Pengetahuan kesehatan tulang sesudah intervensi peer education
diucapkannya. Teori ini menjelaskan bahwa pengetahuan yang dapat diperoleh setelah mengikuti pendidikan kesehatan dengan metode diskusi kelompok
memiliki persen retensi yang besar sehingga pengetahuan yang diperoleh menjadi lebih banyak. Teori ini sejalan dengan hasil penelitian yang
menunjukan adanya peningkatan rata-rata pengetahuan yang signifikan setelah dilakukan intervensi peer education.
Terdapat teori lain yang mendukung hasil penelitian yang menunjukkan adanya pengaruh intervensi peer education terhadap peningkatan pengetahuan
yaitu, dalam peer education siswa akan membangun pengertian dan pemahaman mereka sendiri tentang apa yang mereka butuhkan untuk belajar
Boud, 2001 dalam Gwee, 2003. Pada peer education siswa terlibat secara aktif dalam proses belajar dimana siswa akan terlibat dalam mengumpulkan,
menganalisis, mengevaluasi, mengintegrasikan, dan menerapkan informasi untuk menyelesaikan tugas atau memecahkan suatu masalah Boud, 2001
dalam Gwee, 2003; Simons, 1995 dalam Murti, 2006 sehingga pengetahuan yang diperoleh lebih mantap dan bertahan lama Simons, 1995 dalam Murti,
2006. Menurut WHO 2005 peer education sebagai suatu metode yang berbasis pendidikan dapat diterapkan sebagai metode pendidikan bagi remaja,
di mana remaja dapat terlibat secara aktif dan dapat berkembang dengan berbagi informasi, perdebatan dan interaksi antara teman sebaya.
Pada penelitian ini peneliti menggunakan booklet kesehatan tulang sebagai media pendidikan kesehatan, dimana booklet yang digunakan telah melalui
proses evaluasi dari pembimbing peneliti. Penggunaan booklet ini turut mempengaruhi peningkatan pengetahuan para responden. Hal ini didukung
oleh penelitian yang dilakukan oleh Ernawati 2008 tentang efektifitas edukasi dengan menggunakan panduan pencegahan osteoporosis terhadap pengetahuan
wanita yang berisiko osteoporosis di Rumah Sakit Fatmawati Jakarta. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa kelompok yang mendapatkan intervensi
berupa panduan pencegahan osteoporosis tingkat pengetahuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok yang tidak mendapatkan intervensi.
Selain itu, menurut kerucut Edgar Dale 1946 dalam Nursalam 2008 media pendidikan kesehatan yang berupa teks atau bacaan merupakan media yang
paling tepat jika tujuan pendidikan kesehatan hanya untuk mengubah pengetahuan.
Penelitian ini dilakukan disekolah dan para respondennya adalah para siswa dan siswi. Hal ini juga turut mempengaruhi hasil penelitian yang telah
disebutkan diatas. Menurut WHO 2005 sekolah lebih berpengaruh pada kehidupan remaja dari pada lembaga sosial lainnya kecuali keluarga. Sekolah
dapat memberikan sebuah kondisi yang memungkinkan berkembangnya jaringan pertemanan, terjadinya sosialisasi , dan dikembangkannya norma-
norma yang mengatur perilaku. Selain itu, sekolah juga merupakan tempat yang dapat memfasilitasi pelaksanaan intervensi promosi kesehatan.
WHO 2005 menjabarkan bahwa membentuk program peer health education berbasis sekolah dan menghubungkannya dengan program-program
lain yang relevan merupakan sebuah pendekatan yang efektif untuk membentuk strategi yang komprehensif dengan promosi kesehatan yang ada
disekolah.