Berdasarkan tabel 4.27, diperoleh hasil perhitungan koefisien Alpha sebesar 0,794. Suatu instrumen dikatakan reliabel apabila memiliki nilai koefisien
Alpha sekurang-kurangnya 0,7 Kaplan dalam Widoyoko, 2015: 165. Dengan
demikian, instrumen tes tersebut dapat dikatakan reliabel dan dapat digunakan. Instrumen tes yang telah valid dan reliabel tersebut digunakan sebagai
pretest dan posttest. Peneliti mengambil 15 soal yang digunakan sebagai pretest
dan posttest dari 16 soal yang valid. Berikut adalah kisi-kisi instrumen pretest dan posttest
yang disajikan pada tabel 4.28.
Tabel 4.28 Kisi-kisi Instrumen pretest dan posttest
Kompetensi Dasar Indikator
Nomor Item Pretest
Posttest
Menghargai keragaman suku
bangsa dan budaya setempat
kabupatenkota, provinsi
Memberikan contoh budaya yang ada di Indonesia
1, 2, 3, 4, 5, 6 dan 7
1, 2, 3, 4, 12, 14 dan 15
Mencirikan budaya yang ada di Indonesia
8 dan 9 8 dan 9
Mengelompokkan budaya yang ada di Indonesia
10, 11, 12, 13, 14 dan 15
5, 6, 7, 10, 11, 13
Setelah divalidasi oleh para ahli, instrumen tes perlu diuji keterbacaannya sebelum digunakan pada saat uji coba terbatas. Hal tersebut dilakukan untuk
mengetahui tingkat pemahaman siswa pada kalimat pertanyaan pada soal. Uji keterbacaan dilakukan kepada lima orang siswa SD N Caturtunggal 1 sebagai SD
setara. Hasil uji keterbacaan disajikan pada tabel 4.29.
Tabel 4.29. Hasil Uji Keterbacaan Instrumen Tes
Siswa No. Item
Total Rerata
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 4 3 3 4 3 4 4 3 4 3
4 3
4 3
4 53
3,53 2
4 3 3 4 3 3 3 2 4 3 4
4 4
3 4
52 3,46
3 4 3 4 4 2 3 1 1 1 2
4 4
2 3
4 42
2,8 4
4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4
4 4
3 4
58 3,86
5 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4
4 4
4 4
4 57
3,8 Rerata
52,4 3,49
Berdasarkan hasil uji keterbacaan kuesioner oleh siswa SD setara pada tabel 4.29, didapatkan rerata skor sebesar 3,49. Jika dibandingkan dengan tabel
3.10 halaman 55, rerata tersebut termasuk dalam kategori sangat baik. Dengan
demikian, instrumen dinyatakan layak digunakan tanpa perbaikan. Lembar hasil uji keterbacaan instrumen tes dapat dilihat pada lampiran 3.5 halaman 168.
4.1.2.3.2 Kuesioner Validasi Produk
Instrumen pengumpulan data yang digunakan selanjutnya adalah kuesioner. Kuesioner digunakan untuk menilai kelayakan produk alat peraga
keragaman budaya Indonesia yang telah dikembangkan. Validasi produk dilakukan oleh ahli dan oleh siswa. Kuesioner validasi produk dikembangkan
berdasarkan kelima ciri alat peraga Montessori dalam kisi-kisi kuesioner validasi produk yang tersaji pada tabel 3.6 halaman 47. Kisi-kisi tersebut dikembangkan
menjadi 11 pertanyaan. Instrumen kuesioner validasi produk untuk ahli dan siswa memiliki isi yang sama. Meskipun demikian, terdapat perbedaan dalam
penggunaan bahasa dan urutan pertanyaan. Sebelum digunakan, kuesioner validasi produk diuji validitasnya terlebih
dahulu. Validasi dilakukan dengan tujuan agar instrumen tersebut layak digunakan. Validasi yang dilakukan adalah validasi konstruk. Validasi kuesioner
dilakukan oleh ahli bahasa. Dalam validasi tersebut, ahli memberikan penilaian dan komentar yang digunakan sebagai pertimbangan untuk perbaikan kuesioner.
Hasil validasi kuesioner validasi produk oleh ahli dapat dilihat pada tabel 4.30.
Tabel 4.30 Hasil Validasi Kuesioner Validasi Produk oleh Ahli
Ahli No. Item
Total Rerata
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Bahasa 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 44
4
Berdasarkan hasil validasi kuesioner validasi produk oleh ahli pada tabel 4.30, didapatkan rerata skor sebesar 4. Jika dibandingkan dengan tabel 3.11
halaman 55, rerata tersebut memiliki nilai lebih dari 2,50 dan termasuk dalam kategori sangat baik. Dengan demikian, instrumen dinyatakan valid dan layak
digunakan. Lembar hasil validasi kuesioner validasi produk oleh ahli dapat dilihat pada lampiran 4.1 halaman 178. Selain untuk validasi produk oleh ahli, kuesioner
validasi produk juga digunakan sebagai kuesioner tanggapan guru mengenai alat
peraga.
Selain validasi pada kuesioner validasi produk oleh ahli, validasi instrumen juga dilakukan oleh ahli pada kuesioner tanggapan mengenai produk
oleh siswa. Hasil validasi kuesioner tanggapan mengenai produk oleh siswa dituangkan dalam tabel 4.31.
Tabel 4.31. Hasil Validasi Kuesioner Tanggapan mengenai Produk oleh Siswa
Ahli No. Item
Total Rerata
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Bahasa 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 44
4 IPS
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
44 4
Guru 4 4 4 3 3 3 4 3 3 4
4 39
3,54 Rerata
42.3 3,84
Berdasarkan hasil validasi kuesioner tanggapan mengenai produk oleh siswa pada tabel 4.31, didapatkan rerata skor sebesar 3,84. Jika dibandingkan
dengan tabel 3.11 halaman 55, rerata tersebut memiliki nilai lebih dari 2,50 dan termasuk dalam kategori sangat baik. Dengan demikian, instrumen dinyatakan
valid dan layak digunakan. Lembar hasil validasi kuesioner tanggapan mengenai produk oleh siswa dapat dilihat pada lampiran 4.2 halaman 180.
Selain validasi instrumen oleh ahli, kuesioner tanggapan mengenai produk oleh siswa perlu diuji keterbacaannya. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui
tingkat pemahaman siswa pada kalimat pernyataan yang diberikan dalam kuesioner. Uji keterbacaan dilakukan kepada lima orang siswa SD N Caturtunggal
1 sebagai SD setara. Hasil uji keterbacaan disajikan pada tabel 4.32.
Tabel 4.32 Hasil Uji Keterbacaan Kuesioner Tanggapan mengenai Produk oleh Siswa
Siswa No. Item
Total Rerata
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 4 3 4 4 4 4 4 3 3
4 3
40 3,63
2 2 4 4 4 1 3 2 3 4
2 4
33 3
3 3 4 4 4 4 4 4 3 4
3 3
40 3,63
4 3 4 4 4 4 4 4 4 4
3 3
41 3,72
5 3 4 4 4 4 4 4 2 4
4 3
40 3,63
Rerata 36,8
3,34
Berdasarkan hasil uji keterbacaan kuesioner oleh siswa SD setara pada tabel 4.32, didapatkan rerata skor sebesar 3,34. Jika dibandingkan dengan tabel
3.10 halaman 55, rerata tersebut termasuk dalam kategori sangat baik. Dengan demikian, instrumen dinyatakan layak digunakan tanpa perbaikam. Lembar hasil
uji keterbacaan kuesioner tanggapan mengenai produk oleh siswa dapat dilihat pada lampiran 4.3 halaman 182.
Pada tahap ini, peneliti telah memperoleh disain alat peraga dan disain album alat peraga. Selain itu, peneliti telah membuat instrumen kuesioner untuk
validasi produk dan tes yang digunakan dalam uji coba lapangan terbatas. Dengan demikian, peneliti dapat melanjutkan pada tahap yang ketiga.
4.1.3 Pengembangan Bentuk Awal Produk
Pada tahap sebelumnya, telah dirancang disain alat peraga dan album alat peraga. Selanjutnya, peneliti membuat alat peraga dan disain alat peraga
berdasarkan disain yang telah dirancang. Pada tahap ini peneliti mengumpulkan bahan dan membuat alat peraga.
4.1.3.1 Pengumpulan Bahan
Berdasarkan analisis kebutuhan, beberapa bahan yang dipilih adalah kayu, kertas, kain dan plastik. Beberapa bahan yang dimanfaatkan peneliti dalam
penelitian ini adalah kayu, kertas dan plastik. Bahan tersebut digunakan untuk membuat papan peta timbul, bendera, kartu dan tempat penyimpanan bendera dan
kartu. Kayu dimanfaatkan sebagai bingkai papan peta timbul dan tempat penyimpanan bendera dan kartu. Jenis kayu yang dipilih adalah kayu pinus. Kayu
pinus menjadi pilihan karena warnanya yang cerah, anti rayap dan ringan. Jenis kayu yang selanjutnya adalah triplek. Kayu ini dimanfaatkan untuk alas papan
peta timbul dan tutup kotak penyimpanan. Kayu ini dipilih karena kecenderungannya yang tidak mudah melengkung serta tipisnya ukuran, sehingga
tetap ringan. Selain kayu pinus dan triplek, peneliti juga mengunakan serbuk kayu sebagai bahan pembuatan peta timbul Indonesia.
Bahan lain yang digunakan adalah kertas. Dalam penelitian ini, peneliti memilih dua jenis kertas yaitu Ivory 260 dan Albatros. Kertas Ivory 260
digunakan sebagai bahan pembuatan kartu. Jenis kertas tersebut dipilih karena memiliki tingkat ketebalan yang tinggi dan tidak mudah rusak. Selanjutnya adalah
jenis kertas Albatros. Kertas in digunakan sebagai bahan pembuatan bendera. Jenis kertas Albatros dipilih karena kertas ini kuat dan tidak mudah robek.
Meskipun demikian, kertas tetap tipis dan elastis. Bahan selanjutnya adalah plastik. Bahan plastik digunakan sebagai tiang
bendera. Peneliti memanfaatkan stiktusuk permencoklat yang dapat didapatkan dengan mudah di toko-toko kue. Bahan plastik dipilih karena kuat dan tidak
mudah patah.
4.1.3.2 Pembuatan Alat Peraga
Dalam pembuatan alat peraga, peneliti bekerjasama dengan tukang kayu. Hal tersebut dikarenakan lengkapnya peralatan yang dimiliki oleh tukang kayu
sehingga dapat mendukung pembuatan alat peraga yang baik. Tukang kayu yang diajak untuk bekerjasama berlokasi di Gedongkiwo, Yogyakarta. Pembuatan alat
peraga dilakukan selama satu bulan. Peneliti memberikan disain kepada tukang kayu. Kemudian tukang kayu membuat alat peraga sesuai dengan disain yang
telah diberikan oleh peneliti. Gambar 4.2 adalah gambar peta timbul Indonesia yang dikembangkan oleh peneliti.
Gambar 4.2 Papan Peta Timbul Indonesia Langkah pembuatan papan peta timbul Indonesia ini diawali dengan
pembuatan bingkai oleh tukang kayu. Tukang kayu memilih kayu, memotong kayu dan membentuknya seperti disain yang telah dibuat. Setelah itu, peneliti
menggambar peta. Peneliti menandai setiap provinsi pada peta. Tukang kayu membuat lubang berdiamater 0,3 cm pada setiap provinsi sesuai dengan tanda
yang dibuat peneliti dan melakukan finishing pada bingkai. Langkah selanjutnya, peneliti membuat peta timbul Indonesia. Pembuatan peta timbul Indonesia diawali
dengan mencampur serbuk kayu dengan lem kayu. Setelah serbuk kayu dan lem
tercampur secara merata, peneliti menempelkan dan membentuk serbuk kayu tersebut menjadi pulau sesuai dengan peta yang sudah tergambar pada bingkai.
Setelah peta terbentuk, peta didiamkan hingga kering. Setelah peta kering, peneliti memberi warna pada peta dengan menggunakan cat.
Proses selanjutnya yang dilakukan oleh tukang kayu adalah membuat kotak penyimpanan bendera dan kartu. Gambar 4.3 berikut adalah gambar kotak
penyimpanan.
Gambar 4.3 Kotak Penyimpanan Bendera dan Kartu Kotak penyimpanan terbuat dari kayu pinus. Kotak ini terdiri dari sepuluh
kolom untuk menyimpan bendera dan kartu. Tahap pembuatan kotak penyimpanan adalah memilih kayu, memotong katu dan membentuk seperti disain
yang telah dibuat. Selanjutnya, tukang kayu melakukan finishing pada kotak penyimpanan.
Komponen kotak penyimpanan yang selanjutnya adalah penutup kotak penyimpanan. Penutup kotak penyimpanan terbuat dari kombinasi kayu triplek
dan pinus. Tahap yang dilakukan dalam pembuatan tutup memilih kayu, memotong katu dan membentuk seperti disain yang telah dibuat. Tukang kayu
juga membuat 33 lubang berdiameter 0,3 cm pada tutup tersebut untuk memajang bendera. Gambar 4.4 adalah gambar tutup penyimpanan.
Gambar 4.4 Tutup Penyimpanan