7
BAB II LANDASAN TEORI
Bab II ini berisi tinjauan pustaka, kerangka berpikir, dan hipotesis. Tinjauan pustaka berisi teori-teori yang relevan, hasil penelitian sebelumnya,
kerangka berpikir dan hipotesis penelitian.
2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Teori-teori yang Mendukung
2.1.1.1 Teori Perkembangan Anak
Ada beberapa ahli yang menjelaskan mengenai pengertian perkembangan. Perkembangan dapat diartikan sebagai proses perubahan kuantitatif dan kualitatif
individu dalam rentang kehidupannya, mulai dari masa konsepsi, masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja, sampai masa dewasa Yusuf Sugandhi, 2011: 1.
Perkembangan tidak terbatas pada pengertian perubahan secara fisik, melainkan di dalamnya juga terkandung serangkaian perubahan secara terus menerus dari
fungsi-fungsi jasmaniah dan rohaniah yang dimiliki individu menuju tahap kematangan, melalui pertumbuhan dan belajar Desmita, 2005: 4. Berdasarkan
pendapat-pendapat dari ahli dapat disimpulkan bahwa perkembangan merupakan proses perubahan yang terjadi secara kompleks yang dialami oleh individu.
Perkembangan tidak hanya berkenaan dengan penambahan beberapa kilogram pada berat badan, ataupun penambahan beberapa sentimeter untuk tinggi badan,
akan tetapi perkembangan juga berkenaan dengan aspek-aspek psikis atau
rohaniah.
Teori perkembangan anak dalam penelitian ini didasarkan pada teori perkembangan kognitif Jean Piaget 1896-1980 dan teori perkembangan Lev
Vygotsky 1896-1934. Peneliti menggunakan teori-teori tersebut karena adanya kesesuaian dengan variabel penelitian. Piaget membagi proses kognitif menjadi
lima tahapan yaitu 1 Skema adalah tindakan atau representasi mental yang mengorganisasikan pengetahuan. 2 Asimilasi adalah proses tergabungnya
8 informasi baru ke dalam pengetahuan yang ada. 3 Akomodasi adalah proses
menyesuaikan skema untuk menyesuaikan informasi dan pengalaman baru. 4 Organisasi adalah perilaku atau pikiran yang terisolasi ke dalam sistem yang lebih
tinggi. 5 Ekuilibrium adalah mekanisme yang menjelaskan proses perpindahan dari satu tahap ke tahap pemikiran selanjutnya. Teori Piaget adalah pandangan
konstruktivis yang kuat. Ide dasar dari konstruktivisme adalah bahwa siswa belajar dengan baik ketika mereka secara aktif membangun informasi dan
pengetahuan. Piaget menjelaskan bahwa setiap tahapan berhubungan dengan usia dan
terdiri atas cara pemikiran yang berbeda. Piaget menyebutkan empat tahapan perkembangan kognitif, yaitu sebagai berikut.
1. Tahap sensorimotor 0-2 tahun.
Pada tahap ini, inteligensi anak lebih didasarkan pada tindakan indrawi anak terhadap lingkungannya, seperti melihat, meraba, menjamah,
mendengar, membau, dan lain-lain. Pada tahap ini, anak belum dapat berbicara dengan bahasa.
2. Tahap praoperasional 2-7 tahun.
Tahap pemikiran praoperasional dicirikan dengan adanya fungsi semiotik, yaitu penggunaan simbol atau tanda untuk menyatakan atau menjelaskan
suatu objek yang saat itu tidak berada bersama subjek. 3.
Tahap operasional konkret 7-11 tahun. Pada tahap ini anak telah mengembangkan sistem pemikiran logis yang
dapat diterapkan dalam memecahkan persoalan-persoalan konkret yang dihadapi. Anak masih menerapkan logika berpikir pada barang-barang
yang konkret. 4.
Tahap operasi formal lebih dari 11 tahun. Pada tahap ini remaja sudah mampu berpikir logis, berpikir dengan
pemikiran teoretis formal berdasarkan proposisi-proposisi dan hipotesis, dan dapat mengambil kesimpulan lepas dari apa yang diamati saat itu.
Pada tahap ini logika remaja mulai berkembang dan digunakan. Cara
9 berpikir yang abstrak mulai dimengerti Piaget Inhelder, 1969; Piaget,
1981.
Interaksi sosial berpengaruh terhadap perkembangan dan pemikiran manusia. Perbedaan pemikiran dan perilaku setiap manusia akan berpengaruh
terhadap perbedaan kultur. Salah satu pendekatan dari psikolog bernama Lev Vygotsky dikenal sebagai teori sosiokultural sociocultural theory. Keyakinan
Vygotsky mengenai pentingnya pengaruh sosial pada perkembangan kognitif anak tercermin pada konsep zona perkembangan proksimal atau zone of proximal
development ZPD. Zona perkembangan proksimal adalah istilah Vygotsky untuk berbagai tugas yang terlalu sulit bagi anak untuk dikuasai sendiri, tetapi dikuasai
dengan bimbingan dan bantuan dari orang yang lebih terampil. Zona proksimal menunjukkan perbedaan kemampuan yang dimiliki oleh setiap anak dalam
pemecahan masalah secara mandiri serta kemampuan yang dimiliki anak dalam memecahkan masalah dengan bantuan orang lain. Terkait erat dengan zona
perkembangan proksimal adalah konsep perancah scaffolding. Scaffolding adalah teknik yang melibatkan perubahan tingkat dukungan untuk belajar. Hal ini
orang yang lebih terampil akan memberikan bantuan sesuai dengan perkembangan yang dialami oleh anak. Ketika siswa belajar tugas baru, orang yang terampil
dapat menggunakan instruksi langsung. Apabila anak sudah menunjukkan peningkatan kompetensi maka orang yang terampil tersebut mengurangi
bimbingan yang diberikan. Penelitian ini menggunakan teori perkembangan kognitif dari Piaget dan
Lev Vygotsky sebagai dasar untuk menentukan pembelajaran yang sesuai untuk usia anak Sekolah Dasar. Teori ini memberikan pedoman bagi peneliti untuk
menerapkan pembelajaran dengan kegiatan-kegiatan nyata. Subjek penelitian yang ditentukan oleh peneliti adalah siswa kelas V Sekolah Dasar yang berada
pada usia sekitar 11 tahun. Anak pada tahap operasional konkret 7-11 tahun lebih mengarah pada kejadian yang nyata. Anak mampu menyelesaikan
pemasalahan yang rumit selama permasalahan tersebut dapat diselesaikan dengan menggunakan hal-hal yang konkret. Anak menggunakan panca inderanya dalam
10 mengamati hal-hal konkret tersebut, sehingga anak lebih mudah dalam
menemukan dan memahami permasalahan serta mencari pemecahannya.
2.1.1.2 Metode Pembelajaran