CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Tanggal 31 Desember 2015 dan Untuk
Tahun yang Berakhir pada Tanggal Tersebut Disajikan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain
215
61. MANAJEMEN RISIKO lanjutan
A. Risiko Kredit lanjutan Untuk mendukung hal tersebut, Bank secara periodik melakukan review dan penyempurnaan
terhadap kebijakan kredit secara umum, prosedur kredit per segmen bisnis dan tools risk management. Pedoman kerja dimaksud memberikan petunjuk pengelolaan risiko kredit secara
lengkap, untuk mengidentifikasi risiko, mengukur serta mitigasi risiko dalam proses pemberian kredit secara end to end mulai dari penentuan target market, analisa kredit, persetujuan, dokumentasi,
penarikan
kredit, pemantauanpengawasan,
hingga proses
penyelesaian kredit
bermasalahrestrukturisasi. Untuk meningkatkan peran sosial dan kepedulian Bank terhadap risiko lingkungan serta sebagai
salah satu wujud penerapan prinsip tanggung jawab dalam tata kelola perusahaan yang baik Good Corporate Governance, Bank Mandiri telah menyusun Petunjuk Teknis Analisa Lingkungan Hidup
dan Sosial dalam Pemberian Kredit yang digunakan sebagai referensi dalam melakukan analisa lingkungan pada analisa pemberian kredit. Hal ini sejalan dengan upaya yang dilakukan oleh Bank
Indonesia, dimana dalam Peraturan Bank Indonesia mengenai Penilaian Kualitas Aset Bank Umum diatur bahwa penilaian prospek usaha debitur dikaitkan pula dengan upaya debitur dalam
memelihara lingkungan hidup.
Secara prinsip, pengelolaan risiko kredit diterapkan pada tingkat transaksional maupun tingkat portofolio. Pada tingkat transaksional diterapkan four-eye principle yaitu setiap pemutusan kredit
melibatkan Business Unit dan Credit Risk Management Unit secara independen untuk memperoleh keputusan yang obyektif. Mekanisme four-eye principle dilakukan oleh Credit Committee sesuai limit
kewenangan dimana proses pemutusan kredit dilaksanakan melalui mekanisme Rapat Komite Kredit. Executive Credit Officer sebagai anggota Credit Committee memiliki kompetensi,
kemampuan dan integritas yang tinggi sehingga proses pemberian kredit dilakukan secara obyektif, komprehensif dan hati-hati. Untuk memonitor kinerja pemegang kewenangan dalam memutus kredit,
Bank telah mengembangkan monitoring database system pemegang kewenangan. Dengan sistem ini Bank setiap saat dapat memantau jumlah maupun kualitas kredit yang telah diputus oleh
Pemegang Kewenangan, sehingga performance dari Executive Credit Officer dapat diketahui setiap waktu.
Sebagai upaya memitigasi risiko kredit per debitur, Credit Committee menentukan struktur kredit termasuk penentuan covenant yang tepat sesuai kebutuhan dan kondisi debitur, sehingga kredit
yang diberikan benar-benar efektif dan menguntungkan bagi debitur maupun Bank Mandiri.
Pedoman untuk menentukan struktur agunan dalam rangka kebijakan mitigasi risiko kredit telah diatur secara rinci ke dalam SPK Standar Prosedur Kredit untuk masing-masing segmen. Jenis
agunan yang diterima Bank terdiri dari benda bergerak antara lain agunan tunai, piutang dagang, persediaan barang, mesin, dan surat berharga, benda tak bergerak antara lain tanah, bangunan,
dan mesin, serta penjaminan personalcorporate guarantee. Ketentuan coveragekecukupan agunan untuk tiap segmen ditentukan sebagai berikut:
Segmen Jenis Agunan
Jumlah Coverage Minimal
Wholesale Proyek yang dibiayai
100 - 150 dari limit kredit
Persediaan inventory Piutang
Fixed Asset Tanah atau TanahBangunan
Agunan lain yang diterima oleh Bank
Retail Fixed Asset
100 - 200 dari limit kredit
Persediaan inventory Piutang
Tanah atau Tanah Bangunan Agunan lain yang diterima oleh Bank
Jumlah coverage agunan ditentukan berdasarkan jenis dan limit fasilitas kredit, jenis dan nilai agunan, serta evaluasi debitur.
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Tanggal 31 Desember 2015 dan Untuk
Tahun yang Berakhir pada Tanggal Tersebut Disajikan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain
216
61. MANAJEMEN RISIKO lanjutan
A. Risiko Kredit lanjutan Untuk menjamin fasilitas kredit, Bank mengutamakan agunan dalam bentuk aset tetap berupa tanah
atau tanah berikut bangunan. Nilai agunan yang digunakan Bank sebagai jaminan kredit adalah nilai agunan yang dinilai oleh penilai internal credit operation unit dan penilai eksternal rekanan Bank
atau penilai eksternal bukan rekanan Bank yang telah ditunjuk pejabat pemegang kewenangan di business unitcredit recovery unit.
Agunan dapat ditukar selama masih memenuhi aspek marketabilitas dan memenuhi kecukupan nilai agunan. Jika terjadi gagal bayar oleh debitur, Bank akan melikuidasi agunan sebagai second way
out guna menjamin pelunasan hutang debitur.
Untuk mengidentifikasi serta mengukur tingkat risiko transaksional, sebagai bagian dari pelaksanaan prudential banking, Bank menggunakan Credit Risk Tools antara lain Credit Rating dan Credit
Scoring Tools, spread sheet keuangan, Nota Analisa Kredit NAK yang comprehensive.
Rating dan Scoring system terdiri dari Bank Mandiri Rating System BMRS, Small Medium Enterprise Scoring System SMESS, Micro Banking Scoring System MBSS serta Consumer
Scoring System application, behaviour, collection dan anti-attrition.
BMRS yang telah dikembangkan oleh Bank terdiri dari Rating System untuk segmen Corporate Commercial, Rating System untuk segmen Wholesale SME, Rating System untuk Project Finance,
Rating System untuk Financial Institution - Bank, Rating System untuk Financial Institution - Non Bank, yaitu multifinance dan Rating System untuk Bank Perkreditan Rakyat BPR.
Dengan Rating System untuk Financial Institution - Bank, Bank dapat melakukan identifikasi dan pengukuran risiko Bank Counterparty yang dapat ditoleransi dalam memberikan fasilitas Credit Line.
Sebagai upaya perbaikan pengukuran tingkat risiko transaksional untuk Kantor Luar Negeri, saat ini BMRS telah diimplementasikan di Kantor Luar Negeri.
Untuk menunjang pengembangan model Scoring dan Rating, Bank telah memiliki Pedoman Penyusunan dan Pengembangan Model Credit Rating dan Credit Scoring, yang merupakan
pedoman lengkap bagi Bank dalam menyusun model credit rating dan credit scoring. Disamping hal tersebut, guna memonitor performance model credit rating dan credit scoring, Bank melakukan
review atas hasil scoring dan hasil rating yang dilakukan oleh business unit. Selain itu Bank juga telah memiliki pedoman penyusunan model probability of default PD yang dapat menunjang
penerapan internal rating based approach. Sebagai upaya pemantauan kinerja rating and scoring yang dikelola dalam database, disusun
laporan credit scoring review dan rating review outlook yang diterbitkan secara triwulan dan semesteran. Laporan tersebut memuat informasi mengenai performance scoring dan rating yang
disusun berdasarkan limit Rp5.000 – Rp15.000 untuk middle commercial dan di atas Rp15.000 untuk large commercial corporate. Hal ini bermanfaat bagi business unit khususnya sebagai
acuan dalam menetapkan targeted customer dengan klasifikasi baik perform, sehingga proses ekspansi kredit lebih berkualitas.
Dalam rangka persiapan komponen AIRB, Bank mulai mengembangkan model rating sejalan dengan pengembangan model PD, LGD, dan EAD untuk segmen berdasarkan Basel Asset Class
yaitu Corporate, Corporate SME, Project Finance, serta Basel II Risk Paramater untuk segmen Retail. Selain itu untuk pengukuran economic capital untuk risiko kredit agar comply dengan Basel II,
Bank telah mengembangkan Long Term PD, melakukan review model internal untuk exposure at default EAD and lost given default LGD.