Metode Penelitian Adopsi Teknologi Dalam Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Yang Berkelanjutan Berbasis Kearifan Lokal dan Pengembangannya di Kabupaten Aceh Jaya

tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.” 2 Pasal 61 ayat 1 “Pemerintah mengakui, menghormati, dan melindungi hak-hak masyarakat adat, masyarakat tradisional, dan kearifan lokal atas wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang telah dimanfaatkan secara turun- temurun.” 3 Pasal 61 ayat 2 ”Pengakuan hak-hak masyarakat adat, masyarakat tradisional, dan kearifan lokal sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dijadikan acuan dalam pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang berkelanjutan.” Berdasarkan pasal-pasal di atas dapat diketahui bahwa masyarakat nelayan di Aceh diberikan hak untuk mengelola wilayah pesisir seperti mengelola kegiatan perikanan tangkap sesuai dengan hukum adat laôt yang berlaku, yaitu yang disebut Panglima Laôt. Hak ini diberikan kepada masyarakat adat nelayan karena pemerintah mengakui, menghormati dan melindungi kearifan lokal yang berlaku di suatu wilayah, salah satunya adalah hukum adat laôt yang berlaku di Aceh. 3 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh. 1 Pasal 162 ayat 1 ”Pemerintah Aceh dan pemerintah kabupatenkota berwenang untuk mengelola sumberdaya alam yang hidup di Laôt wilayah Aceh.” 2 Pasal 162 ayat 2 huruf e “Kewenangan untuk mengelola sumberdaya alam yang hidup di Laôt sebagaimana dimaksud pada ayat 1, yaitu pemeliharaan hukum adat Laôt dan membantu keamanan Laôt.” Pada pasal di atas diketahui bahwa pemerintah provinsi dan kabupatenkota di Aceh diberi kewenangan untuk memelihara hukum adat laôt, Pengakuan Pemerintah Aceh dan kabupatenkota terhadap lembaga adat bertujuan agar menjaga dan memelihara hukum adat laôt sebagai salah satu kearifan lokal di Aceh.” 4 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Pasal 2 ayat 9 ”Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.” Berdasarkan Pasal 2 ayat 9 di atas dapat diketahui keberadaan masyarakat nelayan di Aceh sebagai bagian dari masyarakat hukum adat sangat diakui dan dihormati oleh Negara, bahkan, masyarakat nelayan juga diberikan hak untuk tetap menjalankan hukum adat laôt sesuai dengan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia. 5 Qanun Nomor 16 Tahun 2002 tentang Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan. Pasal 11 ayat 2 “Dalam pengelolaan sumberdaya perikanan, pemerintah provinsi mengakui keberadaan Lembaga Panglima Laôt dan hukum adat laôt yang telah ada dan eksis dalam kehidupan masyarakat nelayan di Provinsi.”