Karakteristik eksternal responden Karakteristik responden dan keterkaitannya dengan tingkat adopsi

Dukungan kelompok nelayan Hasil uji Chi-Square Tabel 15, menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara dukungan kelompok nelayan dengan tingkat adopsi teknologi dalam pemanfaatan sumberdaya ikan berbasis kearifan lokal di Kabupaten Aceh Jaya.ini terlihat dari koefisien kontingensi = 0,648 dengan nilai p-value = 0,000 pada taraf α = 1. Hal ini sesuai dengan Cartwright and Zander 1960, bahwa semakin dinamis suatu kelompok nelayan, maka semakin tinggi tingkat adopsi inovasi. Adanya saling kerjasama antar nelayan dan stakeholder yang terlibat akan memudahkan nelayan mendapatkan askes informasi teknologi. Persentase distribusi dukungan kelompok nelayan terhadap tingkat adopsi teknologi dalam pemanfaatan sumberdaya ikan di Kabupaten Aceh Jaya disajikan dalam Tabel 17. Tabel 17 menunjukkan bahwa responden yang tidak mendapat dukungan kelompok nelayan ada 23,08, sedangkan responden yang mendapat dukungan kelompok nelayan ada76,92 dari jumlah responden dalam penelitian ini. Responden yang menyatakan tidak mendapat dukungankelompok nelayan menerapkan tingkat adopsi rendah 44,44, sedang 51,85 dan tingkat adopsi tinggi 3,70. Responden yang menyatakan mendapat dukungan kelompok nelayan menerapkan tingkat adopsi rendah sebanyak 23,33, sedang 56,67 dan adopsi tingkat tinggi sebanyak 20,00, ini menandakan bahwa responden yang mendapat dukungan kelompok nelayan lebih memilih menerapkan tingkat adopsi sedang dan tinggi. Tabel 17 Persentase distribusi dukungan kelompok nelayan terhadap tingkat adopsi teknologi Dukungan Kelompok Nelayan Tingkat Adopsi F Total Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi f f f Dukugan kelompok nelayan Tidak ada 12 36,36 14 21,54 1 5,26 27 44,44 51,85 3,70 Ada 21 63,64 51 78,46 18 94,74 90 23,33 56,67 20,00 Jumlah 33 100 65 100 19 100 117 28,21 55,56 16,24 Persepsi nelayan terhadap dukungan kelompok nelayan Rendah 8 24,24 15 23,08 4 21,05 27 29,63 55,56 14,81 Sedang 12 36,36 36 55,38 3 15,79 51 23,53 70,59 5,88 Baik 13 39,39 14 21,54 12 63,16 39 33,33 35,90 30,77 Jumlah 33 100 65 100 19 100 117 28,21 55,56 16,24 Selanjutnya, Tabel 17 juga menunjukkan bahwa persepsi nelayan terhadap kinerja kelompok nelayan adalah sebanyak 23,08 kinerja kelompok nelayan rendah kurang baik, 43,59 menyatakan kinerja kelompok nelayan sedang- sedang saja, dan responden yang menyatakan kinerja kelompok nelayan baik ada sebanyak 33,33. Responden yang mempersepsikan kelompok nelayan rendah, mengadopsi teknologi sebanyak 29,63 tingkat rendah, 55,56 adopsi tingkat sedang, dan adopsi teknologi tingkat ada 14,81. Responden yang mempersepsikan kinerja kelompok nelayan sedang-sedang saja mengadopsi teknologi sebanyak 23,53 tingkat rendah, 70,59 adopsi teknologi tingkat sedang, dan 5,88 mengadopsi teknologi tingkat tinggi, sedangkan responden yang mempersepsikan kinerja kelompok nelayan baik, mengadopsi teknologi 33,33 rendah, 35,90 adopsi tingkat sedang dan 30,77 mengadopsi teknologi tingkat tinggi. Hal ini sesuai dengan Cartwright dan Zander 1960 menyatakan bahwa semakin dinamis suatu kelompok nelayan, maka semakin tinggi tingkat adopsi inovasi. Adanya saling kerjasama antar nelayan dan stakeholder yang terlibat akan memudahkan nelayan mendapatkan askes informasi teknologi dalam pemanfaatan sumberdaya ikan serta bantuan pembinaan dari pemerintah. Dukungan kelembagaan Hasil uji Chi-Square Tabel 15, menunjukkan adanya hubungan keterkaitan yang kuat antara dukungan kelembagaan nelayan Panglima Laôt dengan tingkat adopsi teknologi dalam pemanfaatan sumberdaya ikan di Kabupaten Aceh Jaya. Hal ini terlihat dari nilai koefisien kontingensi = 0,660 dengan p-value 0.000 pada taraf α = 1 yang berarti terdapat hubungan yang kuat dan sangat signifikan Persentase distribusi dukungan kelembagaan terhadap tingkat adopsi teknologi dalam pemanfaatan sumberdaya ikan berbasis kearifan lokal di Kabupaten Aceh Jaya disajikan dalam Tabel 18 berikut ini. Tabel 18 Persentase distribusi dukungan kelembagaan terhadap tingkat adopsi teknologi. Dukungan Kelembagaan Tingkat Adopsi F Total Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi F f f Dukugan kelembagaan Tidak ada 8 24,24 22 33,85 3 15,79 33 24,24 66,67 9,09 Ada 25 75,76 43 66,15 16 84,21 84 29,76 51,19 19,05 Jumlah 33 100 65 100 19 100 117 28,21 55,56 16,24 Persepsi nelayan terhadap dukungan kelembagaan Rendah 8 24,24 22 33,85 3 15,79 33 24,24 66,67 9,09 Sedang 20 60,61 15 23,08 5 26,32 40 50,00 37,50 12,50 Baik 5 15,15 28 43,08 11 57,89 44 11,36 63,64 25,00 Jumlah 33 100 65 100 19 100 117 28,21 55,56 16,24 Tabel 18 menunjukkan bahwa responden yang tidak mendapat dukungan kelembagaan ada 28,20, sedangkan responden yang mendapat dukungan kelembagaan ada 71,79 dari jumlah responden dalam penelitian ini. Responden yang menyatakan tidak mendapat dukungan kelembagaan Panglima Laôt menerapkan tingkat adopsi rendah 24,24 , sedang 66,67 dan tingkat adopsi tinggi 9,09. Responden yang menyatakan mendapat dukungan kelembagaan Panglima Laôt, menerapkan tingkat adopsi rendah sebanyak 29,76, sedang 51,19 dan adopsi tingkat tinggi sebanyak 19,05, ini menandakan bahwa responden yang mendapat dukungan kelembagaan lebih memilih menerapkan tingkat adopsi sedang dan tinggi. Selanjutnya, Tabel 18 juga menunjukkan bahwa persepsi nelayan terhadap kinerja kelembagaan rendah mengadopsi teknologi tingakt rendah 24,24 , tingkat adopsi teknologi sedang 66,67, dan adopsi tingkat teknologi tinggi ada sebanyak 9,09. Responden yang mempersepsikan kelembagaan sedang, mengadopsi teknologi 50,00 tingkat rendah, 37,50 adopsi tingkat sedang, dan adopsi teknologi tingkat ada 12,50. Responden yang mempersepsikan kinerja kelembagaan baik mengadopsi teknologi 11,36 tingkat rendah, 63,64 adopsi teknologi tingkat sedang, dan 25,00 mengadopsi teknologi tingkat tinggi. Dukungan ketersediaan pasar Hasil uji Chi-Square Tabel 15, menunjukkan tidak adanya hubungan keterkaitan antara dukungan ketersediaan pasar dengan tingkat adopsi teknologi dalam pemanfaatan sumberdaya ikan berbasis kearifan lokal di Kabupaten Aceh Jaya. Hal ini terlihat dari koefisien kontingensi = 0,081 dengan p-value = 0.679 pada taraf α = 5. Persentase distribusi dukungan kesersediaan pasar terhadap tingkat adopsi teknologi dalam pemanfaatan sumberdaya ikan berbasis kearifan lokal di Kabupaten Aceh Jaya disajikan dalam Tabel 19 berikut ini. Tabel 19 Persentase distribusi dukungan ketersediaan pasar terhadap tingkat adopsi teknologi. Dukungan Pasar Tingkat Adopsi F Total Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi f f f Dukungan pasar Tidak ada 7 21,21 18 27,69 6 31,58 31 22,58 58,06 19,35 Ada 26 78,79 47 72,31 13 68,42 86 30,23 54,65 15,12 Jumlah 33 100 65 100 19 100 117 28,21 55,56 16,24 Persepsi nelayan terhadap dukungan pasar Rendah 7 21,21 15 20,00 6 31,58 28 25,00 53,57 21,43 Sedang 18 54,55 39 60,00 3 15,79 60 30,00 65,00 5,00 Baik 6 18,18 13 20,00 10 52,63 29 20,69 44,83 34,48 Jumlah 31 100 67 100 19 100 117 26,50 57,26 16,24 Tabel 19 menunjukkan bahwa responden yang tidak mendapat dukungan pasar ada 26,49, sedangkan responden yang mendapat dukungan pasar ada 73,50 dari jumlah responden dalam penelitian ini. Responden yang menyatakan tidak mendapat dukungan pasar menerapkan tingkat adopsi rendah 22,58, sedang 58,06 dan tingkat adopsi tinggi 19,35. Responden yang menyatakan mendapat dukungan pasar, menerapkan tingkat adopsi rendah sebanyak 30,23, sedang 54,65 dan adopsi tingkat tinggi sebanyak 15,12. Selanjutnya, Tabel 19 juga menunjukkan bahwa persepsi nelayan terhadap dukungan ketersediaan pasar rendah mengadopsi teknologi tingakt rendah 25,00, tingkat adopsi teknologi sedang 53,57, dan adopsi tingkat teknologi tinggi ada sebanyak 21,43. Responden yang mempersepsikan kesersediaan pasar sedang, mengadopsi teknologi 31.00 tingkat rendah, 65,00 adopsi tingkat sedang, dan adopsi teknologi tingkat ada 5,00. Responden yang mempersepsikan dukungan ketersediaan pasar baik mengadopsi teknologi 20,69 tingkat rendah,44,83 adopsi teknologi tingkat sedang, dan 34,48 mengadopsi teknologi tingkat tinggi. hal ini mengindikasikan penyebaran ketersediaan pasar di Kabupaten Aceh Jaya belum merata walaupun dilihat dari tingkat adopsi teknologi tidak jauh berbeda dengan responden yang mendapatkan dukungan ketersediaan pasar. Selama ini ketersediaan pasar untuk nelayan hanya bagi nelayan-nelayan yang berdomisili disekitar ibukota kabupaten atau ibukota kecamatan. Bagi nelayan-nelayan yang jauh dari ibukota kabupaten atau kecamatan, untuk memenuhi kebutuhan tersebut nelayan harus mengeluarkan biaya tranportasi Dukungan pemerintah daerah Pemda Hasil uji statistik Chi-Square Tabel 15, menunjukkan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara dukungan pemerintah daerah terhadap tingkat adopsi teknologi dalam pemanfaatan sumberdaya ikan di Kabupaten Aceh Jaya. Hal ini dilihat dari koefisien kontingensi = 0,098 dengan p-value = 0,567 pada taraf α = 5. Persentase distribusi dukungan pemda terhadap tingkat adopsi teknologi dalam pemanfaatan sumberdaya ikan berbasis kearifan lokal di Kabupaten Aceh Jaya disajikan dalam Tabel 20 berikut ini. Tabel 20 Persentase distribusi dukungan pemda terhadap tingkat adopsi teknologi. Dukungan Pemda Tingkat Adopsi F Total Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi f f f Dukungan Pemda Tidak ada 10 30,30 22 33,85 4 21,05 36 27,78 61,11 11,11 Ada 23 69,70 43 66,15 15 79 81 28,40 53,09 18,52 Jumlah 33 100 65 100 19 100 117 28,21 55,56 16,24 Persepsi nelayan terhadap dukungan Pemda Rendah 10 30,30 15 23,08 4 21,05 29 34,48 51,72 13,79 Sedang 19 57,58 25 38,46 5 26 49 38,78 51,02 10,20 Tinggi 4 12,12 25 38,46 10 52,63 39 10,26 64,10 26,00 Jumlah 33 100 65 100 19 100 117 28,21 55,56 16,24 Tabel 20 menunjukkan bahwa responden yang tidak mendapat dukungan pemda ada 30,77, sedangkan responden yang mendapat dukungan pemda ada 69,23 dari jumlah responden dalam penelitian ini. Responden yang menyatakan tidak mendapat dukungan pemda menerapkan tingkat adopsi rendah 34,48, sedang 51,72 dan tingkat adopsi tinggi 13,79. Responden yang menyatakan mendapat dukungan pemda, menerapkan tingkat adopsi rendah sebanyak 28,40, sedang 53,09 dan adopsi tingkat tinggi sebanyak 18,52, ini menandakan bahwa responden yang mendapat dukungan pemda tidak terlalu berpengaruh bila dibandingkan dengan responden yang tidak mendapat dukungan pemda. Selanjutnya, Tabel 20 juga menunjukkan bahwa persepsi nelayan terhadap dukungan pemda rendah mengadopsi teknologi tingkat rendah 34,48 , tingkat adopsi teknologi sedang 51,72, dan adopsi tingkat teknologi tinggi ada sebanyak 13,79. Responden yang mempersepsikan dukungan pemda sedang, mengadopsi teknologi 38,78 tingkat rendah, 51,02 adopsi tingkat sedang, dan adopsi teknologi tingkat ada 10,20. Responden yang mempersepsikan dukungan pemda baik mengadopsi teknologi 10,26 tingkat rendah, 64,10 adopsi teknologi tingkat sedang, dan 25,64 mengadopsi teknologi tingkat tinggi.

5.3.2.3 Karakteristik responden yang paling mempengaruhi tingkat adopsi teknologi

Dalam analisis ini, akan diuraikan model hasil pengolahan inferensial dengan variabel tidak bebas adalah tingkat adopsi teknologi dalam pemanfaatan sumberdaya ikan oleh nelayan di Kabupaten Aceh Jaya. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh beberapa variabel bebas terhadap tingkat adopsi teknologi dalam pemanfaatan sumberdaya ikan di Kabupaten Aceh Jaya. Variabel bebas yang dianalisis yaitu beberapa faktor yang merupakan karakteristik internal dan karakteristik eksternal dari nelayan dalam pemanfaatan sumberdaya ikan di Kabupaten Aceh Jaya. Analisis data menggunakan model regresi logistik biner dengan variabel terikat berbentuk kategorik yang merupakan tingkat adopsi teknologi oleh nelayan dalam pemanfaatan sumberdaya ikan berbasis kearifan lokal di Kabupaten Aceh Jaya dengan pola pengkategoriannya sebagai berikut: 1 P1 = PY=0 : Nelayan dengan tingkat adopsi teknologi rendah 2 P2 = PY=1 : Nelayan dengan tingkat adopsi teknologi tinggi Pada pembahasan ini akan ditekankan pada kondisi kecenderungan bukan probabilitas. Untuk melihat kecenderungan tersebut, peneliti menetapkan nelayan dengan tingkat adopsi teknologi rendah P1 sebagai kelompok pembanding reference group bagi variabel terikat. Hasil permodelan ini dianalisis dengan menggunakan program SPSS, seluruh responden teramati 100 sebagaimana tercantum pada output model logit pada Lampiran 2. Pada tabel case prosesing summary menunjukkan tidak adanya missing cases, artinya data yang diproses lengkap 117 responden. Pengkodean variabel dependent Y dilakukan sebagaimana pada output analisis logit pada Tabel dependent Variabel encoding, dimana kode adopsi rendah = 0 dan kode adopsi tinggi = 1. Output hasil analisis Logit pada Lampiran 2. Hasil uji pada logit dengan metode = Forward Stepwise Likehood Ratio pada Lampiran 2 Tabel Omnibus Test of Model Coefisient, G statistik = 62,330 dengan p-value .0.000 α 5 maka tolak Ho artinya model signifikan, atau minimal ada satu variabel yang mempengaruhi terhadap Y. Lampiran 2 pada Tabel Model Summary, model Forward Stepwise Likehood Ratio dapat dilihat dalam model, ternyata telah terjadi perbedaan dalam penafsiran parameternya -2 Log likehood sebesar 76,872 poin. Nilai R Square pada model summary menunjukkan angka 41,3 Cox and Snell dan 59,4 Nagelkerke. Dengan demikian bisa ditafsirkan bahwa dengan 12 variabel x tersebut diatas, maka provorsi varians tingkat adopsi teknologi dalam pemanfaatan sumberdaya ikan berbasis kearifan lokal di Kabupaten Aceh Jaya Y yang bisa dijelaskan adalah 41,3 sedangkan sisanya dijelaskan oleh faktor lain. Hasil validasi kecocokan model menunjukkan bahwa model hasil estimasi signifikan fit atau model layak digunakan Tabel 21. Hal ini terlihat dari hasil uji Chi-Square mempunyai nilai 4,648 dengan p-value sebesar 79,4 0,05 yang berarti terima hipotesa nol Ho : model hasil estimasi signifikan fit dan tolak hipotesa satu H1 : model hasil estimasi tidak signifikan fit. Tabel 21 Hasil uji Hosmer and Lemeshow Chi-square df Sig. 4,648 8 0,794 Pada klasifikasi Tabel Tabel 22 dapat diketahui bahwa secara keseluruhan, 81,2 data observed dapat diprediksi secara tepat oleh model hasil estimasi. Hasil perbandingan antara status tingkat adopsi teknologi estimasi model predicted dengan status awal observed menunjukkan bahwa dari 33 data observed yang berstatus rendah, 20 data diprediksi rendah dan ada 13 data yang diprediksi tinggi misclassification. Dari 84 data observed yang berstatus tinggi, ada 75 data yang diprediksi tinggi dan ada 9 data yang diprediksi rendah misclassification. Tabel 22 Klasifikasi Tabel Data yang diobservasi Data yang telah diprediksi Tingkat Adopsi Persentase kebenaran Rendah Tinggi Tingkat adopsi Rendah 20 13 60,6 Tinggi 9 75 89,3 Persentase keseluruhan 81,2 Selanjutnya untuk melihat variabel mana yang sesungguhnya berpengaruh terhadap tingkat adopsi teknologi dalam pemanfaatan sumberdaya ikan berbasis kearifan lokal di Kabupaten Aceh Jaya dapat dilihat pada Lampiran 3 Tabel variabel in the equation. Tabel 23 menunjukkan bahwa variabel yang signifikan dalam model Logit metode stepwise, adalah variabel umur nelayan X1, pengalaman nelayan X3, aktivitas mencari informasi teknologi X5, persepsi nelayan terhadap teknologi X6, dukungan penyuluhan perikanan X8 dan dukungan kelompok nelayan X9 signifikan mempengaruhi tingkat adopsi teknologi dalam pemanfaatan sumberdaya ikan berbasis kearifan lokal di Kabupaten Aceh Jaya. Hal ini diketahui dari nilai statistik wald yang mempunyai nilai p-value lebih kecil dari 0,05. Nilai statistik wald untuk variabel umur nelayan adalah 4,733 dengan nilai p-value = 0,030, nilai statistik wald untuk variabel pengalaman nelayan adalah 7,572 dengan p-value = 0,006, Nilai statistik wald untuk variabel aktivitas mencari informasi teknologi adalah 10,895 dengan p- value = 0,001, nilai statistik wald untuk variabel persepsi nelayan terhadap teknologi adalah 14,695 dengan p-value = 0,000, nilai statistik wald untuk variabel dukungan penyuluhan perikanan adalah 5,427 dengan p-value = 0,020, dan nilai statistik Wald variabel dukungan kelompok nelayan adalah 7,594 dengan p-value = 0,006, selangkapnya lihat Tabel 23. Berdasarkan hasil permodelan Logit metode Stepwise terdapat empat variabel karakteristik internal yaitu umur nelayan X 1 , pengalaman nelayan X 3 , aktivitas mencari informasi teknologi X 5 , persepsi nelayan terhadap teknologi X 6 dan dua variabel karakteristik eksternal yaitu dukungan penyuluhan perikanan X 8 dan dukungan kelompok nelayan X 9 yang paling dominan mempengaruhi tingkat adopsi teknologi dalam pemanfaatan sumberdaya ikan berbasis kearifan lokal di Kabupaten Aceh Jaya. Sedangkan beberapa variabel lainnya, yang dianggap mempengaruhi tingkat adopsi ternyata tidak signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa hanya ada 6 enam variabel yang paling mempengaruhi tingkat adopsi nelayan terhadap teknologi pemanfaatan sumberdaya ikan yaitu; 1 umur nelayan X 1 dengan nilai Odds ratio sebesar 2,688 pada kolom Exp B pada baris umur nelayan berpeluang terjadi peningkatan adopsi teknologi sebesar 2,688 satuan jika terjadi peningkatan umur nelayan dalam satu satuan, 2 pengalaman nelayan X 3 dengan nilai Odds ratio sebesar 2,779 peningkatan satu satuan pengalaman nelayan maka berpeluang peningkatan adopsi teknologi sebesar 2,779 satuan, 3 aktivitas mencari informasi teknologi X 5 dengan nilai Odds ratio sebesar 2,839 peningkatan satu satuan aktivitas mencari informasi teknologi maka terjadi peluang peningkatan adopsi teknologi sebesar 2,839 satuan, 4 persepsi nelayan terhadap teknologi X 6 dengan nilai Odds ratio sebesar 8,999 peningkatan satu satuan persepsi nelayan terhadap teknologi maka berpeluang peningkatan adopsi teknologi sebesar 8,999 satuan, 5 dukungan penyuluhan perikanan X 8 dengan nilai Odds ratio sebesar 7,649 peningkatan satu satuan penyuluhan perikanan tangkap maka berpeluang meningkatnya adopsi teknologi sebesar 7,649 satuan, dan 6 dukungan kelompok nelayan X 9 dengan nilai Odds ratio sebesar 3,972 peningkatan satu satuan dukungan kelompok nelayan maka berpeluang meningkatnya adopsi teknologi sebesar 3,972 satuan Tabel 23 Variabel yang signifikan pada model Logit metode Stepwise Variabel B S.E. Wald df Sig. ExpB 95 C.I.for EXPB Lower Upper Umur nelayan 0,989 0,454 4,733 1 0,030 2,688 1,103 6,549 Pengalaman nelayan 1,022 0,371 7,572 1 0,006 2,779 1,342 5,755 Aktivitas mencari informasi teknologi 1,042 0,316 10,895 1 0,001 2,835 1,527 5,265 Persepsi nelayan terhadap teknologi 2,197 0,573 14,695 1 0,000 8,999 2,926 27,674 Dukungan penyuluhan perikanan 2,035 0,873 5,427 1 0,020 7,649 1,381 42,362 Dukungan kelompok nelayan 1,379 0,500 7,594 1 0,006 3,972 1,489 10,592 Constant -15,092 3,471 18,909 1 0,000 0,000 1,671 5,773 Hasil pengolahan analisis logit tersebut, maka variabel yang mempengaruhi tingkat adopsi adalah umur nelayan X 1 , Pengalaman nelayan X 3 , aktivitas mencari informasi teknologi X 5 , persepsi nelayan terhadap teknologi X 6 , dukungan penyuluhan X 8 dan dukungan kelompok nelayan X 9 . Model regresi logit adalah sebagai berikut : Li = ln i i i i i i x x x p p ε β β β β              12 2 1 ... 1 Sehingga persamaan regresi logit berdasarkan koefisien B menjadi: = ln 1 = 15,092 + 0,989 + 1,022 + 1,042 + 2,197 + 2,035 + 1,379

5.4 Pembahasan

Proses adopsi teknologi dalam pemanfaatan sumberdaya ikan berbasis kearifan lokal di Kabupaten Aceh Jaya pada awal mulanya karena mengetahui adanya penggunaan teknologi baru oleh nelayan lain kemudian nelayan mempelajari teknologi tersebut lalu berminat memiliki teknologi kemudian nelayan baru memutuskan untuk menggunakan teknologi tersebut jika sudah dianggap cocok dengan lingkungannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Lambrecht et al. 2014, menyatakan bahwa keputusan petaninelayan untuk mengadopsi suatu teknologi, terutama ditentukan oleh faktor internal, yang meliputi sikap dan tujuannya dalam melakukan usahanya. Sikap nelayan dalam hal ini sangat tergantung dari karakteristik nelayan itu sendiri, yaitu umur petaninelayan, pendidikan formal, jumlah anggota keluarga, dan penguasaan teknologi yang ada. Disamping lingkungan fisik, ada lima faktor yang mempengaruhi sikap nelayan dalam mengadopsi teknologi baru, yakni; 1 keuntungan relatif bila teknologi itu diadopsi, 2 kecocokan teknologi dengan sosial budaya setempat, 3 hasil pengamatan nelayan terhadap nelayan lain yang sedang atau telah mencoba teknologi itu sebagai dasar pelatakan kepercayaan, 4 mencoba sendiri akan keberhasilan teknologi baru, dan 5 kondisi ekonomi yang ada seperti ketersediaan modal. Umur nelayan, pengalaman nelayan, pendapatan nelayan, persepsi nelayan terhadap teknologi, dukungan penyuluh perikanan, dukungan kelompok nelayan dan dukungan kelembagaan nelayan Panglima Laôt memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan adopsi teknologi dalam pemanfaatan sumberdaya ikan. Oleh sebab itu, dimasa yang akan datang hendaknya konsep pengembangan adopsi teknologi dalam pemanfaatan sumberdaya ikan berbasis kearifan lokal di Kabupaten Aceh Jaya sebaiknya berfokus pada peningkatan dukungan kelompok nelayan dan peningkatan informasi teknologi dalam pemanfaatan sumberdaya ikan bagi nelayan dengan tetap memperhatikan variabel-variabel yang terkait signifikansi terhadap tingkat adopsi. Jika ditelaah lebih lanjut, dukungan kelompok nelayan memiliki hubungan keterkaitan yang erat dengan variabel- variabel lainnya yang berkaitan dengan tingkat adopsi teknologi. Oleh sebab itu, hendaknya variabel yang signifikan terkait erat terhadap tingkat adopsi dapat mendukung peningkatan dukungan kelompok nelayan. Hal ini mutlak dilakukan dengan tujuan agar semua variabel tersebut dapat bersinergi dan mendorong peningkatan peran kelompok nelayan. Dalam hal Penumbuhan dan pengembangan kelompok nelayan, Samsudin 1994, mengatakan ada tiga peranan penting keberadaan kelompok, yaitu; 1 media sosial atau media penyuluhan yang hidup, wajar, dan dinamis, 2 alat untuk mencapai perubahan sesuai dengan tujuan penyuluhan, dan 3 tempat atau wadah untuk penyampaian aspirasi yang murni dan sehat sesuai keinginan mereka. Ketiga peranan tersebut apabila bisa tumbuh dan berkembang di masyarakat tentunya juga akan menumbuh kembangkan budaya untuk berkelompok. Sementara Adjid 1994 mengatakan bahwa tumbuh kembangnya kelompok taninelayan, sebagai kelompok kerjasama dalam pengelolaan usaha taninelayan akan meningkatkan efisiensi produktivitas sebagai akibat adanya kebersamaan dalam kelompok tersebut. Oleh karena itu, upaya penumbuhan peningkatan dan pengembangan kelompok nelayan di Kabupaten Aceh Jaya