Implikasi Pengelolaan 1. Pengelolaan Habitat Pengelolaan Kerawanan Habitat

140 4.7. Implikasi Pengelolaan 4.7.1. Pengelolaan Habitat

a. Pengelolaan Kerawanan Habitat

Dari penelitian ini diketahui bahwa 55,41 kantong-kantong patches hutan di Provinsi Jawa Tengah memiliki kesesuaian habitat yang tinggi dan 36,92 memiliki kelas kesesuaian sedang bagi macan tutul jawa. Menurut luasnya, areal berhutan yang memiliki kesesuaian tinggi bagi habitat macan tutul jawa adalah 30.86 dan sedang 61,24. Meskipun demikian, dari aspek keamanan habitat, hanya 16,90 dari patches hutan yang memiliki tingkat kerawanan rendah keamaan tinggi bagi habitat macan tutul jawa, bahkan berdasarkan luasannya hanya 11,07 areal berhutan yang memiliki tingkat kerawanan rendah keamanan tinggi. Faktor keamanan habitat memegang peranan penting bagi kelestarian macan tutul jawa. Hal ini dibuktikan dengan fakta bahwa populasi macan tutul jawa yang mengalami kepunahan lokal berada di lokasi dengan tingkat kerawanan tinggi 66,67 dan sedang 33,33. Habitat macan tutul jawa yang memiliki tingkat keamanan rendah, karena rawan terhadap gangguan dari aktifitas manusia seperti perambahan, penebangan liar, penggarapan tumpang sari pada segala kelas umur tegakan dan aktifitas lainnya di dalam hutan. Dalam pengelolaan habitat dan populasi macan tutul jawa ke depan, aspek keamanan harus menjadi fokus perhatian. Lokasi-lokasi yang memiliki tingkat kerawanan tinggi keamanan rendah dapat diketahui dengan pendekatan topografi, ketingian dan status kawasan. Daerah bertopografi datar di dataran rendah dengan status kawasan hutan produksi merupakan daerah dengan tingkat kerawanan tinggi keamanan rendah karena rawan terhadap ancaman perambahan dan aktifitas lainnya di dalam hutan seperti kegiatan PHBM Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat, penebangan, tumpangsari, pemanenan kayu bakar, perburuan dan lain-lain. Di sisi lain, lahan pada ketinggian 0-500 m dpl umumnya sudah dikepung oleh pemukiman padat sehingga rawan terhadap deforestasi akibat perambahan karena tekanan ekonomi. Sejak gerakan reformasi tahun 1999, perambahan kawasan hutan umum terjadi di KPH-KPH yang topografinya relatif datar dan dikelilingi pemukiman padat. Puncak laju deforestasi di Provinsi Jawa Tengah terjadi antara tahun 2000 – 2005 yaitu seluas 142.560 hektar per tahun Departemen Kehutanan, 2007a. 141 Mengingat habitat macan tutul jawa telah dibuat peta kerawanannya, maka untuk efektifitas pengelolaan habitat, perlu dilakukan tindakan pengelolaan sesuai dengan masing-masing kelas kerawanannya sebagai berikut: 1 Habitat dengan tingkat kerawanan rendah keamanan tinggi ƒ Mempertahankan kondisi keamanan habitat melalui patroli rutin. ƒ Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kondisi habitat terutama untuk areal-areal yang rawan gangguan. ƒ Memberikan pnyuluhan dan pemahaman kepada masyarakat akan pentingnya mempertahankan kelestarian hutan di daerahnya. ƒ Menjaga hubungan antara petugas kehutanan dengan masyarakat sekitar hutan dan bekerjasama apabila terjadi permasalahan dengan macan tutul jawa seperti pemangsaan ternak atau masuk kampung 2 Habitat dengan tingkat kerawnan sedang ƒ Mengurangi intensitas gangguan manusia dengan membatasi jenis dan lokasi kegiatan yang diperbolehkan di dalam kawasan hutan. ƒ Membuat buffer terhadap “core” habitat macan tutul jawa, misalnya dengan tidak melakukan penebangan hutan produksi di sekitar area HCVF High Conservation Value Forest atau hutan konservasi.yang menjadi habitat inti macan tutul jawa.. ƒ Meningkatkan pengamanan melalui patroli rutin ƒ Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pelestarian hutan yang menjadi habitat macan tutul jawa. 3 Habitat dengan tingkat kerawanan tinggi keamanan rendah ƒ Bila masih terdapat macan tutul jawa maka perlu dilakukan upaya-upaya seperti pada butir 2 di atas. ƒ Bila sering terjadi gangguan macan tutul memangsa ternak atau masuk ke kampung, maka masyarakat perlu disarankan untuk mengandangkan ternaknya. ƒ Menghentikan semua kegiatan non kehutanan di kawasan hutan yang menjadi habitat macan tutul jawa ini, seperti tumpangsari dan PHBM. 142 ƒ Apabila upaya-upaya tersebut tidak memungkinkan dilaksanakan, maka perlu dipertimbangkan untuk translokasi ke habitat baru yang lebih aman dengan didahului penelitian secara menyeluruh.

b. Pengelolaan Habitat Berdasarkan Kesesuaiannya