BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan  merupakan  suatu  usaha  untuk  meningkatkan  kesejahteraan masyarakat.  Antara  lain  adalah,  menaikkan  standar  hidup,  memperbaiki  tingkat
pendidikan,  kesehatan  dan  persamaan  hak  untuk  memiliki  kesempatan  dalam memperoleh semua komponen-komponen penting dari hasil pembangunan ekonomi.
Pada  hakekatnya,  perencanaan  merupakan  sebuah  upaya  untuk  mengantisipasi ketidakseimbangan  yang  terjadi  dan  bersifat  akumulatif.    Artinya  perubahan  yang
terjadi  pada  sebuah  keseimbangan  awal  dapat  menyebabkan  perubahan  pada  sistem sosial  yang  kemudian  akan  membawa  sistem  yang  ada  menjauhi  keseimbangan
semula.  Di  samping  itu  perencanaan  sendiri  memiliki  peran  dalam  proses pembangunan.  Salah  satu  peran  perencanaan  adalah  sebagai  arahan  bagi  proses
pembangunan  untuk  berjalan  menuju  tujuan  yang  ingin  dicapai  di  samping  sebagai tolok ukur keberhasilan proses pembangunan yang dilakukan.
Sumber  Daya  Manusia  SDM  merupakan  subyek  dan  sekaligus  obyek pembangunan,  mencakup  seluruh  siklus  kehidupan  manusia  sejak  mulai  dalam
kandungan  hinggá  akhir  hidup  manusia.  Pembangunan  SDM  dapat  dilihat  dari  tiga dimensi,  yaitu  kualitas,  kuantitas,  dan  mobilitas  penduduk.  Kualitas  SDM  membaik
yang antara lain ditandai dengan meningkatnya status kesehatan dan taraf pendidikan masyarakat.  Namun  demikian,  kualitas  SDM  Indonesia  dilihat  dari  Indeks
Universitas Sumatera Utara
Pembangunan Manusia IPM, masih rendah jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga  ASEAN.  Rendahnya  kualitas  SDM  Indonesia  menyebabkan  rendahnya
produktivitas  dan  daya  saing  dalam  berkompetisi  dan  merupakan  tantangan  besar yang harus dihadapi dalam 20 tahun mendatang.
Kenyataan  bahwa  sumber  daya  yang  berlimpah  tersebut  tidak  merata  berada di  seluruh  daerah.  Implikasi  dari  ketidak-merataan  keberadaan  kedua  sumber  daya
tersebut  adalah  belum  baiknya  tingkat  pelayanan  infrastruktur  wilayah  untuk melayani  kebutuhan  wilayah  dan  masyarakat,  terutama  daerah-daerah  terisolir  dan
tertinggal. Terjadinya  krisis  identitas  nasional  ditandai  dengan  semakin  memudarnya
nilai-nilai  solidaritas  sosial,  kekeluargaan,  keramahtamahan  sosial,  dan  rasa  cinta tanah  air  yang  pernah  menjadi  kekuatan  pemersatu  dan  ciri  khas  bangsa  Indonesia.
Demikian pula kebanggaan atas jati diri bangsa seperti penggunaan bahasa Indonesia secara  baik  dan  benar  semakin  menurun.  Identitas  nasional  meluntur  oleh  cepatnya
penyerapan budaya global yang negatif serta kurang pembentukan karakter bangsa. Pada  dunia  yang  sangat  kompetitif  sekarang  ini  setiap  negara  perlu
mengupayakan  terbentuknya  wilayah-wilayah  yang  produktif  untuk  memungkinkan tersedianya  lapangan  kerja  yang  stabil  bagi  penduduknya.  Sesuai  dengan
perkembangan  globalisasi  dan  pertumbuhan  cepat  perekonomian  negara-negara berkembang,  kompetisi  antarnegara  semakin  tajam,  dan  perusahaan  skala  dunia
menjadi  sangat  selektif  dalam  memilih  wilayah-wilayah  dimana  mereka  akan menempatkan perusahaannya.
Universitas Sumatera Utara
Setiap  daerah  perlu  memanfaatkan  karakteristik  wilayah  masing-masing dalam  berinteraksi  dengan  dunia.  Agar  semakin  banyak  wilayah  menjadi  produktif
maka  setiap  wilayah  perlu  memiliki  identitas  yang  khas,  yang  dihargai  oleh  dunia. Sasarannya adalah berkembangnya pertukaran yang lebih aktif dalam banyak bidang
termasuk  ekonomi,  ilmu  pengetahuan,  budaya,  olahraga,  dan  pariwisata  dengan negara  lain.  Setiap  wilayah  perlu  menawarkan  apa  yang  dapat  dimanfaatkan  oleh
masyarakat global, dan terutama oleh masyarakat Asia.
Perkembangan  pengembangan  wilayah  ditujukan  untuk  mengefisienkan pembangunan  berdasarkan  evaluasi  pelaksanaan  pendekatan  sebelumnya  serta
disesuaikan  dengan  tuntutan  dalam  kurun  waktu  tertentu.  Pengembangan  wilayah adalah harmonisasi perkembangan wilayah. Banyak cara dapat diterapkan, mulai dari
konsep  pengembangan  sektoral,  basic  needs  approach  sampai  penataan  ruang pengaturan  ruang  secara  terpadu  melalui  proses  pemanfaatan  sumber  daya  alam
secara  sinergi  dengan  pengembangan  sumber  daya  manusia  dan  lingkungan  hidup untuk  mencapai  pembangunan  berkelanjutan.  Mendorong  kerja  sama  dan  interaksi
antara  wilayah  di  Indonesia  dengan  wilayah-wilayah  negara  lain  merupakan  upaya yang secara khusus perlu disiapkan.
Kondisi  pemerintah,  di  berbagai  negara  di  seluruh  dunia,  baik  di  negara berkembang  maupun  di  negara  maju,  sejak  awal  abad  ke  20,  mengalami  kondisi
kritis,  yang  salah  satunya  ditandai  dengan  adanya  kesenjangan  antara  tuntutan masyarakat  di  satu  sisi  yang  semakin  tinggi,  sedangkan  di  sisi  lain,  kemampuan
pemerintah  untuk  memenuhi  tuntutan  tersebut  semakin  terbatas.  Pemerintah  dewasa
Universitas Sumatera Utara
ini  tengah  berada  pada  batas  kapasitasnya,  dimana  setiap  penambahan  beban  baru penyelenggaraan  pemerintah,  maka  akan  mengurangi  kemampuan  dan  kapasitas
kinerja pemerintah pada bidang lainnya. Hal ini disebabkan keterbatasan pemerintah daerah dalam menghadapi perubahan yang begitu cepat.
Fenomena  globalisasi  merupakan  indikasi  kuat  dalam  perubahan  lingkungan strategik. Globalisasi merupakan proses di mana masyarakat dunia menjadi semakin
terhubungkan  dalam  berbagai  aspek  kehidupan,  baik  dalam  hal  budaya,  ekonomi, politik,  teknologi  maupun  lingkungan.  Dunia  saat  ini  telah  menjadi  pasar  global,
bukan  hanya  untuk  barang  dan  jasa,  tetapi  juga  antara  lain  untuk  penyediaan teknologi.  Dengan  globalisasi  perekonomian  yang  semakin  nyata,  menunjukkan
bahwa interdepensi berbagai negara dan masyarakat bangsa-bangsa semakin kuat dan nyata.  Semua  itu  menunjukkan  bahwa  dalam  perjalanan  bangsa  di  era  millenium
ketiga dewasa ini, telah terjadi perubahan dalam tingkat kecepatan yang tidak pernah terpikir sebelumnya.
Dalam  bidang  ekonomi,  yaitu  lahirnya  perekonomian  pasar  dalam  kondisi global  seperti  saat  ini,  dunia  tidak  mengenal  batas.  Globalisasi  yang  menyentuh
berbagai  bidang  kehidupan  di  seluruh  wilayah  pemerintahan  negara,  menuntut reformasi  sistem  perekonomian  dan  pemerintahan,  termasuk  birokrasinya,  sehingga
memungkinkan  interaksi  perekonomian  antar  daerah  dan  antar  bangsa  berlangsung lebih efisien. Kunci keberhasilan pembangunan perekonomian adalah daya saing; dan
kunci  daya  saing  adalah  efisiensi  proses  pelayanan,  serta  mutu,  ketepatan  dan kepastian kebijakan publik. Daya saing telah menjadi bisnis yang harus diperhatikan
Universitas Sumatera Utara
oleh  setiap  organisasi  dalam  era  bisnis  global,  sebagai  persaingan  di  antara  bangsa- bangsa.  Daya  saing  merupakan  bagian  dari  sikap  baru  globalisasi,  dan  merupakan
konsekuensi  langsung  dari  kedekatan  yang  belum  pernah  terjadi  di  antara  bangsa- bangsa di pasar global.
Krisis  ekonomi  di  Indonesia  terjadi  antara  lain  disebabkan  oleh  tata  cara penyelenggaraan  pemerintah  yang  tidak  dikelola  dan  diatur  dengan  baik.  Akibatnya
timbul  berbagai  masalah  seperti  Korupsi,  Kolusi  dan  Nepotisme  KKN  yang  sulit diberantas, masalah penegakan hukum  yang sulit berjalan, monopoli dalam kegiatan
ekonomi, serta kualitas pelayanan kepada masyarakat yang memburuk. Masalah tersebut menghambat proses pemulihan ekonomi Indonesia, sehingga
jumlah  penganggurran  semakin  meningkat,  jumlah  penduduk  Indonesia  semakin bertambah,  tingkat  kesehatan  menurun,  dan  bahkan  muncul  konflik  di  berbagai
daerah  yang  mengancam  persatuan  dan  kesatuan  negara  Republik  Indonesia.  Oleh karena  itu,  good  governance  perlu  segera  dilakukan  agar  permasalahan  yang  timbul
dapat  segera  dipecahkan  dan  juga  proses  pemulihan  ekonomi  dapat  dilaksanakan dengan baik dan lancar.
Berbagai  upaya,  berupa  strategi  dalam  bidang  manajemen  modern  telah dilakukan,  antara  lain  dengan  cara  melakukan  reformasi  yang  berdimensi
restrukturisasi, revitalisasi, dan refungsionalisasi sampai kepada melahirkan berbagai konsep  tentang  reinventing  mewirausahakan  dan  banishing  bureaucracy
memangkas birokrasi dengan berbagai kendalanya. Kondisi tersebut menuntut suatu jawaban,  berupa  solusi  di  dalam  bidang  manajemen  yang  saat  ini  dikenal  dengan
Universitas Sumatera Utara
suatu  terminologi  dalam  fase  perkembangan  ilmu  manajemen,  yang  disebut  dengan manajemen modern. Suatu instrumen atau alat yang menjadi pilar yang sangat efektif
dan  unggul,  adalah  dengan  memanfaatkan  teknologi  informasi,  dimana  akan menghasilkan penyajian informasi yang lebih cepat, tepat dan akurat.
Salah  satu  prasyarat  yang  perlu  dikembangkan  pada  suatu  wilayah  adalah komitmen  yang  tinggi  untuk  menerapkan  nilai-nilai  luhur  budaya  sesuai  dengan
peradaban  bangsa,  mempunyai  jiwa  cinta  tanah  air  dan  pengabdian  yang  tinggi terhadap  tugas-tugas  yang  dibebankan,  dengan  menerapkan  prinsip-prinsip  “good
governance ” dalam perjuangan mewujudkan cita-cita dan tujuan negara sebagaimana
yang diamanatkan pada Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Dalam  menghadapi  berbagai  tantangan  setiap  organisasi,  baik  di  lingkungan
pemerintah,  pelaku  ekonomi,  maupun  masyarakat,  dapat  dan  mampu  menerapkan konsep-konsep  pemikiran  manajemen  modern,  sehingga  dapat  mendukung
pelaksanaan  Good  Governance  kepemerintahan  yang  baik,  yaitu  pemerintah  yang akuntabel,  transparan,  penuh  dengan  keterbukaan,  taat  hukum,  dan  mampu
beradaptasi dengan berbagai perubahan. Pemberdayaan aparatur, merupakan hal penting karena SDM sebagus apapun
belum tentu akan membuat SDM bekerja dengan baik. Kalau habitat di mana mereka bekerja  tidak  mendukung  pemunculan  perilaku  yang  baik  maka  akan  sirnalah  hasil
pengembangan SDM. Oleh karena itu penataan aspek lain seperti struktur organisasi yang  luwes,  sistem  pernilaian  prestasi  kerja,  sistem  pengembangan  karir  dan
Universitas Sumatera Utara
kompensasi  yang  mengacu  pada  kompetensi,  bukan  pada  senioritas  perlu diberlakukan. Beberapa permasalahan yang menjadi fenoma  adalah :
1. Mutu  penyelenggaraan  pelayanan  publik  masih  lemah,  banyak  terjadi  praktek
pungli,  tidak  ada  kepastian,  dan  prosedur  berbelit-belit.  Dampaknya  pada bidang  usaha  ekonomi  mengakibatkan  ekonomi  biaya  tinggi,  menghambat
investasi,  memperlambat  arus  barang  ekspor-impor,  kesan  bagi  masyarakat kurang memuaskan dan citranya buruk. Kantor Menpan, 2004
2. Potret  SDM  aparatur  saat  ini  masih  menunjukkan  profesionalisme  rendah,
banyaknya  praktek  KKN  yang  melibatkan  aparatur,  tingkat  gaji  yang  tidak memadai,  pelayanan  kepada  masyarakat  yang  berbelit-belit,  hidup  dalam  pola
patronklien, kurang kreatif dan inovatif, bekerja  berdasarkan juklak dan juknis serta  mungkin  masih  banyak  potret  negatif  lainnya  yang  intinya  menunjukkan
bahwa aparatur di Indonesia masih lemah. 3.
Di  era  globalisasi  saat  ini  terjadi  persaingan  antarnegara.  Indonesia  dalam kancah  persaingan  global  menurut  World  Competitiveness  Report  menempati
urutan ke-45 atau terendah dari seluruh negara yang diteliti, di bawah Singapura 8, Malaysia 34, Cina 35, Filipina 38, dan Thailand 40.
4. Undang-undang  no  22  tahun  1999,  jo.  UU  no  32  tahun  2004  yang  mengatur
tentang  pemerintahan  daerah,  memberikan  gambaran  bahwa  untuk melaksanakan  otonomi  daerah  agar  lebih  berdaya  guna  maka  perlu  aparatur
yang  berkualitas,  karena  merekalah  yang  bersentuhan  langsung  dengan masyarakat,  dengan  harapan  aparatur  daerah  yang  professional  lebih
diberdayakan untuk mampu mengemban amanat UUD 1945. 5.
Penempatan  PNS  belum  berdasar  pada  kompetensi  jabatan,  dimana  tuntutan kebutuhan  jabatan  dalam  suatu  organisasi  adalah  penempatan  pegawai  yang
sesuai  artinya  pegawai  yang  ditempatkan  dalam  suatu  jabatan  senantiasa dikaitkan  dengan  kemampuan  yang  dimiliki  oleh  pegawai  yang  bersangkutan
the right men in the right place.
Universitas Sumatera Utara
6. Pengembangan  pegawai  belum  berdasarkan  pola  pembinaan  karier,  disatu  sisi
sumber  daya  manusia  merupakan  tujuan  dari  proses  pengembangan  organisasi agar menjadi sumber daya yang berkualitas.
7. Kenaikan  pangkat  dan  jabatan  belum  berdasarkan  prestasi  kerja  dan
kompetensi,  dimana  suasana  dapat  mempengaruhi  sehingga  kinerja  aparatur menjadi tidak produktif dalam bekerja.
8. Sistem  kompensasi  belum  berdasarkan  pada  prestasi  kerja,  mengakibatkan
kurang termotivasinya pegawai untuk meningkatkan kualitas kerjanya. 9.
Sistem  remunerasi  belum  didasarkan  pada  tingkat  kelayakan  hidup,  termasuk salah  satu  penyebab  belum  tercapainya  target  hasil  kerja  yang  diinginkan,
karena masih ada istilah PGPS Pintar Goblok Penghasilan Sama . 10.
Prinsip-prinsip good governance belum berjalan sebagaimana yang diharapkan. 11.
Sebagai  gambaran  bahwa  jumlah  PNS    di  Lingkungan  Pemerintah  Provinsi Sumatera  Utara  Tahun  2009,  masih  ada  yang  berpendidikan    Sekolah  Dasar
SD terdiri dari 404 orang, SLTP 497 orang,  SLTA 6420, dan  D3 1653 orang. Dari 12.194 jumlah PNS yang ada di Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, yang
berpendidikan  S1 terdiri dari 3.366 orang, dan S2 728 orang , dan S3 hanya 26 orang.
12. Secara kuantitas jumlah sumber daya manusia aparatur Pegawai Negara Sipil
yang  memberikan  pelayanan  juga  dirasakan  sangat  minim  dengan  rasio  1,9 dari  jumlah  penduduk.  Jika  dibandingkan  dengan  Negara-negara  maju  yang
dalam setiap 1000 penduduk terdapat 77 PNS, di Indonesia hanya sebanyak 21 PNS  saja.  Di  daerah,  rationya  bahkan  lebih  kecil,  yakni  4  :  1000.  Sebagai
gambaran dapat dijelaskan bahwa pada Pemerintah      Provinsi Sumatera Utara kondisi  sumber  daya  manusia  aparatur  pemerintah  daerah  terutama  yang
menduduki jabatan eselon II terdiri dari 60 orang dan     eselon  III 319 orang, dimana seyogianya merekalah yang berperan sebagai perencana, pengelola dan
pelaksana    untuk  meningkatkan  kinerja  di  unit  kerja  lembaga  pemerintah. Terhadap  aparatur  pemerintah  yang  telah  mengikuti  pendidikan  dan  pelatihan
Universitas Sumatera Utara
kepemimpinan,  kiranya  dapat  diberdayakan  untuk  dapat  action  dalam perencanaan  dan  pelaksanaan  pembangunan  daerah.  Dan  pada  kenyataannya
mengikuti  Diklat  kepemimpinan  bukan  ukuran  kepada  seorang  aparatur  untuk didudukkan pada suatu jabatan.
Dari  permasahan  diatas  yang  paling  krusial  terjadi  di  pemerintah  provinsi  Sumatera Utara adalah :
1. Permasalahan  yang  berkembang  saat  ini  antara  lain  masih  belum  optimalnya
perbaikan  kinerja  dari  para  aparatur  terutama  pada  birokrasi  pemerintah provinsi Sumatera Utara, yang kemudian telah menimbulkan pertanyaan bahkan
keragu-raguan  terhadap  peran  dan  fungsi  Lembaga  Pendidikan  dan  Pelatihan Diklat Pegawai Negeri Sipil untuk Sumatera Utara, pembinaan aparatur antara
lain  dilaksanakan oleh Badan Diklat Provinsi Sumatera Utara. 2.
Tersendatnya  realisasi  otonomi  yang  diamanatkan  oleh  UU            No.  32  tahun 2004,  disebabkan  oleh  kemampuan  profesional  dan  etos  kerja  aparatur  di
daerah,  sehingga  kreativitas  untuk  mengembangkan  daerah  sulit  dilaksanakan dan  jika  hal  itu  berkelanjutan  maka  sumber  daya  manusia  yang  seyogyanya
menjadi asset utama untuk mengupayakan pertumbuhan daerah akan cenderung menjadi beban pemerintah.
Pemberdayaan  SDM  aparatur  mempunyai  peran  yang  sangat  penting mengingat tugas-tugas pemerintah yang semakin kompleks pada saat ini dan dimasa
mendatang.  Tentu  saja  SDM  yang  tidak  memiliki  keterampilan,  pengetahuan, berkinerja lemah dan tidak profesional akan menjadi beban bagi pemerintah. Di sisi
Universitas Sumatera Utara
lain,  SDM  yang  berpotensipun  perlu  diberdayakan  untuk  memperoleh  hasil-hasil yang  optimal.  Salah  satu  konsep  pendekatan  yang  dapat  digunakan  untuk
meningkatkan kualitas SDM aparatur adalah melalui Diklat. Pada  umumnya,  tuntutan  dan  harapan  masyarakat  terhadap  sumber  daya
manusia aparaturnya sangat besar, sebagai salah satu provinsi  yang ada di Sumatera kiranya  Pemerintah  Provinsi  Sumatera  Utara  dapat  menjadi  pilar  penggerak
pelaksanaan  otonomi  daerah  dalam  mewujudkan  pembangunan  daerah,  yang berwawasan  Good  Governance.  Untuk  kajian  lebih  lanjut  diketahui  bahwa  para
aparatur  di  Provinsi  Sumatera  Utara  pada  umumnya,  berpendidikan  formal  yang mumpuni  dan  telah  dibekali  dengan  pengetahuan,  keterampilan  dalam  pelaksanaan
tugas-tugas pemerintahan terutama dalam mengelola pembangunan daerahnya supaya mengacu pada pelaksanaan good governance, dimana pemahaman good  governance
telah  diterima  dan  dirintis  melalui  Program  Pendidikan  dan  Pelatihan  bagi  aparatur pemerintah  baik  melalui  Diklat  Teknis,  Diklat  Fungsional,    Diklat  Prajabatan  dan
Diklat Kepemimpinan. Pada masa pemerintahan Gubernur Sumatera Utara dijabat oleh bapak  Rizal
Nurdin  yaitu  sekitar  tahun  2002  sudah    disosialisasikan    prinsip-prinsip  Good Governance
,  bahkan    dianjurkan  supaya  dipajang  di  kantor-kantor  instansi pemerintah  terutama  di  unit  kerja  pemerintah  Provinsi  Sumatera  Utara,  tapi  dalam
pelaksanaannya  masih  belum  dilaksanakan  sebagaimana  yang  diharapkan  pada umumnya masih merupakan selogan dan pajangan saja.
Universitas Sumatera Utara
Sejalan dengan prinsip tersebut dilaksanakan pula prinsip otonomi yang nyata dan  bertanggungjawab.  Prinsip  otonomi  nyata  adalah  suatu  prinsip  bahwa  untuk
menangani  urusan  pemerintahan  dilaksanakan  berdasarkan  tugas,  wewenang,  dan kewajiban  yang  senyatanya  telah  ada  dan  berpotensi  untuk  tumbuh,  hidup,  dan
berkembang  sesuai  dengan  potensi  dan  kekhasan  daerah.  Dengan  demikian  isi  dan jenis  otonomi  bagi  setiap  daerah  tidak  selalu  sama  dengan  daerah  lainnya.  Prinsip
otonomi  yang  bertanggung  jawab  adalah  otonomi  dalam  penyelenggaraannya  harus benar-benar  sejalan  dengan  tujuan  dan  maksud  pemberian  otonomi,  yang  pada
dasarnya  untuk  memberdayakan  daerah  termasuk  meningkatkan  kesejahteraan masyarakat.
Penyelenggaraan  Otonomi  Daerah  harus  pula  didasarkan  pada  semangat  dan prinsip  yang  dijadikan  pedoman  dalam  UU  No.  32  Tahun  2004  tentang  Pemerintah
Daerah, yaitu: a.
Penyelenggaraan  otonomi  daerah  harus  selalu  berorientasi  pada  peningkatan kesejahteraan  masyarakat,  dengan  selalu  memperhatikan  kepentingan  dan
aspirasi yang tumbuh dalam masyarakat. b.
Efisiensi  dan  efektivitas  penyelenggaraan  pemerintahan  daerah  yang menekankan  hubungan  antar  susunan  pemerintahan  serta  pemberian  hak  dan
kewajiban  otonomi  daerah  dengan  prinsip:  demokrasi,  pemerataan,  keadilan, keistimewaan, dan kekhususan daerah.
c. Asas-asas  penyelenggaraan  pemerintahan  seperti  desentralisasi,  dekosentrasi,
dan  tugas  pembantuan,  diselenggarakan  secara  proporsional  sehingga  saling menunjang.
Universitas Sumatera Utara
d. Tujuan  pemberian  otonomi  daerah  seperti  yang  dirumuskan  sampai  saat  ini
yaitu  untuk  memberdayakan  potensi  daerah,  termasuk  masyarakatnya, mendorong prakarsa dan peran serta masyarakat dalam proses pemerintahan dan
pembangunan.  Di  samping  itu  untuk  lebih  meningkatkan  efisiensi,  efektivitas, dan
akuntabilitas penyelenggaraan
fungsi-fungsi seperti
pelayanan, pengembangan, dan perlindungan terhadap masyarakat dalam ikatan NKRI.
Mewujudkan  pembangunan  daerah  yang  berwawasan  Good  Governance  di Pemerintah  Sumatera  Utara  perlu  adanya  komitmen  bersama  antara  pemerintah
dengan  para  stakeholdernya.  Pemberdayaan  sumber  daya  manusia  aparatur pemerintah  melalui  pemberian  kesempatan  untuk  mengikuti    pendidikan  dan
pelatihan  bagi  aparatur  pemerintah,  pelaksanaannya    diatur  pada  Peraturan Pemerintah  PP  No.  14  Tahun  1994  tentang  Pendidikan  dan  Pelatihan  Jabatan
Pegawai  Negeri  Sipil  PNS  sebagaimana  telah  diubah  dengan  PP  No.  101  Tahun 2000  tentang  Pendidikan  dan  Pelatihan  PNS,  dalam  Pasal  8  ayat  2  PP  No.  101
Tahun  2000  ini  disebutkan  bahwa  pendidikan  dan  pelatihan  diklat  dalam  jabatan terdiri dari Diklat Kepemimpinan Diklatpim, Diklat Fungsional dan Diklat Teknis.
Diklat Kepemimpinan terdiri dari empat tingkatan yaitu Diklatpim VI, Diklatpim III, Diklatpim  II,  dan  Diklatpim  I,  sesuai  dengan  eselonisasi  jabatan  struktural  di
lingkungan  pemerintah.    Diklatpim  ini  dirancang  dan  dilaksanakan  untuk  mencapai persyaratan  kompetensi  kepemimpinan  aparatur  pemerintah  yang  sesuai  dengan
jenjang jabatan struktural Pasal 9 PP No. 101 Tahun 2000.
Universitas Sumatera Utara
Pembinaan pegawai melalui diklat sangat diperlukan untuk menunjang kinerja Aparatur  pemerintah,  dan  hal  itu  telah  dilakukan  dalam  berbagai  aktivitas  bentuk
pelatihan, yang menjadi permasalahan adalah banyak pihak yang meragukan manfaat serta  peran  dan  fungsi  diklat  aparatur  yang  diselenggarakan  selama  ini,  bahkan  ada
keluhan  dari  beberapa  pimpinan  Satuan  Kerja  Perangkat  Daerah  SKPD  bahwa diklat  yang  telah  dirancang  berdasarkan  kompetensi  tersebut  masih  belum  mampu
melakukan  perubahan  pada    organisasisatuan  kerja  asal  peserta.  Artinya  secara asumtif,  terdapat  suatu  mata  rantai  yang  hilang,  yang  menyebabkan  proses
penyelenggaraan diklat PNS yang dilaksanakan selama ini terasa mandul atau kurang bermanfaat sebab ketika peserta diklat selesai pendidikan dan pelatihan dan kembali
ke instansinya, ternyata  tidak dapat menerapkan ilmu yang diperolehnya antara lain dalam  pelaksanaan  good  governance.  Untuk  mewujudkan  pembangunan  daerah,
pelaksanaan  good  governance  masih  merupakan  wacana  atau  selogan  saja,  padahal prinsip-prinsip  good  governance  sudah    dipajang  di  kantor-  kantor  instansi
pemerintah,  tetapi  pelaksanaannya  belum  sebagaimana  yang  diharapkan.  Atas  dasar permasalahan diatas maka penulis memilih judul penelitian:
“Analisis  Pengaruh  Pemberdayaan  Sumber  Daya  Manusia  Terhadap G
ood  Governance  dan  Pembangunan  Daerah  pada  Pemerintah  Provinsi Sumatera Utara”.
Universitas Sumatera Utara
1.2 Perumusan Masalah