Model Kesesuaian Habitat Habitat Suitability Macan Tutul Jawa

137

4.6.3. Model Kesesuaian Habitat Habitat Suitability Macan Tutul Jawa

Hasil overlay antara model pemanfaatan dan model kerawanan habitat menghasilkan kesesuaian habitat yang disajikan pada Tabel 4.34. dan Gambar 4.38. Pada Tabel 4.34. tampak bahwa 7,67 patches hutan kelas kesesuaian habitat rendah, 36,92 memiliki kelas kesesuaian sedang dan 55,41 memiliki kesesuaian tinggi. Sementara dari segi luasan, areal berhutan yang memiliki kelas kesesuaian habitat tinggi adalah 30,86, kelas kesesuaian habitat sedang 61,24 dan kelas kesesuaian habitat rendah 7,90. Tabel 4.34. Jumlah dan luas patches habitat menurut kesesuaian berdasarkan peta interpretasi citra satelit tahun 2006. Kelas Kesesuaian Habitat Kisaran Total Skor Jumlah Patches Proporsi Luas Ha Proporsi Tinggi 6,9-10 153.319 55,41 211.366,58 30,86 Sedang 3,8-6,9 102.166 36,92 419.425,73 61,24 Rendah 0,7-3,8 21.224 7,67 54.119,23 7,90 Jumlah 276.709 100,00 684.911,54 100,00 Distribusi lokasi indikasi macan tutul jawa menurut kelas kesesuaian habitatnya disajikan pada Tabel 4.35. Dari Tabel 4.35 tampak bahwa lokasi indikasi macan tutul terkonsentrasi di habitat-habitat dengan kelas kesesuaian tinggi 54,17, diikuti dengan kelas kesesuaian sedang 41,67 dan kelas kesesuaian rendah 4,16. Tabel 4.35. Distribusi lokasi indikasi macan tutul jawa menurut kelas kesesuaian habitatnya. Kelas Kesesuaian Lokasi Indikasi Proporsi Rendah 2 4,16 Sedang 20 41,67 Tinggi 26 54,17 Jumlah 48 100,00 138 Gambar 4.38. Peta kesesuaian habitat macan tutul Jawa Panthera pardus melas di Provinsi Jawa Tengah. 139 Untuk menguji apakah model kesesuaiandan habitat macan tutul sesuai dengan kondisi aktual di lapangan saat ini, maka dilakukan uji χ 2 dengan hipotesis null Ho: ditribusi proporsi lokasi indikasi macan tutul mengikuti disribusi proporsi kelas kesesuaian habitat. Kaidah keputusannya adalah menerima Ho jika χ 2 hitung kurang dari χ 2 tabel pada taraf α = 5. Dengan menggunakan formula 3.20 diperoleh nilai χ 2 hitung = 3,00 lebih kecil daripada χ 2 0,05;2 , sehingga keputusannya menerima Ho yaitu distribusi proporsi lokasi indikasi macan tutul mengikuti distribusi proporsi kelas kesesuaian habitat. Dengan demikian kesimpulannya adalah model kesesuaian habitat tersebut sesuai dengan kondisi lapangan saat ini. Uji valditas model diperoleh nilai 95,83, sehingga model ini dapat diandalkan valid Apabila dilakukan analisis secara pivot antara kelas pemanfaatan dan kelas kerawanan habitat maka diperoleh sembilan kelas kombinasi pemanfaatan dan kerawanan habitat sebagaimana disajikan pada Tabel 4.36. Pada Tabel 4.36 tampak bahwa patches hutan yang pemanfaatannya tinggi oleh macan tutul dan memiliki kerawanan rendah aman hanya 8,70 sedangkan yang kerawanannya tinggi mencapai 20,83. Dari luasannya, habitat yang pemanfaatannya tinggi dan kerawanannya rendah aman hanya 12,45 sedangkan yang kerawanannya tinggi mencapai 22,05. Tabel 4.36. Jumlah dan luas kantong-kantong habitat menurut kelas pemanfaatan dan kerawanannya. No. Pemanfaatan-Kerawanan Luas Ha Proporsi Jumlah Patches Proporsi 1 Rendah-Rendah 1,013.99 0.15 856 0.31 2 Rendah-Sedang 8,636.60 1.26 7,155 2.59 3 Rendah-Tinggi 38,766.67 5.66 12,977 4.69 4 Sedang-Rendah 15,236.78 2.22 11,454 4.14 5 Sedang-Sedang 34,539.02 5.04 28,421 10.27 6 Sedang-Tinggi 292,464.85 42.70 38,749 14.00 7 Tinggi-Rendah 59,586.34 8.70 34,441 12.45 8 Tinggi-Sedang 91,977.62 13.43 81,645 29.51 9 Tinggi-Tinggi 142,689.68 20.83 61,011 22.05 Jumlah 684,911.54 100.00 276,709 100.00 140 4.7. Implikasi Pengelolaan 4.7.1. Pengelolaan Habitat