Pembelajaran IPS Kajian Pustaka

No. Provinsi Nama dan gambar rumah adat Keterangan 3 Sulawesi Selatan Tongkonan Rumah ini berbentuk panggung dan memiliki kolong yang berfungsi sebagai kandang kerbau belang atau Tedong Bonga. Kepala kerbau merupakan lambang kekayaan. Di depan rumah tersusun tanduk-tanduk kerbau sebagai lambang bahwa pemiliknya telah melakukan upacara kematian secara besar-besaran. Rumah Tongkonan terdiri dari 3 ruangan yaitu ruang tamu, ruang makan dan ruang belakang. 4 Sulawesi Tenggara Rumah Malige Rumah Malige terdiri dari empat tingkat. Ruang lantai pertama lebih luas dari lantai kedua, sedangkan lantai ketiga lebih luas dari lantai keempat. Jadi semakin ke atas ruangannya semakin sempit. Tetapi lantai keempat lebih melebar. Seluruh bangunan dibuat tanpa menggunakan paku, melainkan menggunakan pasak atau paku kayu. 5 Kepulauan Riau Rumah Lancang Rumah Lancang mempunyai atap melengkung keatas, agak runcing seperti tanduk kerbau. Sedangkan dindingnya miring keluar dengan hiasan kaki dinding mirip perahu atau lancang. Hal itu melambangkan penghormatan kepada Tuhan dan sesama. Tangga rumah biasanya ganjil. 2.1.5.3.2 Pakaian Adat Hampir semua daerah di Indonesia mempunyai pakaian adat sendiri. Pakaian khas tersebut selain indah juga mempunyai arti tertentu. Saat ini pakaian adat tidak banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Biasanya pakaian adat digunakan saat upacara adat, upacara perkawinan dan saat memperagakan tarian atau pertunjukan daerah Pujiati Yuliati, 2008: 76. Tabel 2.2 merupakan beberapa contoh pakaian adat di Indonesia. Pada tabel tersebut terdapat gambar- gambar Chaldun, 2003: v dan penjelasan singkat mengenai pakaian adat Gendhis, 2008. Tabel 2.2 Daftar Nama Beberapa Pakaian Adat di Indonesia No Provinsi Nama dan gambar pakaian adat Keterangan 1 Bengkulu Melayu Bengkulu Pria: Menggunakan baju model jas tertutup dan celana panjang serta mahkota. Dilengkapi dengan kalung dan kain songket yang melingkar di pinggang. Wanita: Memakai baju kurung yang berlengan panjang, sarung songket benang emas atau perak, sehelai kampuh, kalung bersusun dan mahkota. 2 D.I.Y. Pakaian Adat Surjan dan Kebaya Pria: Memakai destar penutup kepala, jas dengan leher tertutup dan keris yang diselipkan di pinggang bagian belakang. Mengenakan kain batik dengan corak yang sama dengan wanita. Wanita: Memakai kebaya dan kain batik. Perhiasannya berupa kalung, anting-anting dan cincin. 3 Sulawesi Tenggara Pakaian Adat Babung Gina Saman Pria: Memakai baju model jas tertutup, celana panjang dan sarung sebatas lutut. Memakai penutup kepala yang disebut destar. Wanita: memakai baju kebaya. Di atas kepala terdapat hiasan kembang. Memakai anting-anting, kalung dan gelang. 4 Papua Pakaian Adat Manawou Pria: Memakai hiasan kepala, kalung yang terbuat dari gigi dan tulang binatangkerang, dilengkapi hiasan di bagian kaki. Wanita: Memakai baju berumbai-rumbai sebatas lutut dan hiasan bulu di bagian kepala. Memakai perhiasan seperti kalung yang terbuat dari kerang dan gigi binatang serta hiasan kaki. 5 Kalimantan Barat Pakaian Adat Melayu Sambas Pria: Mengenakan penutup kepala, baju lengan panjang, celana panjang, ikat pinggang dan tenun sambas yang menyelempang di bahu dan melingkar di pinggang. Wanita: memakai baju panjang dan kain tenun sambas, ikat pinggang, kalung serta mahkota di kepala. 2.1.5.3.3 Senjata Tradisional Senjata tradisional memiliki banyak manfaat. Dahulu senjata tradisional sering digunakan untuk memotong, berburu, dan berperang. Saat ini senjata tradisional lebih banyak digunakan sebagai hiasan atau pelengkap pakaian adat Pujiati Yuliati, 2008: 76. Tabel 2.3 merupakan beberapa contoh senjata tradisional di Indonesia. Pada tabel tersebut terdapat gambar-gambar senjata tradisional dan penjelasan singkat mengenai senjata tradisional di Indonesia Gendhis, 2008. Tabel 2.3 Daftar Nama Beberapa Senjata Tradisional di Indonesia No Provinsi Nama dan gambar senjata radisional Keterangan 1 Nanggroe Aceh Darussalam Rencong Rencong merupakan senjata belati yang bentuknya menyerupai huruf L. Bilah rencong terbuat dari besi dan biasanya bertuliskan ayat Al-Quran. Senjata lain: Pedang Daun Tebu, Pedang Oom Ngom dan Reudeuh 2 Jawa Barat Kujang Kujang adalah senjata tikam berbentuk lengkung. Pada mata Kujang terdapat 1-5 buah lubang. Pada bilahnya terdapat ukiran- ukiran. Senjata lain: Keris Kirompang, Kris Kidongkol, Golok, Bedok, Panah bambu, Panah kayu dan Tombak 3 Sulawesi Tengah Pasatimpo Pasatimpo adalah senjata yang hulunya bengkok ke bawah dan sarungnya diberi tali. Senjata lain: Tombak, Parang, Pisau, Perisai dan Sumpitan 4 Papua Pisau Belati Pisau belati teruat dari tulang kaki burung Kaswari. Pisau ini juga dihiasi dengan bulu burung Kaswari. Senjata lain: Busur, Panah, Sumpit dan Tombak 5 Maluku Parang dan Salawaku Parang terbuat dari besi dan ditempa oleh pandai besi khusus. Panjang Parang yaitu antara 90-100 cm. Salawaku adalah perisai yang diberi hiasan motif-motif yang melambangkan keberanian. Parang dan Salawaku digunakan untuk berperang. Selain itu juga digunakan untuk berburu binatang. 2.1.5.3.4 Tarian Tradisional Tarian merupakan bagian dari kesenian. Setiap provinsi memiliki tarian tradisionalnya masing-masing. Beberapa provinsi bahkan memiliki lebih dari satu tarian tradisional. Tarian adat sering ditampilkan dalam upacara perkawinan, upacara adat, menyambut tamu atau dalam pertunjukan seni. Saat ini tarian tradisional sudah banyak dikombinasikan dengan tarian modern Pujiati Yuliati, 2008: 77. Tabel 2.4 merupakan beberapa contoh tarian tradisional di Indonesia. Pada tabel tersebut terdapat gambar-gambar tarian tradisional Chaldun, 2003: vi dan penjelasan singkat mengenai tarian tradisional tersebut Gendhis, 2008. Tabel 2.4 Daftar Nama Beberapa Tarian Tradisional di Indonesia No Provinsi Nama dan gambar tarian tradisional Keterangan 1 Nanggroe Aceh Darussalam Saman Tari saman digunakan untuk merayakan hari lahir Nabi Muhammad SAW. Kata ‘Saman’ diambil dari nama Syech Saman ulama besar di NAD. Syair dalam tari Saman menggunakan bahasa Arab dan Gayo. Tari ini mencerminkan pendidikan, keagamaan, sopan santun, kepahlawanan, kekompakan, kebersamaan dan merupakan media dakwah. Tarian lain: Seudati, Pukat, Sunan Gayo, Laweut, Guel, Pho, Rebana dan Likok Pulo 2 Maluku Tari Cakalele Tari Cakalele merupakan tarian tradisional Maluku yang dimainkan oleh sekitar 30 laki-laki dan perempuan. Para penari cakalele pria biasanya menggunakan parang dan salawaku, sedangkan penari wanita menggunakan lenso sapu tangan. Tarian ini diiringi musik beduk tifa, suling, dan kerang besar fu yang ditiup. Tarian lain: Tari Lenso dan tari perisai 3 Kalimantan Selatan Tari Baksa Kembang Tari Baksa Kembang digunakan untuk menyambut tamu pada perayaan hari besar dan hajatan. Tarian ini menggambarkan putri-putri remaja cantik yang sedang bermain di tamna bunga. Tari ini diiringi lagu Ayakan dan Jangklong atau Kembang Muni. Tarian lain: Radap Rahayu, Mantang Gandut dan Tirik 4 Jawa Barat Tari Merak Tarian ini melambangkan gerakan burung Merak. Ditarikan oleh satu orang atau berkelompok. Penari memakai selendang yang terikat di pinggang menyerupai sayap. Penari juga mengenakan mahkota berbentuk kepala burung merak. Gerakan tangan gemulai merupakan ciri gerak tarian ini. Tarian lain: Jaipong, tari Topeng, dan tari Rarasati 5 Sulawesi Selatan Pakarena Gantarang Tari Pakarena Gantarang merupakan tarian khas Kabupaten Selayar yang berasal dari sebuah perkampungan bernama Gantarang Lalang Bata. Tarian ini pertama kali ditampilkan pada awal abad ke-17 yang dikaitkan dengan kemunculan Tumanurung. Tarian lain: Tari Kipas 2.1.5.3.5 Alat musik tradisional Selain tarian tradisional, alat musik tradisional juga termasuk dalam kesenian. Alat musik tradisional digunakan untuk mengiringi lagu daerah. Alat musik tradisional di Indonesia cukup banyak. Saat ini seni musik tradisional juga sudah banyak dikombinasikan dengan seni musik modern. Pujiati Yuliati, 2008: 77. Tabel 2.5 berikut merupakan beberapa contoh alat musik tradisional di Indonesia. Pada tabel tersebut terdapat gambar-gambar alat musik tradisional Chaldun, 2003: vii dan penjelasan singkat mengenai alat musik tradisional tersebut Gendhis, 2008. Tabel 2.5 Daftar Nama Beberapa Alat Musik Tradisional di Indonesia No Provinsi Nama dan gambar alat musik tradisional Keterangan 1 Sumatera Selatan Akordion Accordion merupakan alat musik sejenis organ. Alat musik ini berukuran kecil dan digantungkan di leher. Pemusik memainkan tombol-tombol akord dengan jari-jari tangan kiri, sedangkan tangan kanan digunakan untuk memainkan melodi lagu yang dibawakan. Pada saat dimainkan, accordion ditarik atau didorong untuk menggerakkan udara yang ada di dalamnya. 2 Jawa Barat Angklung Angklung adalah alat musik yang terbuat dari bambu, dibunyikan dengan cara digoyangkan sehingga menghasilkan bunyi yang bergetar dalam susunan nada 2,3, sampai 4 nada dalam setiap ukuran, baik besar maupun kecil. Nada alat musik angklung sebagai musik tradisi Sunda kebanyakan adalah slendro dan pelog. Alat musik lain: Rebab dan Gamelan Sunda 3 Sulawesi Tengah Ganda Ganda adalah alat musik yang dimainkan dengan cara dipukul, bentuknya menyerupai gendang tetapi lebih panjang. Alat musik lain: Gendang dan Lado-lado 4 Maluku Utara Fu Fu adalah alat musik yang terbuat dari cangkang kerang laut dan dimainkan dengan cara ditiup. Alat musik lain: Floit dan Tifa 5 D.K.I. Jakarta Tehyan Tehyan adalah alat musik semacam Rebab yang berukuran kecil. Alat musik ini dimainkan dengan cara digesek. Alat musik lain: Rebab, Tanjidor dan Rebana

2.2 Penelitian yang Relevan

Uraian dalam subbab ini terdiri dari beberapa penelitian yang relevan. Peneliti membahas penelitian tentang metode Montessori dan penelitian tentang materi keragaman suku dan budaya Indonesia yang dijabarkan sebagai berikut.

2.2.1 Penelitian tentang Alat Peraga Berbasis Metode Montessori

Penelitian tentang metode Montessori dilakukan oleh Widyaningrum 2015 dan Noi 2015. Widyaningrum 2015 mengembangkan alat peraga matematika penjumlahan dan pengurangan berbasis metode Montessori untuk kelas II. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan RD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alat peraga yang dikembangkan mengandung lima ciri alat peraga dan mempunyai kualitas “sangat baik”. Alat peraga yang dikembangkan terbukti dapat mengatasi kesulitan belajar siswa dalam penjumlahan dan pengurangan dengan peningkatan skor posttest sebesar 53,74. Noi 2015 mengembangkan alat peraga matematika materi perkalian berbasis metode Montessori untuk kelas III. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan RD. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa alat peraga papan perkalian memiliki lima ciri, antara lain, menarik bagi siswa, bergradasi, memiliki pengendali kesalahan dan dapat digunakan secara mandiri oleh siswa. Kualitas alat peraga papan perkalian ditunjukkan dengan perolehan skor validasi 3,73 dalam kategori “sangat baik”. Selain itu, melalui penggunaan alat peraga matematika perkalian berbasis metode Montessori, nilai siswa dapat meningkat dari rerata 58,21 menjadi rerata 97,82. Dengan demikian, alat peraga sudah layak digunakan dan dapat melalui tahap uji coba yang lebih luas.

2.2.2 Penelitian tentang Materi Keragaman Budaya Indonesia

Penelitian tentang materi keragaman suku dan budaya Indonesia dilakukan oleh Maulidatun 2012, Kalsum, Imran dan Kapile 2014 dan Suparmini 2015. Maulidatun 2012 meneliti tentang pengaruh penggunaan metode Gallery Walk terhadap hasil belajar mata pelajaran IPS materi pokok keragaman suku bangsa dan budaya di Indonesia pada siswa kelas V semester 1 MI Negeri Kalibuntu Wetan Kendal. Penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan desain posttest only control . Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar IPS dengan penggunaan metode Gallery Walk lebih baik dari rata-rata hasil belajar IPS dengan pembelajaran ceramah. Kalsum, Imran dan Kapile 2014 meneliti tentang penggunaan media gambar untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Inpres 5 Palasa dalam pembelajaran IPS. Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas. Subyek penelitian adalah siswa kelas V SD Inpres 5 Palasa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan media gambar, penguasaan siswa terhadap materi terus meningkat sehingga berdampak pada meningkatnya hasil belajar IPS siswa kelas V SD Inpres 5 Palasa. Suparmini 2015 meneliti tentang peningkatan motivasi dan hasil belajar IPS keragaman suku bangsa dan budaya Indonesia dengan permainan Tembar pada siswa kelas IV A SDN Semboro Jember. Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan permainan Tembar pada pembelajaran IPS dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas IV A SDN Semboro 01 Jember Berdasarkan beberapa studi literatur, peneliti menemukan relevansi dari penelitian-penelitian di atas dengan penelitian yang dilakukan. Penelitian tentang alat peraga berbasis metode Montessori menunjukkan bahwa penggunaan alat peraga berbasis metode Montessori dapat membantu mengatasi kesulitan belajar siswa. Penelitian tentang materi keragaman budaya Indonesia menunjukkan bahwa kesulitan belajar siswa dapat diatasi dengan menggunakan berbagai metode. Karena itu, peneliti mencoba menawarkan penelitian yang mengembangkan alat peraga tentang keragaman budaya Indonesia berbasis metode Montessori. Kerangka relevansi penelitian ini dapat dilihat pada literature map yang dijabarkan pada bagan 2.1. Bagan 2.1 Literature Map dari Penelitian-penelitian yang Relevan

2.3 Kerangka Berpikir

Keragaman budaya Indonesia merupakan salah satu materi pembelajaran IPS kelas IV. Dalam materi tersebut, memuat budaya Indonesia di antaranya pakaian adat, rumah adat, senjata tradisional, tarian tradisional dan alat musik tradisional dari 33 provinsi di Indonesia. Apabila materi budaya Indonesia tersebut diberikan kepada siswa dengan metode ceramah oleh guru, akan menghabiskan banyak waktu dan materi tersebut tidak akan selesai. Akibatnya, pengetahuan siswa akan budaya Indonesia rendah. Karena itu, siswa perlu belajar secara mandiri untuk mengetahui budaya-budaya yang ada di Indonesia. Metode Montessori menjawab kebutuhan bagi siswa dalam mempelajari budaya Indonesia. Metode pembelajaran Montessori menekankan kemandirian siswa dalam belajar yang sudah didesain sedemikian rupa dengan memberikan ruangan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuannya. Pendidikan Montessori menggunakan alat peraga yang disesuaikan dengan kondisi siswa, dari segi ukuran, warna, dan tekstur permukaannya. Alat peraga Montessori mengandung ciri menarik, bergradasi, memiliki pengendali kesalahan, memungkinkan anak belajar secara mandiri, dan ciri tambahan yang disesuaikan dengan lingkungan anak, yaitu kontekstual. Karena itu, peneliti mengembangkan alat peraga Montessori dengan memperhatikan cirinya yang dapat membantu siswa dalam mempelajari budaya Indonesia. Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini dilakukan untuk menjawab kebutuhan terhadap alat peraga dalam pembelajaran di sekolah. Penelitian ini difokuskan pada Kompetensi Dasar “Menghargai keragaman suku bangsa dan budaya setempat kabupatenkota, provinsi” dengan menggunakan alat peraga IPS berbasis metode Montessori berupa alat peraga keragaman budaya Indonesia. Penelitian ini dilakukan terhadap siswa kelas IV tahun ajaran 20152016 di SD N Karangwuni 1. Jika alat peraga berbasis metode Montessori diterapkan dalam pembelajaran IPS materi keragaman budaya Indonesia, siswa akan terbantu dalam mempelajari materi keragaman budaya Indonesia. 31

BAB 3 METODE PENELITIAN

Uraian dalam bab ini berisi jenis penelitian, setting penelitian, rancangan penelitian, prosedur penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan atau sering disebut dengan research and development. Penelitian dan pengembangan adalah suatu proses dalam mengembangkan dan memvalidasi perangkat tertentu produk, yang dalam perspektif industri merupakan pengembangan suatu prototipe produk sebelum diproduksi secara massal Ali Asrori, 2014: 105. Berdasarkan pengertian tersebut, penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan alat peraga IPS berbasis metode Montessori materi keragaman budaya Indonesia. Penelitian ini dibatasi sampai pada uji coba lapangan terbatas yang dilakukan untuk mengetahui penggunaan alat peraga oleh siswa dalam memahami materi keragaman budaya di kelas IV. Selain itu, hasil dari penelitian ini berupa sebuah prototipe alat peraga keragaman budaya Indonesia berbasis metode Montessori.

3.2 Setting Penelitian

Setting penelitian mebahas mengenai objek penelitian, subjek penelitian, lokasi penelitian dan waktu penelitian.

3.2.1 Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah sekelompok siswa kelas IV tahun ajaran 20152016 di SD N Karangwuni 1. Sekelompok siswa tersebut berjumlah lima anak yang terdiri dari tiga siswa putri dan dua siswa putra. Peneliti memilih sekelompok siswa tersebut berdasarkan hasil diskusi dan rekomendasi dari wali kelas. Peneliti juga memberikan beberapa pertimbangan terkait pemilihan subjek berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan pada saat pembelajaran.