Hal-Hal yang Dipertimbangkan saat Merencanakan Peer Education

c. Masa remaja akhir 19-22 tahun

Masa ini ditandai oleh persiapan akhir memasuki peran-peran orang dewasa. Pada masa ini remaja memiliki keinginan yang kuat untuk menjadi matang dan diterima dalam kelompok orang dewasa.

3. Tugas Perkembangan Remaja

Tugas perkembangan masa remaja berfokus pada upaya meninggalkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan serta berusaha mencapai kemampuan bersikap dan berperilaku secara dewasa Ali dan Asrori, 2010. Adapun tugas-tugas perkembangan masa remaja menurut Hurlock 1991 dalam Ali dan Asrori 2010 adalah: a. Mampu menerima keadaan fisiknya. b. Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa. c. Mampu menerima hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis. d. Mencapai kemandirian sosial. e. Mencapai kemandirian ekonomi. f. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat. g. Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang tua. h. Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk memasuki dunia dewasa. i. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan. j. Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga.

4. Tahap Perkembangan Kognitif Remaja

Menurut Piaget dalam Ali dan Asrori 2010 pada usia remaja, yaitu pada usia 11 tahun keatas tahap perkembangan kognitif seseorang telah masuk ke tahap operasional formal. Meurut Piaget dalam Bastable 2002 pada tahap ini remaja telah mampu memahami konsep kesehatan dan penyakit, berbagai penyebab penyakit, pengaruh variabel atas status kesehatan, dan gagasan yang berkaitan dengan promosi kesehatan dan pencegahan penyakit. Adapun karakteristik tahap operasional formal menurut Piaget dalam Ali dan Asrori 2010 yaitu sebagai berikut: a. Individu dapat mencapai logika dan rasio serta dapat menggunakan abstraksi. b. Individu mulai mampu berpikir logis dengan objek-objek yang abstrak. c. Individu mulai mampu memecahkan persoalan-persoalan yang bersifat hipotesis. d. Individu bahkan mulai mampu membuat perkiraan forecasting di masa depan. e. Individu mulai mampu untuk mengintrospeksikan diri sendiri sehingga kesadaran diri sendiri tercapai. f. Individu mulai mampu membayangkan peranan-peranan yang akan diperankan sebagai orang dewasa.

Dokumen yang terkait

Persepsi siswa terhadap pola interaksi dalam pembelajaran ilmu pengetahuan sosial di SMP Dua Mei Ciputat

9 83 118

Pengaruh Tingkat Kecerdasan Emosional Terhadap Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Pada Siswa Smp Muhammadiyah 17 Ciputat

1 48 98

Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja tentang Kesehatan Reproduksi di SMP Islam Ruhama Ciputat

9 42 134

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI MELALUI METODE CERAMAH TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Reproduksi Melalui Metode Ceramah terhadap Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi pada Siswa SMP Negeri 9 Surakarta.

0 1 15

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI PADA Pengaruh Penyuluhan Terhadap Tingkat Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi Pada Siswa SMP Negeri 24 Surakarta.

0 2 13

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI PADA Pengaruh Penyuluhan Terhadap Tingkat Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi Pada Siswa SMP Negeri 24 Surakarta.

0 0 16

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN METODE PEER EDUCATION TERHADAP PENGETAHUAN KEPUTIHAN PADA SISWI KELAS II SMP DI PONDOK TA’MIRUL ISLAM SURAKARTA.

0 0 13

Pengaruh Penyuluhan terhadap Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi pada Remaja SMP N 16 Surakarta IMG 20150806 0001

0 0 1

PROMOSI KESEHATAN DENGAN METODE PEER EDUCATION TERHADAP PENGETAHUAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) SISWA SMA

0 0 6

PENGARUH METODE PEER EDUCATION TERHADAP PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA SISWI SMP DI PONDOK TA’MIRUL ISLAM SURAKARTA

0 2 8