100
4.3.4. Sumber Air
Hasil evaluasi peta kerja 20 KPH Perum Perhutani dan tutupan lahan hasil interpretasi citra, di 48 titik lokasi indikasi macan tutul jawa memiliki sumber air berupa
sungai dan anak sungai yang selalu berair sepanjang tahun. Secara umum ketersediaan air tidak menjadi masalah di habitat macan tutul jawa di Provinsi Jawa Tengah. Secara
visual dalam observasi lapangan, tampak bahwa ketersediaan air cenderung lebih melimpah di kawasan hutan kelas perusahaan pinus dibandingkan kelas perusahaan jati.
Hal ini disebabkan oleh kondisi iklim dominan di kelas perusahaan pinus adalah iklim basah, menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson termasuk tipe curah hujan A dan B.
Sementara di kelas perusahaan jati umumnya memiliki ikilim lebih kering yaitu tipe curah hujan C, D dan E.
Sumber air lebih penting bagi satwa mangsa macan tutul jawa seperti babi hutan, kijang, kancil, monyet dan lingsang. Hal ini ditunjukkan oleh adanya tanda-tanda jejak
dan feces satwa-satwa tersebut di sekitar sumber air. Karena merupakan tempat berkumpul satwa, maka sumber air juga menjadi tempat mencari mangsa yang mudah
bagi macan tutul jawa.
4.3.5. Iklim
Daerah sebaran macan tutul jawa di Provinsi Jawa Tengah terdiri dari berbagai kondisi iklim. Berdasarkan klasifikasi curah hujan Schmidt dan Ferguson meliputi tipe
A, B, C, D dan E. Untuk keperluan pemodelan spasial kesesuaian habitat macan tutul jawa, wilayah 20 KPH Perum Perhutani unit I Jawa tengah dapat diklasifikasikan
berdesarkan tipe curah hujan dominannya sebagaimana disajikan pada Tabel 4.20. Dari Tabel 4.20 tampak bahwa ada tujuh KPH yang memiliki tipe curah hujan
dominan A dan B. Ketujuh KPH tersebut merupakan kelas perusahaan pinus, dimana tanaman pinus Pinus merkusii dan P. oocarpa menjadi tanaman utama disamping
tenaman jenis lain seperti mahoni Swietenia macrophylla dan damar Agathis alba. Sepuluh KPH memiliki tipe curah hujan dominan C dan D, sedangkan tiga KPH
memiliki tipe curah hujan D atau E. Iklim tidak berpengaruh langsung pada keberadaan macan tutul jawa, tetapi
iklim berpengaruh pada kondisi tumbuhan bawah. Selanjutnya tumbuhan bawah akan mempengaruhi kelimpahan satwa herbivora Marker and Dickman, 2005 seperti rusa,
101 kijang, kancil, babi hutan dan monyet. Satwa herbivora merupakan mangsa macan tutul
jawa. Tabel 4.20. Kelas tipe curah hujan untuk kesesuaian habitat macan tutul Jawa di 20
KPH Perum Perhutani Uni1 I Jawa Tengah.
No. KPH
Tipe Curah Hujan Dominan
Kategori Skor
1. Banyumas Barat
B Tinggi
10 2.
Banyumas Timur A
Tinggi 10
3. Pekalongan Timur
A, B Tinggi
10 4.
Pekalongan Barat B
Tinggi 10
5. Kedu Utara
A, B Tinggi
10 6.
Kedu Selatan B
Tinggi 10
7. Semarang
C dan D Sedang
5 8.
Pemalang D Rendah
1 9.
Kendal C dan D
Sedang 5
10. Mantingan
C dan D Sedang
5 11.
Telawa C dan D
Sedang 5
12. Surakarta A
Tinggi 10
13. Gundih D
Rendah 1
14. Purwodadi C
Sedang 5
15. Pati A,
C, D,
E Sedang
5 16.
Balapulang D Rendah
1 17.
Randublatung C dan D
Sedang 5
18. Cepu
C dan D Sedang
5 19.
Blora C Sedang
5 20.
Kebonharjo C Sedang
5
Keterangan :
A danatau B Kesesuaian Tinggi C dan D Kesesuaian Sedang
D danatau E Kesesuaian Rendah
Diduga ada hubungan antara frekuensi keberadaan macan tutul jawa di suatu wilayah dengan kondisi ikim tipe curah hujan. Untuk itu perlu dilakkan uji
χ
2
. Hipotesis null Ho yang diuji adalah: tidak ada hubungan antara kehadiran macan tutul
jawa di suatu wilayah dengan kondisi iklim. Kaidah keputusannya menolak Ho jika nilai
χ
2 hitung
lebih besar dari χ
2 tabel
pada taraf α 5. Hasil perhitungan uji χ
2
disajikan pada Tabel 4.21.
102 Tabel 4.21. Hasil perhitungan
χ
2
untuk menguji hubungan antara kondisi iklim dengan wilayah sebaran macan tutul jawa.
Tipe Curah
Hujan
Dominan Jumlah
KPH Prakiraan
Luas Ha Proporsi
Frekuensi Observasi
macan tutul jawa Oi
Frekuensi Harapan
macan tutul jawa Ei
Oi-Ei
2
Ei
1 2
3 4
5 6
7 AB
7 263.004,45
0,45 33 21 6,212
CD 10 271.175,89
0,46 9
22 7,784
DE 3 54.213,53
0,09 6 4 0,563
Jumlah 20 588.393,87
1,00 48 48 14,558
Keterangan: Frekuensi Harapan macan tutul kolom 6 = kolom 4 x kolom jumlah kolom 5 Gaspersz, 1994.
Menggunakan Formula 3.10 diperoleh
χ
2 hitung
= 14,558
χ
2 0.05;2
.
Berdasarkan Tabel 4.21 diperoleh nilai χ
2 hitung
lebih besar daripada χ
2 tabel
sehingga keputusannya menolak Ho dan kesimpulannya ada hubungan antara keberadaan macan tutul jawa dengan kondisi iklim tipe curah hujan di suatu wilayah.
Dalam hal ini tampak bahwa macan tutul jawa lebih banyak dijumpai daerah beriklim basah A dan B 68,75 daripada di daerah beriklim kering C, D, E 31,25.
Dengan demikian, curah hujan merupakan faktor lingkungan yang perlu dipertimbangkan dalam pembuatan model kesesuaian habitat macan tutul jawa.
Iklim curah hujan diduga berpengaruh terhadap keberadaan satwa mangsa macan tutul yang merupakan herbivora. Satwa herbivora tergantung pada ketersediaan
hijauan pakan yang umumnya merupakan tumbuhan bawah. Kelimpahan tumbuhan bawah dipengaruhi oleh kondisi curah hujan setempat.
4.3.6. Status Fungsi Kawasan