5.4 Pembahasan
Proses adopsi teknologi dalam pemanfaatan sumberdaya ikan berbasis kearifan lokal di Kabupaten Aceh Jaya pada awal mulanya karena mengetahui
adanya penggunaan teknologi baru oleh nelayan lain kemudian nelayan mempelajari teknologi tersebut lalu berminat memiliki teknologi kemudian
nelayan baru memutuskan untuk menggunakan teknologi tersebut jika sudah dianggap cocok dengan lingkungannya. Hal ini sesuai dengan pendapat
Lambrecht et al. 2014, menyatakan bahwa keputusan petaninelayan untuk mengadopsi suatu teknologi, terutama ditentukan oleh faktor internal, yang
meliputi sikap dan tujuannya dalam melakukan usahanya. Sikap nelayan dalam hal ini sangat tergantung dari karakteristik nelayan itu sendiri, yaitu umur
petaninelayan, pendidikan formal, jumlah anggota keluarga, dan penguasaan teknologi yang ada. Disamping lingkungan fisik, ada lima faktor yang
mempengaruhi sikap nelayan dalam mengadopsi teknologi baru, yakni; 1 keuntungan relatif bila teknologi itu diadopsi, 2 kecocokan teknologi dengan
sosial budaya setempat, 3 hasil pengamatan nelayan terhadap nelayan lain yang sedang atau telah mencoba teknologi itu sebagai dasar pelatakan kepercayaan, 4
mencoba sendiri akan keberhasilan teknologi baru, dan 5 kondisi ekonomi yang ada seperti ketersediaan modal.
Umur nelayan, pengalaman nelayan, pendapatan nelayan, persepsi nelayan terhadap teknologi, dukungan penyuluh perikanan, dukungan kelompok nelayan
dan dukungan kelembagaan nelayan Panglima Laôt memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan adopsi teknologi dalam pemanfaatan sumberdaya
ikan. Oleh sebab itu, dimasa yang akan datang hendaknya konsep pengembangan adopsi teknologi dalam pemanfaatan sumberdaya ikan berbasis kearifan lokal di
Kabupaten Aceh Jaya sebaiknya berfokus pada peningkatan dukungan kelompok nelayan dan peningkatan informasi teknologi dalam pemanfaatan sumberdaya
ikan bagi nelayan dengan tetap memperhatikan variabel-variabel yang terkait signifikansi terhadap tingkat adopsi. Jika ditelaah lebih lanjut, dukungan
kelompok nelayan memiliki hubungan keterkaitan yang erat dengan variabel- variabel lainnya yang berkaitan dengan tingkat adopsi teknologi. Oleh sebab itu,
hendaknya variabel yang signifikan terkait erat terhadap tingkat adopsi dapat mendukung peningkatan dukungan kelompok nelayan. Hal ini mutlak dilakukan
dengan tujuan agar semua variabel tersebut dapat bersinergi dan mendorong peningkatan peran kelompok nelayan.
Dalam hal Penumbuhan dan pengembangan kelompok nelayan, Samsudin 1994, mengatakan ada tiga peranan penting keberadaan kelompok, yaitu; 1
media sosial atau media penyuluhan yang hidup, wajar, dan dinamis, 2 alat untuk mencapai perubahan sesuai dengan tujuan penyuluhan, dan 3 tempat atau
wadah untuk penyampaian aspirasi yang murni dan sehat sesuai keinginan mereka. Ketiga peranan tersebut apabila bisa tumbuh dan berkembang di
masyarakat tentunya juga akan menumbuh kembangkan budaya untuk berkelompok. Sementara Adjid 1994 mengatakan bahwa tumbuh kembangnya
kelompok taninelayan, sebagai kelompok kerjasama dalam pengelolaan usaha taninelayan akan meningkatkan efisiensi produktivitas sebagai akibat adanya
kebersamaan dalam kelompok tersebut. Oleh karena itu, upaya penumbuhan peningkatan dan pengembangan kelompok nelayan di Kabupaten Aceh Jaya
mutlak di prioritaskan agar tingkat adopsi teknologi dalam pemanfaatan sumberdaya ikan bagi masyarakat nelayan lebih cepat meningkat.
Jika dilihat dari fungsinya, kelompok taninelayan memiliki keterkaitan yang cukup erat dengan beberapa variabel yang memiliki hubungan secara
signifikan dengan tingkat adopsi teknologi seperti pengalaman nelayan, pendapatan nelayan, aktifitas mencari informasi teknologi, dukungan kelompok
nelayan dan dukungan kelembagaan Panglima Laôt. Oleh karena itu, untuk menumbuh dan mengembangkan kelompok nelayan perlu ada program yang
terintegrasi, saling melengkapi dan saling mendorong kemajuan semua variabel dalam memecahkan permasalahan yang ada agar dapat mendukung penguatan
fungsi kelompok nelayan sesuai dengan yang diharapkan.
Intensitas pembinaan untuk menumbuhkan dan mengembangkan kegiatan- kegiatan kelompok taninelayan merupakan bagian dari sosialisasi teknologi
Adam 2009. Oleh karena itu, perlu mendapatkan perhatian oleh berbagai pihak yang berkepentingan, mengingat faktor ini masih menjadi penentu bagi nelayan
dalam adopsi teknologi. Pola pikir nelayan yang mempersepsikan bahwa kelompok nelayan hanya sebagai bagian dari proyek pemerintah sudah semestinya
diubah pola pikirnya menjadi tempat kelas belajar, pusat informasi bagi nelayan dan wadah bekerja sama antar nelayan. Dengan dukungan dari Badan Penyuluhan
dan instansi pemerintah yang terkait, kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui kelompok nelayan harus mampu mengembangkan teknik-teknik pendidikan
tertentu yang imajinatif untuk menggugah kesadaran masyarakat nelayan.
Dalam praktiknya, untuk menggugah partisipasi masyarakat langkah- langkah yang dilakukan Karsidi 2007 adalah; 1 identifikasi potensi, 2 analisis
kebutuhan, 3 rencana kerja bersama, 4 pelaksanaan program kerja bersama, dan 5 monitoring dan evaluasi. Orientasi pemberdayaan nelayan haruslah
membantu nelayan agar mampu mengembangkan diri atas dasar inovasi-inovasi yang ada. Ditetapkan secara partisipatoris, pendekatan metodenya berorientasi
pada kebutuhan nelayan sasaran dan hal-hal lain yang bersifat praktis, baik dalam bentuk layanan individu maupun kelompok. Adapun tujuan utama melakukan
pendekatan-pendekatan terhadap kelompok nelayan adalah untuk memberdayakan nelayan sehingga menjadi nelayan yang mandiri, dimana penyuluh lebih berperan
sebagai fasilitator, pencari serta memberikan pilihan-pilihan kepada nelayan. Sehingga falsafah penyuluhan menolong orang agar orang tersebut dapat
menolong dirinya sendiri melalui penyuluhan sebagai sarana untuk meningkatkan derajat kehidupan Sadono 2008.
Sejalan dengan pendapat sebelumnya, Aminah
2007 menyatakan menyuluh bukannya “mengubah cara bertani” melainkan “mengubah petani”
melalui 6 enam dimensi belajar learning yaitu; 1 learning to know penguasaan konsep, komunikasi informasi, pemahaman lingkungan, rasa senang
memahami, mengerti dan menemukan sesuatu, 2 learning to do penekanan pada skill tingkat rendah ke tingkat tinggi menuju arah kompetensi, 3 learning
to live together mengenal diri sendiri, mengenal diri orang lain, menemukan tujuan bersama, bekerjasama dengan orang lain, 4 learning to be memecahkan
masalah sendiri, mengambil keputusan dan memikiul tanggng jawab, belajar untuk disiplin, 5 learning society mengembangkan diri secara utuh, terus
menurus dan 6 learning organization belajar memimpin, belajar berorganisasi, belajar mengajar kepada orang lain.
Dalam hal peningkatan dan pengembangan informasi bagi kelompok nelayan, merujuk pada hasil permodelan logit metode stepwise, bahwa kegiatan
nelayan mencari informasi teknologi dalam pemanfaatan sumberdaya ikan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat adopsi. Upaya peningkatan
dan pengembangan informasi perikanan tangkap yang berkelanjutan perlu dilakukan untuk memudahkan nelayan dan kelompok nelayan mendapatkan
informasi yang diperlukan. Proses pengembangan ini bisa dilakukan melalui program peningkatan peran penyuluhan dan sosialisasi kepada kelompok nelayan.
Selain itu, dengan mengoptimalkan penyebaran informasi melalui siaran-siaran radio daerah, proses penyebaran informasi dirasa akan sangat membantu
pemerintah
daerah dalam
menyampaikan program-programnya.
Untuk memperkuat posisi dan terjalinnya komunikasi antar nelayan dengan kelompok
nelayan, pemerintah juga perlu membentuk gapokyan gabungan kelompok nelayan agar mereka dapat saling berbagi informasi dan kerjasama dengan
kelompok nelayan lainnya.
Penyebaran informasi yang tepat sasaran, cepat dan menarik akan mempercepat proses adopsi teknologi dalam pemanfaatan sumberdaya ikan
kepada nelayan. Mardikanto 1993 menyatakan bahwa adopsi teknologi merupakan hasil dari kegiatan penyampaian pesan penyuluhan yang berupa
inovasi maka proses adopsi itu dapat digambarkan sebagai suatu proses komunikasi yang diawali dengan penyampaian inovasi sampai dengan terjadinya
perubahan prilaku baik berupa pengetahuan cognitif, sikap affectif maupun keterampilan psicomotor pada diri seseorang setalah menerima inovasi yang
disampaikan penyuluh kepada sasarannya. Oleh sebab itu, pengembangan dan peningkatan informasi teknologi dalam pemanfaatan sumberdaya ikan itu
sebaiknya terintegrasi didalam program penguatan dan pengembangan kelompok nelayan untuk memudahkan nelayan saling bertukar informasi dan bekerjasama.
Hal ini digunakan untuk memudahkan pemerintah menyampaikan program- programnya dan mempermudah kegiatan penyuluhan.
Untuk mempermudah proses komunikasi, hendaknya dalam penyampaian informasi, penyuluh dapat bersinergi dan membangun kedekatan dengan tokoh
masyarakat adat setempat. Kedekatan dengan tokoh masyarakat adat setempat menjadi penting dilakukan untuk mendapatkan perhatian dan respon positif dari
masyarakat nelayan setempat. Adapun strategi dalam menyampaikan informasi kepada nelayan, hendaknya informasi yang disebarkan dapat menarik minat
nelayan, dengan materi yang mudah dipahami nelayan, disampaikan dengan bahasa yang mudah dipahami bahasa lokal, dapat menyesuaikan dengan situasi
dan kondisi setempat, serta informasi yang diberikan merupakan informasi yang diperlukan oleh nelayan untuk menjawab permasalahan-permasalahan yang
dialami nelayan melalui pengalamannya dilapangan. Hal ini mutlak dilakukan agar dalam
menyampaikan informasi, nelayan termotivasi untuk terus
mengikutinya untuk kemudian didiskusikan dengan teman kelompoknya dan dicoba diaplikasikan dilapangan.
5.5 Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dari penelitian ini, dapat diambil kesimpulan bahwa:
1 Proses adopsi teknologi dalam pemanfaatan sumberdaya ikan berbasis kearifan lokal di Kabupaten Aceh Jaya sangat dipengaruhi oleh perkembangan
zaman tuntutan kehidupan, dan juga dipengaruhi oleh adanya penggunaan teknologi baru oleh nelayan lain.
2 Karakteristik internal umur nelayan, pengalaman nelayan, pendapatan nelayan, persepsi nelayan terhadap teknologi dan karakteristik eksternal
dukungan penyuluh perikanan, dukungan kelompok nelayan dan dukungan kelembagan nelayan Panglima Laôt memiliki peran yang cukup besar dalam
meningkatkan adopsi teknologi dalam pemanfaatan sumberdaya ikan berbasis kearifan lokal di Kabupaten Aceh Jaya.