Koridor Fragmentasi Ekologi Lansekap

34 Forman, 1995. Suatu jaringan network merupakan suatu sistem hubungan antar koridor, sementara mosaik menggambarkan pola pattern dari patch, koridor dan matrix yang membentuk suatu lansekap dalam satu kesatuan Forman, 1995.

2.4.2 Patch

Patch , merupakan suatu terminologi dasar dalam ekologi lansekap didefinisikan sebagai sebuah area yang relatif homogen yang berbeda dengan sekelilingnya Forman, 1995. Patch merupakan unit dasar dari lansekap yang berubah dan berfluktuasi, suatu proses yang disebut dinamika patch. Patch memiliki bentuk tertentu dan konfigurasi spasial, serta dapat digambarkan secara komposisi oleh variabel-variabel internalnya seperti jumlah pohon, jumlah jenis pohon, tinggi pohon, atau ukuran-ukuran serupa lainnya Forman, 1995.

2.4.3 Edge

Patch bisa memiliki batas boundary yang jelas atau tidak jelas kabur Sanderson Harris, 2000. Suatu zona yang tersusun atas edge-edge dari ekosistem yang berdekatan berbatasan adalah boundary Forman, 1995. Edge berarti bagian dari suatu ekosistem yang berdekatan dengan garis kelilingnya perimeter, di mana pengaruh-pengaruh dari patch yang berdekatan dapat menyebabkan perbedaan lingkungan antara interior suatu patch dengan tepiannya edge. Efek tepi edge effect ini meliputi pebedaan komposisi spesies atau kelimpahan di bagian luar patch Forman, 1995. Sebagai contoh, ketika suatu lansekap merupakan sebuah mosaik dari tipe-tipe yang jelas, seperti suatu hutan berdekatan dengan suatu padang rumput, edge-nya adalah lokasi di mana kedua tipe tersebut bergabung. Dalam lansekap yang kontinyu, seperti suatu hutan ke daerah berkayu yang terbuka, lokasi edge pastinya kabur dan kadang-kadang dibedakan oleh gradien lokal melampaui suatu ambang batas, seperti halnya suatu titik dimana penutupan pohon menurun di bawah 35 persen Turner Gardner, 1991.

2.4.4 Koridor

Koridor merupakan komponen lansekap berbentuk strip atau jalur lahan yang berbeda dengan matrix di sekitarnya. Koridor merupakan areal yang menghubungkan antar patch-patch sehingga berperan sebagai lintasan atau saluran bagi organisme untuk 35 bertukar atau berpindah dari suatu patch ke patch yang lain. Koridor dapat menjadi saluran untuk perpindahan, penghalang barrier atau penyaring filter, misalnya untuk aliran gen. Bentuk lain konektivitas habitat adalah batu loncatan stepping stone yaitu satu atau lebih kantong habitat habitat patches yang secara ekologis terisolasi tapi memberikan sumberdaya dan tempat pengungsian bagi satwa dalam perpindahan menjelajahi suatu lansekap Forman Gordon, 1986.

2.4.5 Fragmentasi

Fragmentasi adalah proses pemecahan suatu habitat, ekosistem atau tipe land- use menjadi bidang-bidang lahan yang lebih kecil. Fragmentasi juga merupakan suatu hasil dimana proses fragmentasi mengubah atribut-atribut habitat dan karakteristik suatu lansekap. Fragmentasi habitat mengubah konfigurasi spasial suatu kantong habitat habitat patch besar dan menciptakan isolasi atau perenggangan hubungan antara kantong-kantong habitat asli karena terselingi oleh mosaik yang luas atau tipe habitat lain yang tidak sesuai bagi spesies yang ada Wiens, 1995. Franklin et al. 2002 mengembangkan definisi baru tantang fragmentasi sebagai hasil outcome dan sebagai proses. Hasil outcome dari fragmentasi habitat adalah diskontinuitas yang dihasilkan dari serangkaian mekanisme, di dalam distribusi spasial suatu sumberdaya dan kondisi yang ada dalam suatu areal pada skala tertentu yang mempengaruhi penghunian occupancy, reproduksi atau survival suatu spesies. Proses fragmentasi habitat didefinsikan sebagai serangkaian mekanisme yang mengakibatkan diskontinuitas distribusi spasial suatu habitat. Ada empat komponen kunci dari dua defininisi tersebut yaitu: 1 diskontinuitas, 2 mekanisme, 3 distribusi spasial dari suatu sumberdaya dalam suatu areal, dan 4 atribut demografik Franklin et al., 2002. Konsep fragmentasi habitat diturunkan dari teori biogeografi pulau MacArthur Wilson, 1967, di mana jumlah spesies meningkat dengan meningkatnya ukuran pulau Haila, 2002. Fragmentasi penting mendapat perhatian karena berpengaruh pada kekayaan spesies dari komunitas, kecenderungan populasi beberapa spesies dan keanekaragaman hayati ekosistem secara keseluruhan Morrison et al., 1992. Menurut Wilcove 1987 dalam Morrison et al. 1992 ada empat cara fragmentasi dapat menyebabkan kepunahan lokal: 1 spesies mulai keluar dari kantong habitat yang terlindungi; 2 kantong habitat gagal menyediakan habitat karena 36 pengurangan luas atau hilangnya heterogenitas internal; 3 fragmentasi menciptakan populasi lebih kecil dan terisolasi yang memiliki resiko lebih besar terhadap bencana, variabilitas demografik, kemunduran genetik atau disfungsi sosial; 4 fragmentasi dapat mengganggu hubungan ekologis yang penting sehingga dapat menimbulkan sebab sekunder kepunahan dari hilangnya spesies kunci dan pengaruh merugikan dari lingkungan luar dan efek tepi edge effect. Fragmentasi umumnya terjadi melalui hilangnya habitat habitat loss, sebaliknya hilangnya habitat dapat dipandang sebagai akibat fragmentasi. Tetapi fragmentasi dapat disertai hilangnya habitat berkurangnya jumlah seiring dengan pemecahan atau pembagian kantong habitat besar menjadi kantong-kantong habitat berukuran kecil dan lebih terisolasi Hunter, 1997; Haila, 1999; Franklin et al., 2002; Fahrig, 2003. Ketika hilangnya habitat dan fragmentasi dipandang secara terpisah, hilangnya habitat memiliki konsekuensi lebih signifikan bagi kelangsungan hidup viability spesies Haila, 2002; Fahrig, 2003. Meskipun demikian, karena fragmentasi dan hilangnya habitat terjadi bersamaan, maka sangat sulit untuk menentukan mana yang lebih penting bagi perubahan habitat Haila, 1999. Fragmentasi bekerja dalam empat cara ketika hilangnya habitat dan fragmentasi digabung untuk menggambarkan dan mengkategorikan prosesnya Franklin et al., 2002; Fahrig, 2003: 1 habitat hilang tanpa fragmentasi; 2 pengaruh kombinasi hilangnya habitat dan pemecahan habitat menjadi patch-patch lebih kecil; 3 pemecahan habitat menjadi patch-patch lebih kecil tanpa kehilangan habitat; dan 4 hilangnya habitat dan pemecahan habitat menjadi patch-patch lebih kecil serta penurunan kualitas habitat. Contoh ini berlaku untuk lansekap yang terdiri lebih dari satu habitat dan dikelilingi oleh matrix dalam suatu kesatuan lansekap. Kasus pertama dan kedua berlaku ketika lansekap keseluruhan berisi satu habitat dan tidak ada matrix di sekelilingnya. Dalam kenyataan, kasus dua dan empat merupakan cara yang paling umum untuk habitat terfragmentasi. Fragmentasi habitat merupakan satu aspek dari tahapan proses yang secara spasial dan temporal mengubah habitat dan lansekap yang diakibatkan oleh sebab-sebab alami maupun antropogenik Forman, 1995. Walaupun demikian, perubahan habitat tidak dapat dihindari karena tidak ada habitat atau lansekap yang tetap Forman, 1995. Lanskap berubah melalui lima proses spasial dengan berbagai derajat overlap sepanjang 37 periode perubahan lahan Forman, 1995, dan fragmentasi hanyalah satu outcome. Proses ini dapat diakibatkan oleh penyebab alami dan antropogenik. Perforasi perforation merupakan proses membuat lubang di dalam habitat. Pemotongan dissection adalah pemotongan atau pembagian area menjadi habitat berbeda dengan lebar yang relatif sama. Fragmentasi fragmentation adalah pemecahan habitat menjadi potongan-potongan yang lebih kecil. Penyusutan shrinkage terjadi seiring potongan habitat berlanjut dengan penurunan luas. Erosi habitat attrition adalah proses dimana kantong habitat yang tersisa berangsur hilang karena degradasi habitat atau suksesi Fragmentasi dimulai dengan dissection ketika jalan, jaringan transmisi, sungai dan fitur linear lainnya menjadi penghalang pergerakan. Kemudian diikuti perforation ketika muncul kantong-kantong habitat patches kecil yang dibuat oleh manusia atau sebab alami dan efek tepi menjadi nyata. Fragmentasi merupakan tahap ketiga yang terjadi ketika kantong habitat yang lebih kecil meningkat frekuensinya dan berkurang luasnya sampai pada tingkat di mana habitat yang terfragmentasi mulai mendominasi lansekap. Attrition merupakan tahap akhir di mana lahan alami atau habitat asli tersisa sebagai kantong yang kecil dan terisolasi di tengah-tengah lansekap yang sekarang didominasi oleh suatu mosaik habitat yang telah berubah dan terfragmentasi. Proses fragmentasi membuat habitat menjadi tidak sesuai atau memiliki kesesuaian rendah bersamaan dengan berkurangnya kualitas habitat satwaliar. Sebaliknya, jika proses gangguan mengubah mosaik habitat tetapi tidak ada perubahan kualitas habitat berarti tidak terjadi fragmentasi, atau habitatnya berubah tetapi tidak terfragmentasi Hunter, 1997 Menurut Kupfer et al. 2004 ada empat cara primer fragmentasi hutan dapat mempengaruhi keanekaragaman hayati, yaitu: 1 pengaruh perwakilan sample effect; 2 pengaruh luas area effect; 3 pengaruh isolasi isolation effect dan 4 pengaruh tepi edge effect. Masing-masing pada gilirannya akan berpengaruh pada sebaran populasi, komunitas dan proses ekosistem Gambar 2.4. . Gambar 2 M pengaruh 2003. A dengan fr Franklin Fr positifnya yang ber Fragment terbentuk 3 habita aktifitas n merugika 2.4. Model Mekanisme d h ukuran patc Ahli satwalia fragmentasi h n et al., 2002 ragmentasi h a adalah m rmanfaat, da tasi member k kantong ha at-habitat tid non kehutan an spesies int l konseptual dan proses ch ; 2 peng ar harus me habitat dan m 2; Fahrig, 200 habitat dapa meningkatkan an meningk rikan penga abitat lebih k dak lagi bersa nan; dan 4 terior Barne pengaruh fr fragmentas aruh tepi ed emperhatikan masing-mas 03. at dipandang n keragaman atkan edge aruh negatif kecil yang m ambungan, k jumlah edg es, 2000. ragmentasi . si menghasi dge effect ; d n semua kar ing memerlu g dari segi n habitat, m yang disuk ketika : 1 endorong pa khususnya ji ge meningka . ilkan tiga t dan 3 peng rena ketigan ukan penang positif dan menciptakan kai spesies ada habit ada kepunah ika fragment at sehingga tipe pengar garuh isolasi nya biasanya ganan yang negatif. P penjajaran satwaliar ge at yang hila an lokal dan tasi disebabk fragmentasi 38 ruh: 1 Fahrig a terjadi berbeda engaruh habitat eneralis. ang; 2 n isolasi; kan oleh i habitat 39

2.4.6 Mengukur Fragmentasi