membangkitkan antusiasme siswa dan meningkatkan hasil pembelajaran dengan teman sebaya.
Dalam penelitian ini stretegi pelaksanaan peer education yang digunakan peneliti berbeda dari penelitian-penelitian sebelumnya yang
biasanya menggunakan peer educator rekan sebaya peserta penyuluhan. Pada penelitian ini peneliti menggunakan dasar strategi
pelaskanaan affinity group yang dimodofikasi oleh peneliti. Dalam pelaksanaan affinity group ini tidak terdapat peer educator , tetapi semua
siswa bertindak sebagai sesama peserta didik.
5. Hal-Hal yang Dipertimbangkan saat Merencanakan Peer Education
Menurut UNICEF 2004 terdapat beberapa hal yang harus dipertimbangkan ketika merencanakan program peer education, antara lain:
a. Menentukan situasi dan mengkaji kebutuhan, yaitu dengan melakukan sebuah analisa situasi untuk mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi
kehidupan para anak dan remaja. Pengkajian ini dapat dilakukan pada tiga tingkatan, yaitu komunitas, lingkungan, dan organisasi.
b. Menentukan secara jelas populasi target peer education, yaitu dengan mempertimbangkan kerentanan dan risiko dari populasi target. Peer
groups dapat ditentukan dengan kesamaan dalam hal umur, jenis kelamin, etnis, pekerjaan, faktor sosial-ekonomi, dan lain-lain.
c. Melibatkan populasi target dan pemangku kepentingan lainnya dari awal proses perencanaan. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa
intervensi sesuai dengan latar belakang budaya dan tingkat pendidikan dari kelompok target.
6. Kelebihan dan Kekurangan Peer Education
Kelebihan dari metode ini antara lain meningkatkan motivasi belajar siswa, mengembangkan keterampilan belajar secara mandiri, meningkatkan
kemampuan berpikir kritis, meningkatkan keterampilan dalam pemecahan masalah, melatih keterampilan berkomunikasi, meningkatkan interaktif
sosial siswa dalam pembelajaran, dan melatih keterampilan bekerja dalam kelompok Gwee, 2003.
Kekurangan dari metode ini antara lain pendidik siswa dianggap kurang kredibilitas karena pendidik dari teman sebaya tidak dirasakan sebagai pakar
ahli, pendidik memberikan informasi yang tidak akurat atau penampilan yang buruk sehingga mengakibatkan hilangnya kredibilitas dari program
pendidikan kesehatan yang dilaksanakan, dan tidak dapat dilakukan pada kegiatan pembelajaran yang membutuhkan tingkat informasi yang tinggi
Gilbert, dkk, 2011. Selain itu, menurut Christudason 2003 salah satu kelemahan yang dapat ditemukan dari pelaksanaan peer education adalah
adanya kehadiran anggota kelompok yang hanya mengandalkan temannya freeloaders.
7. Alat BantuMedia Pendidikan Kesehatan
Maulana 2009 menjabarkan media adalah alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pengajaran. Sedangkan media
pendidikan kesehatan disebut juga sebagai alat peraga karena berfungsi membantu dan memeragakan sesuatu dalam proses pengajaran. Media
pendidikan kesehatan adalah saluran komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan kesehatan Nursalam,2008. Pemilihan media
pendidikan kesehatan ditentukan oleh banyaknya sasaran, keadaan karakteristik partisipan, dan sumber daya pendukung Nursalam, 2008.
Media alat instruksional tambahan yang dapat digunakan dalam memberikan pendidikan kesehatan pada remaja antara lain media yang
berisi materi tertulis yang spesifik dan rinci Bastable, 2002 seperti booklet. Booklet merupakan media publikasi yang berbentuk buku kecil yang
terdiri dari beberapa lembar dan halaman Rustan, 2008. Booklet berisi tidak lebih dari 30 halaman bolak-balik, yang berisi tulisan dan gambar.
Struktur isinya seperti buku terdapat pendahuluan, isi, dan penutup hanya saja cara penyajian isinya jauh lebih singkat dari pada sebuah buku Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi, 2012.
B. Remaja
1. Definisi Remaja
Menurut Mappiare 1982 masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22
tahun bagi pria Ali dan Asrori, 2010. WHO menyatakan seorang anak dikatakan remaja bila telah mencapai umur 10-18 tahun Soetjiningsih,
2004. Menurut Undang-Undang No.4 tahun 1979 mengenai Kesejahteraan Anak, remaja adalah individu yang belum mencapai 21 tahun dan belum
menikah Soetjiningsih, 2004. Hurlock 1991 menjabarkan istilah adolescence remaja memiliki arti
yang luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik Ali dan Asrori, 2010. Istilah adolesen, dahulu merupakan sinonim dari