pernyataan yang terdapat pada kuesioner dengan nilai validitas antara 0. 305 - 0.702. Setelah konsultasi dengan pembimbing maka peneliti melakukan uji
validitas kuesioner yang kedua dengan uji validitas expert ahli. Uji validitas expert ini dilakukan dengan pembimbing peneliti. Hal ini
dilakukan karena keterbatasan waktu pelaksanaan penelitian. Setelah melakukan uji validitas expert dengan pembimbing maka jumlah pertanyaan
yang digunakan pada kuesioner menjadi 26 pertanyaan. Validitas instrumen diukur dengan rumus korelasi pearson product
moment dimana r hitung diperoleh dengan menggunakan software statistic sehingga diperoleh kesimpulan bahwa Hidayat, 2007:
Bila r hitung lebih besar dari r tabel → variabel valid
Bila r hitung lebih kecil dari r tabel → variabel tidak valid
Apabila instrumen valid, maka indeks korelasinya r adalah sebagai berikut Hidayat, 2007:
a. 0.800 – 1.000 : sangat tinggi
b. 0.600 – 0.799 : tinggi
c. 0.400 – 0.599 : cukup tinggi
d. 0.200 – 0.399 : rendah
e. 0,000 – 0.199 : sangat rendah
2. Reliabilitas
Reliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila alat ukur tersebut digunakan
berulang kali Umar, 2002. Uji reliabilitas ini menggunakan model Alpha Cronbach. Reliabilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika memiliki
nilai Cronbach’s Alpha 0.60 Santoso dalam Gumilar, 2007. Nilai reliabilitas kuesioner yang diperoleh adalah 0.576 sehingga dapat dikatakan
kuesioner tidak reliabel.
G. Prosedur Pengumpulan Data
1. Prosedur Administrasi a. Pengumpulan data dilakukan setelah mendapat izin dari SMP
Muhammadiyah 17 Ciputat sebagai tempat penelitian. b. Melakukan sosialisasi penelitian kepada kepala sekolah, guru, dan staf
sekolah kemudian dibuat kesepakatan untuk melakukan program pendidikan kesehatan dengan metode peer education tentang kesehatan
tulang di SMP Muhammadiyah 17 Ciputat. c. Mengidentifikasi responden yang memenuhi kriteria inklusi.
d. Meminta calon responden yang terpilih agar bersedia menjadi responden setelah mendapatkan penjelasan tentang tujuan, manfaat, dan prosedur
penelitian serta hak dan kewajiban selama menjadi responden. Responden yang bersedia selanjutnya diminta menandatangani lembar
informed consent. 2. Prosedur persiapan sebelum intervensi
Sebelum memberikan perlakuan berupa peer education kesehatan tulang peneliti membuat booklet sebagai media pendidikan kesehatan. Selain itu
peneliti juga memberikan pengarahan kepada fasilitator teman peneliti terkait dengan perannya dalam diskusi kelompok yang akan dilaksanakan.
3. Prosedur intervensi Tahapan intervensi program peer education adalah sebagai berikut:
a. Peneliti meminta bantuan wali danatau guru kelas VIII untuk memilih 10 siswa yang terbaik dari setiap kelas.
b. Peneliti dibantu guru kelas mengumpulkan 35 siswa yang terpilih didalam suatu kelas untuk diberikan penjelasan penelitian. Pada hari
tersebut peneliti hanya bisa mengumpulkan 35 siswa karena 5 siswa yang lain sedang tidak masuk sekolah.
c. Peneliti menjelaskan prosedur penelitian kepada seluruh siswa yang terpilih.
d. Peneliti membagikan kuesioner tentang pengalaman siswa dalam mengikuti pendidikan kesehatan dengan metode peer education dan
pendidikan kesehatan tentang kesehatan tulang kepada seluruh calon responden.
e. Peneliti memilih siswa yang belum pernah mengikuti pendidikan kesehatan dengan metode peer education dan pendidikan kesehatan
tentang kesehatan tulang. f. Peneliti melakukan penomoran responden dengan meminta kepada
seluruh calon responden untuk berhitung. g. Peneliti melakukan pengocokan nomor sebanyak 32 kali, dimana nomor
urut yang keluar dijadikan responden penelitian. h. Peneliti melakukan informed consent secara tertulis dengan siswa yang
terpilih sebagai responden menggunakan lembar informed consent.
i. Peneliti dibantu oleh guru kelas melakukan pengukuran awal pre test terhadap pengetahuan seluruh responden terkait kesehatan tulang dengan
menggunakan kuesioner pengetahuan. j. Peneliti memberikan tugas berupa pertanyaan terkait dengan hal-hal yang
membahas kesehatan tulang, yaitu pertumbuhan tulang pada remaja, pentingnya menjaga kesehatan tulang saat remaja, dan cara
meningkatkan kesehatan tulang. Tugas yang diberikan dikerjakan secara individu diluar jam sekolah dirumah.
k. Pada hari berikutnya peneliti membuat kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 5-6 siswa. Dimana anggota kelompok untuk suatu kelompok
ditentukan secara acak oleh peneliti dan fasilitator. l. Peneliti memberikan booklet kesehatan tulang sebagai salah satu
referensi pada saat diskusi kelompok. m. Pelaksanaan diskusi kelompok selama 30 menit. Setiap anggota
kelompok di kelompok kecil mempresentasikan tugas yang telah dikerjakan secara bergantian dan mereka saling berdiskusi. Agar diskusi
berjalan lancar dan setiap anggota kelompok dapat terlibat secara aktif maka di setiap kelompok terdapat 1 fasilitator. Fasilitator adalah teman
peneliti yang bertugas untuk menentukkan anggota kelompok yang memulai diskusi mempresentasikan tugasnya dan mengarahkan
jalannya diskusi. Tidak terdapat kriteria khusus dalam pemilihan fasilitator. Sebelum penelitian fasilitator mendapatkan pengarahan terkait
dengan perannya dalam diskusi kelompok dari peneliti.