa 0,00000 230,63233 227,12937 44,25 40,75 Total 0,00217 323,28778 299,22661 79,63 55,57 Zona 3 Spat 0,00000 30,59678 27,54877 10,79 7,74 Muda 0,00000 17,36194 18,14601 2,23 3,01 Dewasa 0,00000 137,40863 145,80170 7,73 16,12 Total 0,00000 185,36736 191,49648 20,75 26,88 Keterangan: BE = Biomas tereliminasi gr perhitungan dari formula 25 TPeΔB = Biomas yang tumbuh daya dukung sumber data pada Tabel 24 HPPoF = Biomas yang tertangkap oleh nelayan setelah waktu di tinggal sumber data pada Tabel 32 Dari Tabel 42 diatas maka dapat disimpulkan bahwa 1 terdapat biomas yang tereliminasi pada zona 1 untuk spat dan muda serta spat pada zona 2. 2 Biomas stok lestari setelah eksploitasi B2 pada zona 1 dan 2 cenderung mengalami penurunan dan spat cenderung beresiko kritis.

8.4. Sintesa Hipotesis