Metode Montessori Kajian Pustaka

2.1.4.1 Hakikat Alat Peraga Alat peraga Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, 2008: 37 adalah alat bantu dalam pengajaran untuk memeragakan sesuatu supaya apa yang diajarkan mudah dimengerti anak didik. Alat peraga juga diartikan oleh Arsyad. Menurut Arsyad 2014: 9, alat peraga adalah alat bantu pembelajaran dan segala macam benda yang digunakan untuk memperagakan materi pembalajaran. Senada dengan pengertian tersebut, Prastowo 2015: 297 memberikan pengertian alat peraga sebagai media yang menggambarkan atau mengilustrasikan konsep atau materi yang diajarkan sehingga siswa lebih mudah dalam mempelajari materi yang diajarkan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa alat peraga adalah benda-benda yang digunakan dalam pembelajaran untuk membantu siswa memahami materi yang diajarkan. Alat peraga memiliki fungsi untuk menerangkan atau memperagakan suatu mata pelajaran dalam kegiatan belajar mengajar Sudono, 2010: 14. Alat peraga memudahkan dalam memberi pengertian kepada siswa dari perbuatan yang abstrak sampai ke yang sangat konkret Sanaky, 2013: 24. Segala sesuatu yang masih bersifat abstrak dikonkretkan dengan menggunakan alat agar dapat dijangkau dengan pikiran yang sederhana dan dapat dilihat, dipandang dan dirasakan Arsyad, 2014: 9. Penggunaan alat peraga dalam pembelajaran dimaksudkan untuk mengoptimalkan keseluruhan fungsi panca indera siswa Widiyatmoko Pamelasari, 2012: 52. Melibatkan indera penglihatan, pendengaran, perasaan, penciuman dan peraba dalam pembelajaran dapat memberikan kesan paling utuh dan paling bermakna mengenai informasi dan gagasan yang terkandung dalam pengalaman itu Arsyad, 2014: 13. Berdasarkan teori di atas, alat peraga dapat membantu siswa dalam mempelajari suatu materi. Dengan alat peraga, siswa juga dapat mengembangkan seluruh panca inderanya. Materi yang diajarkan kepada siswa akan menjadi lebih mudah diterima apabila menggunakan alat peraga karena melibatkan seluruh panca indera yang dimiliki. Salah satu metode yang memiliki kekhasan penggunaan alat peraga dalam pembelajarannya adalah metode Montessori. 2.1.4.2 Alat Peraga Berbasis Metode Montessori Terdapat lima ciri-ciri alat peraga berbasis metode Montessori. Ciri-ciri tersebut adalah menarik, bergradasi, auto-correction, auto-education dan kontekstual. Ciri yang pertama adalah menarik. Pembelajaran bagi anak diarahkan untuk pengembangan panca indera. Alat peraga ini dibuat menarik dengan memperhatikan warna, kontur permukaan yang lembut, dan beratnya, sehingga anak tertarik untuk menyentuh, meraba, dan memegangnya. Anak normal akan mengulangi kegiatan yang mereka lakukan karena ketertarikan. Mereka melakukan modifikasi dalam menggunakan alat peraga Montessori, 2002: 170- 174. Ciri yang kedua adalah bergradasi. Gradasi alat peraga dalam Montessori terkait dengan warna, bentuk, dan usia anak. Alat peraga yang bergradasi ini memungkinkan digunakan dengan melibatkan panca indera anak dan bisa digunakan untuk anak-anak dari beragam usia dalam hal pembentukan konsep belajar anak Montessori, 2002: 174. Ciri ketiga adalah auto-correction. Alat peraga yang dibuat memiliki pengendali kesalahan. Dengan adanya pengendali kesalahan, anak bisa mengetahui jika mereka melakukan kesalahan dalam menggunakan alat peraga tanpa diberi tahu oleh orang lain Montessori, 2002: 171. Ciri keempat adalah auto-education. Alat peraga yang digunakan dapat mengembangkan kemampuan anak untuk belajar secara mandiri. Anak akan fokus pada apa yang dikerjakannya walaupun terdapat gangguan di sekitanya. Anak memperoleh pengalaman dari aktivitas dengan panca inderanya menggunakan alat peraga secara berulang. Hal tersebut merupakan cara mendidik dirinya sendiri. Dalam belajar, guru hanya sedikit campur tangan dan lebih banyak mengamati dan mengarahkan. Karena itu, guru di sekolah Montessori disebut sebagai direktris Montessori, 2002: 172-173. Ciri yang kelima adalah kontekstual. Dalam prinsip pendidikan Montessori, belajar hendaknya juga disesuaikan dengan konteks Lillard, 2005: 32. Kontekstual yang dimaksud adalah sesuai dengan lingkungan yang ada di sekitar anak. Selain itu, alat peraga dibuat dengan menggunakan material yang ada di alam sekitar. Berdasarkan paparan di atas, peneliti mengembangkan alat peraga dengan memperhatikan ciri-ciri alat peraga Montessori. Alat peraga yang dikembangkan menarik, dengan memberikan warna dan cara penggunaan yang menyenangkan. Alat peraga yang dikembangkan juga bergradasi karena dapat terdiri dari berbagai warna dan tekstur. Memiliki auto-correction sehingga siswa dapat mengetahui kesalahannya sendiri ketika belajar. Melalui alat peraga ini, siswa juga dapat belajar secara mandiri tanpa didampingi oleh guru auto-education. Alat peraga yang dikembangkan juga dibuat dengan menggunakan bahan-bahan yang dapat ditemukan dengan mudah di lingkungan sekitar. Peneliti mengembangkan alat peraga berbasis metode Montessori untuk mata pelajaran IPS pada materi keragaman budaya Indonesia.

2.1.5 Pembelajaran IPS

Uraian dalam pembelajaran IPS membahas mengenai hakikat IPS, pembelajaran IPS di Sekolah Dasar, dan keragaman budaya Indonesia. 2.1.5.1 Hakikat IPS Ilmu Pengetahuan Sosial, yang sering disingkat menjadi IPS adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari berbagai macam ilmu sosial, humaniora dan kegiatan dasar manusia yang dikemas secara ilmiah untuk memberi wawasan dan pemahaman yang mendalam bagi siswa, khususnya di tingkat dasar dan menengah Susanto, 2013: 137. Sejalan dengan pengertian tersebut, menurut Somantri dalam Sapriya, 2009: 11, IPS merupakan penyederhanaan atau adaptasi dari ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis untuk tujuan pendidikan. Ilmu-ilmu sosial dan humaniora yang dimaksud adalah sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya Susanto, 2014: 6. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial Sapriya, 2006: 3. Pengertian IPS yang lebih komprehensif dari segi makna dan kegunaannya diungkapkan oleh National Council for the Social Studies NCSS. NCSS dalam Susanto, 2013:144 menjelaskan bahwa pendidikan IPS adalah suatu kajian terpadu dari ilmu-ilmu sosial dan ilmu-ilmu kemanusiaan untuk meningkatkan kemampuan kewarganegaraan civic competence. Berdasarkan pengertian dari