pertumbuhan G, produksi P, total produksi monitoring TPm, dan total produksi setelah menerima ekspliotasi TPe tidak berbeda nyata. Hal ini
menunjukkan bahwa trend dari tiap variable di tiap zona selama waktu pengamatan.
Dari hasil pada Tebl 16 terlihat bahwa indikasi produksi yang dihasilkan per m
2
per harinya atau total produksi monitoring dan eksploitasi sama di tiap zona. Sehingga dapa disimpulkan bahwa produksi pada zona 1, 2 dan 3
dipengaruhi oleh biomasnya. Sedangkan fluktuasi pertumbuhan tidak berpengaruh besar dari memberikan daya dukung.
5.6.3. Lama waktu pulih
Lama waktu pulih adalah lama waktu yang diperlukan simping untuk tumbuh hingga menjadi biomas simping seperti sebelum atau saat akan ditangkap.
Hasil analisa waktu pulih biomas turn over time yang ditangkap baik dalam monitoring maupun waktu pulih yang ditangkap dalam interval waktu eksploitasi
ditampilkan pada Tabel 25.
Tabel 25. Lama waktu pulih biomas simping
Zona B
P TPmBm
TPe Be BmP
BeP PBm
PBe Zona 1 304,84 18,20
308,12 55,98
16,9 3,1
0,059 0,325 Zona 2 323,29 19,37
280,50 55,57
14,5 2,9
0,069 0,348 Zona 3 185,37 8,76
118,15 26,88
13,5 3,1
0,074 0,326
Keterangan: a tidak nyata pada SK 95
B = Biomas gr P = Produktivitas biomas gr.m
-2
.hr
-1
BmP = lama waktu pulih dari monitoring hari BeP = lama waktu pulih dari eksploitasi hari
PBm = Kemampuan pulih biomas gr.m
-2
.hr
-1
dari monitoring PBe = Kemampuan pulih biomas gr.m
-2
.hr
-1
dari eksploitasi
Hasil analisa anova dari biomasa, pertumbuhan, produksi, total produksi daya dukung berbeda nyata, sedangkan lama waktu pulih biomas per produksi
monitoring BmP dan lama waktu pulih biomas eskploitasi BeP tidak berbeda nyata. Beberapa hasil dari analisa anova satua arah terhadap produktivitas P,
total produksi atau daya dukung TP, waktu pulih BP sebagai berikut .
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com
1. Rataan biomas antara zona B berbeda nyata dengan F
hit
=34 P
val
=0,027, dengan biomas tertinggi di zona 2, kemudian zona 1 dan terendah biomas
di zona 3.
2. Rataan pertumbuhan G antara zona tidak berbeda nyata dengan F
hit
=0,1683 P
val
=0,85, sehingga dapat dinyata pertumbuhan sama antar zona.
3. Rataan produktivitas antar zona P berbeda nyata dengan produktivitas tertinggi di zona 2, kemudian zona 1 dan terendah di zona 3.
4. Rataan total biomas yang bisa di produksi produktivitas total setelah tumbuh dalam waktu tertentu juga berbeda nyata dengan rataan biomas
tertinggi di zona 2, kemudia di zona 1 dan terendah di zona 3.
5. Rataan dari total produksi exploitasi setelah ditinggal 6 hari di tiap zona juga berbeda nyata dimana yang paling tinggi yaitu di zona 2, kemudian
zona 1 dan terendah di zona 3.
6. Rataan lama waktu pulih biomasa monitoring kembali BmP antar zona tidak berbeda nyata F
hit
=0,35 P
val
=0,71. Lama waktu pulih secara keseluruhan mencapai 14,96 hari.
7. Rataan lama waktu pulih biomas eksploitasi BeP tidak berbeda nyata, dengan rata-rata lama waktu pulih di tiap zona mencapai 3,01 hari.
8. Kemampuan pulih biomas setelah ditinggal eksploitasi juga tidak berbeda nyata yaitu 0,067 gr.m
-2
.hr
-1
pada area monitoring dan 0,333 gr.m
-2
.hr
-1
dari eksploitasi Dari hasil analisa tersebut hal yang dapat disimpulkan diantaranya adalah:
1. Daya dukung yang tinggi di zona 1 dan 2 disebabkan oleh tingginya biomas pada kedua lokasi tersebut dibandingkan di zona 3 walaupun laju
pertumbuhan tidak berbeda nyata.
2. Lama waktu pulih biomas simping yang dieksploitasi dalam waktu yang relative sama memberikan lama waktu pulih yang lebih seragam di tiap
zona dibandingkan yang dieksploitasi dalam interval waktu monitoring yang lebih lama. Lama waktu pulih yang relative sama ini di pengaruhi
oleh kemampuan tumbuh yang relative sama di tiap zona.
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com
3. Untuk mendukung keseimbangan tersebut, kegiatan eksploitasi sebaiknya harus mengikuti fase pertumbuhan agar biomas tumbuh dan lama waktu
pulih tidak berbeda antar zona.
5.7. Stok Kritis Tereksploitasi