- Menyadari kebutuhan untuk menyusun langkah dan kebijakan secara kolektif.
Prosedur dan langkah – langkah perencanaan :
a. Menentukan  tujuan  dan  sasaran  perencanaan  dalam  proses  politik  yang
menyertakan seluruh warga. b.
Mengetahui  fakta  – fakta tentang kondisi yang ada dan latar belakangnya serta memperkirakan apa yang bakal terjadi dalam situasi – situasi tertentu.
c. Mengkaji pilihan – pilihan tindakan yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan
dan sasaran dengan mengingatkan potensi dan hambatan yang ada. d.
Menentukan  pilihan  –  pilihan  yang  terbaik  berdasarkan  pertimbnagan  normatif maupun teknis didalam konyeks partisipatif.
e. Mengusulkan  rangkaian  kebijakan  dan  tindakan  yang  perlu  diambil  dalam
pelaksanaan pilihan yang diambil. f.
Melakukan  langkah  –  langkah  implementasi  melalui  tindakan  sosialisasi, penegakan,  pemberian  insentif  dsb  serta  memantau  pelaksanaan  secara
sistematik dan teratur.
2. Theory in Planning
Theory  in  Planning yaitu  merupakan  teori  substantif  dari  berbagai  disiplin
ilmu  yang  relevan  dengan  bidang  perencanaan.  Oleh  karena  itu  Theory  in  Planning merupakan bagian dari Planning theory yang diterapkan dalam berbagai disiplin ilmu
yang sesuai dengan bidang perencanaan. Artinya suatu rencana yang diterapkan dapat berubah  sesuai  dengan  kebutuhan,  karena  dalam  penyusunan  suatu  rencana  dalam
implementasi  suatu  proyek  atau  kegiatan,  penerapan  yang  dibuat  dapat  disesuai
Universitas Sumatera Utara
dengan  kebutuhan  proyek  tersebut.  Untuk  lebih  jelas  mengenai  Theory  in  Planning akan di bahas pada sub topic berikutnya, yaitu pada poin C.
3. Theory for Planning
Theory  for  planning  yaitu  menjelaskan  prinsip  etika,  nilai  dan  moral  yang menjadi pertimbangan bagi perencana didalam menjalankan peranannya. Dalam teori
untuk  perencanaan  theory  for  planning  Prinsip  Etika  Perencanaan  dapat  dilihat dalam peran perencanaan itu sendiri.
Kegiatan  perencanaan  di  negara  maju  merupakan  bagian  dari  proses  untuk merespon permasalahan sosial-ekonomi dan politik, bahkan sudah merupakan budaya
masyarakat dan terkait erat dengan sistem manajemen publik. Semakin maju budaya politik  dan  sistem  manajemen  publik,  semakin  besar  kontribusi  perencanaan  dalam
memberikan  informasi  kebijaksanaan,  inovasi,  dan  input  teknikal  untuk  mendukung proses  pengambilan  keputusan  bagi  pihak  pelaku  berkepentingan  baik  sektor  publik
dan  sektor    privat,  maupun  individual.  Kegiatan  perencanaan  yang  paling  nyata adalah  sebagai  bentuk  tindakan  alokasi  dan  inovasi  dalam  arena  publik  termasuk
sebagai  alat  pengarahan  masyarakat  societal  guidance.  akan  tetapi  jika  peran pemerintah  gagal  atau  tidak  kurang  efektif  maka  proses  perubahan  sosial  akan
menguat  melalui  kekuatan  sosial-politik  masyarakat.  Dalam  keadaan  normal, tindakan  perencanaan  tetap  memegang  prinsip  untuk  tidak  mengurangi  ruang  gerak
masyarakat dan mekanisme pasar. Sedangkan substansi perencanaan dapat dilihat dari tujuan dari perencanaan itu
sendiri  yaitu  untuk  menyediakan  informasi  tindakan  kebijaksanaan,  inovasi,  dan
Universitas Sumatera Utara
solusi  teknis  bagi  proses  alokasi  sumberdaya  publik,  pengarahan  masyarakat,  serta optimasi pemanfaatan sumberdaya yang tersedia. Substansi perencanaan yang bersifat
strategik  dan  perencanaan  teknikal  atau  operasional  pada  hakekatnya  terkait  dengan sistem perencanaan makro umum dan mikro spesifik, maupun terkait pada siklus
manajemen  publik  dan  siklus  manajemen  kegiatanproyek.  Substansi  perencanaan pada  dasarnya  memuat  produk  gabungan  antara  rekayasa  sosial-ekonomi  dan
lingkungan  fisik,  dan  juga  memuat  produk  pengaturan  yang  dihasilkan  dari kesepakatan  politik,  kelayakan  ekonomi,  dan  solusi  teknikal  untuk  memberikan
pengarahan bagi masyarakat. Dampak penting yang dihasilkan dari tindakan perencanaan: 1 meningkatnya
kemampuan  masyarakat  sebagai  individu,  keluarga,  dan  masyarakat  sebagai  pelaku bagi  proses  perubahan  sosial-ekonomi,  2  terciptanya  tatanan  sosial-politik  yang
lebih  akomodatif  terhadap  proses  perkembangan  masyarakat  dan  pasar,  3 terbangunnya  kapasitas  kelembagaan  pembangunan,          4  tersedianya  informasi
kebijakan,  inovasi,  dan  teknikal  yang  dapat  digunakan  sebagai  sarana  pengambilan keputusan bagi para pelaku yang berkepentingan stakeholders.
Nilai-nilai  kegiatan  perencanaan  adalah  rasionalitas  pasar  dan  rasionalitas sosial-politik, yang mempengaruhi proses dan tindakan perencanaan. Oleh karena itu
seorang perencana harus memliki nilai dan moral yang menjadi pertimbangan dalam membuat  suatu  perencanaan.  Dalam  perencanaan  harus  mempunyai  nilai  seperti
transparan, akuntabel, keadilan, dan partisipatif atau demokratis yaitu :
Universitas Sumatera Utara
a. Perencanaan  yang  transparan  mempunyai  ciri  yaitu  adanya  proses
perencanaan  yang  mudah  dimengerti,  dimana  informasi  tentang  produk  dan informasi kebijakan dan input teknikal tersedia dan aksesnya terbuka, dan pelaku
berkepentingan dapat mengetahui apa peran yang dimainkan dalam pengambilan keputusan atau terlibat dalam tindakan perencanaan.
b. Perencanaan  yang  akuntabel  mempunyai  ciri  antara  lain  dapat
dipertanggungjawabkan dan sah diterima masyarakat, sesuai dengan tujuan yang ditetapkan,  efisien  dalam  menggunakan  sumberdaya,  efektif  dalam  pemecahan
solusi  masalah,  memberi  keleluasaan  dan  kemudahan,  dan  melihat  kepentingan masyarakat banyak.
c. Perencanaan  yang  berkeadilan  mempunyai  ciri  antara  lain  dapat  melihat
keseimbangan antara hak-hak individu dan dan kepentingan masyarakat banyak, atau  memberikan  pemihakan  kepada  masayarakat  yang  lemah  akses  dan
kemampuannya untuk mendapatkan sumberdaya yang diperlukan.
d. Perencanaan  yang  partisipatif  atau  demokratis  dapat  dicirikan  sebagai
perencanaan  yang  mengadopsi  prinsip  interaktif,  kesetaraan,  dan  kooperatif dalam
proses pengambilan
keputusan secara
bersama dengan
mempertimbangkan  aspirasi  semua  pelaku  yang  berkepentingan  dan  bagi kepentingan masyarakat banyak.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Teori Dalam Perencanaan Theory In Planning.
Sebagaimana  yang  telah  diuraikan  diatas,  teori  dalam  perencanaan  tidak dapat  dipisahkan  dengan  teori  perencanaan,  karena  teori  dalam  perencanaan  adalah
merupakan  subbagian  dari  teori  perencanaan.  Theory  in  Planning  yaitu  merupakan teori substantif dari berbagai disiplin ilmu yang relevan dengan bidang perencanaan.
Suatu  rencana  yang  telah  ditetapkan  walaupun  itu  perencanaan  apa  saja,  apabila terjadi  kebuntuan  atau  kendala  dalam  pelaksanaannya  maka  tetap  merujuk  kembali
kepada  teori  perencanaan.  Jadi  dapat  dikatakan  bahwa  teori  perencanaan  adalah merupakan  induk  dari  theory  in  planning.  yang  dalam  penerapannya  dapat  berubah
sesuai dengan kebutuhan. Perencanaan  dapat  dikelompokkan  berdasarkan  kebutuhannnya,  untuk
dapat  melihat  penggunaan  perencanaan  dalam  aplikasinya  maka  perencanaan  dapat terlebih  dahulu  dikenali  melalui  3  konsep  formal,  yaitu  upaya  mengaitkan  keilmuan
dan pengetahuan tehnikal   bagi : a.
Tindakan di dalam domain publik action in the public domain, yang diangkat dari  filosofi  politik,  berupa  suatu  tindakan  baik  pengubahan  kondisi  perilaku
rutin dan inisiasi dari sesuatu mata rantai konsekuensi agar tidak terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan,
b. Proses pengarahan masyarakat societal guidance, yang merupakan keterlibatan
peran pemerintah baik dalam bentuk alokasi dan inovasi,
Universitas Sumatera Utara
c. Proses transformasi sosial social transformation, yang merupakan suatu proses
politik  atau  gerakan  sosial-politik  masyarakat  karena  kekosongan  peran pemerintah dan pasar Friedmann, 1987.
Kebutuhan  terhadap  kegiatan  perencanaan  akan  semakin  besar  untuk  dapat memberikan  informasi  kebijakan,  inovasi,  dan  input  teknikal  dalam  proses
pengambilan  keputusan  oleh  pemerintah,  usaha  swasta,  dan  masyarakat.  Dalam  era otonomi,  pemerintah  daerah memiliki tugas dan fungsi yang semakin penting dalam
kegiatan  pemerintahan  dan  penyediaan  pelayanan  publik  dimana  dalam  proses
manajemen  publik  tersebut  instrumen    perencanaan  sangat  penting  untuk
mengantisipasi kondisi masa depan, mengarahkan masyarakat, dan mendorong proses transformasi sosial.
Kegiatan perencanaan seharusnya dapat mensinkronkan berbagai kepentingan para pelaku berkepentingan dan bekerja pada berbagai tingkatan pemerintahan, serta
terdapat  keterkaitan  antara  kegiatan  perencanaan  makro dan mikro, serta keterkaitan antara  siklus  manajemen  publik  public  management  dan  siklus  manajemen  proyek
project management yang dilakukan oleh sektor publik dan sektor privat. Teori  dalam  perencanaan  dapat  dibagi  menjadi  beberapa  macamtipe
perencanaan,  yang  dalam  penggunaannya  dapat  disesuaikan  dengan  kebutuhan perencanaan  itu  sendiri.  Berikut  ini  macamtipe  perencanaan  dapat  dijelaskan
sebagaimana berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
Macam – macam perencanaan : 1.   Berdasarkan Jangka Waktu, dapat dibagi menjadi 3, yaitu :
a Perencanaan  Jangka  Panjang  Perspektif,  yaitu  :  perencanaan  yang
mempunyai rentang waktu antara 10 sampai 25 tahun. b
Perencanaan  Jangka  Menengah,  yaitu  :  Perencanaan  yang  mempunyai rentang waktu antara 4 sampai 6 tahun.
c Perencanaan  Jangka  Pendek,  yaitu  :  Perencanaan  yang  mempunyai  rentang
waktu  1  tahun,  biasanya  perencanaan  jangka  pendek  disebut  juga  rencana operasional tahunan.
2. Berdasarkan Sifat Perencanaan, dapat dibagi menjadi 2, yaitu:
a Perencanaan  dengan  Komando  planning  by  direction,  yaitu  :  Sistem
Perencanaan  yang  terpusat  kepada  penguasa  pemerintah  pusat,  dimana pemerintah  pusat  yang  merencanakan,  mengatur  dan  memerintahkan
pelaksaaan  rencana  sesuai    dengan  prioritas  yang  telah  ditetapkan sebelumnya.  Perencanaan  seperti  ini  bersifat  menyeluruh  dan  mencakup
keseluruhan perekonomian. b
Perencanaan  dengan  rangsangan  Planning  by  inducement,  yaitu  : Perencanaan yang demokratis, dimana tidak ada paksaan tetapi berupa ajakan
namun tetap tunduk pada pengendalian dan pengaturan pemerintah. 3.
Berdasarkan alokasi Sumber daya, dapat dibagi menjadi 2, Yaitu: a
Perencanaan  keuangan,  yaitu  :  Perencanaan  yang  dibuat  untuk  memastikan apakah  permintaan  dan  penawaran  bertemu  dalam  suatu  mekanisme,  dimana
Universitas Sumatera Utara
kemampuan  fisik  dimanfaatkan  sepenuh  mungkin  tanpa  mengakibatkan perubahan yang besar dan tak terduga pada struktur harga.
b Perencanaan  Fisik,  yaitu  :  Suatu  usaha  untuk  menjabarkan  usaha
pembangunan  melalui  pengalokasian  faktor  produksi  dan  hasil  produksi sehingga memaksimalkan pendapatan dan pekerjaan.
4. Berdasarkan Tingkat Keluwesan, dapat dibagi menjadi 2, yaitu :
a Perencanaan Indikatif, yaitu : Perencanaan yang bersifat menyeluruh, dimana
badan perencana sampai menentukan hal – hal yang rinci seperti umlah yang akan  diinvestasikan  pada  masing  –  masing  sektor,  penetapan  harga  produk
dan faktor produksi dan jenis serta kualitas produk yang akan diproduksi. b
Perencanaan  Imperatif,  yaitu:  Perencanaa  yang  semua  kegiatan  dan  sumber daya  ekonomi  berjalan  menurut  komando  negara,  ada  pengawasan
menyeluruh yang dilakukan oleh pemerintah terhadap faktor produksi.
Tipe perencanaan:
1. Perencanaan Fisik versus Perencanaan ekomomi :
Perencanaan  Fisik, yaitu  :  Perencanaan  untuk  mengubah  atau  memanfaatkan
struktur  fisik  suatu  wilayah  misalnya  perencanaan  tata  ruang  atau  tata  guna tanah,  perencanaan  jalur  transportasikomunikasi,  penyediaan  fasilitas  untuk
umum dll. Perencanaan  Ekonomi
,  yaitu  Perencanaan  yang  berkenaan  dengan  perubahan struktur  ekonomi  suatu  wilayah  dan  langkah  –  langkah  untuk  memperbaiki
tingkat kemakmuran suatu wilayah.
Universitas Sumatera Utara
2. Perencanaan alokatif versus perencanaan inovatif :
Perencanaan  alokatif,  yaitu  Perencanaan  yang  berkenaan  dengan  menyukseskan rencana umum yang telah disusun pada level yang lebih tinggi atau telah menjadi
kesepakatan  bersama.  Contoh  :  Suatu  dinas  dikabupaten  yang  diberi  tugas membuat  rencana  menaikkan  produksi  pangan  sebesar              10,  dinas  itu
kemudian  membuat  rencana  kerja  untuk  menyukseskan  tercapainya  kenaikan produksi sebesar 10. Kepala dinas menetapkan apa yang harus dilakukan oleh
masing  –  masing  bagian  pada  dinas  tersebut  tanpa  mengubah  wewenang  dan tanggung jawab masing – masing bagian.
3. Perencanaan inovatif,
yaitu Perencanaan yang lebih memiliki kebebasan baik dalam menetapkan target maupun cara yang ditempuh untuk mencapai target.
4. Perencanaan bertujuan jamak versus perencanaan bertujuan tunggal :
Perencanaan bertujuan jamak, yaitu Perencanaan yang memiliki beberapa tujuan sekaligus.  Misalnya  :  rencana  pelebaran  dan  peningkatan  kualitas  jalan
penghubung yang ditujukan untuk memberikan berbagai manfaat sekaligus, agar perhubungan  didaerah  semakin  lancar,  dapat  menarik  berdirinya  pemukiman
baru dan mendorong bertambahnya aktifitas pasar didaerah tersebut. 5.
Perencanaan bertujuan tunggal yaitu perencanaan yang apabila sasaran yang hendak dicapai adalah sesuatu yang
dinyatakan  dengan  tegas  dalam  perencanaan  itu  dan  bersifat  tunggal.  Misalnya rencana  pemerintah  untuk  membangun  100  unit  rumah  di  suatu  lokasi  tertentu.
Universitas Sumatera Utara
Perencanaan  ini  tidak  mengaitkan  pembangunan  rumah  dengan  manfaat  lain yang mungkin dapat ditimbulkannya karena tidak menjadi fokus perhatian.
6. Perencanaan bertujuan jelas versus perencanaan bertujuan laten :
Perencanaan bertujuan jelas, yaitu perencanaan yang dengan tegas menyebutkan tujuan  dan  sasaran  dari  perencanaan  tersebut  dan dapat diukur keberhasilannya.
Misalnya  tujuan  perencanaan  adalah  menaikkan  taraf  hidup  rakyat,  sasarannya adalah  menaikkan  pendapatan  perkapita  dari    400  menjadi    500  per  tahun,
dalam jangka waktu 3 tahun yang akan datang. 7.
Perencanaan bertujuan laten, yaitu perencanaan yang  tidak menyebutkan sasaran bahkan  tujuannya  pun  kurang  jelas  sehingga  sulit  untuk  dijabarkan.  Misalnya,
tujuan  seseorang  ingin  hidup  lebih  bahagia,  kehidupan  dalam  masyarakat  yang aman, nyaman dan penuh dengan rasa kekeluargaan.
8.    Perencanaan Top Down versus Bottom Up : Perencanaan  Top  Down,  yaitu  Perencanaan  yang  kewenangan  utama  dalam
perencanaan  tersebut  berada  pada  institusi  yang  lebih  tinggi,  dimana  institusi perencana pada level yang lebih rendah harus menerima rencana atau arahan dari
institusi lebih tinggi. 9.
Perencanaan Bottom Up Yaitu  Perencanaan  yang  kewenangan  utama  dalam  perencanaan  tersebut  berada
pada  institusi  yang  lebih  rendah,  dimana  institusi  perencana  berada  pada  level lebih  tinggi  harus  menerima  usulan  –  usulan  yang  diajukan  oleh  insitusi
perencana pada tingkat yang lebih rendah.
Universitas Sumatera Utara
10.   Perencanaan Vertical versus Horizontal : Perencanaan  Vertical,  yaitu  Perencanaan  yang  lebih  mengutamakan  koordinasi
antar berbagai jenjang pada sektor yang sama. Perencanaan Horizontal, yaitu Perencanaan yang  menekankan keterkaitan antar
berbagai sektor dapat berkembang secara sinergi. 11.      Perencanaan  yang  melibatkan  masyarakat  secara  langsung  versus  yang  tidak
melibatkan masyarakat secara langsung : Perencanaan  yang  melibatkan  masyarakat  secara  langsung,  yaitu  perencanaan
yang  sejak  awal  masyarakat  yelah  diberitahu  dan  diajak  ikut  serta  dalam menyusun rencana tersebut.
Perencanaan  yang  tidak  melibatkan  masyarakat  secara  langsung, yaitu
perencanaan  yang  tidak  melibatkan  sama  sekali  peran  serta  masyarakat  dan hanya meminta persetujuan DPRD untuk persetujuan akhir.
2.1.3    Konsep Ruang dan Wilayah
Ruang  atau  kawasan  sangat  penting  dalam  pengelolaan  wilayah  pesisir  dan lautan karena merupakan wadah yang utama di wilayah pesisir. Ruang adalah wadah
kehidupan manusia beserta sumberdaya alam yang terkandung di dalamnya meliputi bumi,  air  dan  ruang  angkasa  sebagai  satu  kesatuan.  Konsep  ruang  mempunyai
beberapa unsur, yaitu: 1 jarak, 2 lokasi, 3 bentuk, dan 4 ukuran. Konsep ruang sangat  berkaitan  erat  dengan  waktu,  karena  pemanfaatan  bumi  dan  segala
kekayaannya  membutuhkan  organisasipengaturan  ruang  dan  waktu.  Unsur-unsur
Universitas Sumatera Utara
tersebut di atas secara bersama-sama menyusun unit tata ruang yang disebut wilayah Budiharsono, 2001.
Selanjutnya Budiharsono 2001 menyebutkan definisi wilayah sebagai suatu
unit  geografi  yang  dibatasi  oleh  kriteria  tertentu  yang  bagian-bagiannya  tergantung secara  internal  dalam  dimensi  ruang  yang  merupakan  wadah  bagi  kegiatan-kegiatan
sosial  ekonomi  yang  memiliki  keterbatasan  serta  kesempatan  ekonomi  yang  tidak sama.  Disamping  itu,  perlu  pula  diperhatikan  bahwa  kegiatan  sosial  ekonomi  dalam
ruang  dapat  menimbulkan  dampak  positif  maupun  negative  terhadap  kegiatan lainnya.
Rustiadi  2002 membagi  konsep  wilayah  atas  enam  jenis.  Adapun  konsep
enam  jenis  wilayah  tersebut  dapat  dijelaskan  sebagai  berikut:  1  Konsepkonsep wilayah  klasik,  yang  mendefinisikan  wilayah  sebagai  unit  geografis  dengan  batas-
batas  spesifik  dimana  komponen-komponen  dari  wilayah  tersebut  satu  sama  lain saling  berinteraksi  secara  fungsional;  2  Wilayah  homogen,  yaitu  wilayah  yang
dibatasi  berdasarkan  pada  kenyataan  bahwa  faktor-faktor  dominan  pada  wilayah tersebut bersifat homogen, sedangkan faktor-faktor yang tidak dominan bisa bersifat
heterogen.  Pada  umumnya  wilayah  homogen  sangat  dipengaruhi  oleh  potensi sumberdaya alam dan permasalahan spesifik yang seragam.
Dengan  demikian  konsep  wilayah  homogen  sangat  bermanfaat  dalam penentuan  sektor  basis  perekonomian  wilayah  sesuai  dengan  potensidaya  dukung
utama  yang  ada  dan  pengembangan  pola  kebijakan  yang  tepat  sesuai  dengan permasalahan  masing  masing  wilayah;  3  Wilayah  nodal,  menekankan  perbedaan
Universitas Sumatera Utara
dua  komponen-komponen  wilayah  yang  terpisah  berdasarkan  fungsinya.  konsep wilayah  nodal  diumpamakan  sebagai  suatu  ”sel  hidup”  yang  mempunyai  inti  dan
plasma.  Inti  adalah  pusat-pusat  pelayananpemukiman,  sedangkan  plasma  adalah daerah  belakang  hinterland;  4  Wilayah  sebagai  sistem,  dilandasi  atas  pemikiran
bahwa  komponen-komponen  di  suatu  wilayah  memiliki  keterkaitan  dan ketergantungan satu sama lain dan tidak terpisahkan; 5 Wilayah perencanaan adalah
wilayah  yang  dibatasi  berdasarkan  kenyataan  terdapatnya  sifat-sifat  tertentu  pada wilayah  baik  akibat  sifat  alamiah  maupun  non  alamiah  sehingga  perlu  perencanaan
secara  integral;  6  Wilayah  administratif-politis,  berdasarkan  pada  suatu  kenyataan bahwa  wilayah  berada  dalam  satu  kesatuan  politis  yang  umumnya  dipimpin  oleh
suatu  sistem  birokrasi  atau  sistem  kelembagaan  dengan  otonomi  tertentu.  wilayah yang  dipilih  tergantung  dari  jenis  analisis  dan  tujuan  perencanaannya.  Sering  pula
wilayah  administratif  ini  sebagai  wilayah  otonomi.  Artinya  suatu  wilayah  yang mempunyai  suatu  otoritas  melakukan  keputusan  dan  kebijaksanaan  sendiri-sendiri
dalam pengelolaan sumberdaya-sumberdaya di dalamnya.
2.1.4   Teori Pembangunan Daerah Pembangunan  menurut  Siagian  1994,  adalah  suatu  usaha  atau  rangkaian
usaha  pertumbuhan  dan  perubahan  yang  berencana  dan  dilakukan  secara  sadar  oleh suatu  bangsa,  negara  dan  pemerintah  menuju  modernisasi  dalam  rangka  pembinaan
bangsa nation building.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan  Kartasasmita  1994,  memberikan  pengertian  pembangunan,  adalah
suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana.
Bratakusumah  2005,
dalam  bukunya  Perencanaan  Pembangunan  Daerah mengemukakan  bahwa,  dengan  perkembangan  ilmu  pengetahuan,  para  ahli
manajemen  pembangunan  terus  berupaya  untuk  menggali  konsep-konsep pembangunan  secara  ilmiah,  karena  secara  sederhana  pembangunan  sering  diartikan
sebagai  suatu  upaya  untuk  melakukan    perubahan  menjadi  lebih  baik.  Karena perubahan yang dimaksud adalah menuju arah peningkatan dari keadaan semula dan
ada  yang  mengasumsikan  bahwa  pembangunan  adalah  juga  pertumbuhan, menunjukkan  kemampuan  suatu  kelompok  untuk  terus  berkembang,  baik  secara
kualitatif  maupun  kuantitatif  dan  merupakan  suatu  yang  mutlak  harus  terjadi  dalam pembangunan.
Istilah  pembangunan  development  secara  tradisional  diartikan  sebagai kapasitas dari sebuah perekonomian nasional, yang kondisi ekonomi awalnya kurang
lebih  bersifat  statis  dalam  kurun  waktu  cukup  lama  untuk  menciptakan  dan mempertahankan kenaikan tahunan atas pendapatan nasional bruto  atau  GNP gross
national product nya pada tingkat 5 persen hingga 7 persen, atau bahkan lebih tinggi
lagi, jika hal itu memang memungkinkan. Ukuran lain yang mirip dengan GNP, yakni yang  dikenal  dengan  istilah  produk  domestik  bruto  atau  GDP  gross  domestic
product sama  seringnya  digunakan.  Indeks  ekonomi  lainnya  yang  juga  sering
digunakan  untuk  mengukur  tingkat  kemajuan  pembangunan  adalah  tingkat
Universitas Sumatera Utara
pendapatan  perkapita  income  per  capita  atau  GNP  per  kapita.  Indeks  ini  pada dasarnya  mengukur  kemampuan  dari  suatu  negara  untuk  memperbesar  outputnya
dalam  laju  yang  lebih  cepat  dari  pada  tingkat  pertumbuhan  penduduknya  Todaro, 2000,  dan  ada  tiga    komponen  dasar  atau  nilai  inti  yang  harus  dijadikan  basis
konseptual dan pedoman praktis untuk memahami pembangunan yang paling hakiki. Ketiga komponen dasar tersebut adalah:
- Kecukupan sustenance yaitu kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar;
- Jati diri selfesteem yaitu menjadi manusia seutuhnya, serta
- Kebebasan freedom yaitu kemampuan untuk memilih.
Ketiga hal inilah yang merupakan tujuan pokok yang harus digapai oleh setiap orang  dan  masyarakat  melalui  pembangunan.  Ketiganya  berkaitan  secara  langsung
dengan  kebutuhan-kebutuhan  manusia  yang  paling  mendasar,  yang  terwujud  dalam berbagai  macam  manifestasi  bentuk  di  hampir  semua  masyarakat  dan  budaya
sepanjang jaman. Pembangunan  merupakan  suatu  usaha  untuk  meningkatkan  kesejahteraan
masyarakat.  Antara  lain  adalah,  menaikkan  standar  hidup,  memperbaiki  tingkat pendidikan,  kesehatan  dan  persamaan  hak  untuk  memiliki  kesempatan  dalam
memperoleh semua komponen-komponen penting dari hasil pembangunan ekonomi.
Meier 1989
mendefinisikan pembangunan ekonomi, adalah suatu proses di mana pendapatan perkapita penduduk suatu negara secara riil cenderung naik secara
terus  menerus  dalam  jangka  panjang;  dengan  syarat  utama  bahwa  jumlah  penduduk yang  berada  dalam  ”garis  kemiskinan  absolut”  tidak  bertambah  dan  distribusi
Universitas Sumatera Utara
pendapatan tidak menjadi lebih timpang. Kecenderungan menaik itu haruslah paling tidak  dua  atau  tiga  dasawarsa-  waktu  sepanjang  itu  cukup  sebagai  indikasi  untuk
melihat apakah suatu negara dalam keadaan berkembang atau tidak. Sejalan dengan Meier, Chenery dan Syrquin 1989, mendefinisikan pembangunan ekonomi sebagai
suatu  proses  peningkatan  pendapatan  per  kapita  yang  disertai  antara  lain,  dengan proses  transformasi  dari  suatu  perekonomian  yang  dominan  sektor  primer  atau
pertanian  dan  pertambangan  menjadi  makin  dominan  sektor  industri,  terutama industri manufaktur dan sektor jasa.
2.1.5    Prinsip Pembangunan Berkelanjutan
Paradigma pembangunan yang berorientasi pada pertumbuhan ekonomi perlu digandeng  dengan  pembangunan  berkelanjutan  sustainable  development.
Pembangunan  berkelanjutan  didefinisikan  oleh  World  Commission  on  Environment and  Development
,  adalah  “pembangunan  untuk  memenuhi  kebutuhan  generasi  saat ini  tanpa  merusak  atau  menurunkan  kemampuan  generasi  mendatang  untuk
memenuhi  kebutuhannya”.  Konsep  pembangunan  yang  berkelanjutan  telah  menjadi kesepakatan  hampir  seluruh  bangsa-bangsa  di  dunia  sejak  KTT  Bumi  di  Rio  de
Janeiro  1992.  Dengan  demikian,  secara  ekologis  terdapat  empat  persyaratan  utama yang  dapat  menjamin  tercapainya  pembangunan  berkelanjutan  sumberdaya  wilayah
pesisir  dan  lautan:  1  keharmonisan  spasial,  2  pemanfaatan  sumberdaya  alam secara  optimal  dan  berkelanjutan,  3  membuang  limbah  sesuai  dengan  kapasitas
asimilasi lingkungan, dan 4 mendesain dan membangun prasarana dan sarana sesuai dengan karakteristik serta dinamika ekosistem pesisir dan lautan Dahuri, 1996.
Universitas Sumatera Utara
Ketika  kita  memanfaatkan  wilayah  perairan  pesisir  sebagai  tempat  untuk pembuangan  limbah,  maka  harus  ada  jaminan  bahwa  jumlah  total  dari  limbah
tersebut  tidak  boleh  melebihi  kapasitas  asimilasinya  assimilative  capacity.  Dalam hal  ini,  yang  dimaksud  dengan  daya  asimilasi  adalah  kemampuan  suatu  ekosistem
pesisir  untuk  menerima  jumlah  limbah  tertentu  sebelum  ada  indikasi  terjadinya kerusakan lingkungan dan atau kesehatan yang tidak dapat ditoleransi.
2.1.6     Proses Perencanaan Wilayah
Implementasi  otonomi  daerah  dan  desentralisasi  di  Indonesia  menuntut perubahan  paradigma  dalam  perencanaan  dan  keuangan  daerah  yang  komprehensif
dan  mengarah  kepada  perwujudan  transparansi,  akuntabilitas,  demokratisasi, desentralisasi  dan  partisipasi  masyarakat.    Keterbatasan  sumber  daya  daerah
hardware  dan  software  menyebabkan  pemerintah  daerah  harus  mampu mengalokasikannya secara lebih efisien dan efektiv.
Dewasa  ini,  otonomi  dan  desentralisasi  telah  didukung  oleh  beberapa perubahan Peraturan Perundangan, antara lain :
1. UU 172003
:  Keuangan Negara 2.
UU 12004 :  Perbendaharaan Negara
3. UU 252004
:  Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional 4.
UU 332004 :  Perimbangan Keuangan
5. PP 202004
:  Rencana Kerja Pemerintah
Universitas Sumatera Utara
Sistem  Perencanaan  Pembangunan  Nasional  UU  No  25  Tahun  2004 memberikan arahan penyusunan perencanaan di tingkat pemerintah pusat, daerah, dan
unit kerja kementerianlembagadinas, sebagaimana kerangka berikut:
NASIONALSektor DAERAHProvKabKota
Rencana Pembangunan Jangka Menengah RP JM 5 Th
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Satuan Kerja Peringkat
DaerahRP JM-SKPD 5 Th Rencana
KementrianLembagaRencana-KL 5 Th
Rencana Satuan Kerja Peringkat Daerah 5 Th
Rencana Pembangunan Tahunan NasionalRencana Kerja Pemerintah
RKP 5 Th Rencana Pembangunan Tahunan
DaerahRencana Kerja Peringkat Daerah RKPD 5 Th
Rencana Pembangunan Tahunan KementrianLembaga atau Rencana
Kerja KementrianLembaga Renja-KL 1 Th
Rencana Pembangunan Tahunan Satuan Kerja Peringkat Daerah atau
Rencana Kerja Satuan Kerja Peringkat Daerah Renja-SPKD 1 Th
Gambar 1.  Perencanaan Pembangunan KEGIATAN EKONOMI RAKYAT SEJAHTERA
• Jumlah penduduk naik menjadi 8,2 th 2009
• Pengangguran 5,1 th 2009
• Pertumbuhan ekonomi 7,6 th 2009
PEMBUKAAN UUD 45 •
Melindungi Segenap Bangsa Indonesia
•
Memajukan Kesejahteraan Umum
•
Mencerdaskan Kehidupan Bangsa
•
Ikut Melaksanakan Ketertiban Dunia
PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG 20 Tahun VISI, MISI, PROGRAM PRESIDEN RI 5 Tahun
•
Menciptakan Indonesia Yang Aman dan Damai
•
Menciptakan Indonesia Yang Adil dan Demokratis
•
Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat
VISI, MISI, PROGRAM KEPALA DAERAH 5 Tahun
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1.  Perencanaan Pembangunan
Gambar  1  menunjukkan  Sistem  Perencanaan  Pembangunan  berdasarkan  atas UU  No.25  Tahun  2004  untuk  tingkat  nasional  dan  daerah.    Dalam  rangka
pelaksanaan  UU  No.25  Tahun  2004  dan  UU  No.  17  Tahun  2003,  pedoman penyusunan  indikator  kinerja,  pemantauan  dan  evaluasi  anggaran  berbasis  kinerja
sangat diperlukan oleh pelaku aktivitas.
2.2 Hubungan Perencanaan Wilayah Dengan SDM Dan Kualitas Perencanaan
Seorang  perencana  bertugas  untuk  mengatur  proses  perencanaan  di  tingkat daerah.    Tugas  ini  bersifat  komprehensif  atau  menyeluruh,  sehingga  membutuhkan
pengetahuan  intersektoral  yang  luas  dan  berkemampuan  merencanakan  pada  tiga
bidang  utama  perencanaan  pembangunan  daerah,  yang  menurut  Poppe  1995  :  45,
meliputi : a.
Perencanaan Sumber Daya Alam b.
Perencanaan Sosial Ekonomi c.
Perencanaan Fisik dan Infrastruktur Di samping itu, ia juga mengatakan bahwa seorang perencana harus memiliki
kualifikasi yang berorientasi manajemen yang menyangkut empat tahap perencanaan yang utama, yaitu :
a. Analisis wilayah
b. Prospek pembangunan
c. Perencanaan dan pembuatan program
Universitas Sumatera Utara
d. Pelaksanaan rencana, monitoring dan evaluasi
Untuk itu, Manfred Poppe mengemukakan hal-hal yang harus ditangani oleh perencana  daerah,  terutama  yang  menyangkut  masalah  organisasional  dan
operasional, yaitu : a.
Mengenal masalah-masalah pembangunan daerah, sumber daya dan kebutuhan ekonomi sebagaimana dirasakan oleh penduduk.
b. Menganalisis  kecenderungan  dan  hambatan  pembangunan  serta  meramalkan
pembangunan demografik dan ekonomi. c.
Menyusun tujuan dan sasaran pembangunan daerah. d.
Mengembangkan strategi dan alternatif kebijaksanaan, serta merancang rencana program pembangunan daerah.
e. Menyebarkan  dan  menghubungkan  rencana  daerah  dengan  rencana  dan
kebijaksanaan daerah dan nasional. f.
Menganjurkan pertimbangan kebutuhan lokal dalan kebijaksanaan nasional. g.
Menaksir pengaruh rencana dan program secara sosial, ekonomi dan ekologi. h.
Mengatur proses pembuatan keputusan dan partisipasi pada tingkat dan masalah yang berbeda.
i. Mengenal  dan  merancang  proyek-proyek  individu  dan  menaksir  kelayakannya
untuk pelaksanaan lokal. j.
Mengembangkan  dan  menggunakan  instrumen  pelaksanaan,  penyelenggaraan dan pengendalian rencana dan program.
Universitas Sumatera Utara
k. Memonitor dan mengevaluasi proyek, rencana dan program serta merencanakan
ulang sesuai dengan perubahan kondisi. Terkait  dengan  masalah  tugas  perencana  tersebut,  LAN  1999
mengemukakan bahwa tugas perencana pembangunan    meliputi : a.
Mengumpulkan dan menganalisis berbagai indikator kondisi sosial ekonomi. b.
Mengumpulkan dan menganalisis data sektor penting perekonomian. c.
Mengidentifikasi  hubungan  antar-sektor  dan  bidang  kegiatan  esensial  untuk persoalan mendasar.
d. Menunjukkan  pendekatanalternatif  pembenahan,  masalah  sektor  dan
perekonomian. e.
Memberi  identifikasi  penjelasan  alternatif  beserta  keterkaitan  sektoralnya kepada pengambil keputusan.
f. Menyusun tindak lanjut pasca keputusan.
g. Memantau indikator kesejahteraan ekonomi.
h. Melaksanakan evaluasi.
2.2.1  Sumber Daya Manusia Dalam Konteks Kewilayahan
Strategi  pembangunan  untuk  mengurangi  kesenjangan  antarwilayah  pada dasarnya diarahkan untuk 1 mendorong pertumbuhan wilayah-wilayah potensial di
luar  Jawa-Bali  dan  Sumatera  dengan  tetap  menjaga  momentum  pertumbuhan  di wilayah Jawa-Bali dan Sumatera; 2 meningkatkan keterkaitan antarwilayah melalui
peningkatan perdagangan antarpulau untuk mendukung perekonomian domestik; dan
Universitas Sumatera Utara
3  meningkatkan  daya  saing  daerah  melalui  pengembangan  sektor-sektor  unggulan di tiap wilayah, 4 Mendorong percepatan pembangunan daerah tertinggal, kawasan
strategis  dan  cepat  tumbuh,  kawasan  perbatasan,  kawasan  terdepan,  kawasan  terluar dan  daerah  rawan  bencana;  serta  5  Mendorong  pengembangan-pengembangan  di
tiap wilayah mengacu pada strategi dan arah kebijakan yang berbasiskan perencanaan wilayah  darat  melalui  Rencana  Tata  Ruang  Wilayah  Nasional  dan  berbasiskan
perencanaan wilayah laut melalui Arah Pengembangan Wilayah Laut. Selain itu, strategi pembangunan juga mengacu pada paradigma Pembangunan
untuk Semua Development for All. Paradigma ini bertumpu pada 6 enam strategi dan arah kebijakan, yaitu:
Pertama
,  strategi  pembangunan  inklusif  yang  mengutamakan  keadilan, keseimbangan  dan  pemerataan.  Semua  pihak  harus  dan  ikut  berpartisipasi  dalam
proses  pembangunan  melalui  penciptaan  iklim  kerja  untuk  meningkatkan  harkat hidup keluar dari kemiskinan. Seluruh kelompok masyarakat harus dapat merasakan
dan  menikmati  hasil-hasil  pembangunan  terutama  masyarakat  yang  tinggal  di kawasan  perbatasan,  kawasan  perdesaan,  daerah  pedalaman,  daerah  tertinggal  dan
daerah  pulau  terdepan.  Selain  itu,  pertumbuhan  ekonomi  harus  dapat  mengurangi pengangguran  dan  kemiskinan.  Program  Nasional  Pemberdayaan  Masyarakat
PNPM  Mandiri;  serta  Percepatan  Pembangunan  Daerah  Tertinggal,  Kawasan Perbatasan, Pulau Terdepan dan daerah pasca konflik dan pasca bencana merupakan
program  yang  diarahkan  langsung  untuk  mendorong  pembangunan  yang  lebih inklusif.
Universitas Sumatera Utara
Kedua
, strategi pembangunan berdimensi kewilayahan. Strategi pembangunan wilayah  mempertimbangkan  kondisi  geografis,  ketersediaan  sumber  daya  alam,
jaringan  infrastruktur,  kekuatan  sosial  budaya  dan  kapasitas  sumber  daya  manusia menyebabkan  yang tidak sama untuk setiap wilayah. Strategi pembangunan wilayah
juga  memperhitungkan  basis  daratan  dan  basis  kepulauan  atau  maritim  sebagai  satu kesatuan  ruang  yang  tidak  terpisahkan.  Oleh  sebab  itu,  strategi  pembangunan
berdimensi  kewilayahan  memperhatikan  tata  ruang  wilayah  Pulau  Sumatera,  Pulau Jawa-Bali, Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi, Kepulauan Nusa Tenggara, Kepulauan
Maluku  dan  Pulau  Papua.  Dengan  strategi  ini,  kebijakan  pembangunan  diarahkan untuk  mengoptimalkan  potensi  dan  keunggulan  daerah  dan  membangun  keterkaitan
antarwilayah  yang  solid  termasuk  mempercepat  pembangunan  pembangkit  dan jaringan  listrik,  penyediaan  air  bersih,  serta  pengembangan  jaringan  transportasi
darat, laut dan udara dan jaringan komunikasi untuk memperlancar arus barang dan jasa, penduduk, modal dan informasi antarwilayah.
Ketiga ,  strategi  pembangunan  yang  mendorong  integrasi  sosial  dan  ekonomi
antarwilayah  secara  baik.  Dalam  hal  ini  perhatian  terhadap  pengembangan  pulau- pulau besar, kecil dan terdepan harus dilakukan dengan memperhatikan poteni daerah
sebagai  modal  dasar  yang  dikelola  secara  terintegrasi  dalam  kerangka  geoekonomi nasional  yang  solid  dan  kuat.  Dengan  kesatuan  ekonomi  nasional  yang  kuat  untuk
lima  tahun  mendatang,  maka  posisi  tawar  Indonesia  dalam  globalisasi  percaturan perekonomian  dunia,  secara  geo-ekonomi  berada  pada  posisi  yang  lebih  kuat,  dan
lebih  berdaya  saing.  Kebijakan  untuk  memperkuat  integrasi  sosial  dan  ekonomi
Universitas Sumatera Utara
antarwilayah  diarahkan  pada  pengembangan  pusat-pusat  produksi  dan  pusat-pusat perdagangan  di  seluruh  wilayah  terutama  di  Kalimantan,  Sulawesi,  Nusa  Tenggara,
Maluku dan Papua.
Keempa
t,  strategi  pengembangan  ekonomi  lokal.  Pengembangan  ekonomi lokal  menjadi  penting  dan  mendesak  sebagai  upaya  memperkuat  daya  saing
perekonomian nasional. Para gubernur, bupati dan walikota mempunyai kewenangan yang luas dan peran dominan dalam pengembangan ekonomi lokal. Peran pemerintah
dan  pemerintah  daerah  dalam  mendorong  pembangunan  daerah  pada  intinya mempunyai arah sebagai berikut:
1. Menciptakan suasana atau iklim usaha yang memungkinkan potensi masyarakat
berkembang; 2.
Meningkatkan  akses  masyarakat  terhadap  sumber-sumber  kemajuan  ekonomi seperti modal, teknologi, informasi, lapangan kerja dan pasar;
3. Mencegah  terjadinya  persaingan  yang  tidak  seimbang,  dan  menciptakan
kebersamaan  dan  kemitraan  antara  yang  sudah  maju  dengan  yang  belum berkembang; 4 memperkuat kerjasama antardaerah; dan
4. Membentuk  jaring  ekonomi  yang  berbasis  pada  kapasitas  lokal  dengan
mengkaitkan  peluang  pasar  yang  ada  di  tingkat  lokal,  regional  dan internasional;
5. mendorong  kegiatan  ekonomi  bertumpu  pada  kelompok,  termasuk
pembangunan prasarana berbasis komunitas; dan
Universitas Sumatera Utara
6. Memperkuat  keterkaitan  produksi-pemasaran  dan  jaringan  kerja  usaha  kecil-
menengah  dan  besar  yang  mengutamakan  keunggulan  komparatif  dan keunggulan kompetitif daerah.
Kelima , strategi pembangunan disertai pemerataan growth with equity yang
bertumpu  pada  keserasian  pertumbuhan  ekonomi  pro-growth  dalam  menciptakan
kesempatan  kerja  pro-jobs  dan  mengurangi  kemiskinan  pro-poor  yang  tetap berdasarkan kelestarian  alam pro-environment. Kebijakan pembangunan diarahkan
untuk memperkuat
keterkaitan antarwilayah
domestic interconnectivity
, membangun  dan  memperkuat  rantai  industri  hulu  hilir  produk  unggulan  berbasis
sumber  daya  lokal,  mengembangkan  pusat-pusat  produksi  dan  perdagangan  baik  di Jawa-Bali  maupun  di  luar  wilayah  Jawa  Bali  yang  didukung  dengan  penyediaan
prasarana  dan  sarana,  peningkatan  SDM,  pusat-pusat  penelitian,  pembangkit  listrik dan  penyediaan  air  bersih;  serta  perbaikan  pelayanan  sesuai  standar  pelayanan
minimal.  Sejalan  dengan  arah  kebijakan  ini,  pengembangan  Kawasan  Ekonomi Khusus KEK merupakan salah satu dorongan  untuk menciptakan dan  membangun
pusat-pusat pertumbuhan dan perdagangan di seluruh wilayah.
Keenam ,  strategi  pengembangan  kualitas  manusia.  Orientasi  pembangunan
adalah  peningkatan  kualitas  manusia  the  quality  life  of  the  people  sebagai  bagian
dari  penghormatan,  perlindungan  dan  pemenuhan  hak-hak  dasar  rakyat  terutama pangan, pendidikan, kesehatan, kesempatan kerja, sanitasi dan air bersih, perumahan,
sumber daya alam dan lingkungan, dan jaminan keamanan. Oleh sebab itu, kebijakan pembangunan  akan  diarahkan  pada  peningkatan  akses  dan  mutu  layanan  dasar
Universitas Sumatera Utara
termasuk  pangan,  pendidikan,  kesehatan,  kesempatan  kerja,  sanitasi  dan  air  bersih, perumahan, sumber daya alam dan lingkungan, dan jaminan keamanan terutama bagi
masyarakat yang berada di daerah perdesaan, kawasan perbatasan, pulau-pula terluar dan daerah pasca konflik dan pasca bencana. Dengan meningkatnya kualitas manusia,
kesejahteraan masyarakat juga akan meningkat dan membaik secara merata di seluruh wilayah.
Salah  satu  hasil  penelitian  yang  mengkaitkan  tentang  kewilayahan, pengembangan wilayah dan peningkatan SDM adalah Penelitian yang dilakukan oleh
Jarisding,  La  Ode  2006  tentang  Potensi  Dan  Masalah  Perkembangan  Wilayah  Di Kabupaten  Muna  Sulawesi  Tenggara  memberikan  gambaran  berbagai  permasalahan
permasalahan  perkembangan  wilayah  di  daerah  adalah:  1  Kurang  memanfaatkan potensi  terkait  dengan  fenomena  perkembangan  wilayah  masa  lalu;  2  Konflik
perwilayahan  dalam  penataan  ruang;  3  Lemahnya  kekuatan  endogen,  berupa keterbatasan  sarana  prasarana,  SDA,  pariwisata,  SDM  dan  tenaga  kerja;  4  Sosial-
ekonomi; 5 Situasi politik lokal; 7 Letak geografis; 8 Globalisasi dan teknologi. Untuk  menjawab  Research  Question  dan  untuk  mengetahui  potensi  endogen  dan
eksogen  perkembangan  wilayah,  maka  dilakukan  langkah-langkah:  analisis  potensi dan masalah perkembangan wilayah Kabupaten Muna berdasarkan fenomena sejarah;
analisis  potensi  dan  masalah  perwilayahan;  analisis  potensi  endogen  wilayah  dan permasalahannya;  analisis  potensi  dan  masalah  perekonomian;  analisis  potensi  dan
masalah  politik  lokal  terhadap  perkembangan  wilayah  Kabupaten  Muna.  Metode analisis yang digunakan adalah orde kota, Jarak dan waktu tempuh minimum ke pusat
Universitas Sumatera Utara
pelayanan  untuk  mengidentifikasi  potensi  dan  masalah  perwilayahan;  peran  sektor, struktur  perekonomian  dan  daya  dukung  lahan  pertanian  untuk  mengidentifikasi
potensi dan masalah perekonomian Kabupaten Muna. Pada  keseluruhan  analisis  juga  menggunakan  metode  pemetaan  potensi.
Berdasarkan hasil analisis potensi dan masalah perkembangan wilayah di Kabupaten Muna,  secara  keseluruhan  Kabupaten  Muna  kurang  berkembang  terutama  Pulau
Buton  Bagian  Utara  dan  faktor  utama  penyebabnya  adalah  kondisi  politik  lokal. Kebijakan-kebijakan  politik  pembangunan  selama  ini  belum  maksimal  dalam
mendorong  perkembangan  wilayah.  Kondisi  politik  yang  demikian  menyebabkan kekuatan  endogen  dan  eksogen  wilayah  yang  harusnya  merupakan  modal  utama
pembangunan  tidak  termanfaatkan  dengan  baik.  Fenomena-fenomena  yang  terjadi berhubungan  dengan  kebijakan  politik  pembangunan  yang  kurang  berorientasi  pada
kekuatan  endogen  dan  eksogen  wilayah  di  Kabupaten  Muna  adalah:  1  Potensi integrasi  atau  penyatuan  wilayah  pada  jaman  Kerajaan  Muna,  cenderung  menjadi
masalah dengan mengemukanya sifat primordialisme; 2 Penentuan pusat pelayanan dalam  Satuan  Wilayah  Pembangunan  SWP  tidak  tepat,  sehingga  pelayanan
masyarakat  tidak  optimal;  3  Disparitas  pembangunan  infrastruktur  antara  Pulau Buton dan Pulau Muna; 3 Potensi sumberdaya alam dan pariwisata belum dikelola
dan  dimanfaatkan;  4  Konstribusi  komoditas  ekspor  utama  Kabupaten  Muna terhadap  perkembangan  wilayah  sangat  kurang.  Untuk  meminimalisir  permasalahan
perkembangan  wilayah  di  Kabupaten  Muna,  dilakukan  beberapa  strategi:  1 Melakukan regionalisasi desentralistik dengan model kerjasama antar kabupatenkota
Universitas Sumatera Utara
yang  didasari  inisiatif  dan  komitmen  bersama  untuk  membangun  wilayah;  2  Hal mendasar  perlu  dilakukan  Pemerintah  Kabupaten  Muna  terhadap  pembangunan
wilayah di Buton Utara adalah membangun infrastruktur jalan, membangun prasarana pendidikan terutama gedung SLTP dan SLTA, membangun Puskesmas fasilitas rawat
inap  serta  menambah  tenaga  dokter,  membangun  jaringan  air  bersih,  listrik, telekomunikasi dan membangun kantor pelayanan pemerintah satu atap; 3 Merevisi
kembali  penentuan  pusat  pelayanan  dalam  SWP;  4  Untuk  meningkatkan  Value Added komoditas ekspor utama Kabupaten Muna, maka perlu pembangunan industri
pengolahan  komoditas  jambu  mete  dan  optimalisasi  industri  pengolahan  kayu  jati yang  didukung  dengan  kebijakan  investasi  dipermudah;  5  Hal  yang  sangat
dibutuhkan  dalam  pembangunan  wilayah  di  Kabupaten  Muna  adalah  tingkat integritas dan profesionalisme yang tinggi para penentu kebijakan.
Beberapa  studi  tentang  berbagai  persoalan  dalam  pemekaran  daerah  pernah dilakukan  antara  lain  oleh  Bappenas  2005,  Lembaga  Administrasi  Negara  2005,
dan  Departemen  Dalam  Negeri  2005.  Untuk  melengkapi  studi  tersebut,  telah dilakukan  studi  evaluasi  oleh  Building  and  Reniventing  Decentralised  Governance
“BRIDGE” yang dirancang untuk mencapai tiga tujuan: a.
Mengevaluasi  perkembangan  pemekaran  daerah  dalam  aspek  ekonomi, keuangan  pemerintah,  pelayanan  publik  dan  aparatur  pemerintahan,  serta
dampaknya terhadap kesejahteraan masyarakat;
Universitas Sumatera Utara
b. Mengidentifikasi masalah-masalah  yang terjadi dalam masa pemekaran daerah,
khususnya  dalam  aspek  ekonomi,  keuangan  pemerintah,  pelayanan  publik  dan aparatur pemerintahan;
c. Merumuskan  rekomendasi  kebijakan  berkaitan  dengan  pemekaran  daerahHasil
dari  studi  pemekaran  daerah  ini  menunjukkan  temuan  yang  patut  untuk diperhatikan dari masingmasing aspek yang dianalisis.
Tim  studi  menyimpulkan  dalam  jangka  pendek  diperlukan  perubahan  pola belanja  aparatur  pemerintah  daerah,  supaya  pembangunan  mampu  menciptakan
permintaan baru terhadap peningkatan pelayanan publik. Aparatur pemerintah daerah harus  lebih  diarahkan  pada  peningkatan  kualitas  aparatur  sesuai  dengan  kompetensi
aparatur  yang  diperlukan  oleh  daerah,  mulai  dari  tahap  penerimaan  tetapi  juga mencakup promosi dan mutasi aparatur. Di samping itu, diperlukan penataan aparatur
pada  daerah  transisi.  Hal  ini  secara  nasional  perlu  dibuat  semacam  grand  design penataan aparatur, khususnya aparatur pada tingkat pemerintah daerah. Dengan kata
lain diperlukan dukungan lebih besar dari pemerintah pusat kepada daerah induk yang melakukan  persiapan  pemekaran  berdasarkan  PP  1292000  dan  juga  daerah
pemekaran.  Langkah  ini  tidak  dengan  sendirinya  berarti  terjadi  desentralisasi,  tetapi mengakui  peranan  pemerintah  pusat  dalam  menjaga  tercapainya  pembangunan
berkualitas  daripada  asal  pembentukan  daerah-daerah  pemerintahan  baru.  Hal  ini selain merupakan azas pembangunan yang bertanggung jawab dan berkelanjutan juga
mencerminkan  prioritas  nasional  yang  berkaitan  dengan  proses  desentralisasi  dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional RPJMN 2004-2009.
Universitas Sumatera Utara
Aparatur  pemerintah  menjadi  hal  pokok  yang  dievaluasi,  untuk  mengetahui seberapa  jauh  ketersediaan  aparatur  dapat  memenuhi  tuntutan  pelayanan  kepada
masyarakat.  Semakin  banyak jumlah  aparatur  yang  berhubungan  langsung  dengan
pelayanan  publik,  semakin  baik  pula  ketersediaan pelayanan  yang  diberikan  oleh
pemerintah.  Dalam  evaluasi  pemekaran  daerah  terdapat  tiga  indikator utama  yang
dapat  menunjukkan  ketersediaaan  dan  kualitas  aparatur  pemerintah,  yakni  salah satunya  adalah  Tingkat  pendidikan  merefleksikan  tingkat  pemahaman  dan
pengetahuan. Semakin tinggi tingkat pendidikan aparatur, semakin besar pula potensi
untuk meningkatkan kualitas kerjanya.
2.2.2  Teori Organisasi
Studi organisasi adalah telaah tentang pribadi dalam konteks organisasi, serta sifat  organisasi  itu  sendiri.    Setiap  kali  orang  berinteraksi  dalam  organisasi,  banyak
faktor yang ikut bermain.  Studi organisasi berusaha untuk memahami dan menyusun model-model  dari  faktor-faktor  manusiaSDM  dan  psikologi  yang  mempengaruhi
organisasi  gerakan  hubungan  antar  manusia,  motivasi,  dan  aktualisasi  tujuan-tujuan individu di dalam organisasi, dan juga perilaku organisasi dapat memainkan peranan
penting dalam perkembangan organisasinya dan keberhasilan kerja.
Mooney  1954 ,  organisasi  adalah  segala  bentuk  setiap  perserikatan  orang-
orang, untuk mencapai tujuan bersama. Sedangkan menurut Millet 1994 organisasi
adalah  sebagai  kerangka  struktur  di  mana  pekerjaan dari  beberapa  orang
diselenggarakan  untuk  mewujudkan  suatu  tujuan  bersama.  Dan  menurut  Effendi
Universitas Sumatera Utara
1997
,  organisasi  adalah  sebagai  pola  komunikasi  yang  lengkap  dan  hubungan- hubungan lain di dalam suatu kelompok orang-orang.
Dalam  perkembangan  organisasi,  perilaku  organisasi  mempunyai  peranan penting  sebagai  pemicu  keberhasilan  suatu  organisasi.  Perilaku  Organisasi  menjadi
semakin penting dalam ekonomi global ketika orang dengan berbagai latar belakang dan nilai budaya harus bekerja bersama-sama secara efektif dan efisien.
Perilaku  Organisasi  adalah  suatu  disiplin  ilmu  yang  mempelajari  bagaimana seharusnya  perilaku  tingkat  individu,  tingkat  kelompok,  serta  dampaknya  terhadap
kinerja  baik  kinerja  individual,  kelompok,  maupun  organisasi.  Pada  perilaku organisasi  juga  mempelajari  organisasi,  dengan  memanfaatkan  metode-metode  dari
ekonomi, sosiologi, ilmu politik, antropologi dan psikologi.  Disiplin lain yang terkait dengan  studi  organisasi    adalah  studi  tentang  sumber  daya  manusia,  psikologi
industry, perilaku organisasi dan komitmen organisasi.
2.2.3   Manajemen Sumber Daya Manusia
Paradigma  manusia  sebagai  sumber  daya  adalah,  di  satu  sisi  sumber  daya manusia  merupakan  tujuan  dari  proses  pengembangan  organisasi  agar  menjadi
sumber  daya  yang  berkualitas.    Dengan  kata  lain,  sumber  daya  manusia  menjadi objek  yang  harus  dibangun  atau  diproses  lebih  dahulu.    Namun  di  sisi  lain,  sumber
daya  manusia  yang  berkualitas  merupakan  subjek  atau  asset  utama  dalam  proses pengembangan organisasi yang berperan memanajemeni dan memberdayakan sumber
daya lain untuk mencapai tujuan dari masing-masing individu sumber daya manusia itu sendiri.
Universitas Sumatera Utara
Plunkett    Attner  dalam  Loka  2004
,  konsep  sumber  daya  manusia menempatkan  karyawan  sebagai  the  most  valuable  resource  yang  berperan  untuk
merencanakan,  mengorganisir,  mendayagunakan,  dan  mengendalikan  organisasi beserta seluruh sumber ekonominya untuk pencapaian suatu tujuan organisasi.
Dalam  proses  tersebut,  individu-individu  atau  kelompok  sumber  daya manusia  dan  organisasi  belajar  untuk  saling  berintegrasi.    Individu  atau  kelompok
sumber  daya  manusia  belajar  untuk  meningkatkan  kompetensinya  dan  memahami filosofi,  visi,  tujuan  dan  budaya  organsiasi.    Sementara  organisasi  belajar  untuk
memahami karakteristik
sumber daya
manusia, mengembangkan
dan mendayagunakan,  memelihara  dan  melindungi,  serta  memberikan  imbalan  dan
penghargaan  yang  pantas  kepada  individu  atau  kelompok  sumber  daya  manusia
sesuai dengan kinerjanya Loka, 2004. Flippo  dalam  Yuli  2005
,  menyajikan  sebuah  kerangka  dalam  memahami pengertian  manajemen  sumber  daya  manusia  personalia.    Dalam  pandangannya,
manajemen  personalia  dapat  dipahami  dari  dua  kategori  fungsi,  yaitu  fungsi manajemen dan fungsi operasional.  Dengan membagi fungsi manajemen personalia
ke dalam dua kategori, maka dirumuskan sebuat defenisi manajemen personalia, yaitu ;  proses  perencanaan,  pengorganisasian,  pengarahan,  dan  pengendalian  atas
pengadaan  tenaga  kerja,  pengembangan,  kompensasi,  integrasi,  pemeliharaan,  dan pemutusan  hubungan  kerja  dengan  sumber  daya  manusia  untuk  mencapai  sasaran
perorangan, organisasi dan masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
Manajemen sumber daya manusia merupakan kegiatan yang mengatur tentang memberikan  kompensasi,  integrasi,  pemeliharaan,  cara  pengadaan  tenaga  kerja,
melakukan  pengembangan,  kerja  melalui  proses-proses  manajemen  dalam  rangka mencapai tujuan organisasi.
Ada  tiga  pengertian  sumber  daya  manusia,  Nawawi,1997    ,  yang  masing-
masing adalah sebagai berikut : a.
Sumber  daya  manusia  adalah  manusia  yang  bekerja  di  lingkungan  suatu organisasi disebut juga personil, tenaga kerja, pekerja atau karyawan.
b. Sumber  daya  manusia  adalah  potensi  manusia  sebagai  penggerak  organisasi
dalam mewujudkan eksistensinya. c.
Sumber  daya  manusia  adalah  potensi  yang  merupakan  asset  dan  berfungsi sebagai modal non materialnon financial.
Perencanaan  Sumber  Daya  Manusia  dengan  berorientasi  pada  hasil  analisis pekerjaan,  agar  pekerja  yang  diperlukan  dapat  dipenuhi,  baik  dari  segi  kuantitatif
jumlahnya  maupun  kualitatif  kualitasnya.    Dengan  tersedianya  sejumlah  pekerja yang  relevan  dengan  tuntutan  deskripsi  dan  atau  spesifikasi  pekerjaan,  diharapkan
seluruh volume kerja dapat dilaksanakan secara produktif dan berkualitas, tidak saja dalam  proses  produksi  dengan  seluruh  pekerjaan  yang  menunjangnya,  tetapi  juga
dalam  memasarkannya  yang  memerlukan  kemampuan  memberikan  pelayanan  yang berkualitas.
Nawawi  1997  Perencanaan  Sumber  Daya  Manusia  adalah  proses
mengantisipasi  dan  membuat  ketentuan  persyaratan  untuk  mengatur  arus  gerakan
Universitas Sumatera Utara
tenaga  kerja  ke  dalam  dan  keluar  organisasi.    Selanjutnya  ditambahkan  pula  bahwa tujuannya adalah untuk mempergunakan SDM seefektif mungkin dan agar memiliki
sejumlah pekerja  yang  memenuhi persyaratankualifikasi dalam mengisi posisi  yang kapan dan yang manapun mengalami kekosongan.
.Dalam  study  organisasi,  ada  beberapa  peran  penting  yang  dilakukan  SDM dalam  mencapai  tujuan  suatu  organisasi,  antara  lain  perilaku  dan  membangun
komitmen, demi untuk menciptakan kepuasan kerja pada organisasi tempat bekerja. Komitmen  organisasi  adalah  sebagai  suatu  keadaan  di  mana  seorang
karyawan  memihak  organisasi  tertentu  serta  tujuan-tujuan  dan  keinginannya  untuk mempertahankan keanggotaan dalam organisasi tersebut.
Robbins  2001,  bahwa  keterlibatan  pekerjaan  yang  tinggi  berarti  memihak
pada  pekerjaan  tertentu  seorang  individu,  sementara  komitmen  organisasional  yang tinggi berarti memihak organisasi yang merekrut individu tersebut.  Dalam organisasi
sekolah guru merupakan tenaga profesional yang berhadapan langsung dengan siswa, maka guru dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik harus mampu menjalankan
kebijakan-kebijakan  dengan  tujuan-tujuan  tertentu  dan  mempunyai  komitmen  yang kuat terhadap sekolah tempat dia bekerja.
L.  MATHIS  Dan  JACKSON  2001 ,  komitmen  organisasi  adalah  tingkat
sampai  di  mana  karyawan  yakin  dan  menerima  tujuan  organisasional,  serta berkeinginan  untuk  tinggal  bersama  atau  meninggalkan  perusahaan  pada  akhirnya
tercermin dalam ketidak hadiran dan angka perputaran karyawan.
Universitas Sumatera Utara
GRIFFIN  1994
,  komitmen  organisasi  organizational  commitment  adalah sikap  yang  mencerminkan  sejauh  mana  seorang  individu  mengenal  dan  terikat  pada
organisasinya.  Seorang individu yang memiliki komitmen tinggi kemungkinan akan melihat dirinya sebagai anggota sejati organisasi.
ROBBINS 1994 , komitmen organisasi adalah sebagai :
1. Keinginan kuat untuk tetap sebagai anggota organisasi;
2. keinginan untuk berusaha keras sesuai keinginan organisasi; dan
3. keyakinan  tertentu,  dan  penerimaan  nilai  dan  tujuan  organisasi.    dengan  kata
lain, ini merupakan sikap yang merefleksikan loyalitas karyawan pada organisasi dan  proses  berkelanjutan  di  mana  anggota  organisasi  mengekspresikan
perhatiannya  terhadap  organisasi  dan  keberhasilan  serta  kemajuan  yang berkelanjutan.
ALLEN DAN MEYER 1996 , ada tiga dimensi komitmen organisasi adalah
:Komitmen  efektif  effective  commitment  :  Keterikatan  emosional  karyawan,  dan keterlibatan dalam organisasi.
1. Komitmen  berkelanjutan  continuence  commitment  :  Komitmen  berdasarkan
kerugian yang berhubungan dengan keluarnya karyawan dari organisasi.  Hal ini mungkin karena kehilangan senioritas atas promosi atau benefit,
2. Komitmen normatif normative commitment : Perasaan wajib untuk tetap berada
dalam organisasi karena memang harus begitu; tindakan tersebut merupakan hal benar yang harus dilakukan.
Universitas Sumatera Utara
Dessler2000,
memberikan  pedoman  khusus  untuk  mengimplementasikan sistem  manajemen  yang  mungkin  membantu  memecahkan  masalah  dan
meningkatkan komitmen organisasi pada diri karyawan : 1.
Berkomitmen  pada  nilai  manusia:    Membuat  aturan  tertulis,  mempekerjakan manajer yang baik dan tepat, dan mempertahankan komunikasi.
2. Memperjelas  dan  mengkomunikasikan  misi;    Memperjelas  misi  dan  ideologi;
berkharisma;  menggunakan  praktik  perekrutan  berdasarkan  nilai;  menekankan orientasi berdasarkan nilai dan pelatihan; membentuk tradisi.
3. Menjamin  keadilan  organisasi:    Memiliki  prosedur  penyampaian  keluhan  yang
komprehensif; menyediakan komunikasi dua arah yang ekstensif. 4.
Menciptakan  rasa  komunitas:    Membangun  homogenitas  berdasarkan  nilai; keadilan; menekankan kerja sama, saling mendukung, dan kerja tim, berkumpul
bersama. 5.
Mendukung  perkembangan  karyawan:    Melakukan  aktualisasi;  memberikan pekerjaan  menantang  pada  tahun  pertama;  memajukan  dan  memberdayakan;
mempromosikan dari
dalam; menyediakan
aktivitas perkembangan;
menyediakan keamanan kepada karyawan tanpa jaminan.
2.2.4  Manajemen Pemerintahan
Manajemen  didefenisikan  sebagai  proses  kerja  sama  dengan  dan  melalui
orang-orang  dan  kelompok  untuk  mencapai  tujuan  organisasi.  Hersey  dan Blanchard, 1982
Universitas Sumatera Utara
Undang-Undang 32 Tahun 2004 yang merupakan revisi dari Undang-Undang 22  Tahun  1999  tentang  pemerintah  daerah  mendefenisikan  pemerintahan  adalah
penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah pusat pemerintah. Dari defenisi organisasi  dan pemerintahan di atas, maka dapat disimpulkan;
yang  dimaksud  dengan  organisasi  pemerintah  adalah  sebagai  pola  komunikasi  yang lengkap  dan  hubungan-hubungan  lain  dalam  suatu  penyelenggaraan  urusan
pemerintahan oleh pemerintah.
Kemudian  unsur-unsur  organisasi  menurut  Nawawi  2005  adalah  sebagai
berikut : 1.
Manusia yang terdiri dari dua orang atau lebih. 2.
Filsafat yang merupakan dasar organisasi dan norma-norma perilaku. 3.
Proses merupakan rangkaian kegiatan bersama atau kerja sama. 4.
Tujuan merupakan sesuatu yang hendak dicapai baik materialfinansial maupun non materialnon finansial.
Selanjutnya  organisasi  pemerintah  berbeda  dengan  organisasi  manapun  di dunia,  karena  organisasi  pemerintah  memiliki  tiga  hal  penting  yang  merupakan
wewenangnya yaitu sebagai berikut : 1.
Bila  organisasi  lain  tidak  diperkenankan  membunuh  orang  lain  bahkan  dapat dituntut,  maka  organisasi  pemerintah  diperbolehkan  biasanya  disebut  hukum
mati.
Universitas Sumatera Utara
2. Bila  organisasi  lain  tidak  diperkenankan  mengurung  orang  walaupun  dalam
waktu yang sangat singkat, maka organisasi pemerintah diperbolehkan biasanya disebut juga penjara atau lembaga pemasyarakatan.
3. Bila  organisasi  lain  tidak  diperkenankan  memungut  uang  dengan  paksa  tanpa
alasan  yang  jelas  karena  pemberian  jasa  tertentu,  maka  organisasi  pemerintah
diperbolehkan biasanya disebut dengan pajak. Syafiie, 2004
Ketentuan  pokok  kelembagaan  pemerintah,  adalah  menyangkut  mekanisme, bentuk,  dan  susunan  kelembagaan  daerah  beserta  perangkatnya.    Ketentuan  tersebut
terdapat  dalam  UU  No.221999  dan  PP  No.842000,  dan  telah  diperbaharui  dengan PP No.41 Tahun 2007.
Kelembagaan  pemerintahan  daerah  adalah  organisasi  yang  ada  di  dalam daerah.    Sedangkan  perangkat  daerah  adalah  organisasi  atau  lembaga  pada
pemerintah  daerah  yang  bertanggung  jawab  kepada  kepala  daerah  dan  membantu kepala  daerah  dalam  penyelenggaraan  pemerintahan.  Perangkat  daerah  terdiri  atas
sekretariat  daerah,  dinas  daerah,  lembaga  teknis  daerah,  kecamatan,  dan kelurahandesa.
Pelaksanaan otonomi daerah yang luas dan utuh dilaksanakan oleh kabupaten dan kota.  Sedangkan otonomi provinsi merupakan otonomi terbatas.  Provinsi tidak
membawahi kabupaten dan kota, tetapi dalam praktek penyelenggaraan pemerintahan terdapat  hubungan  koordinasi,  kerja  sama,  danatau  kemitraan  sesuai  kedudukan
masing-masing.  Warseno, 2002
Universitas Sumatera Utara
Menurut Prajudi manajemen merupakan pengendalian dan pemanfaatan dari
pada  semua  faktor  serta  sumber  daya  yang  menurut  suatu  perencanaan,  diperlukan untuk mencapai atau menyelesaikan suatu prapta atau tujuan kerja tertentu.
Manajemen  baru  merupakan  suatu  masalah  yang  besar  setelah  faktor  dan sumber daya  yang paling sukar untuk dikendalikan dan didayakan, masuk ke dalam
kancah  karya,  yaitu  manusia.    Oleh  karena  itu,  manajemen  menekankan  pada pengendalian dan pendayagunaan manusia itu sendiri.
Manajemen  pemerintahan  di  Indonesia,  koordinasi  menempati  peranan penting karena begitu banyak ditemui tumpang tindih pekerjaan karena tidak adanya
koordinasi,  kendati  keseluruhannya  itu  dapat  disinkronkan,  diatur  demi  tujuan  dan
kepentingan bersama. Syafiie, 2004
Organisasi  pemerintahan  secara  menyeluruh  dilihat  dari  segi  administrasi pembangunan,  harus  mampu  mendesain  rencana  dan  program-programnya  yang
diharapkan  mendorong  proses  pembangunan.    Sebagai  contoh  pembangunan ekonomi,  ini  berarti  kemampuan  untuk  mendesain  kebijakan  dan  rencana
pembangunan  ekonomi.  Hal  inii  memerlukan  mekanisme  hubungan  tata  kerja sedemikian rupa, sehingga hasil kebijaksanaan atau rencana pemerintah tersebut tetap
bersifat konsisten. Kemampuan  badan-badan  pemerintahan  tingkat  pusat  terutama  bersifat
operasional  untuk  menyebarkan  kegiatan  pemerintahan,  guna  melingkupi  seluruh wilayah negara dalam usaha merealisir kebijaksanaan dan rencana tersebut.  Sehingga
dengan  demikian,  struktur  organisasi  badan-badan  pemerintah  diabadikan  bagi
Universitas Sumatera Utara
kepentingan  perumusan  kebijaksanaan,  untuk  usaha  pembangunan yang
komprehensif  dengan  kemampuan  merealisir  dan  mengevaluasi  program-program
yang bersifat pembangunan.  Tjokroamidjojo, 1978
Pembangunan daerah pasti akan melibatkan berbagai unsurpihakkomponen, baik sebagai objek maupun sebagai subjek.  Tingkat keterlibatan berbagai komponen
tersebut akan terbagi ke dalam berbagai variasi fungsi dan peran.  Variasi fungsi dan peran  tersebut  menyebabkan  perbedaan  kepentingan  yang  beragam  pula.    Karena
perbedaan itulah, diperlukan adanya koordinasi dalam proses pembangunan, sehingga diharapkan  proses  pembangunan  dapat  dilaksanakan  secara  sinergis  dan  harmonis
antar  komponen-komponen  yang  berbeda  tersebut.    Riyadi  dan  Bratakusumah, 2003
Menurut  Salam  2004  Manajemen  Pemerintahan  Daerah  di  Indonesia
dilandasi oleh Undang-Undang Dasar 1945 yang memberikan hak otonomi yang luas, nyata,  dan  bertanggung  jawab.    Hal  ini  diperkuat  oleh  Ketetapan  MPR  Nomor
XVMPRI1998  tentang  Penyelenggaraan  Otonomi  Daerah  yang  berisikan pengaturan,  pembagian,  dan  pemanfaatan  sumber  daya  nasional  yang  berkeadilan,
serta  perimbangan  keuangan  pusat  dan  daerah  dalam  Kerangka  Negara  Kesatuan Republik  Indonesia.    Di  samping  itu,  penyelenggaraan  otonomi  daerah  juga
dilaksanakan  dengan  memperhatikan  prinsip-prinsip  demokrasi,  peran-serta masyarakat,  pemerataan  dan  keadilan,  serta  memperhatikan  potensi  dan
keanekaragaman daerah.
Universitas Sumatera Utara
Daerah  provinsi,  daerah  kabupaten,  dan  daerah  kota  yang  berwenang mengatur  dan  mengurus  kepentingan  masyarakat  setempat  menurut  prakarsanya
sendiri  berdasarkan  aspirasi  masyarakat  dibentuk  dan  disusun  dalam  rangka pelaksanaan  asas  desentralisasi.    Daerah-daerah  tersebut  berdiri  sendiri  dan  tidak
mempunyai hubungan hirarki satu sama lain.  Daerah provinsi sebagai daerah otonom dan  wilayah  administrasi  melaksanakan  kewenangan  pemerintah  pusat  yang
didelegasikan  kepada  Gubernur.    Daerah  provinsi  bukanlah  pemerintah  atasan  dari daerah kabupaten dan daerah kota.
Kedudukan  provinsi  sebagai  daerah  otonom  sekaligus  sebagai  wilayah administrasi dengan pertimbangan sebagai berikut :
Kewenangan  daerah  mencakup  kewengan  dalam  seluruh  bidang pemerintahan,  kecuali  kewenangan  dalam  bidang  politik  luar  negeri,  pertahanan
keamanan,  peradilan,  moneter  dan  fiskal,  agama,  serta  kewenangan  bidang  lain. Kewenangan  bidang  lain  tersebut  meliputi  kebijakan  tentang  perencanaan  nasional
dan pengendalian pembangunan nasional secara makro, dana perimbangan keuangan, system  administrasi  negara  dan  lembaga  perekonomian  negara,  pembinaan  dan
pemberdayaan  sumber  daya  manusia,  pendayagunaan  sumber  daya  alam,  serta teknologi tinggi yang strategi, konservasi, dan standardisasi nasional.
Kewenangan provinsi sebagai daerah otonom mencakup, kewenangan dalam bidang  pemerintahan  yang  bersifat  lintas  kabupaten  dan  kota,  serta  kewenangan
dalam  bidang  pemerintahan  tertentu  lainnya,  termasuk  kewenangan  yang  tidak  atau belum dapat dilaksanakan daerah kabupaten dan daerah kota.  Kewenangan provinsi
Universitas Sumatera Utara
sebagai  wilayah  administrasi  mencakup  kewenangan  dalam  bidang  pemerintahan yang dilimpahkan kepada Gubernur selaku wakil pemerintah pusat.
Dalam  mengelola  manajemen  sumber  daya  nasional  yang  tersedia  di wilayahnya,  daerah  bertanggung  jawab  memelihara  kelestarian  lingkungan  sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.  Kewenangan daerah di wilayah laut meliputi :
a. Eksplorasi,  eksploitasi,  konservasi,  dan  pengelolaan  kekayaan  laut  sebatas
wilayah laut tersebut. b.
Pengaturan kepentingan administratif. c.
Pengaturan tata ruang. d.
Penegakan  hukum  terhadap  peraturan  yang  dikeluarkan  oleh  daerah  atau  yang dilimpahkan kewenangannya oleh pemerintah.
e. Bantuan penegakan keamanan dan kedaulatan negara.
Kewenangan  daerah  kabupaten  dan  daerah  kota  mencakup  semua kewenangan  pemerintahan  selain  kewenangan  yang  dikecualikan  sebagaimana  pada
daerah  provinsi.    Bidang  pemerintahan  yang  wajib  dilaksanakan  oleh  daerah kabupaten  dan  daerah  kota  meliputi  pekerjaan  umum,  kesehatan,  pendidikan  dan
kebudayaan,  pertanian,  perhubungan,  industry  dan  perdagangan,  penanaman  modal, lingkungan hidup, pertanahan, koperasi, dan tenaga kerja.
Dengan  diberlakukannya  Undang-Undang  Nomor  22  Tahun  1999  tentang Pemerintahan  Daerah,  maka  kedudukan  eksekutif  dan  legislatif  dipisahkan  secara
tegas,  meskipun  dalam  melaksanakan  tugasnya  mereka  selalu  saling  berhubungan.
Universitas Sumatera Utara
Bab I Pasal 1 Undang-Undang tersebut mengatakan bahwa pemerintah daerah adalah Kepala  Daerah beserta perangkat daerah otonom  yang lain sebagai  Badan Eksekutif
Daerah.  Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Badan Legislatif Daerah. Setiap  daerah  dipimpin  oleh  seorang  Kepala  Daerah  sebagai  Kepala
Eksekutif yang dibantu oleh seorang Wakil Kepala Daerah.  Kepala Daerah Provinsi disebut  Gubernur  yang  karena  jabatannya  adalah  juga  sebagai  Wakil  Pemerintah
pusat.    Sebagai  Kepala  Daerah,  Gubernur  bertanggung  jawab  kepada  DPRD Provinsi.    Sebagai  Wakil  Pemerintah  pusat  Gubernur  berada  di  bawah  dan
bertanggung jawab kepada Presiden. Kepala  Daerah  Kabupaten  disebut  Bupati.    Kepala  Daerah  Kota  disebut
Walikota.    BupatiWalikota  bertanggung  jawab  kepada  DPRD  KabupatenKota. Kepala Daerah mempunyai masa jabatan lima tahun dan dapat dipilih kembali masa
jabatan.    Kepala  Daerah  dilantik  oleh  Presiden  atau  pejabat  lain  yang  ditunjuk  atau nama  Presiden.    Penyelenggaraan  Pemerintahan  di  daerah  dipimpin  oleh  Kepala
Daerah  berdasarkan  kebijakan  yang  ditetapkan  bersama  DPRD.    Laporan  atas penyelenggaraan pemerintahan daerah wajib disampaikan oleh Kepala Daerah kepada
Presiden  melalui  Menteri  Dalam  Negeri  dengan  tembusan  kepada  Gubernur  bagi Kepala  Daerah  KabupatenKota,  atau  jika  dipandang  perlu  oleh  Kepala  Daerah  atau
apabila diminta oleh Presiden. Penyampaian
pertanggungjawaban Kepala
Daerah kepada
DPRD dilaksanakan pada setiap akhir tahun anggaran.  Apabila pertangungjawaban tersebut
ditolak  oleh  DPRD,  maka  Kepala  Daerah  harus  melengkapi  danatau
Universitas Sumatera Utara
menyempurnakannya  dalam  jangka  waktu  paling  lama  tiga  puluh  hari.    Setelah  itu baru  diajukan  kembali.    Bila  pertanggungjawaban  tersebut  ditolak  kembali  maka
DPRD dapat mengusulkan pemberhentiannya kembali. Wakil  Kepala  Daerah  mempunyai  tugas  membantu  Kepala  Daerah  dalam
melaksanakan  kewajibannya,  mengkoordinasikan  kegiatan  instansi  pemerintahan  di daerah,  dan  melaksanakan  tugas-tugas  lain  yang  diberikan  oleh  Kepala  Daerah.
Wakil Kepala Daerah bertanggung jawab kepada Kepala Daerah dan ia melaksanakan tugas dan wewenang Kepala Daerah apabila Kepala Daerah berhalangan.
Perangkat daerah terdiri atas Sekretariat Daerah, Dinas Daerah, dan lembaga teknis daerah lainnya, sesuai dengan kebutuhan daerah.  Sekretariat Daerah dipimpin
oleh  Sekretaris  Daerah.    Sekretaris  Daerah  Provinsi  karena  jabatannya  adalah Sekretaris  Wilayah  Daerah.    Sekretaris  Daerah  bertanggung  jawab  kepada  Kepala
Daerah.    Kewajibannya  adalah  membantu  Kepala  Daerah  menyusun  kebijakan  serta membina hubungan kerja dengan dinas, lembaga teknis, dan unit pelaksana lainnya.
Dinas  daerah  adalah  unsur  pelaksana  pemerintah  daerah.    Pimpinannya adalah seorang Kepala Dinas yang diangkat oleh Kepala Daerah dari Pegawai Negeri
Sipil yang memenuhi syarat atas usul Sekretaris Daerah.  Kepala Dinas bertanggung jawab kepada Kepala Daera melalui Sekretaris Daerah.
Kepala Daerah menetapkan Peraturan Daerah atas persetujuan DPRD dalam rangka penyelenggaraan  otonomi daerah dan pelaksanaan lebih lanjut dari peraturan
perundangan  yang  lebih  tinggi.    Untuk  melaksanakan  Peraturan  Daerah  dan  atas kuasa  peraturan  perundang-undangan  lain  yang  berlaku,  maka  Kepala  Daerah
Universitas Sumatera Utara
menetapkan  Keputusan  Kepala  Daerah.    Peraturan  Daerah  dan  Keputusan  Kepala Daerah  yang  bersifat  mengatur  diundangkan  dengan  menempatkannya  dalam
Lembaran Daerah.
2.2.5     Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Pemberdayaan  empowerment  merupakan  alat  penting  dan  strategis  untuk memperbaiki,  memperbaharui  dan  meningkatkan  kinerja  organisasi,  baik  organisasi
yang bergerak dalam kegiatan pemerintahan maupun organisasi yang bergerak dalam kegiatan  dunia  usahaswasta.  Mengapa  penting  dan  strategis,  karena  pemberdayaan
dalam  suatu  organisasi  adalah  memberikan  “daya  yang  lebih”  daripada  daya sebelumnya  terhadap  berbagai  hal  seperti  :  unsur-unsur  dalam  organisasi
manajemen,  aspek  –  aspek    komponen  -  komponen  organisasi    manajemen, kompetensi,  wewenang  dan  tanggung  jawab  dalam  organisasimanajemen  tersebut.
Pemberdayaan  dimaksudkan  dalam  hal  ini  adalah  memberikan  “daya”  energy  atau power
yang  lebih  dari  pada  sebelumnya,  artinya  dapat  ditunjukkan  dalam  hal: tenaga,  daya,  kemampuan,  kekuatan,  keberadaan,  peranan,  wewenang  dan  tanggung
jawab. Pemberdayaan  sebagai suatu kata mempunyai pengertian  yang umum  yaitu
pengertian    etimologis.    Apa  arti  empowering?  Asal  katanya  dari  “power”  yang
artinya  “control,  authority,  dominion”.    Awalan  “emp”  artinya  “on  put  on  to”  atau “to  cover  with”  jelasnya  “more  power’.      Jadi  empowering    artinya  is  passing  on
authority  and  responsibility ”,  yaitu  lebih  berdaya  dari  sebelumnya  dalam  arti
wewenang  dan  tanggung  jawabnya  termasuk  kemampuan  individual  yang
Universitas Sumatera Utara
dimilikinya.  Ini ada hubungannya dengan profesionalisme yang pada awalnya selalu di  miliki  oleh  individual.    Oleh  karena  itu  empowerment  terjadi  manakala  :  ”when
power  goes  to employees  who  then  experience  a  sense  of  ownership  and  control
over”. Rob  Brown,  1994:16  yang  maknanya  ada  peningkatam  tanggung  jawab
karyawan. Untuk
memberikan pemahaman
yang lebih
mendalam tentang
pemberdayaan,  secara  teoritis  berikut  dikemukakan  beberapa  definisi  pemberdayaan dari para pakar sebagai berikut :
1. Alatteknik manajemen untuk memperbaiki kinerja organisasi melalui penyebaran
pembuatan keputusan dan tanggung jawab, sehingga akan mendorong keterlibatan sekaligus  rasa  memiliki  dari  seluruh  anggota  organisasi,  serta  membawa  rasa
kedekatan antara organisasi dengan masyarakat atau pelanggannya. 2.
Upaya  untuk  membangun  potensi  sumber  daya  organisasi  dengan  cara mendorong,  memberikan  motivasi,  dan  membangkitkan  kesadaran  akan  potensi
yang dimilikinya, serta berupaya untuk mengembangkannya. 3.
Upaya menjadikan suasana kemanusiaan yang adil dan beradab menjadi semakin efektif  secara  struktural,  baik  dalam  kehidupan  keluarga,  masyarakat,  negara,
regional, internasional maupun dalam bidang politik, ekonomi dan lain-lain. Pemberdayaan Sumber  Daya Manusia  Empowerment Of  Human Resources
dengan  menekankan  kata  kunci  yang  terdiri  dari  Pemberdayaan  dan  Sumber  Daya Manusia.  Secara  umum  pemberdayaan  diartikan    adalah  “lebih  berdaya  dari
sebelumnya  baik  dalam  hal  wewenang,  tanggung  jawab  maupun  kemampuan
Universitas Sumatera Utara
individual yang dimilikinya”, sedangkan Sumber Daya Manusia Human Resources dapat diartikan adalah “Daya yang bersumber dari manusia”.  Daya yang bersumber
dari  manusia  ini  dapat  pula  disebut  tenaga  atau  kekuatan  energi  atau  power  yang melekat  pada  manusia  itu  sendiri  dalam  arti  memiliki  kemampuan  competency
yaitu: pengetahuan knowledge,  keterampilan skill dan sikap attitude, di satu sisi sumber  daya  manusia  merupakan  tujuan  dari  proses  pengembangan  organisasi  agar
menjadi  sumber  daya  yang  berkualitas.  Dengan  kata  lain,  sumber  daya  manusia menjadi objek  yang harus dibangun atau diproses lebih dahulu.  Namun di sisi lain,
sumber  daya  manusia  yang  berkualitas  merupakan  subjek  atau  aset  utama  dalam proses pengembangan organisasi yang berperan memanejemeni dan memberdayakan
sumber  daya  lain  untuk  mencapai  tujuan  dari  masing-masing  individu  sumber  daya manusia itu sendiri.
Berkaitan  dengan  hal  tersebut,  maka  tujuan  pemberdayaan  SDM  adalah terwujudnya  SDM  yang  mempunyai    memiliki  kemampuan  competency  yang
kondusif,  adanya  wewenang  authority  yang  jelas  dan  dipercayai  serta  adanya tanggung  jawab  responsibility,  yang  akuntabel  dalam  rangka  pelaksanaan  misi
organisasi.
2.2.6    Aspek-aspekkomponen Pemberdayaan SDM
Dalam  organisasi,  peranan  SDM  sangat  strategis  dan  menentukan, sehubungan  dengan  itu,  maka  aspek-aspek  atau  komponen-kompenen  yang  perlu
mendapatkan perhatian dalam rangka pemberdayaan SDM adalah :
Universitas Sumatera Utara
a. Kemampuan  compentency  pegawai  meliputi:  pengetahuan  knowledge,
keterampilan skill dan sikap atau perilaku attitude b.
Penempatan  pegawai  yang  sesuai  dengan  tuntutan  kebutuhan  jabatan  dalam suatu  organisasi,  artinya  pegawai  yang  ditempatkan  dalam  suatu  jabatan
senantiasa  dikaitkan  dengan  kemampuan  yang  dimiliki  oleh  pegawai  yang bersangkutan  the right  men in the right place.
c. Kewenangan yang jelas,  artinya seseorang pegawai yang ditempatkan atau yang
diserahi  tugas  harus  jelas  wewenangnya.    Karena  seorang  yang  tidak  jelas kewenangannya  akan  menimbulkan  keragu-raguan  dalam  setiap  melakukan
kegiatan.    Apabila  demikian  halnya,  maka  pegawai  SDM  tersebut  kurang berdaya  atau tidak efektif didalam melaksanakan tugas-tugasnya.
d. Tanggung  jawab  pegawai  yang  jelas,  artinya  seseorang  pegawai    melakukan
tugas  atau  wewenangnya,  senantiasa  diikuti  dengan  tanggung  jawab.    Karena dengan  demikian  sipegawai  tersebut  senantiasa  situntut  bertindak  menampilkan
yang terbaik dalam arti secara efektif dan efesien. e.
Kepercayaan  terhadap  pegawai  yang  bersangkutan,  artinya  bahwa  seorang pegawai  yang  ditugasi  atau  diserahkan  wewenang  dengan  pertimbangan  yang
matang  dari  berbagai  aspek-aspek  yang  pada  hakekatnya  dapat  disimpulkan bahwa yang bersangkutan adalah dipercayai atau diberi kepercayaan sepenuhnya
untuk mengemban tugas, wewenang yang dimaksud. f.
Dukungan  terhadap  pegawai  yang  bersangkutan,  artinya  pegawai  tersebut diyakini  dan  dipercayai  untuk  mengemban  misi  organisasi.    Dalam  hal
Universitas Sumatera Utara
memerlukan  dukungan  dari  pihak  lain  senantiasa  dapat  memberikan  dukungan untuk  keberhasilan  misi  dan  peningkatan  kinerja  organisasi.    Dukungan
dimaksud baik dari pihak pimpinan maupun pihak-pihak lainnya. g.
Kepemimpinan    leadership  adalah  kegiatan  mempengaruhi  orang-orang  agar mereka  mau  bekerja  sama  untuk  mencapai  tujuan  yang  diinginkan.    Dengan
kepemimpinan sebagaimana dimaksud dan digambarkan : •
Kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok •
Kemampuan  mengarahkan  tingkah  laku  bawahan  atau  orang  lain  untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok.
h. Motivasi,  merupakan  semua  kekuatan  yang  ada  dalam  diri  seseorang  yang
memberi  daya,  memberi  arah  dan  memelihara  tingkah  laku.    Dalam  kehidupan sehari-hari,  motivasi  diartikan  sebagai  keseluruhan  proses  pemberian  dorongan
atau  rangsangan  kepada  para  karyawan  pegawai  sehingga  mereka  bersedia bekerja dengan rela tanpa dipaksa.  Dengan demikian bahwa pemberian motivasi
merupakan hal yang sangat penting terhadap sumber daya manusia, agar mereka tetap  dan  mau  melaksanakan  pekerjaan  misi  organisasi  sesuai  dengan
kemampuan  yang mereka miliki dengan ikhlas dan sepenuh hati.
2.3 Kinerja Aparatur Pemerintah
2.3.1  Pengertian Setiap  pengukuran  kinerja  organisasi  mempunyai  sasaran  tertentu,  sebagai
suatu pernyataan secara spesifik yang menjelaskan hasil yang harus dicapai. Kinerja
Universitas Sumatera Utara
sebagai  sasaran  organisasi,  oleh  Wibowo  2007:49  dikatakan  bahwa  suatu  kinerja
mencakup unsur-unsur: 1.
The performers, yaitu orang yang menjalankan kinerja. 2.
The action atau performance, tentang tindakan atau kinerja yang dilakukan oleh performer.
3. A time element, menunjukkan waktu kapan pekerjaan dilakukan.
4. An  evaluation  method,  tentang  cara  penilaian  bagaimana  hasil  pekerjaan  dapat
dicapai. 5.
The place, menunjukkan tempat dimana pekerjaan dilakukan.
Kirkpatrick  2006 dalam  Wibowo,  2007:61-64  mengatakan  bahwa
terdapat  delapan  karakteristik  yang  membuat  suatu  standar  kinerja  efektif  dalam organisasi yaitu:
1. Standar didasarkan pada pekerjaan
2. Standar dapat dicapai
3. Standar dapat dipahami
4. Standar disepakati
5. Standar itu spesifik dan sedapat mungkin terukur
6. Standar berorientasi pada waktu
7. Standar harus tertulis
8. Standar dapat berubah
Universitas Sumatera Utara
2.3.2  Pengukuran Kinerja .
Whittaker 2000 menyebutkan bahwa pengukuran kinerja merupakan suatu
alat manajemen yang digunakan untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan  akuntabilitas.  Pengukuran  kinerja  juga  digunakan  untuk  menilai  pencapaian
tujuan  dan  sasaran  goals  and  objectives.  Sedangkan  elemen  kunci  dari  sistem
pengukuran kinerja terdiri dari :
1. Perencanaan dan penetapan tujuan
2. Pengembangan ukuran yang relevan
3. Pelaporan formal atas hasil
4. Penggunaan informasi
Sistem  pengukuran  kinerja  akan  membantu  pimpinan  dalam  memantau implementasi strategi bisnis dengan cara membandingkan antara hasil aktual dengan
sasaran  dan  tujuan  strategis.  Pengukuran  kinerja  merupakan  suatu  metode  untuk menilai  kemajuan  yang  telah  dicapai  dibandingkan  dengan  tujuan  yang  telah
ditetapkan.
2.3.3 Kepuasan Kerja
Wexley dan Yukl 1977 : mengartikan kepuasan kerja sebagai “the way an
employee  feels  about  his  or  her  job ”.    Artinya  bahwa  kepuasan  kerja  adalah  cara
pegawai  merasakan  dirinya  atau  pekerjaannya.    Dapat  disimpulkan  bahwa  kepuasan kerja  adalah  perasaan  yang  menyokong  atau  tidak  menyokong  dalam  diri  pegawai
yang  berhubungan  dengan  pekerjaan  maupun  kondisi  dirinya.    Perasaan  yang berhubungan  dengan  pekerjaan  melibatkan  aspek-aspek  seperti  upaya,  kesempatan
Universitas Sumatera Utara
pengembangan karir, hubungan dengan pegawai lain, penempatan kerja, dan struktur organisasi.    Sementara  itu,  perasaan  yang  berhubungan  dengan  dirinya  antara  lain
berupa umur, kondisi kesehatan, kemampuan dan pendidikan.
Handoko 2001  :  Keadaan  emosional  yang  menyenangkan  dengan  mana
para  karyawan  memandang  pekerjaan  mereka.    Kepuasan  kerja  mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya.  Ini dampak dalam sikap positif karyawan
terhadap pekerjaan dan segala sesuatu yang dihadapi di lingkungan kerjanya.
Robins  2001 :  Kepuasan  itu  terjadi  apabila  kebutuhan-kebutuhan  individu
sudah  terpenuhi  dan  terkait  dengan  derajat  kesukaan  dan  ketidaksukaan  dikaitkan dengan  pegawai;  merupakan  sikap  umum  yang  dimiliki  oleh  pegawai  yang  erat
kaitannya  dengan  imbalan-imbalan  yang  mereka  yakini  akan  mereka  terima  setelah melakukan  sebuah  pengorbanan.      Apabila  dilihat  dari  pendapat  Robins  tersebut
terkandung  dua  dimensi,  pertama,  kepuasan  yang  dirasakan  individu  yang  titik beratnya individu anggota masyarakat, dimensi lain adalah kepuasan yang merupakan
sikap umum yang dimiliki oleh pegawai.
Schermerhorn  1996, mengidentifikasikan  lima  aspek  yang  terdapat
dalam kepuasan kerja, yaitu :
1. Pekerjaan  itu  sendiri  Work  It  Self.    Setiap  pekerjaan  memerlukan  suatu
keterampilan tertentu.  Sukar tidaknya suatu pekerjaan serta perasaan seseorang bahwa  keahliannya  dibutuhkan  dalam  melakukan  pekerjaan  tersebut,  akan
meningkatkan atau mengurangi kepuasan kerja.
Universitas Sumatera Utara
2. Penyelia  Supervision.    Penyelia  yang  baik  berarti  mau  menghargai  pekerjaan
bawahannya.    Bagi  bawahan,  penyelia  sering  dianggap  sebagai  figur  ayahibu dan sekaligus atasannya.
3. Teman sekerja Workers.  Merupakan faktor yang berhubungan dengan sebagai
pegawai  dengan  atasannya  dan  dengan  pegawai  lain,  baik  yang  sama  maupun yang berbeda jenis pekerjaannya.
4. Promosi  Promotion.    Merupakan  faktor  yang  berhubungan  dengan  ada
tidaknya kesempatan untuk memperoleh peningkatan karir selama bekerja. 5.
GajiUpah Pay.  Merupakan faktor pemenuhan kebutuhan hidup pegawai yang dianggap layak atau tidak.
Aspek-aspek  lain  yang  terdapat  dalam  kepuasan  kerja  disebutkan
oleh
Robins 2001 :
1. Kerja  yang  secara  mental  menantang.    Karyawan  cenderung  menyukai
pekerjaan-pekerjaan  yang  memberi  mereka  kesempatan  untuk  menggunakan keterampilan  dan  kemampuan  mereka  dan  menawarkan  tugas,  kebebasan  dan
umpan  balik  mengenai  betapa  baik  mereka  mengerjakan.  Karakteristik  ini membuat  kerja  secara  mental  menantang.  Pekerjaan  yang  terlalu  kurang
menantang  menciptakan  kebosanan,  tetapi  terlalu  banyak  menantang menciptakan  frustasi  dan  perasaan  gagal.  Pada  kondisi  tantangan  yang  sedang,
kebanyakan karyawan akan mengalamai kesenangan dan kepuasan. 2.
Ganjaran yang pantas.  Para karyawan menginginkan sistem upah dan kebijakan promosi  yang  mereka  persepsikan  sebagai  adil,  tidak  kembar  arti,  dan  segaris
Universitas Sumatera Utara
dengan pengharapan mereka. Bila upah dilihat sebagai adil yang didasarkan pada tuntutan  pekerjaan,  tingkat  keterampilan  individu,  dan  standar  pengupahan
komunitas,  kemungkinan  besar  akan  dihasilkan  kepuasan.  Tentu  saja,  tidak semua  orang  mengejar  uang.  Banyak  orang  bersedia  menerima  baik  uang  yang
lebih  kecil  untuk  bekerja  dalam  lokasi  yang  lebih  diinginkan  atau  dalam pekerjaan  yang kurang  menuntut atau mempunyai keleluasaan  yang lebih besar
dalam  kerja  yang  mereka  lakukan  dan  jam-jam  kerja.  Tetapi  kunci  yang manakutkan  upah  dengan  kepuasan  bukanlah  jumlah  mutlak  yang  dibayarkan;
yang  lebih  penting  adalah  persepsi  keadilan.  Serupa  pula  karyawan  berusaha mendapatkan kebijakan dan praktik promosi yang lebih banyak, dan status sosial
yang  ditingkatkan.  Oleh  karena  itu  individu-individu  yang  mempersepsikan bahwa  keputusan  promosi  dibuat  dalam  cara  yang  adil  fair  and  just
kemungkinan besar akan mengalami kepuasan dari pekerjaan mereka. 3.
Kondisi  kerja  yang  mendukung.    Karyawan  peduli  akan  lingkungan  kerja  baik untuk  kenyamanan  pribadi  maupun  untuk  memudahkan  mengerjakan  tugas.
Studi-studi  memperagakan  bahwa  karyawan  lebih  menyukai  keadaan  sekitar fisik  yang  tidak  berbahaya  atau  merepotkan.  Temperatur  suhu,  cahaya,
kebisingan, dan faktor lingkungan lain seharusnya tidak esktrem terlalu banyak atau sedikit.
4. Rekan kerja yang mendukung. Orang-orang mendapatkan lebih daripada sekedar
uang atau prestasi yang berwujud dari dalam kerja. Bagi kebanyakan karyawan, kerja  juga  mengisi  kebutuhan  akan  interaksi  sosial.  Oleh  karena  itu  tidaklah
Universitas Sumatera Utara
mengejutkan  bila  mempunyai  rekan  sekerja  yang  ramah  dan  mendukung menghantar  ke  kepuasan  kerja  yang  meningkat.  Perilaku  atasan  seorang  juga
merupakan  determinan  utama  dari  kepuasan.  Umumnya  studi  mendapatkan bahwa  kepuasan  karyawan  ditingkatkan  bila  penyelia  langsung  bersifat  ramah
dan  dapat  memahami,  menawarkan  pujian  untuk  kinerja  yang  baik, mendengarkan  pendapat  karyawan,  dan  menunjukkan  suatu  minat  pribadi  pada
mereka. 5.
Kesesuaian  kepribadian  dengan  pekerjaan.    Pada  hakikatnya  orang  yang  tipe kepribadiannya  kongruen  sama  dan  sebangun  dengan  pekerjaan  yang  mereka
pilih seharusnya mendapatkan bahwa mereka mempunyai bakat dan kemampuan yang  tepat  untuk  memenuhi  tuntutan  dari  pekerjaan  mereka.  Dengan  demikian
akan  lebih  besar  kemungkinan  untuk  berhasil  pada  pekerjaan  tersebut,  dan karena  sukses  ini,  mempunyai  kebolehan  yang  lebih  besar  untuk  mencapai
kepuasan yang tinggi dari dalam kerja mereka.
2.4 Good Governance Kepemerintahan Yang Baik
Suatu  konsep  tentang  penyelenggaraan  pemerintahan  yang  bersih,  demokratis dan  efektif  dari  suatu  gagasan  dan  nilai  untuk  mengatur  pola  hubungan  antara
pemerintah,  dunia  usaha  dan  masyarakat,  dapat  juga  disebut  dengan  : Kepemerintahan “Tata kelola pemerintahan”.
2.4.1  PrinsipAzas Good Governance Kepemerintahan Yang Baik
Istilah  “governance”  tidak  hanya  berarti  kepemerintahan  sebagai  suatu kegiatan,  tetapi  juga  mengandung  arti  pengurusan,  pengelolaan,  pengarahan,
Universitas Sumatera Utara
pembinaan, penyelenggaraan dan bisa juga diartikan pemerintahan.  Oleh karena itu tidak  mengherankan  apabila  terdapat  istilah  public  governance,  private  governance,
corporate  governance dan    banking  governance.    Governance  sebagai  terjemahan
dari  pemerintahan  kemudian  berkembang  dan  menjadi  populer  dengan  istilah
kepemerintahan ,  sedangkan  praktek  terbaiknya  disebut  kepemerintahan  yang  baik
good governance.
Menurut    teori  para  pakar,  lembaga  pemerintah  dan  peraturan  perundang- undangan, berdasarkan urutan waktu prinsipazas good governance kepemerintahan
yang baik dapat dikemukakan sebagai berikut;
I. Prinsip Good Governance Menurut Bhatta, Gambir, Tahun 1996
1. Accountability Akuntabilitas
2. Transparency Transparansi
3. Openness Keterbukaan
4. Rule of Law Kepastian Hukum
5. Management of Competency Manajemen Kompetensi
6. Human Right Hak Asasi manusia
II. Prinsip Good Governance Menurut UNDP United Nation     Development
Programme, Tahun 1997
1. Participation Partisipasi
2. Rule of Law Kepastian Hukum
3. Transparency Transparansi
4. Responsiveness Tanggung Jawab
5. Consensus Orientation Berorientasi Pada Kesepakatan
6. Equity Keadilan
7. Effectiveness and Effficiency Efektivitas dan Efisiensi
8. Accountability Akuntabilitas
9.
Strategic Vision Visi Strategik
Universitas Sumatera Utara
III. Prinsip Good Governance Menurut Mustopadidjaja, Tahun 1997
1. Demokrasi dan pemberdayaan
2. Pelayanan
3. Transparansi dan Akuntabilitas
4. Partisipasi
5. Kemitraan
6. Desentralisasi
7.
Konssistensi Kebijakan dan Kepastian Hukum
IV.
Azas  Good  Governance  Menurut  Undang-Undang  No.  28  Tahun  1999 Tentang  Penyelenggaraan  Negara  yang  Bersih  dan  Bebas  dari  Korupsi,
Kolusi, dan Nepotisme
No. Azas
Penjelasan
1. Kepastian Hukum
- Mengutamakan  landasan  peraturan
perundang-undangan, kepatutan,
dan keadilan
dalam setiap
kebijakan Penyelenggaraan
Negara. 2.
Tertib  Penyelenggaraan Negara
- Mengutamakan
keteraturan, keserasian,
dan keseimbangan
dalam pengendalian
dan penyelenggaraan negara.
3. Kepentingan Hukum
- Mendahulukan
kesejahteraan umum  dengan  cara  yang  aspiratif,
akomodatif, dan selektif. 4.
Keterbukaan -
Membuka  diri  terhadap  hak masyarakat
untuk memperoleh
informasi  yang  benar,  jujur,  dan tidak
diskriminatif tentang
penyelenggaraan  negara  dengan tetap  memperhatikan  perlindungan
atas  hak  asasi  pribadi,  golongan, dan rahasia negara.
5. Proporsionalitas
- Mengutamakan
keseimbangan antara
hak dan
kewajiban penyelenggaraan negara.
6. Profesionalitas
- Mengutamakan  keahlian  yang
berlandaskan kode
etik dan
ketentuan  peraturan  perundang- undangan yang berlaku.
Universitas Sumatera Utara
7. Akuntabilitas
- Setiap kegiatan dan hasil akhir dari
kegiatan  penyelenggaraan  negara harus
dapat dipertanggungjawabkan
kepada masyarakat  atau  rakyat  sebagai
pemegang kedaulatan
tertinggi negara  sesuai  dengan  ketentuan
peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
V.
Prinsip Good Governance Menurut Bintoro, Tahun 2000
1. Akuntabilitas
2. Transparansi
3. Keterbukaan
4. Kepastian Hukum
5.
Jaminan
VI.
Prinsip Good Governance Menurut Peraturan Pemerintah No. 101 Tahun 2000 Tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil
1. Profesionalitas
2. Akuntabilitas
3. Transparansi
4. Pelayanan Prima
5. Demokrasi
6. Efisiensi
7. Efektivitas
8. Supermasi Hukum
9. Diterima Seluruh Masyarakat
VII.
Prinsip  Good  Governance  Menurut  Musyawarah  Konferensi      Nasional Kepemerintahan  Daerah  yang  Baik,  Disepakati  Anggota:  Asosiasi
Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia APKASI, Asosiasi Pemerintah Kota  Seluruh  Indonesia  APEKSI,  Asosiasi  DPRD  Kabupaten  Seluruh
Indonesia  ADKASI,  dan  Asosiasi  DPRD  Kota  Seluruh  Indonesia ADEKSI, Tahun 2001
Universitas Sumatera Utara
No Prinsip
Indikator Minimal
1. Prinsip Partisipasi
- Meningkatanya
kepercayaan massyarakat kepada pemerintah,
- Meningkatnya  jumlah  masyarakat
yang berpartisipasi
dalam pembangunan daerah,
- Meningkatnya  kuantitas  masukan
kritik dan
saran untuk
pembangunan daerah, dan -
Terjadinya perubahan
sikap masyarakat  menjadi  lebih  peduli
terhadap seriap
langkah pembangunan.
2. Prinsip
Penegakan Hukum
- Berkurangnya  praktek  KKN  dan
pelanggaran hukum, -
Meningkatnya  kecepatan  dan kepastian
proses penegakan
hukum, -
Berlakunya nilainorrma
di masyarakat living law, dan
- Adanya  kepercayaan  pada  aparat
penegak  hukum  sebagai  pembela kebenaran.
3. Prinsip Transparansi
- Bertambahnya
wawasan dan
pengetahuan  masyarakat  terhadap penyelenggaraan
pemerintahan daerah,
- Meningkatnya
kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahan,
- Meningkatnya  jumlah  masyarakat
yang berpartisipasi
dalam pembangunan daerah, dan
- Berkurangnya
pelanggaran terhadap
peraturan perundang-
undangan. 4.
Prinsip Kesetaraan -
Berkurangnya kasus diskriminasi, -
Meningkatnya kesetaraan gender, -
Meningkatnya  pengisian  jabatan sesuai
ketentuan mengenai
kesetaraan gender. 5.
Prinsip Daya Tanggap -
Meningkatnya kepercayaan
Universitas Sumatera Utara
masyarakat terhadap pemerintah, -
Tumbuhnya kesadaran masyarakat, -
Meningkatnya  jumlah  masyarakat yang
berpartisipasi dalam
pembangunan daerah
dan berkurangnya
jumlah pengangguran.
6. Prinsip
Wawasan ke
Depan -
Adanya visi dan strategi yang jelas dan mapan dengan kekuatan hukum
yang sesuai, -
Adanya  dukungan  dari  pelaku  dan pelaksanaan visi dan strategi, dan
- Adanya kesesuaian dan  konsistensi
antara perencanaan dan anggaran. 7.
Prinsip Akuntabilitas -
Meningkatnya kepercayaan
masyarakat kepada
pemerintah daerah,
- Tumbuhnya kesadaran masyarakat,
- Meningkatnya
keterwakilan berdasarkan
pilihan dan
kepentingan masyarakat, dan -
Berkurangnya kasus-kasus KKN 8.
Prinsip Pengawasan -
Meningkatnya masukan
dari masyarakat terhadap penyimpangan
kebocoran, pemborosan,
penyalahgunaan  wewenang  dan lain-lain melalui media massa, dan
- Berkurangnya
penyimpangan- penyimpangan
9. Prinsip
Efisiensi dan
Efektivitas -
Meningkatnya  kesejahteraan  dan nilai
tambah dari
pelayanan masyarakat,
- Berkurangnya
penyimpangan pembelanjaan,
- Berkurangnya  biaya  operasional
pelayanan, -
Prospek  memperoleh  standar  ISO pelayanan,
- Dilakukannya
swastanisasi pelayanan masyarakat
10.  Prinsip Profesionalisme -
Meningkatnya  kesejahteraan  dan nilai
tambah dari
pelayanan
Universitas Sumatera Utara
masyarakat, -
Berkurangnya pengaduan
masyarakat, -
Berkurangnya KKN, -
Prospek mendapatkan
ISO pelayanan, dan
- Dilaksanakannya  “fit  and  proper”
test terhadap PNS. VIII.
Prinsip    Good  Governance  Menurut  Undang-Undang  No.30  Tahun  2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
1. Kepastian Hukum
2. Keterbukaan
3. Akuntabilitas
4. Kepentingan Hukum
5.
Proporsionalitas IX.
Prinsip  Good  Governance  Menurut  LAN  Lembaga  Administrasi Negara, Tahun 2003
1. Akuntabilitas
2. Transparansi
3. Kesetaraan
4. Supermasi Hukum
5. Keadilan
6. Partisipasi
7. Desentralisasi
8. Kebersamaan
9. Profesionalitas
10. Cepat Tanggap
11. Efektif dan Efisien
12.
Berdaya Saing
Universitas Sumatera Utara
X. Azas  Good  Governance  Menurut  Undang-Undang  No.32  Tahun  2004
Tentang  Pemerintahan  Daerah  Pasal  20  Tentang  Azas  Penyelenggaraan Pemerintah
1. Kepastian Hukum
2. Tertib Penyelenggaraan Negara
3.
Kepentingan Umum
4. Keterbukaan
5. Proporsionalitas
6. Profesionalitas
7. Akuntabilitas
8. Efisiensi
9.
Efektivitas XI.
Prinsip  Good  Governance  Menurut  Peraturan  Presiden  Republik Indonesia No. 7 Tahun 2005 Tentang Perencanaan Pembangunan Jangka
Menengah  Nasional  Tahun  2004-2009,  Bab  14  Tentang  Penciptaan Pemerintahan yang Bersih dan Berwibawa
1. Berkurangnya secara nyata praktek korupsi di birokrasi, dan dimulai dari
tataran jajaran pejabat yang paling atas;
2. Terciptanya  sistem  kelembagaan  dan  ketatalaksanaan  pemerintah  yang
bersih, efisien, efektif, transparan, profesional dan akuntabel;
3. Terhapusnya  aturan, peraturan dan praktek bersifat diskriminatif terhadap
warga negara, kelompok, atau golongan masyarakat;
4.
Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pengambilan kebijakan publik;
5. Terjaminnya  konsistensi  seluruh  peraturan  pusat  dan  daerah,  dan  tidak
bertentangan dengan peraturan dan perundangan di atasnya.
Berdasarkan pengertian tersebut di atas, pada tahun 2002 pemerintah Provinsi Sumatera Utara telah menginstruksikan kepada seluruh pimpinan unit kerja dan PNS
di jajaran Pemerintah Provinsi Sumatera Utara untuk mempedomani sepuluh prinsip good governance.
Ke sepuluh prinsip-prinsip good governanace yang menjadi acuan aparatur dan pada umumnya di pajang di kantor-kantor instansi pemerintah provinsi
Sumatera Utara  itu   adalah :
Universitas Sumatera Utara
1. AKUNTABILITAS
Meningkatkan akuntabilitas para pengambil keputusan dalam segala bidang yang menyangkut kepentingan masyarakat.
2. PENGAWASAN
Meningkatkan  upaya  pengawasan  terhadap  penyelenggaraan  pemerintahan  dan pembangunan dengan mengusahakan keterlibatan swassta dan masyarakat luas.
3. DAYA TANGGAP
Meningkatkan  kepekaan  para  penyelenggara  pemerintahan  terhadap  aspirasi masyarakat tanpa kecuali.
4. PROFESIONALISME
Meningkatkan kemampuann dan moral peyelenggara pemerintahan agar mampu memberi pelayanan yang mudah, cepat, tepat dengan biaya terjangkau.
5. EFISIENSI  EFEKTIVITAS
Menjamin terselenggaranya pelayanan kepada masyarakat dengan menggunakan sumber daya yang tersedia secara optimal  bertanggung jawab.
6. TRANSPARANSI
Menciptakan  kepercayaan  timbal  balik  antara  pemerintah  dan  masyarakat melalui  penyediaan  informasi  dan  menjamin  kemudahan  didalam  memperoleh
informasi.
7. KESETARAAN
Memberi  peluang  yang  sama  bagi  setiap  anggota  masyarakat  untuk meningkatkan kesejahteraannya.
8. WAWASAN KE DEPAN
Membangun daerah berdasarkan Visi  strategi yang jelas  mengikit sertakan warga dalam seluruh proses pembangunan, sehingga warga merasa memiliki dan
ikut bertanggungjawab terhadap kemajuan daerahnya.
9. PARTISIPASI