- Menyadari kebutuhan untuk menyusun langkah dan kebijakan secara kolektif.
Prosedur dan langkah – langkah perencanaan :
a. Menentukan tujuan dan sasaran perencanaan dalam proses politik yang
menyertakan seluruh warga. b.
Mengetahui fakta – fakta tentang kondisi yang ada dan latar belakangnya serta memperkirakan apa yang bakal terjadi dalam situasi – situasi tertentu.
c. Mengkaji pilihan – pilihan tindakan yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan
dan sasaran dengan mengingatkan potensi dan hambatan yang ada. d.
Menentukan pilihan – pilihan yang terbaik berdasarkan pertimbnagan normatif maupun teknis didalam konyeks partisipatif.
e. Mengusulkan rangkaian kebijakan dan tindakan yang perlu diambil dalam
pelaksanaan pilihan yang diambil. f.
Melakukan langkah – langkah implementasi melalui tindakan sosialisasi, penegakan, pemberian insentif dsb serta memantau pelaksanaan secara
sistematik dan teratur.
2. Theory in Planning
Theory in Planning yaitu merupakan teori substantif dari berbagai disiplin
ilmu yang relevan dengan bidang perencanaan. Oleh karena itu Theory in Planning merupakan bagian dari Planning theory yang diterapkan dalam berbagai disiplin ilmu
yang sesuai dengan bidang perencanaan. Artinya suatu rencana yang diterapkan dapat berubah sesuai dengan kebutuhan, karena dalam penyusunan suatu rencana dalam
implementasi suatu proyek atau kegiatan, penerapan yang dibuat dapat disesuai
Universitas Sumatera Utara
dengan kebutuhan proyek tersebut. Untuk lebih jelas mengenai Theory in Planning akan di bahas pada sub topic berikutnya, yaitu pada poin C.
3. Theory for Planning
Theory for planning yaitu menjelaskan prinsip etika, nilai dan moral yang menjadi pertimbangan bagi perencana didalam menjalankan peranannya. Dalam teori
untuk perencanaan theory for planning Prinsip Etika Perencanaan dapat dilihat dalam peran perencanaan itu sendiri.
Kegiatan perencanaan di negara maju merupakan bagian dari proses untuk merespon permasalahan sosial-ekonomi dan politik, bahkan sudah merupakan budaya
masyarakat dan terkait erat dengan sistem manajemen publik. Semakin maju budaya politik dan sistem manajemen publik, semakin besar kontribusi perencanaan dalam
memberikan informasi kebijaksanaan, inovasi, dan input teknikal untuk mendukung proses pengambilan keputusan bagi pihak pelaku berkepentingan baik sektor publik
dan sektor privat, maupun individual. Kegiatan perencanaan yang paling nyata adalah sebagai bentuk tindakan alokasi dan inovasi dalam arena publik termasuk
sebagai alat pengarahan masyarakat societal guidance. akan tetapi jika peran pemerintah gagal atau tidak kurang efektif maka proses perubahan sosial akan
menguat melalui kekuatan sosial-politik masyarakat. Dalam keadaan normal, tindakan perencanaan tetap memegang prinsip untuk tidak mengurangi ruang gerak
masyarakat dan mekanisme pasar. Sedangkan substansi perencanaan dapat dilihat dari tujuan dari perencanaan itu
sendiri yaitu untuk menyediakan informasi tindakan kebijaksanaan, inovasi, dan
Universitas Sumatera Utara
solusi teknis bagi proses alokasi sumberdaya publik, pengarahan masyarakat, serta optimasi pemanfaatan sumberdaya yang tersedia. Substansi perencanaan yang bersifat
strategik dan perencanaan teknikal atau operasional pada hakekatnya terkait dengan sistem perencanaan makro umum dan mikro spesifik, maupun terkait pada siklus
manajemen publik dan siklus manajemen kegiatanproyek. Substansi perencanaan pada dasarnya memuat produk gabungan antara rekayasa sosial-ekonomi dan
lingkungan fisik, dan juga memuat produk pengaturan yang dihasilkan dari kesepakatan politik, kelayakan ekonomi, dan solusi teknikal untuk memberikan
pengarahan bagi masyarakat. Dampak penting yang dihasilkan dari tindakan perencanaan: 1 meningkatnya
kemampuan masyarakat sebagai individu, keluarga, dan masyarakat sebagai pelaku bagi proses perubahan sosial-ekonomi, 2 terciptanya tatanan sosial-politik yang
lebih akomodatif terhadap proses perkembangan masyarakat dan pasar, 3 terbangunnya kapasitas kelembagaan pembangunan, 4 tersedianya informasi
kebijakan, inovasi, dan teknikal yang dapat digunakan sebagai sarana pengambilan keputusan bagi para pelaku yang berkepentingan stakeholders.
Nilai-nilai kegiatan perencanaan adalah rasionalitas pasar dan rasionalitas sosial-politik, yang mempengaruhi proses dan tindakan perencanaan. Oleh karena itu
seorang perencana harus memliki nilai dan moral yang menjadi pertimbangan dalam membuat suatu perencanaan. Dalam perencanaan harus mempunyai nilai seperti
transparan, akuntabel, keadilan, dan partisipatif atau demokratis yaitu :
Universitas Sumatera Utara
a. Perencanaan yang transparan mempunyai ciri yaitu adanya proses
perencanaan yang mudah dimengerti, dimana informasi tentang produk dan informasi kebijakan dan input teknikal tersedia dan aksesnya terbuka, dan pelaku
berkepentingan dapat mengetahui apa peran yang dimainkan dalam pengambilan keputusan atau terlibat dalam tindakan perencanaan.
b. Perencanaan yang akuntabel mempunyai ciri antara lain dapat
dipertanggungjawabkan dan sah diterima masyarakat, sesuai dengan tujuan yang ditetapkan, efisien dalam menggunakan sumberdaya, efektif dalam pemecahan
solusi masalah, memberi keleluasaan dan kemudahan, dan melihat kepentingan masyarakat banyak.
c. Perencanaan yang berkeadilan mempunyai ciri antara lain dapat melihat
keseimbangan antara hak-hak individu dan dan kepentingan masyarakat banyak, atau memberikan pemihakan kepada masayarakat yang lemah akses dan
kemampuannya untuk mendapatkan sumberdaya yang diperlukan.
d. Perencanaan yang partisipatif atau demokratis dapat dicirikan sebagai
perencanaan yang mengadopsi prinsip interaktif, kesetaraan, dan kooperatif dalam
proses pengambilan
keputusan secara
bersama dengan
mempertimbangkan aspirasi semua pelaku yang berkepentingan dan bagi kepentingan masyarakat banyak.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Teori Dalam Perencanaan Theory In Planning.
Sebagaimana yang telah diuraikan diatas, teori dalam perencanaan tidak dapat dipisahkan dengan teori perencanaan, karena teori dalam perencanaan adalah
merupakan subbagian dari teori perencanaan. Theory in Planning yaitu merupakan teori substantif dari berbagai disiplin ilmu yang relevan dengan bidang perencanaan.
Suatu rencana yang telah ditetapkan walaupun itu perencanaan apa saja, apabila terjadi kebuntuan atau kendala dalam pelaksanaannya maka tetap merujuk kembali
kepada teori perencanaan. Jadi dapat dikatakan bahwa teori perencanaan adalah merupakan induk dari theory in planning. yang dalam penerapannya dapat berubah
sesuai dengan kebutuhan. Perencanaan dapat dikelompokkan berdasarkan kebutuhannnya, untuk
dapat melihat penggunaan perencanaan dalam aplikasinya maka perencanaan dapat terlebih dahulu dikenali melalui 3 konsep formal, yaitu upaya mengaitkan keilmuan
dan pengetahuan tehnikal bagi : a.
Tindakan di dalam domain publik action in the public domain, yang diangkat dari filosofi politik, berupa suatu tindakan baik pengubahan kondisi perilaku
rutin dan inisiasi dari sesuatu mata rantai konsekuensi agar tidak terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan,
b. Proses pengarahan masyarakat societal guidance, yang merupakan keterlibatan
peran pemerintah baik dalam bentuk alokasi dan inovasi,
Universitas Sumatera Utara
c. Proses transformasi sosial social transformation, yang merupakan suatu proses
politik atau gerakan sosial-politik masyarakat karena kekosongan peran pemerintah dan pasar Friedmann, 1987.
Kebutuhan terhadap kegiatan perencanaan akan semakin besar untuk dapat memberikan informasi kebijakan, inovasi, dan input teknikal dalam proses
pengambilan keputusan oleh pemerintah, usaha swasta, dan masyarakat. Dalam era otonomi, pemerintah daerah memiliki tugas dan fungsi yang semakin penting dalam
kegiatan pemerintahan dan penyediaan pelayanan publik dimana dalam proses
manajemen publik tersebut instrumen perencanaan sangat penting untuk
mengantisipasi kondisi masa depan, mengarahkan masyarakat, dan mendorong proses transformasi sosial.
Kegiatan perencanaan seharusnya dapat mensinkronkan berbagai kepentingan para pelaku berkepentingan dan bekerja pada berbagai tingkatan pemerintahan, serta
terdapat keterkaitan antara kegiatan perencanaan makro dan mikro, serta keterkaitan antara siklus manajemen publik public management dan siklus manajemen proyek
project management yang dilakukan oleh sektor publik dan sektor privat. Teori dalam perencanaan dapat dibagi menjadi beberapa macamtipe
perencanaan, yang dalam penggunaannya dapat disesuaikan dengan kebutuhan perencanaan itu sendiri. Berikut ini macamtipe perencanaan dapat dijelaskan
sebagaimana berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
Macam – macam perencanaan : 1. Berdasarkan Jangka Waktu, dapat dibagi menjadi 3, yaitu :
a Perencanaan Jangka Panjang Perspektif, yaitu : perencanaan yang
mempunyai rentang waktu antara 10 sampai 25 tahun. b
Perencanaan Jangka Menengah, yaitu : Perencanaan yang mempunyai rentang waktu antara 4 sampai 6 tahun.
c Perencanaan Jangka Pendek, yaitu : Perencanaan yang mempunyai rentang
waktu 1 tahun, biasanya perencanaan jangka pendek disebut juga rencana operasional tahunan.
2. Berdasarkan Sifat Perencanaan, dapat dibagi menjadi 2, yaitu:
a Perencanaan dengan Komando planning by direction, yaitu : Sistem
Perencanaan yang terpusat kepada penguasa pemerintah pusat, dimana pemerintah pusat yang merencanakan, mengatur dan memerintahkan
pelaksaaan rencana sesuai dengan prioritas yang telah ditetapkan sebelumnya. Perencanaan seperti ini bersifat menyeluruh dan mencakup
keseluruhan perekonomian. b
Perencanaan dengan rangsangan Planning by inducement, yaitu : Perencanaan yang demokratis, dimana tidak ada paksaan tetapi berupa ajakan
namun tetap tunduk pada pengendalian dan pengaturan pemerintah. 3.
Berdasarkan alokasi Sumber daya, dapat dibagi menjadi 2, Yaitu: a
Perencanaan keuangan, yaitu : Perencanaan yang dibuat untuk memastikan apakah permintaan dan penawaran bertemu dalam suatu mekanisme, dimana
Universitas Sumatera Utara
kemampuan fisik dimanfaatkan sepenuh mungkin tanpa mengakibatkan perubahan yang besar dan tak terduga pada struktur harga.
b Perencanaan Fisik, yaitu : Suatu usaha untuk menjabarkan usaha
pembangunan melalui pengalokasian faktor produksi dan hasil produksi sehingga memaksimalkan pendapatan dan pekerjaan.
4. Berdasarkan Tingkat Keluwesan, dapat dibagi menjadi 2, yaitu :
a Perencanaan Indikatif, yaitu : Perencanaan yang bersifat menyeluruh, dimana
badan perencana sampai menentukan hal – hal yang rinci seperti umlah yang akan diinvestasikan pada masing – masing sektor, penetapan harga produk
dan faktor produksi dan jenis serta kualitas produk yang akan diproduksi. b
Perencanaan Imperatif, yaitu: Perencanaa yang semua kegiatan dan sumber daya ekonomi berjalan menurut komando negara, ada pengawasan
menyeluruh yang dilakukan oleh pemerintah terhadap faktor produksi.
Tipe perencanaan:
1. Perencanaan Fisik versus Perencanaan ekomomi :
Perencanaan Fisik, yaitu : Perencanaan untuk mengubah atau memanfaatkan
struktur fisik suatu wilayah misalnya perencanaan tata ruang atau tata guna tanah, perencanaan jalur transportasikomunikasi, penyediaan fasilitas untuk
umum dll. Perencanaan Ekonomi
, yaitu Perencanaan yang berkenaan dengan perubahan struktur ekonomi suatu wilayah dan langkah – langkah untuk memperbaiki
tingkat kemakmuran suatu wilayah.
Universitas Sumatera Utara
2. Perencanaan alokatif versus perencanaan inovatif :
Perencanaan alokatif, yaitu Perencanaan yang berkenaan dengan menyukseskan rencana umum yang telah disusun pada level yang lebih tinggi atau telah menjadi
kesepakatan bersama. Contoh : Suatu dinas dikabupaten yang diberi tugas membuat rencana menaikkan produksi pangan sebesar 10, dinas itu
kemudian membuat rencana kerja untuk menyukseskan tercapainya kenaikan produksi sebesar 10. Kepala dinas menetapkan apa yang harus dilakukan oleh
masing – masing bagian pada dinas tersebut tanpa mengubah wewenang dan tanggung jawab masing – masing bagian.
3. Perencanaan inovatif,
yaitu Perencanaan yang lebih memiliki kebebasan baik dalam menetapkan target maupun cara yang ditempuh untuk mencapai target.
4. Perencanaan bertujuan jamak versus perencanaan bertujuan tunggal :
Perencanaan bertujuan jamak, yaitu Perencanaan yang memiliki beberapa tujuan sekaligus. Misalnya : rencana pelebaran dan peningkatan kualitas jalan
penghubung yang ditujukan untuk memberikan berbagai manfaat sekaligus, agar perhubungan didaerah semakin lancar, dapat menarik berdirinya pemukiman
baru dan mendorong bertambahnya aktifitas pasar didaerah tersebut. 5.
Perencanaan bertujuan tunggal yaitu perencanaan yang apabila sasaran yang hendak dicapai adalah sesuatu yang
dinyatakan dengan tegas dalam perencanaan itu dan bersifat tunggal. Misalnya rencana pemerintah untuk membangun 100 unit rumah di suatu lokasi tertentu.
Universitas Sumatera Utara
Perencanaan ini tidak mengaitkan pembangunan rumah dengan manfaat lain yang mungkin dapat ditimbulkannya karena tidak menjadi fokus perhatian.
6. Perencanaan bertujuan jelas versus perencanaan bertujuan laten :
Perencanaan bertujuan jelas, yaitu perencanaan yang dengan tegas menyebutkan tujuan dan sasaran dari perencanaan tersebut dan dapat diukur keberhasilannya.
Misalnya tujuan perencanaan adalah menaikkan taraf hidup rakyat, sasarannya adalah menaikkan pendapatan perkapita dari 400 menjadi 500 per tahun,
dalam jangka waktu 3 tahun yang akan datang. 7.
Perencanaan bertujuan laten, yaitu perencanaan yang tidak menyebutkan sasaran bahkan tujuannya pun kurang jelas sehingga sulit untuk dijabarkan. Misalnya,
tujuan seseorang ingin hidup lebih bahagia, kehidupan dalam masyarakat yang aman, nyaman dan penuh dengan rasa kekeluargaan.
8. Perencanaan Top Down versus Bottom Up : Perencanaan Top Down, yaitu Perencanaan yang kewenangan utama dalam
perencanaan tersebut berada pada institusi yang lebih tinggi, dimana institusi perencana pada level yang lebih rendah harus menerima rencana atau arahan dari
institusi lebih tinggi. 9.
Perencanaan Bottom Up Yaitu Perencanaan yang kewenangan utama dalam perencanaan tersebut berada
pada institusi yang lebih rendah, dimana institusi perencana berada pada level lebih tinggi harus menerima usulan – usulan yang diajukan oleh insitusi
perencana pada tingkat yang lebih rendah.
Universitas Sumatera Utara
10. Perencanaan Vertical versus Horizontal : Perencanaan Vertical, yaitu Perencanaan yang lebih mengutamakan koordinasi
antar berbagai jenjang pada sektor yang sama. Perencanaan Horizontal, yaitu Perencanaan yang menekankan keterkaitan antar
berbagai sektor dapat berkembang secara sinergi. 11. Perencanaan yang melibatkan masyarakat secara langsung versus yang tidak
melibatkan masyarakat secara langsung : Perencanaan yang melibatkan masyarakat secara langsung, yaitu perencanaan
yang sejak awal masyarakat yelah diberitahu dan diajak ikut serta dalam menyusun rencana tersebut.
Perencanaan yang tidak melibatkan masyarakat secara langsung, yaitu
perencanaan yang tidak melibatkan sama sekali peran serta masyarakat dan hanya meminta persetujuan DPRD untuk persetujuan akhir.
2.1.3 Konsep Ruang dan Wilayah
Ruang atau kawasan sangat penting dalam pengelolaan wilayah pesisir dan lautan karena merupakan wadah yang utama di wilayah pesisir. Ruang adalah wadah
kehidupan manusia beserta sumberdaya alam yang terkandung di dalamnya meliputi bumi, air dan ruang angkasa sebagai satu kesatuan. Konsep ruang mempunyai
beberapa unsur, yaitu: 1 jarak, 2 lokasi, 3 bentuk, dan 4 ukuran. Konsep ruang sangat berkaitan erat dengan waktu, karena pemanfaatan bumi dan segala
kekayaannya membutuhkan organisasipengaturan ruang dan waktu. Unsur-unsur
Universitas Sumatera Utara
tersebut di atas secara bersama-sama menyusun unit tata ruang yang disebut wilayah Budiharsono, 2001.
Selanjutnya Budiharsono 2001 menyebutkan definisi wilayah sebagai suatu
unit geografi yang dibatasi oleh kriteria tertentu yang bagian-bagiannya tergantung secara internal dalam dimensi ruang yang merupakan wadah bagi kegiatan-kegiatan
sosial ekonomi yang memiliki keterbatasan serta kesempatan ekonomi yang tidak sama. Disamping itu, perlu pula diperhatikan bahwa kegiatan sosial ekonomi dalam
ruang dapat menimbulkan dampak positif maupun negative terhadap kegiatan lainnya.
Rustiadi 2002 membagi konsep wilayah atas enam jenis. Adapun konsep
enam jenis wilayah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1 Konsepkonsep wilayah klasik, yang mendefinisikan wilayah sebagai unit geografis dengan batas-
batas spesifik dimana komponen-komponen dari wilayah tersebut satu sama lain saling berinteraksi secara fungsional; 2 Wilayah homogen, yaitu wilayah yang
dibatasi berdasarkan pada kenyataan bahwa faktor-faktor dominan pada wilayah tersebut bersifat homogen, sedangkan faktor-faktor yang tidak dominan bisa bersifat
heterogen. Pada umumnya wilayah homogen sangat dipengaruhi oleh potensi sumberdaya alam dan permasalahan spesifik yang seragam.
Dengan demikian konsep wilayah homogen sangat bermanfaat dalam penentuan sektor basis perekonomian wilayah sesuai dengan potensidaya dukung
utama yang ada dan pengembangan pola kebijakan yang tepat sesuai dengan permasalahan masing masing wilayah; 3 Wilayah nodal, menekankan perbedaan
Universitas Sumatera Utara
dua komponen-komponen wilayah yang terpisah berdasarkan fungsinya. konsep wilayah nodal diumpamakan sebagai suatu ”sel hidup” yang mempunyai inti dan
plasma. Inti adalah pusat-pusat pelayananpemukiman, sedangkan plasma adalah daerah belakang hinterland; 4 Wilayah sebagai sistem, dilandasi atas pemikiran
bahwa komponen-komponen di suatu wilayah memiliki keterkaitan dan ketergantungan satu sama lain dan tidak terpisahkan; 5 Wilayah perencanaan adalah
wilayah yang dibatasi berdasarkan kenyataan terdapatnya sifat-sifat tertentu pada wilayah baik akibat sifat alamiah maupun non alamiah sehingga perlu perencanaan
secara integral; 6 Wilayah administratif-politis, berdasarkan pada suatu kenyataan bahwa wilayah berada dalam satu kesatuan politis yang umumnya dipimpin oleh
suatu sistem birokrasi atau sistem kelembagaan dengan otonomi tertentu. wilayah yang dipilih tergantung dari jenis analisis dan tujuan perencanaannya. Sering pula
wilayah administratif ini sebagai wilayah otonomi. Artinya suatu wilayah yang mempunyai suatu otoritas melakukan keputusan dan kebijaksanaan sendiri-sendiri
dalam pengelolaan sumberdaya-sumberdaya di dalamnya.
2.1.4 Teori Pembangunan Daerah Pembangunan menurut Siagian 1994, adalah suatu usaha atau rangkaian
usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah menuju modernisasi dalam rangka pembinaan
bangsa nation building.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan Kartasasmita 1994, memberikan pengertian pembangunan, adalah
suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana.
Bratakusumah 2005,
dalam bukunya Perencanaan Pembangunan Daerah mengemukakan bahwa, dengan perkembangan ilmu pengetahuan, para ahli
manajemen pembangunan terus berupaya untuk menggali konsep-konsep pembangunan secara ilmiah, karena secara sederhana pembangunan sering diartikan
sebagai suatu upaya untuk melakukan perubahan menjadi lebih baik. Karena perubahan yang dimaksud adalah menuju arah peningkatan dari keadaan semula dan
ada yang mengasumsikan bahwa pembangunan adalah juga pertumbuhan, menunjukkan kemampuan suatu kelompok untuk terus berkembang, baik secara
kualitatif maupun kuantitatif dan merupakan suatu yang mutlak harus terjadi dalam pembangunan.
Istilah pembangunan development secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah perekonomian nasional, yang kondisi ekonomi awalnya kurang
lebih bersifat statis dalam kurun waktu cukup lama untuk menciptakan dan mempertahankan kenaikan tahunan atas pendapatan nasional bruto atau GNP gross
national product nya pada tingkat 5 persen hingga 7 persen, atau bahkan lebih tinggi
lagi, jika hal itu memang memungkinkan. Ukuran lain yang mirip dengan GNP, yakni yang dikenal dengan istilah produk domestik bruto atau GDP gross domestic
product sama seringnya digunakan. Indeks ekonomi lainnya yang juga sering
digunakan untuk mengukur tingkat kemajuan pembangunan adalah tingkat
Universitas Sumatera Utara
pendapatan perkapita income per capita atau GNP per kapita. Indeks ini pada dasarnya mengukur kemampuan dari suatu negara untuk memperbesar outputnya
dalam laju yang lebih cepat dari pada tingkat pertumbuhan penduduknya Todaro, 2000, dan ada tiga komponen dasar atau nilai inti yang harus dijadikan basis
konseptual dan pedoman praktis untuk memahami pembangunan yang paling hakiki. Ketiga komponen dasar tersebut adalah:
- Kecukupan sustenance yaitu kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar;
- Jati diri selfesteem yaitu menjadi manusia seutuhnya, serta
- Kebebasan freedom yaitu kemampuan untuk memilih.
Ketiga hal inilah yang merupakan tujuan pokok yang harus digapai oleh setiap orang dan masyarakat melalui pembangunan. Ketiganya berkaitan secara langsung
dengan kebutuhan-kebutuhan manusia yang paling mendasar, yang terwujud dalam berbagai macam manifestasi bentuk di hampir semua masyarakat dan budaya
sepanjang jaman. Pembangunan merupakan suatu usaha untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Antara lain adalah, menaikkan standar hidup, memperbaiki tingkat pendidikan, kesehatan dan persamaan hak untuk memiliki kesempatan dalam
memperoleh semua komponen-komponen penting dari hasil pembangunan ekonomi.
Meier 1989
mendefinisikan pembangunan ekonomi, adalah suatu proses di mana pendapatan perkapita penduduk suatu negara secara riil cenderung naik secara
terus menerus dalam jangka panjang; dengan syarat utama bahwa jumlah penduduk yang berada dalam ”garis kemiskinan absolut” tidak bertambah dan distribusi
Universitas Sumatera Utara
pendapatan tidak menjadi lebih timpang. Kecenderungan menaik itu haruslah paling tidak dua atau tiga dasawarsa- waktu sepanjang itu cukup sebagai indikasi untuk
melihat apakah suatu negara dalam keadaan berkembang atau tidak. Sejalan dengan Meier, Chenery dan Syrquin 1989, mendefinisikan pembangunan ekonomi sebagai
suatu proses peningkatan pendapatan per kapita yang disertai antara lain, dengan proses transformasi dari suatu perekonomian yang dominan sektor primer atau
pertanian dan pertambangan menjadi makin dominan sektor industri, terutama industri manufaktur dan sektor jasa.
2.1.5 Prinsip Pembangunan Berkelanjutan
Paradigma pembangunan yang berorientasi pada pertumbuhan ekonomi perlu digandeng dengan pembangunan berkelanjutan sustainable development.
Pembangunan berkelanjutan didefinisikan oleh World Commission on Environment and Development
, adalah “pembangunan untuk memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa merusak atau menurunkan kemampuan generasi mendatang untuk
memenuhi kebutuhannya”. Konsep pembangunan yang berkelanjutan telah menjadi kesepakatan hampir seluruh bangsa-bangsa di dunia sejak KTT Bumi di Rio de
Janeiro 1992. Dengan demikian, secara ekologis terdapat empat persyaratan utama yang dapat menjamin tercapainya pembangunan berkelanjutan sumberdaya wilayah
pesisir dan lautan: 1 keharmonisan spasial, 2 pemanfaatan sumberdaya alam secara optimal dan berkelanjutan, 3 membuang limbah sesuai dengan kapasitas
asimilasi lingkungan, dan 4 mendesain dan membangun prasarana dan sarana sesuai dengan karakteristik serta dinamika ekosistem pesisir dan lautan Dahuri, 1996.
Universitas Sumatera Utara
Ketika kita memanfaatkan wilayah perairan pesisir sebagai tempat untuk pembuangan limbah, maka harus ada jaminan bahwa jumlah total dari limbah
tersebut tidak boleh melebihi kapasitas asimilasinya assimilative capacity. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan daya asimilasi adalah kemampuan suatu ekosistem
pesisir untuk menerima jumlah limbah tertentu sebelum ada indikasi terjadinya kerusakan lingkungan dan atau kesehatan yang tidak dapat ditoleransi.
2.1.6 Proses Perencanaan Wilayah
Implementasi otonomi daerah dan desentralisasi di Indonesia menuntut perubahan paradigma dalam perencanaan dan keuangan daerah yang komprehensif
dan mengarah kepada perwujudan transparansi, akuntabilitas, demokratisasi, desentralisasi dan partisipasi masyarakat. Keterbatasan sumber daya daerah
hardware dan software menyebabkan pemerintah daerah harus mampu mengalokasikannya secara lebih efisien dan efektiv.
Dewasa ini, otonomi dan desentralisasi telah didukung oleh beberapa perubahan Peraturan Perundangan, antara lain :
1. UU 172003
: Keuangan Negara 2.
UU 12004 : Perbendaharaan Negara
3. UU 252004
: Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional 4.
UU 332004 : Perimbangan Keuangan
5. PP 202004
: Rencana Kerja Pemerintah
Universitas Sumatera Utara
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional UU No 25 Tahun 2004 memberikan arahan penyusunan perencanaan di tingkat pemerintah pusat, daerah, dan
unit kerja kementerianlembagadinas, sebagaimana kerangka berikut:
NASIONALSektor DAERAHProvKabKota
Rencana Pembangunan Jangka Menengah RP JM 5 Th
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Satuan Kerja Peringkat
DaerahRP JM-SKPD 5 Th Rencana
KementrianLembagaRencana-KL 5 Th
Rencana Satuan Kerja Peringkat Daerah 5 Th
Rencana Pembangunan Tahunan NasionalRencana Kerja Pemerintah
RKP 5 Th Rencana Pembangunan Tahunan
DaerahRencana Kerja Peringkat Daerah RKPD 5 Th
Rencana Pembangunan Tahunan KementrianLembaga atau Rencana
Kerja KementrianLembaga Renja-KL 1 Th
Rencana Pembangunan Tahunan Satuan Kerja Peringkat Daerah atau
Rencana Kerja Satuan Kerja Peringkat Daerah Renja-SPKD 1 Th
Gambar 1. Perencanaan Pembangunan KEGIATAN EKONOMI RAKYAT SEJAHTERA
• Jumlah penduduk naik menjadi 8,2 th 2009
• Pengangguran 5,1 th 2009
• Pertumbuhan ekonomi 7,6 th 2009
PEMBUKAAN UUD 45 •
Melindungi Segenap Bangsa Indonesia
•
Memajukan Kesejahteraan Umum
•
Mencerdaskan Kehidupan Bangsa
•
Ikut Melaksanakan Ketertiban Dunia
PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG 20 Tahun VISI, MISI, PROGRAM PRESIDEN RI 5 Tahun
•
Menciptakan Indonesia Yang Aman dan Damai
•
Menciptakan Indonesia Yang Adil dan Demokratis
•
Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat
VISI, MISI, PROGRAM KEPALA DAERAH 5 Tahun
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1. Perencanaan Pembangunan
Gambar 1 menunjukkan Sistem Perencanaan Pembangunan berdasarkan atas UU No.25 Tahun 2004 untuk tingkat nasional dan daerah. Dalam rangka
pelaksanaan UU No.25 Tahun 2004 dan UU No. 17 Tahun 2003, pedoman penyusunan indikator kinerja, pemantauan dan evaluasi anggaran berbasis kinerja
sangat diperlukan oleh pelaku aktivitas.
2.2 Hubungan Perencanaan Wilayah Dengan SDM Dan Kualitas Perencanaan
Seorang perencana bertugas untuk mengatur proses perencanaan di tingkat daerah. Tugas ini bersifat komprehensif atau menyeluruh, sehingga membutuhkan
pengetahuan intersektoral yang luas dan berkemampuan merencanakan pada tiga
bidang utama perencanaan pembangunan daerah, yang menurut Poppe 1995 : 45,
meliputi : a.
Perencanaan Sumber Daya Alam b.
Perencanaan Sosial Ekonomi c.
Perencanaan Fisik dan Infrastruktur Di samping itu, ia juga mengatakan bahwa seorang perencana harus memiliki
kualifikasi yang berorientasi manajemen yang menyangkut empat tahap perencanaan yang utama, yaitu :
a. Analisis wilayah
b. Prospek pembangunan
c. Perencanaan dan pembuatan program
Universitas Sumatera Utara
d. Pelaksanaan rencana, monitoring dan evaluasi
Untuk itu, Manfred Poppe mengemukakan hal-hal yang harus ditangani oleh perencana daerah, terutama yang menyangkut masalah organisasional dan
operasional, yaitu : a.
Mengenal masalah-masalah pembangunan daerah, sumber daya dan kebutuhan ekonomi sebagaimana dirasakan oleh penduduk.
b. Menganalisis kecenderungan dan hambatan pembangunan serta meramalkan
pembangunan demografik dan ekonomi. c.
Menyusun tujuan dan sasaran pembangunan daerah. d.
Mengembangkan strategi dan alternatif kebijaksanaan, serta merancang rencana program pembangunan daerah.
e. Menyebarkan dan menghubungkan rencana daerah dengan rencana dan
kebijaksanaan daerah dan nasional. f.
Menganjurkan pertimbangan kebutuhan lokal dalan kebijaksanaan nasional. g.
Menaksir pengaruh rencana dan program secara sosial, ekonomi dan ekologi. h.
Mengatur proses pembuatan keputusan dan partisipasi pada tingkat dan masalah yang berbeda.
i. Mengenal dan merancang proyek-proyek individu dan menaksir kelayakannya
untuk pelaksanaan lokal. j.
Mengembangkan dan menggunakan instrumen pelaksanaan, penyelenggaraan dan pengendalian rencana dan program.
Universitas Sumatera Utara
k. Memonitor dan mengevaluasi proyek, rencana dan program serta merencanakan
ulang sesuai dengan perubahan kondisi. Terkait dengan masalah tugas perencana tersebut, LAN 1999
mengemukakan bahwa tugas perencana pembangunan meliputi : a.
Mengumpulkan dan menganalisis berbagai indikator kondisi sosial ekonomi. b.
Mengumpulkan dan menganalisis data sektor penting perekonomian. c.
Mengidentifikasi hubungan antar-sektor dan bidang kegiatan esensial untuk persoalan mendasar.
d. Menunjukkan pendekatanalternatif pembenahan, masalah sektor dan
perekonomian. e.
Memberi identifikasi penjelasan alternatif beserta keterkaitan sektoralnya kepada pengambil keputusan.
f. Menyusun tindak lanjut pasca keputusan.
g. Memantau indikator kesejahteraan ekonomi.
h. Melaksanakan evaluasi.
2.2.1 Sumber Daya Manusia Dalam Konteks Kewilayahan
Strategi pembangunan untuk mengurangi kesenjangan antarwilayah pada dasarnya diarahkan untuk 1 mendorong pertumbuhan wilayah-wilayah potensial di
luar Jawa-Bali dan Sumatera dengan tetap menjaga momentum pertumbuhan di wilayah Jawa-Bali dan Sumatera; 2 meningkatkan keterkaitan antarwilayah melalui
peningkatan perdagangan antarpulau untuk mendukung perekonomian domestik; dan
Universitas Sumatera Utara
3 meningkatkan daya saing daerah melalui pengembangan sektor-sektor unggulan di tiap wilayah, 4 Mendorong percepatan pembangunan daerah tertinggal, kawasan
strategis dan cepat tumbuh, kawasan perbatasan, kawasan terdepan, kawasan terluar dan daerah rawan bencana; serta 5 Mendorong pengembangan-pengembangan di
tiap wilayah mengacu pada strategi dan arah kebijakan yang berbasiskan perencanaan wilayah darat melalui Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan berbasiskan
perencanaan wilayah laut melalui Arah Pengembangan Wilayah Laut. Selain itu, strategi pembangunan juga mengacu pada paradigma Pembangunan
untuk Semua Development for All. Paradigma ini bertumpu pada 6 enam strategi dan arah kebijakan, yaitu:
Pertama
, strategi pembangunan inklusif yang mengutamakan keadilan, keseimbangan dan pemerataan. Semua pihak harus dan ikut berpartisipasi dalam
proses pembangunan melalui penciptaan iklim kerja untuk meningkatkan harkat hidup keluar dari kemiskinan. Seluruh kelompok masyarakat harus dapat merasakan
dan menikmati hasil-hasil pembangunan terutama masyarakat yang tinggal di kawasan perbatasan, kawasan perdesaan, daerah pedalaman, daerah tertinggal dan
daerah pulau terdepan. Selain itu, pertumbuhan ekonomi harus dapat mengurangi pengangguran dan kemiskinan. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
PNPM Mandiri; serta Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, Pulau Terdepan dan daerah pasca konflik dan pasca bencana merupakan
program yang diarahkan langsung untuk mendorong pembangunan yang lebih inklusif.
Universitas Sumatera Utara
Kedua
, strategi pembangunan berdimensi kewilayahan. Strategi pembangunan wilayah mempertimbangkan kondisi geografis, ketersediaan sumber daya alam,
jaringan infrastruktur, kekuatan sosial budaya dan kapasitas sumber daya manusia menyebabkan yang tidak sama untuk setiap wilayah. Strategi pembangunan wilayah
juga memperhitungkan basis daratan dan basis kepulauan atau maritim sebagai satu kesatuan ruang yang tidak terpisahkan. Oleh sebab itu, strategi pembangunan
berdimensi kewilayahan memperhatikan tata ruang wilayah Pulau Sumatera, Pulau Jawa-Bali, Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi, Kepulauan Nusa Tenggara, Kepulauan
Maluku dan Pulau Papua. Dengan strategi ini, kebijakan pembangunan diarahkan untuk mengoptimalkan potensi dan keunggulan daerah dan membangun keterkaitan
antarwilayah yang solid termasuk mempercepat pembangunan pembangkit dan jaringan listrik, penyediaan air bersih, serta pengembangan jaringan transportasi
darat, laut dan udara dan jaringan komunikasi untuk memperlancar arus barang dan jasa, penduduk, modal dan informasi antarwilayah.
Ketiga , strategi pembangunan yang mendorong integrasi sosial dan ekonomi
antarwilayah secara baik. Dalam hal ini perhatian terhadap pengembangan pulau- pulau besar, kecil dan terdepan harus dilakukan dengan memperhatikan poteni daerah
sebagai modal dasar yang dikelola secara terintegrasi dalam kerangka geoekonomi nasional yang solid dan kuat. Dengan kesatuan ekonomi nasional yang kuat untuk
lima tahun mendatang, maka posisi tawar Indonesia dalam globalisasi percaturan perekonomian dunia, secara geo-ekonomi berada pada posisi yang lebih kuat, dan
lebih berdaya saing. Kebijakan untuk memperkuat integrasi sosial dan ekonomi
Universitas Sumatera Utara
antarwilayah diarahkan pada pengembangan pusat-pusat produksi dan pusat-pusat perdagangan di seluruh wilayah terutama di Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara,
Maluku dan Papua.
Keempa
t, strategi pengembangan ekonomi lokal. Pengembangan ekonomi lokal menjadi penting dan mendesak sebagai upaya memperkuat daya saing
perekonomian nasional. Para gubernur, bupati dan walikota mempunyai kewenangan yang luas dan peran dominan dalam pengembangan ekonomi lokal. Peran pemerintah
dan pemerintah daerah dalam mendorong pembangunan daerah pada intinya mempunyai arah sebagai berikut:
1. Menciptakan suasana atau iklim usaha yang memungkinkan potensi masyarakat
berkembang; 2.
Meningkatkan akses masyarakat terhadap sumber-sumber kemajuan ekonomi seperti modal, teknologi, informasi, lapangan kerja dan pasar;
3. Mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang, dan menciptakan
kebersamaan dan kemitraan antara yang sudah maju dengan yang belum berkembang; 4 memperkuat kerjasama antardaerah; dan
4. Membentuk jaring ekonomi yang berbasis pada kapasitas lokal dengan
mengkaitkan peluang pasar yang ada di tingkat lokal, regional dan internasional;
5. mendorong kegiatan ekonomi bertumpu pada kelompok, termasuk
pembangunan prasarana berbasis komunitas; dan
Universitas Sumatera Utara
6. Memperkuat keterkaitan produksi-pemasaran dan jaringan kerja usaha kecil-
menengah dan besar yang mengutamakan keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif daerah.
Kelima , strategi pembangunan disertai pemerataan growth with equity yang
bertumpu pada keserasian pertumbuhan ekonomi pro-growth dalam menciptakan
kesempatan kerja pro-jobs dan mengurangi kemiskinan pro-poor yang tetap berdasarkan kelestarian alam pro-environment. Kebijakan pembangunan diarahkan
untuk memperkuat
keterkaitan antarwilayah
domestic interconnectivity
, membangun dan memperkuat rantai industri hulu hilir produk unggulan berbasis
sumber daya lokal, mengembangkan pusat-pusat produksi dan perdagangan baik di Jawa-Bali maupun di luar wilayah Jawa Bali yang didukung dengan penyediaan
prasarana dan sarana, peningkatan SDM, pusat-pusat penelitian, pembangkit listrik dan penyediaan air bersih; serta perbaikan pelayanan sesuai standar pelayanan
minimal. Sejalan dengan arah kebijakan ini, pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus KEK merupakan salah satu dorongan untuk menciptakan dan membangun
pusat-pusat pertumbuhan dan perdagangan di seluruh wilayah.
Keenam , strategi pengembangan kualitas manusia. Orientasi pembangunan
adalah peningkatan kualitas manusia the quality life of the people sebagai bagian
dari penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak-hak dasar rakyat terutama pangan, pendidikan, kesehatan, kesempatan kerja, sanitasi dan air bersih, perumahan,
sumber daya alam dan lingkungan, dan jaminan keamanan. Oleh sebab itu, kebijakan pembangunan akan diarahkan pada peningkatan akses dan mutu layanan dasar
Universitas Sumatera Utara
termasuk pangan, pendidikan, kesehatan, kesempatan kerja, sanitasi dan air bersih, perumahan, sumber daya alam dan lingkungan, dan jaminan keamanan terutama bagi
masyarakat yang berada di daerah perdesaan, kawasan perbatasan, pulau-pula terluar dan daerah pasca konflik dan pasca bencana. Dengan meningkatnya kualitas manusia,
kesejahteraan masyarakat juga akan meningkat dan membaik secara merata di seluruh wilayah.
Salah satu hasil penelitian yang mengkaitkan tentang kewilayahan, pengembangan wilayah dan peningkatan SDM adalah Penelitian yang dilakukan oleh
Jarisding, La Ode 2006 tentang Potensi Dan Masalah Perkembangan Wilayah Di Kabupaten Muna Sulawesi Tenggara memberikan gambaran berbagai permasalahan
permasalahan perkembangan wilayah di daerah adalah: 1 Kurang memanfaatkan potensi terkait dengan fenomena perkembangan wilayah masa lalu; 2 Konflik
perwilayahan dalam penataan ruang; 3 Lemahnya kekuatan endogen, berupa keterbatasan sarana prasarana, SDA, pariwisata, SDM dan tenaga kerja; 4 Sosial-
ekonomi; 5 Situasi politik lokal; 7 Letak geografis; 8 Globalisasi dan teknologi. Untuk menjawab Research Question dan untuk mengetahui potensi endogen dan
eksogen perkembangan wilayah, maka dilakukan langkah-langkah: analisis potensi dan masalah perkembangan wilayah Kabupaten Muna berdasarkan fenomena sejarah;
analisis potensi dan masalah perwilayahan; analisis potensi endogen wilayah dan permasalahannya; analisis potensi dan masalah perekonomian; analisis potensi dan
masalah politik lokal terhadap perkembangan wilayah Kabupaten Muna. Metode analisis yang digunakan adalah orde kota, Jarak dan waktu tempuh minimum ke pusat
Universitas Sumatera Utara
pelayanan untuk mengidentifikasi potensi dan masalah perwilayahan; peran sektor, struktur perekonomian dan daya dukung lahan pertanian untuk mengidentifikasi
potensi dan masalah perekonomian Kabupaten Muna. Pada keseluruhan analisis juga menggunakan metode pemetaan potensi.
Berdasarkan hasil analisis potensi dan masalah perkembangan wilayah di Kabupaten Muna, secara keseluruhan Kabupaten Muna kurang berkembang terutama Pulau
Buton Bagian Utara dan faktor utama penyebabnya adalah kondisi politik lokal. Kebijakan-kebijakan politik pembangunan selama ini belum maksimal dalam
mendorong perkembangan wilayah. Kondisi politik yang demikian menyebabkan kekuatan endogen dan eksogen wilayah yang harusnya merupakan modal utama
pembangunan tidak termanfaatkan dengan baik. Fenomena-fenomena yang terjadi berhubungan dengan kebijakan politik pembangunan yang kurang berorientasi pada
kekuatan endogen dan eksogen wilayah di Kabupaten Muna adalah: 1 Potensi integrasi atau penyatuan wilayah pada jaman Kerajaan Muna, cenderung menjadi
masalah dengan mengemukanya sifat primordialisme; 2 Penentuan pusat pelayanan dalam Satuan Wilayah Pembangunan SWP tidak tepat, sehingga pelayanan
masyarakat tidak optimal; 3 Disparitas pembangunan infrastruktur antara Pulau Buton dan Pulau Muna; 3 Potensi sumberdaya alam dan pariwisata belum dikelola
dan dimanfaatkan; 4 Konstribusi komoditas ekspor utama Kabupaten Muna terhadap perkembangan wilayah sangat kurang. Untuk meminimalisir permasalahan
perkembangan wilayah di Kabupaten Muna, dilakukan beberapa strategi: 1 Melakukan regionalisasi desentralistik dengan model kerjasama antar kabupatenkota
Universitas Sumatera Utara
yang didasari inisiatif dan komitmen bersama untuk membangun wilayah; 2 Hal mendasar perlu dilakukan Pemerintah Kabupaten Muna terhadap pembangunan
wilayah di Buton Utara adalah membangun infrastruktur jalan, membangun prasarana pendidikan terutama gedung SLTP dan SLTA, membangun Puskesmas fasilitas rawat
inap serta menambah tenaga dokter, membangun jaringan air bersih, listrik, telekomunikasi dan membangun kantor pelayanan pemerintah satu atap; 3 Merevisi
kembali penentuan pusat pelayanan dalam SWP; 4 Untuk meningkatkan Value Added komoditas ekspor utama Kabupaten Muna, maka perlu pembangunan industri
pengolahan komoditas jambu mete dan optimalisasi industri pengolahan kayu jati yang didukung dengan kebijakan investasi dipermudah; 5 Hal yang sangat
dibutuhkan dalam pembangunan wilayah di Kabupaten Muna adalah tingkat integritas dan profesionalisme yang tinggi para penentu kebijakan.
Beberapa studi tentang berbagai persoalan dalam pemekaran daerah pernah dilakukan antara lain oleh Bappenas 2005, Lembaga Administrasi Negara 2005,
dan Departemen Dalam Negeri 2005. Untuk melengkapi studi tersebut, telah dilakukan studi evaluasi oleh Building and Reniventing Decentralised Governance
“BRIDGE” yang dirancang untuk mencapai tiga tujuan: a.
Mengevaluasi perkembangan pemekaran daerah dalam aspek ekonomi, keuangan pemerintah, pelayanan publik dan aparatur pemerintahan, serta
dampaknya terhadap kesejahteraan masyarakat;
Universitas Sumatera Utara
b. Mengidentifikasi masalah-masalah yang terjadi dalam masa pemekaran daerah,
khususnya dalam aspek ekonomi, keuangan pemerintah, pelayanan publik dan aparatur pemerintahan;
c. Merumuskan rekomendasi kebijakan berkaitan dengan pemekaran daerahHasil
dari studi pemekaran daerah ini menunjukkan temuan yang patut untuk diperhatikan dari masingmasing aspek yang dianalisis.
Tim studi menyimpulkan dalam jangka pendek diperlukan perubahan pola belanja aparatur pemerintah daerah, supaya pembangunan mampu menciptakan
permintaan baru terhadap peningkatan pelayanan publik. Aparatur pemerintah daerah harus lebih diarahkan pada peningkatan kualitas aparatur sesuai dengan kompetensi
aparatur yang diperlukan oleh daerah, mulai dari tahap penerimaan tetapi juga mencakup promosi dan mutasi aparatur. Di samping itu, diperlukan penataan aparatur
pada daerah transisi. Hal ini secara nasional perlu dibuat semacam grand design penataan aparatur, khususnya aparatur pada tingkat pemerintah daerah. Dengan kata
lain diperlukan dukungan lebih besar dari pemerintah pusat kepada daerah induk yang melakukan persiapan pemekaran berdasarkan PP 1292000 dan juga daerah
pemekaran. Langkah ini tidak dengan sendirinya berarti terjadi desentralisasi, tetapi mengakui peranan pemerintah pusat dalam menjaga tercapainya pembangunan
berkualitas daripada asal pembentukan daerah-daerah pemerintahan baru. Hal ini selain merupakan azas pembangunan yang bertanggung jawab dan berkelanjutan juga
mencerminkan prioritas nasional yang berkaitan dengan proses desentralisasi dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional RPJMN 2004-2009.
Universitas Sumatera Utara
Aparatur pemerintah menjadi hal pokok yang dievaluasi, untuk mengetahui seberapa jauh ketersediaan aparatur dapat memenuhi tuntutan pelayanan kepada
masyarakat. Semakin banyak jumlah aparatur yang berhubungan langsung dengan
pelayanan publik, semakin baik pula ketersediaan pelayanan yang diberikan oleh
pemerintah. Dalam evaluasi pemekaran daerah terdapat tiga indikator utama yang
dapat menunjukkan ketersediaaan dan kualitas aparatur pemerintah, yakni salah satunya adalah Tingkat pendidikan merefleksikan tingkat pemahaman dan
pengetahuan. Semakin tinggi tingkat pendidikan aparatur, semakin besar pula potensi
untuk meningkatkan kualitas kerjanya.
2.2.2 Teori Organisasi
Studi organisasi adalah telaah tentang pribadi dalam konteks organisasi, serta sifat organisasi itu sendiri. Setiap kali orang berinteraksi dalam organisasi, banyak
faktor yang ikut bermain. Studi organisasi berusaha untuk memahami dan menyusun model-model dari faktor-faktor manusiaSDM dan psikologi yang mempengaruhi
organisasi gerakan hubungan antar manusia, motivasi, dan aktualisasi tujuan-tujuan individu di dalam organisasi, dan juga perilaku organisasi dapat memainkan peranan
penting dalam perkembangan organisasinya dan keberhasilan kerja.
Mooney 1954 , organisasi adalah segala bentuk setiap perserikatan orang-
orang, untuk mencapai tujuan bersama. Sedangkan menurut Millet 1994 organisasi
adalah sebagai kerangka struktur di mana pekerjaan dari beberapa orang
diselenggarakan untuk mewujudkan suatu tujuan bersama. Dan menurut Effendi
Universitas Sumatera Utara
1997
, organisasi adalah sebagai pola komunikasi yang lengkap dan hubungan- hubungan lain di dalam suatu kelompok orang-orang.
Dalam perkembangan organisasi, perilaku organisasi mempunyai peranan penting sebagai pemicu keberhasilan suatu organisasi. Perilaku Organisasi menjadi
semakin penting dalam ekonomi global ketika orang dengan berbagai latar belakang dan nilai budaya harus bekerja bersama-sama secara efektif dan efisien.
Perilaku Organisasi adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari bagaimana seharusnya perilaku tingkat individu, tingkat kelompok, serta dampaknya terhadap
kinerja baik kinerja individual, kelompok, maupun organisasi. Pada perilaku organisasi juga mempelajari organisasi, dengan memanfaatkan metode-metode dari
ekonomi, sosiologi, ilmu politik, antropologi dan psikologi. Disiplin lain yang terkait dengan studi organisasi adalah studi tentang sumber daya manusia, psikologi
industry, perilaku organisasi dan komitmen organisasi.
2.2.3 Manajemen Sumber Daya Manusia
Paradigma manusia sebagai sumber daya adalah, di satu sisi sumber daya manusia merupakan tujuan dari proses pengembangan organisasi agar menjadi
sumber daya yang berkualitas. Dengan kata lain, sumber daya manusia menjadi objek yang harus dibangun atau diproses lebih dahulu. Namun di sisi lain, sumber
daya manusia yang berkualitas merupakan subjek atau asset utama dalam proses pengembangan organisasi yang berperan memanajemeni dan memberdayakan sumber
daya lain untuk mencapai tujuan dari masing-masing individu sumber daya manusia itu sendiri.
Universitas Sumatera Utara
Plunkett Attner dalam Loka 2004
, konsep sumber daya manusia menempatkan karyawan sebagai the most valuable resource yang berperan untuk
merencanakan, mengorganisir, mendayagunakan, dan mengendalikan organisasi beserta seluruh sumber ekonominya untuk pencapaian suatu tujuan organisasi.
Dalam proses tersebut, individu-individu atau kelompok sumber daya manusia dan organisasi belajar untuk saling berintegrasi. Individu atau kelompok
sumber daya manusia belajar untuk meningkatkan kompetensinya dan memahami filosofi, visi, tujuan dan budaya organsiasi. Sementara organisasi belajar untuk
memahami karakteristik
sumber daya
manusia, mengembangkan
dan mendayagunakan, memelihara dan melindungi, serta memberikan imbalan dan
penghargaan yang pantas kepada individu atau kelompok sumber daya manusia
sesuai dengan kinerjanya Loka, 2004. Flippo dalam Yuli 2005
, menyajikan sebuah kerangka dalam memahami pengertian manajemen sumber daya manusia personalia. Dalam pandangannya,
manajemen personalia dapat dipahami dari dua kategori fungsi, yaitu fungsi manajemen dan fungsi operasional. Dengan membagi fungsi manajemen personalia
ke dalam dua kategori, maka dirumuskan sebuat defenisi manajemen personalia, yaitu ; proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian atas
pengadaan tenaga kerja, pengembangan, kompensasi, integrasi, pemeliharaan, dan pemutusan hubungan kerja dengan sumber daya manusia untuk mencapai sasaran
perorangan, organisasi dan masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
Manajemen sumber daya manusia merupakan kegiatan yang mengatur tentang memberikan kompensasi, integrasi, pemeliharaan, cara pengadaan tenaga kerja,
melakukan pengembangan, kerja melalui proses-proses manajemen dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
Ada tiga pengertian sumber daya manusia, Nawawi,1997 , yang masing-
masing adalah sebagai berikut : a.
Sumber daya manusia adalah manusia yang bekerja di lingkungan suatu organisasi disebut juga personil, tenaga kerja, pekerja atau karyawan.
b. Sumber daya manusia adalah potensi manusia sebagai penggerak organisasi
dalam mewujudkan eksistensinya. c.
Sumber daya manusia adalah potensi yang merupakan asset dan berfungsi sebagai modal non materialnon financial.
Perencanaan Sumber Daya Manusia dengan berorientasi pada hasil analisis pekerjaan, agar pekerja yang diperlukan dapat dipenuhi, baik dari segi kuantitatif
jumlahnya maupun kualitatif kualitasnya. Dengan tersedianya sejumlah pekerja yang relevan dengan tuntutan deskripsi dan atau spesifikasi pekerjaan, diharapkan
seluruh volume kerja dapat dilaksanakan secara produktif dan berkualitas, tidak saja dalam proses produksi dengan seluruh pekerjaan yang menunjangnya, tetapi juga
dalam memasarkannya yang memerlukan kemampuan memberikan pelayanan yang berkualitas.
Nawawi 1997 Perencanaan Sumber Daya Manusia adalah proses
mengantisipasi dan membuat ketentuan persyaratan untuk mengatur arus gerakan
Universitas Sumatera Utara
tenaga kerja ke dalam dan keluar organisasi. Selanjutnya ditambahkan pula bahwa tujuannya adalah untuk mempergunakan SDM seefektif mungkin dan agar memiliki
sejumlah pekerja yang memenuhi persyaratankualifikasi dalam mengisi posisi yang kapan dan yang manapun mengalami kekosongan.
.Dalam study organisasi, ada beberapa peran penting yang dilakukan SDM dalam mencapai tujuan suatu organisasi, antara lain perilaku dan membangun
komitmen, demi untuk menciptakan kepuasan kerja pada organisasi tempat bekerja. Komitmen organisasi adalah sebagai suatu keadaan di mana seorang
karyawan memihak organisasi tertentu serta tujuan-tujuan dan keinginannya untuk mempertahankan keanggotaan dalam organisasi tersebut.
Robbins 2001, bahwa keterlibatan pekerjaan yang tinggi berarti memihak
pada pekerjaan tertentu seorang individu, sementara komitmen organisasional yang tinggi berarti memihak organisasi yang merekrut individu tersebut. Dalam organisasi
sekolah guru merupakan tenaga profesional yang berhadapan langsung dengan siswa, maka guru dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik harus mampu menjalankan
kebijakan-kebijakan dengan tujuan-tujuan tertentu dan mempunyai komitmen yang kuat terhadap sekolah tempat dia bekerja.
L. MATHIS Dan JACKSON 2001 , komitmen organisasi adalah tingkat
sampai di mana karyawan yakin dan menerima tujuan organisasional, serta berkeinginan untuk tinggal bersama atau meninggalkan perusahaan pada akhirnya
tercermin dalam ketidak hadiran dan angka perputaran karyawan.
Universitas Sumatera Utara
GRIFFIN 1994
, komitmen organisasi organizational commitment adalah sikap yang mencerminkan sejauh mana seorang individu mengenal dan terikat pada
organisasinya. Seorang individu yang memiliki komitmen tinggi kemungkinan akan melihat dirinya sebagai anggota sejati organisasi.
ROBBINS 1994 , komitmen organisasi adalah sebagai :
1. Keinginan kuat untuk tetap sebagai anggota organisasi;
2. keinginan untuk berusaha keras sesuai keinginan organisasi; dan
3. keyakinan tertentu, dan penerimaan nilai dan tujuan organisasi. dengan kata
lain, ini merupakan sikap yang merefleksikan loyalitas karyawan pada organisasi dan proses berkelanjutan di mana anggota organisasi mengekspresikan
perhatiannya terhadap organisasi dan keberhasilan serta kemajuan yang berkelanjutan.
ALLEN DAN MEYER 1996 , ada tiga dimensi komitmen organisasi adalah
:Komitmen efektif effective commitment : Keterikatan emosional karyawan, dan keterlibatan dalam organisasi.
1. Komitmen berkelanjutan continuence commitment : Komitmen berdasarkan
kerugian yang berhubungan dengan keluarnya karyawan dari organisasi. Hal ini mungkin karena kehilangan senioritas atas promosi atau benefit,
2. Komitmen normatif normative commitment : Perasaan wajib untuk tetap berada
dalam organisasi karena memang harus begitu; tindakan tersebut merupakan hal benar yang harus dilakukan.
Universitas Sumatera Utara
Dessler2000,
memberikan pedoman khusus untuk mengimplementasikan sistem manajemen yang mungkin membantu memecahkan masalah dan
meningkatkan komitmen organisasi pada diri karyawan : 1.
Berkomitmen pada nilai manusia: Membuat aturan tertulis, mempekerjakan manajer yang baik dan tepat, dan mempertahankan komunikasi.
2. Memperjelas dan mengkomunikasikan misi; Memperjelas misi dan ideologi;
berkharisma; menggunakan praktik perekrutan berdasarkan nilai; menekankan orientasi berdasarkan nilai dan pelatihan; membentuk tradisi.
3. Menjamin keadilan organisasi: Memiliki prosedur penyampaian keluhan yang
komprehensif; menyediakan komunikasi dua arah yang ekstensif. 4.
Menciptakan rasa komunitas: Membangun homogenitas berdasarkan nilai; keadilan; menekankan kerja sama, saling mendukung, dan kerja tim, berkumpul
bersama. 5.
Mendukung perkembangan karyawan: Melakukan aktualisasi; memberikan pekerjaan menantang pada tahun pertama; memajukan dan memberdayakan;
mempromosikan dari
dalam; menyediakan
aktivitas perkembangan;
menyediakan keamanan kepada karyawan tanpa jaminan.
2.2.4 Manajemen Pemerintahan
Manajemen didefenisikan sebagai proses kerja sama dengan dan melalui
orang-orang dan kelompok untuk mencapai tujuan organisasi. Hersey dan Blanchard, 1982
Universitas Sumatera Utara
Undang-Undang 32 Tahun 2004 yang merupakan revisi dari Undang-Undang 22 Tahun 1999 tentang pemerintah daerah mendefenisikan pemerintahan adalah
penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah pusat pemerintah. Dari defenisi organisasi dan pemerintahan di atas, maka dapat disimpulkan;
yang dimaksud dengan organisasi pemerintah adalah sebagai pola komunikasi yang lengkap dan hubungan-hubungan lain dalam suatu penyelenggaraan urusan
pemerintahan oleh pemerintah.
Kemudian unsur-unsur organisasi menurut Nawawi 2005 adalah sebagai
berikut : 1.
Manusia yang terdiri dari dua orang atau lebih. 2.
Filsafat yang merupakan dasar organisasi dan norma-norma perilaku. 3.
Proses merupakan rangkaian kegiatan bersama atau kerja sama. 4.
Tujuan merupakan sesuatu yang hendak dicapai baik materialfinansial maupun non materialnon finansial.
Selanjutnya organisasi pemerintah berbeda dengan organisasi manapun di dunia, karena organisasi pemerintah memiliki tiga hal penting yang merupakan
wewenangnya yaitu sebagai berikut : 1.
Bila organisasi lain tidak diperkenankan membunuh orang lain bahkan dapat dituntut, maka organisasi pemerintah diperbolehkan biasanya disebut hukum
mati.
Universitas Sumatera Utara
2. Bila organisasi lain tidak diperkenankan mengurung orang walaupun dalam
waktu yang sangat singkat, maka organisasi pemerintah diperbolehkan biasanya disebut juga penjara atau lembaga pemasyarakatan.
3. Bila organisasi lain tidak diperkenankan memungut uang dengan paksa tanpa
alasan yang jelas karena pemberian jasa tertentu, maka organisasi pemerintah
diperbolehkan biasanya disebut dengan pajak. Syafiie, 2004
Ketentuan pokok kelembagaan pemerintah, adalah menyangkut mekanisme, bentuk, dan susunan kelembagaan daerah beserta perangkatnya. Ketentuan tersebut
terdapat dalam UU No.221999 dan PP No.842000, dan telah diperbaharui dengan PP No.41 Tahun 2007.
Kelembagaan pemerintahan daerah adalah organisasi yang ada di dalam daerah. Sedangkan perangkat daerah adalah organisasi atau lembaga pada
pemerintah daerah yang bertanggung jawab kepada kepala daerah dan membantu kepala daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan. Perangkat daerah terdiri atas
sekretariat daerah, dinas daerah, lembaga teknis daerah, kecamatan, dan kelurahandesa.
Pelaksanaan otonomi daerah yang luas dan utuh dilaksanakan oleh kabupaten dan kota. Sedangkan otonomi provinsi merupakan otonomi terbatas. Provinsi tidak
membawahi kabupaten dan kota, tetapi dalam praktek penyelenggaraan pemerintahan terdapat hubungan koordinasi, kerja sama, danatau kemitraan sesuai kedudukan
masing-masing. Warseno, 2002
Universitas Sumatera Utara
Menurut Prajudi manajemen merupakan pengendalian dan pemanfaatan dari
pada semua faktor serta sumber daya yang menurut suatu perencanaan, diperlukan untuk mencapai atau menyelesaikan suatu prapta atau tujuan kerja tertentu.
Manajemen baru merupakan suatu masalah yang besar setelah faktor dan sumber daya yang paling sukar untuk dikendalikan dan didayakan, masuk ke dalam
kancah karya, yaitu manusia. Oleh karena itu, manajemen menekankan pada pengendalian dan pendayagunaan manusia itu sendiri.
Manajemen pemerintahan di Indonesia, koordinasi menempati peranan penting karena begitu banyak ditemui tumpang tindih pekerjaan karena tidak adanya
koordinasi, kendati keseluruhannya itu dapat disinkronkan, diatur demi tujuan dan
kepentingan bersama. Syafiie, 2004
Organisasi pemerintahan secara menyeluruh dilihat dari segi administrasi pembangunan, harus mampu mendesain rencana dan program-programnya yang
diharapkan mendorong proses pembangunan. Sebagai contoh pembangunan ekonomi, ini berarti kemampuan untuk mendesain kebijakan dan rencana
pembangunan ekonomi. Hal inii memerlukan mekanisme hubungan tata kerja sedemikian rupa, sehingga hasil kebijaksanaan atau rencana pemerintah tersebut tetap
bersifat konsisten. Kemampuan badan-badan pemerintahan tingkat pusat terutama bersifat
operasional untuk menyebarkan kegiatan pemerintahan, guna melingkupi seluruh wilayah negara dalam usaha merealisir kebijaksanaan dan rencana tersebut. Sehingga
dengan demikian, struktur organisasi badan-badan pemerintah diabadikan bagi
Universitas Sumatera Utara
kepentingan perumusan kebijaksanaan, untuk usaha pembangunan yang
komprehensif dengan kemampuan merealisir dan mengevaluasi program-program
yang bersifat pembangunan. Tjokroamidjojo, 1978
Pembangunan daerah pasti akan melibatkan berbagai unsurpihakkomponen, baik sebagai objek maupun sebagai subjek. Tingkat keterlibatan berbagai komponen
tersebut akan terbagi ke dalam berbagai variasi fungsi dan peran. Variasi fungsi dan peran tersebut menyebabkan perbedaan kepentingan yang beragam pula. Karena
perbedaan itulah, diperlukan adanya koordinasi dalam proses pembangunan, sehingga diharapkan proses pembangunan dapat dilaksanakan secara sinergis dan harmonis
antar komponen-komponen yang berbeda tersebut. Riyadi dan Bratakusumah, 2003
Menurut Salam 2004 Manajemen Pemerintahan Daerah di Indonesia
dilandasi oleh Undang-Undang Dasar 1945 yang memberikan hak otonomi yang luas, nyata, dan bertanggung jawab. Hal ini diperkuat oleh Ketetapan MPR Nomor
XVMPRI1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah yang berisikan pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan,
serta perimbangan keuangan pusat dan daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Di samping itu, penyelenggaraan otonomi daerah juga
dilaksanakan dengan memperhatikan prinsip-prinsip demokrasi, peran-serta masyarakat, pemerataan dan keadilan, serta memperhatikan potensi dan
keanekaragaman daerah.
Universitas Sumatera Utara
Daerah provinsi, daerah kabupaten, dan daerah kota yang berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsanya
sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dibentuk dan disusun dalam rangka pelaksanaan asas desentralisasi. Daerah-daerah tersebut berdiri sendiri dan tidak
mempunyai hubungan hirarki satu sama lain. Daerah provinsi sebagai daerah otonom dan wilayah administrasi melaksanakan kewenangan pemerintah pusat yang
didelegasikan kepada Gubernur. Daerah provinsi bukanlah pemerintah atasan dari daerah kabupaten dan daerah kota.
Kedudukan provinsi sebagai daerah otonom sekaligus sebagai wilayah administrasi dengan pertimbangan sebagai berikut :
Kewenangan daerah mencakup kewengan dalam seluruh bidang pemerintahan, kecuali kewenangan dalam bidang politik luar negeri, pertahanan
keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama, serta kewenangan bidang lain. Kewenangan bidang lain tersebut meliputi kebijakan tentang perencanaan nasional
dan pengendalian pembangunan nasional secara makro, dana perimbangan keuangan, system administrasi negara dan lembaga perekonomian negara, pembinaan dan
pemberdayaan sumber daya manusia, pendayagunaan sumber daya alam, serta teknologi tinggi yang strategi, konservasi, dan standardisasi nasional.
Kewenangan provinsi sebagai daerah otonom mencakup, kewenangan dalam bidang pemerintahan yang bersifat lintas kabupaten dan kota, serta kewenangan
dalam bidang pemerintahan tertentu lainnya, termasuk kewenangan yang tidak atau belum dapat dilaksanakan daerah kabupaten dan daerah kota. Kewenangan provinsi
Universitas Sumatera Utara
sebagai wilayah administrasi mencakup kewenangan dalam bidang pemerintahan yang dilimpahkan kepada Gubernur selaku wakil pemerintah pusat.
Dalam mengelola manajemen sumber daya nasional yang tersedia di wilayahnya, daerah bertanggung jawab memelihara kelestarian lingkungan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan. Kewenangan daerah di wilayah laut meliputi :
a. Eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan kekayaan laut sebatas
wilayah laut tersebut. b.
Pengaturan kepentingan administratif. c.
Pengaturan tata ruang. d.
Penegakan hukum terhadap peraturan yang dikeluarkan oleh daerah atau yang dilimpahkan kewenangannya oleh pemerintah.
e. Bantuan penegakan keamanan dan kedaulatan negara.
Kewenangan daerah kabupaten dan daerah kota mencakup semua kewenangan pemerintahan selain kewenangan yang dikecualikan sebagaimana pada
daerah provinsi. Bidang pemerintahan yang wajib dilaksanakan oleh daerah kabupaten dan daerah kota meliputi pekerjaan umum, kesehatan, pendidikan dan
kebudayaan, pertanian, perhubungan, industry dan perdagangan, penanaman modal, lingkungan hidup, pertanahan, koperasi, dan tenaga kerja.
Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, maka kedudukan eksekutif dan legislatif dipisahkan secara
tegas, meskipun dalam melaksanakan tugasnya mereka selalu saling berhubungan.
Universitas Sumatera Utara
Bab I Pasal 1 Undang-Undang tersebut mengatakan bahwa pemerintah daerah adalah Kepala Daerah beserta perangkat daerah otonom yang lain sebagai Badan Eksekutif
Daerah. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Badan Legislatif Daerah. Setiap daerah dipimpin oleh seorang Kepala Daerah sebagai Kepala
Eksekutif yang dibantu oleh seorang Wakil Kepala Daerah. Kepala Daerah Provinsi disebut Gubernur yang karena jabatannya adalah juga sebagai Wakil Pemerintah
pusat. Sebagai Kepala Daerah, Gubernur bertanggung jawab kepada DPRD Provinsi. Sebagai Wakil Pemerintah pusat Gubernur berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Presiden. Kepala Daerah Kabupaten disebut Bupati. Kepala Daerah Kota disebut
Walikota. BupatiWalikota bertanggung jawab kepada DPRD KabupatenKota. Kepala Daerah mempunyai masa jabatan lima tahun dan dapat dipilih kembali masa
jabatan. Kepala Daerah dilantik oleh Presiden atau pejabat lain yang ditunjuk atau nama Presiden. Penyelenggaraan Pemerintahan di daerah dipimpin oleh Kepala
Daerah berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama DPRD. Laporan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah wajib disampaikan oleh Kepala Daerah kepada
Presiden melalui Menteri Dalam Negeri dengan tembusan kepada Gubernur bagi Kepala Daerah KabupatenKota, atau jika dipandang perlu oleh Kepala Daerah atau
apabila diminta oleh Presiden. Penyampaian
pertanggungjawaban Kepala
Daerah kepada
DPRD dilaksanakan pada setiap akhir tahun anggaran. Apabila pertangungjawaban tersebut
ditolak oleh DPRD, maka Kepala Daerah harus melengkapi danatau
Universitas Sumatera Utara
menyempurnakannya dalam jangka waktu paling lama tiga puluh hari. Setelah itu baru diajukan kembali. Bila pertanggungjawaban tersebut ditolak kembali maka
DPRD dapat mengusulkan pemberhentiannya kembali. Wakil Kepala Daerah mempunyai tugas membantu Kepala Daerah dalam
melaksanakan kewajibannya, mengkoordinasikan kegiatan instansi pemerintahan di daerah, dan melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah.
Wakil Kepala Daerah bertanggung jawab kepada Kepala Daerah dan ia melaksanakan tugas dan wewenang Kepala Daerah apabila Kepala Daerah berhalangan.
Perangkat daerah terdiri atas Sekretariat Daerah, Dinas Daerah, dan lembaga teknis daerah lainnya, sesuai dengan kebutuhan daerah. Sekretariat Daerah dipimpin
oleh Sekretaris Daerah. Sekretaris Daerah Provinsi karena jabatannya adalah Sekretaris Wilayah Daerah. Sekretaris Daerah bertanggung jawab kepada Kepala
Daerah. Kewajibannya adalah membantu Kepala Daerah menyusun kebijakan serta membina hubungan kerja dengan dinas, lembaga teknis, dan unit pelaksana lainnya.
Dinas daerah adalah unsur pelaksana pemerintah daerah. Pimpinannya adalah seorang Kepala Dinas yang diangkat oleh Kepala Daerah dari Pegawai Negeri
Sipil yang memenuhi syarat atas usul Sekretaris Daerah. Kepala Dinas bertanggung jawab kepada Kepala Daera melalui Sekretaris Daerah.
Kepala Daerah menetapkan Peraturan Daerah atas persetujuan DPRD dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan pelaksanaan lebih lanjut dari peraturan
perundangan yang lebih tinggi. Untuk melaksanakan Peraturan Daerah dan atas kuasa peraturan perundang-undangan lain yang berlaku, maka Kepala Daerah
Universitas Sumatera Utara
menetapkan Keputusan Kepala Daerah. Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala Daerah yang bersifat mengatur diundangkan dengan menempatkannya dalam
Lembaran Daerah.
2.2.5 Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Pemberdayaan empowerment merupakan alat penting dan strategis untuk memperbaiki, memperbaharui dan meningkatkan kinerja organisasi, baik organisasi
yang bergerak dalam kegiatan pemerintahan maupun organisasi yang bergerak dalam kegiatan dunia usahaswasta. Mengapa penting dan strategis, karena pemberdayaan
dalam suatu organisasi adalah memberikan “daya yang lebih” daripada daya sebelumnya terhadap berbagai hal seperti : unsur-unsur dalam organisasi
manajemen, aspek – aspek komponen - komponen organisasi manajemen, kompetensi, wewenang dan tanggung jawab dalam organisasimanajemen tersebut.
Pemberdayaan dimaksudkan dalam hal ini adalah memberikan “daya” energy atau power
yang lebih dari pada sebelumnya, artinya dapat ditunjukkan dalam hal: tenaga, daya, kemampuan, kekuatan, keberadaan, peranan, wewenang dan tanggung
jawab. Pemberdayaan sebagai suatu kata mempunyai pengertian yang umum yaitu
pengertian etimologis. Apa arti empowering? Asal katanya dari “power” yang
artinya “control, authority, dominion”. Awalan “emp” artinya “on put on to” atau “to cover with” jelasnya “more power’. Jadi empowering artinya is passing on
authority and responsibility ”, yaitu lebih berdaya dari sebelumnya dalam arti
wewenang dan tanggung jawabnya termasuk kemampuan individual yang
Universitas Sumatera Utara
dimilikinya. Ini ada hubungannya dengan profesionalisme yang pada awalnya selalu di miliki oleh individual. Oleh karena itu empowerment terjadi manakala : ”when
power goes to employees who then experience a sense of ownership and control
over”. Rob Brown, 1994:16 yang maknanya ada peningkatam tanggung jawab
karyawan. Untuk
memberikan pemahaman
yang lebih
mendalam tentang
pemberdayaan, secara teoritis berikut dikemukakan beberapa definisi pemberdayaan dari para pakar sebagai berikut :
1. Alatteknik manajemen untuk memperbaiki kinerja organisasi melalui penyebaran
pembuatan keputusan dan tanggung jawab, sehingga akan mendorong keterlibatan sekaligus rasa memiliki dari seluruh anggota organisasi, serta membawa rasa
kedekatan antara organisasi dengan masyarakat atau pelanggannya. 2.
Upaya untuk membangun potensi sumber daya organisasi dengan cara mendorong, memberikan motivasi, dan membangkitkan kesadaran akan potensi
yang dimilikinya, serta berupaya untuk mengembangkannya. 3.
Upaya menjadikan suasana kemanusiaan yang adil dan beradab menjadi semakin efektif secara struktural, baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat, negara,
regional, internasional maupun dalam bidang politik, ekonomi dan lain-lain. Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Empowerment Of Human Resources
dengan menekankan kata kunci yang terdiri dari Pemberdayaan dan Sumber Daya Manusia. Secara umum pemberdayaan diartikan adalah “lebih berdaya dari
sebelumnya baik dalam hal wewenang, tanggung jawab maupun kemampuan
Universitas Sumatera Utara
individual yang dimilikinya”, sedangkan Sumber Daya Manusia Human Resources dapat diartikan adalah “Daya yang bersumber dari manusia”. Daya yang bersumber
dari manusia ini dapat pula disebut tenaga atau kekuatan energi atau power yang melekat pada manusia itu sendiri dalam arti memiliki kemampuan competency
yaitu: pengetahuan knowledge, keterampilan skill dan sikap attitude, di satu sisi sumber daya manusia merupakan tujuan dari proses pengembangan organisasi agar
menjadi sumber daya yang berkualitas. Dengan kata lain, sumber daya manusia menjadi objek yang harus dibangun atau diproses lebih dahulu. Namun di sisi lain,
sumber daya manusia yang berkualitas merupakan subjek atau aset utama dalam proses pengembangan organisasi yang berperan memanejemeni dan memberdayakan
sumber daya lain untuk mencapai tujuan dari masing-masing individu sumber daya manusia itu sendiri.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka tujuan pemberdayaan SDM adalah terwujudnya SDM yang mempunyai memiliki kemampuan competency yang
kondusif, adanya wewenang authority yang jelas dan dipercayai serta adanya tanggung jawab responsibility, yang akuntabel dalam rangka pelaksanaan misi
organisasi.
2.2.6 Aspek-aspekkomponen Pemberdayaan SDM
Dalam organisasi, peranan SDM sangat strategis dan menentukan, sehubungan dengan itu, maka aspek-aspek atau komponen-kompenen yang perlu
mendapatkan perhatian dalam rangka pemberdayaan SDM adalah :
Universitas Sumatera Utara
a. Kemampuan compentency pegawai meliputi: pengetahuan knowledge,
keterampilan skill dan sikap atau perilaku attitude b.
Penempatan pegawai yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan jabatan dalam suatu organisasi, artinya pegawai yang ditempatkan dalam suatu jabatan
senantiasa dikaitkan dengan kemampuan yang dimiliki oleh pegawai yang bersangkutan the right men in the right place.
c. Kewenangan yang jelas, artinya seseorang pegawai yang ditempatkan atau yang
diserahi tugas harus jelas wewenangnya. Karena seorang yang tidak jelas kewenangannya akan menimbulkan keragu-raguan dalam setiap melakukan
kegiatan. Apabila demikian halnya, maka pegawai SDM tersebut kurang berdaya atau tidak efektif didalam melaksanakan tugas-tugasnya.
d. Tanggung jawab pegawai yang jelas, artinya seseorang pegawai melakukan
tugas atau wewenangnya, senantiasa diikuti dengan tanggung jawab. Karena dengan demikian sipegawai tersebut senantiasa situntut bertindak menampilkan
yang terbaik dalam arti secara efektif dan efesien. e.
Kepercayaan terhadap pegawai yang bersangkutan, artinya bahwa seorang pegawai yang ditugasi atau diserahkan wewenang dengan pertimbangan yang
matang dari berbagai aspek-aspek yang pada hakekatnya dapat disimpulkan bahwa yang bersangkutan adalah dipercayai atau diberi kepercayaan sepenuhnya
untuk mengemban tugas, wewenang yang dimaksud. f.
Dukungan terhadap pegawai yang bersangkutan, artinya pegawai tersebut diyakini dan dipercayai untuk mengemban misi organisasi. Dalam hal
Universitas Sumatera Utara
memerlukan dukungan dari pihak lain senantiasa dapat memberikan dukungan untuk keberhasilan misi dan peningkatan kinerja organisasi. Dukungan
dimaksud baik dari pihak pimpinan maupun pihak-pihak lainnya. g.
Kepemimpinan leadership adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang agar mereka mau bekerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dengan
kepemimpinan sebagaimana dimaksud dan digambarkan : •
Kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok •
Kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau orang lain untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok.
h. Motivasi, merupakan semua kekuatan yang ada dalam diri seseorang yang
memberi daya, memberi arah dan memelihara tingkah laku. Dalam kehidupan sehari-hari, motivasi diartikan sebagai keseluruhan proses pemberian dorongan
atau rangsangan kepada para karyawan pegawai sehingga mereka bersedia bekerja dengan rela tanpa dipaksa. Dengan demikian bahwa pemberian motivasi
merupakan hal yang sangat penting terhadap sumber daya manusia, agar mereka tetap dan mau melaksanakan pekerjaan misi organisasi sesuai dengan
kemampuan yang mereka miliki dengan ikhlas dan sepenuh hati.
2.3 Kinerja Aparatur Pemerintah
2.3.1 Pengertian Setiap pengukuran kinerja organisasi mempunyai sasaran tertentu, sebagai
suatu pernyataan secara spesifik yang menjelaskan hasil yang harus dicapai. Kinerja
Universitas Sumatera Utara
sebagai sasaran organisasi, oleh Wibowo 2007:49 dikatakan bahwa suatu kinerja
mencakup unsur-unsur: 1.
The performers, yaitu orang yang menjalankan kinerja. 2.
The action atau performance, tentang tindakan atau kinerja yang dilakukan oleh performer.
3. A time element, menunjukkan waktu kapan pekerjaan dilakukan.
4. An evaluation method, tentang cara penilaian bagaimana hasil pekerjaan dapat
dicapai. 5.
The place, menunjukkan tempat dimana pekerjaan dilakukan.
Kirkpatrick 2006 dalam Wibowo, 2007:61-64 mengatakan bahwa
terdapat delapan karakteristik yang membuat suatu standar kinerja efektif dalam organisasi yaitu:
1. Standar didasarkan pada pekerjaan
2. Standar dapat dicapai
3. Standar dapat dipahami
4. Standar disepakati
5. Standar itu spesifik dan sedapat mungkin terukur
6. Standar berorientasi pada waktu
7. Standar harus tertulis
8. Standar dapat berubah
Universitas Sumatera Utara
2.3.2 Pengukuran Kinerja .
Whittaker 2000 menyebutkan bahwa pengukuran kinerja merupakan suatu
alat manajemen yang digunakan untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas. Pengukuran kinerja juga digunakan untuk menilai pencapaian
tujuan dan sasaran goals and objectives. Sedangkan elemen kunci dari sistem
pengukuran kinerja terdiri dari :
1. Perencanaan dan penetapan tujuan
2. Pengembangan ukuran yang relevan
3. Pelaporan formal atas hasil
4. Penggunaan informasi
Sistem pengukuran kinerja akan membantu pimpinan dalam memantau implementasi strategi bisnis dengan cara membandingkan antara hasil aktual dengan
sasaran dan tujuan strategis. Pengukuran kinerja merupakan suatu metode untuk menilai kemajuan yang telah dicapai dibandingkan dengan tujuan yang telah
ditetapkan.
2.3.3 Kepuasan Kerja
Wexley dan Yukl 1977 : mengartikan kepuasan kerja sebagai “the way an
employee feels about his or her job ”. Artinya bahwa kepuasan kerja adalah cara
pegawai merasakan dirinya atau pekerjaannya. Dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja adalah perasaan yang menyokong atau tidak menyokong dalam diri pegawai
yang berhubungan dengan pekerjaan maupun kondisi dirinya. Perasaan yang berhubungan dengan pekerjaan melibatkan aspek-aspek seperti upaya, kesempatan
Universitas Sumatera Utara
pengembangan karir, hubungan dengan pegawai lain, penempatan kerja, dan struktur organisasi. Sementara itu, perasaan yang berhubungan dengan dirinya antara lain
berupa umur, kondisi kesehatan, kemampuan dan pendidikan.
Handoko 2001 : Keadaan emosional yang menyenangkan dengan mana
para karyawan memandang pekerjaan mereka. Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya. Ini dampak dalam sikap positif karyawan
terhadap pekerjaan dan segala sesuatu yang dihadapi di lingkungan kerjanya.
Robins 2001 : Kepuasan itu terjadi apabila kebutuhan-kebutuhan individu
sudah terpenuhi dan terkait dengan derajat kesukaan dan ketidaksukaan dikaitkan dengan pegawai; merupakan sikap umum yang dimiliki oleh pegawai yang erat
kaitannya dengan imbalan-imbalan yang mereka yakini akan mereka terima setelah melakukan sebuah pengorbanan. Apabila dilihat dari pendapat Robins tersebut
terkandung dua dimensi, pertama, kepuasan yang dirasakan individu yang titik beratnya individu anggota masyarakat, dimensi lain adalah kepuasan yang merupakan
sikap umum yang dimiliki oleh pegawai.
Schermerhorn 1996, mengidentifikasikan lima aspek yang terdapat
dalam kepuasan kerja, yaitu :
1. Pekerjaan itu sendiri Work It Self. Setiap pekerjaan memerlukan suatu
keterampilan tertentu. Sukar tidaknya suatu pekerjaan serta perasaan seseorang bahwa keahliannya dibutuhkan dalam melakukan pekerjaan tersebut, akan
meningkatkan atau mengurangi kepuasan kerja.
Universitas Sumatera Utara
2. Penyelia Supervision. Penyelia yang baik berarti mau menghargai pekerjaan
bawahannya. Bagi bawahan, penyelia sering dianggap sebagai figur ayahibu dan sekaligus atasannya.
3. Teman sekerja Workers. Merupakan faktor yang berhubungan dengan sebagai
pegawai dengan atasannya dan dengan pegawai lain, baik yang sama maupun yang berbeda jenis pekerjaannya.
4. Promosi Promotion. Merupakan faktor yang berhubungan dengan ada
tidaknya kesempatan untuk memperoleh peningkatan karir selama bekerja. 5.
GajiUpah Pay. Merupakan faktor pemenuhan kebutuhan hidup pegawai yang dianggap layak atau tidak.
Aspek-aspek lain yang terdapat dalam kepuasan kerja disebutkan
oleh
Robins 2001 :
1. Kerja yang secara mental menantang. Karyawan cenderung menyukai
pekerjaan-pekerjaan yang memberi mereka kesempatan untuk menggunakan keterampilan dan kemampuan mereka dan menawarkan tugas, kebebasan dan
umpan balik mengenai betapa baik mereka mengerjakan. Karakteristik ini membuat kerja secara mental menantang. Pekerjaan yang terlalu kurang
menantang menciptakan kebosanan, tetapi terlalu banyak menantang menciptakan frustasi dan perasaan gagal. Pada kondisi tantangan yang sedang,
kebanyakan karyawan akan mengalamai kesenangan dan kepuasan. 2.
Ganjaran yang pantas. Para karyawan menginginkan sistem upah dan kebijakan promosi yang mereka persepsikan sebagai adil, tidak kembar arti, dan segaris
Universitas Sumatera Utara
dengan pengharapan mereka. Bila upah dilihat sebagai adil yang didasarkan pada tuntutan pekerjaan, tingkat keterampilan individu, dan standar pengupahan
komunitas, kemungkinan besar akan dihasilkan kepuasan. Tentu saja, tidak semua orang mengejar uang. Banyak orang bersedia menerima baik uang yang
lebih kecil untuk bekerja dalam lokasi yang lebih diinginkan atau dalam pekerjaan yang kurang menuntut atau mempunyai keleluasaan yang lebih besar
dalam kerja yang mereka lakukan dan jam-jam kerja. Tetapi kunci yang manakutkan upah dengan kepuasan bukanlah jumlah mutlak yang dibayarkan;
yang lebih penting adalah persepsi keadilan. Serupa pula karyawan berusaha mendapatkan kebijakan dan praktik promosi yang lebih banyak, dan status sosial
yang ditingkatkan. Oleh karena itu individu-individu yang mempersepsikan bahwa keputusan promosi dibuat dalam cara yang adil fair and just
kemungkinan besar akan mengalami kepuasan dari pekerjaan mereka. 3.
Kondisi kerja yang mendukung. Karyawan peduli akan lingkungan kerja baik untuk kenyamanan pribadi maupun untuk memudahkan mengerjakan tugas.
Studi-studi memperagakan bahwa karyawan lebih menyukai keadaan sekitar fisik yang tidak berbahaya atau merepotkan. Temperatur suhu, cahaya,
kebisingan, dan faktor lingkungan lain seharusnya tidak esktrem terlalu banyak atau sedikit.
4. Rekan kerja yang mendukung. Orang-orang mendapatkan lebih daripada sekedar
uang atau prestasi yang berwujud dari dalam kerja. Bagi kebanyakan karyawan, kerja juga mengisi kebutuhan akan interaksi sosial. Oleh karena itu tidaklah
Universitas Sumatera Utara
mengejutkan bila mempunyai rekan sekerja yang ramah dan mendukung menghantar ke kepuasan kerja yang meningkat. Perilaku atasan seorang juga
merupakan determinan utama dari kepuasan. Umumnya studi mendapatkan bahwa kepuasan karyawan ditingkatkan bila penyelia langsung bersifat ramah
dan dapat memahami, menawarkan pujian untuk kinerja yang baik, mendengarkan pendapat karyawan, dan menunjukkan suatu minat pribadi pada
mereka. 5.
Kesesuaian kepribadian dengan pekerjaan. Pada hakikatnya orang yang tipe kepribadiannya kongruen sama dan sebangun dengan pekerjaan yang mereka
pilih seharusnya mendapatkan bahwa mereka mempunyai bakat dan kemampuan yang tepat untuk memenuhi tuntutan dari pekerjaan mereka. Dengan demikian
akan lebih besar kemungkinan untuk berhasil pada pekerjaan tersebut, dan karena sukses ini, mempunyai kebolehan yang lebih besar untuk mencapai
kepuasan yang tinggi dari dalam kerja mereka.
2.4 Good Governance Kepemerintahan Yang Baik
Suatu konsep tentang penyelenggaraan pemerintahan yang bersih, demokratis dan efektif dari suatu gagasan dan nilai untuk mengatur pola hubungan antara
pemerintah, dunia usaha dan masyarakat, dapat juga disebut dengan : Kepemerintahan “Tata kelola pemerintahan”.
2.4.1 PrinsipAzas Good Governance Kepemerintahan Yang Baik
Istilah “governance” tidak hanya berarti kepemerintahan sebagai suatu kegiatan, tetapi juga mengandung arti pengurusan, pengelolaan, pengarahan,
Universitas Sumatera Utara
pembinaan, penyelenggaraan dan bisa juga diartikan pemerintahan. Oleh karena itu tidak mengherankan apabila terdapat istilah public governance, private governance,
corporate governance dan banking governance. Governance sebagai terjemahan
dari pemerintahan kemudian berkembang dan menjadi populer dengan istilah
kepemerintahan , sedangkan praktek terbaiknya disebut kepemerintahan yang baik
good governance.
Menurut teori para pakar, lembaga pemerintah dan peraturan perundang- undangan, berdasarkan urutan waktu prinsipazas good governance kepemerintahan
yang baik dapat dikemukakan sebagai berikut;
I. Prinsip Good Governance Menurut Bhatta, Gambir, Tahun 1996
1. Accountability Akuntabilitas
2. Transparency Transparansi
3. Openness Keterbukaan
4. Rule of Law Kepastian Hukum
5. Management of Competency Manajemen Kompetensi
6. Human Right Hak Asasi manusia
II. Prinsip Good Governance Menurut UNDP United Nation Development
Programme, Tahun 1997
1. Participation Partisipasi
2. Rule of Law Kepastian Hukum
3. Transparency Transparansi
4. Responsiveness Tanggung Jawab
5. Consensus Orientation Berorientasi Pada Kesepakatan
6. Equity Keadilan
7. Effectiveness and Effficiency Efektivitas dan Efisiensi
8. Accountability Akuntabilitas
9.
Strategic Vision Visi Strategik
Universitas Sumatera Utara
III. Prinsip Good Governance Menurut Mustopadidjaja, Tahun 1997
1. Demokrasi dan pemberdayaan
2. Pelayanan
3. Transparansi dan Akuntabilitas
4. Partisipasi
5. Kemitraan
6. Desentralisasi
7.
Konssistensi Kebijakan dan Kepastian Hukum
IV.
Azas Good Governance Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi,
Kolusi, dan Nepotisme
No. Azas
Penjelasan
1. Kepastian Hukum
- Mengutamakan landasan peraturan
perundang-undangan, kepatutan,
dan keadilan
dalam setiap
kebijakan Penyelenggaraan
Negara. 2.
Tertib Penyelenggaraan Negara
- Mengutamakan
keteraturan, keserasian,
dan keseimbangan
dalam pengendalian
dan penyelenggaraan negara.
3. Kepentingan Hukum
- Mendahulukan
kesejahteraan umum dengan cara yang aspiratif,
akomodatif, dan selektif. 4.
Keterbukaan -
Membuka diri terhadap hak masyarakat
untuk memperoleh
informasi yang benar, jujur, dan tidak
diskriminatif tentang
penyelenggaraan negara dengan tetap memperhatikan perlindungan
atas hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara.
5. Proporsionalitas
- Mengutamakan
keseimbangan antara
hak dan
kewajiban penyelenggaraan negara.
6. Profesionalitas
- Mengutamakan keahlian yang
berlandaskan kode
etik dan
ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku.
Universitas Sumatera Utara
7. Akuntabilitas
- Setiap kegiatan dan hasil akhir dari
kegiatan penyelenggaraan negara harus
dapat dipertanggungjawabkan
kepada masyarakat atau rakyat sebagai
pemegang kedaulatan
tertinggi negara sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
V.
Prinsip Good Governance Menurut Bintoro, Tahun 2000
1. Akuntabilitas
2. Transparansi
3. Keterbukaan
4. Kepastian Hukum
5.
Jaminan
VI.
Prinsip Good Governance Menurut Peraturan Pemerintah No. 101 Tahun 2000 Tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil
1. Profesionalitas
2. Akuntabilitas
3. Transparansi
4. Pelayanan Prima
5. Demokrasi
6. Efisiensi
7. Efektivitas
8. Supermasi Hukum
9. Diterima Seluruh Masyarakat
VII.
Prinsip Good Governance Menurut Musyawarah Konferensi Nasional Kepemerintahan Daerah yang Baik, Disepakati Anggota: Asosiasi
Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia APKASI, Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia APEKSI, Asosiasi DPRD Kabupaten Seluruh
Indonesia ADKASI, dan Asosiasi DPRD Kota Seluruh Indonesia ADEKSI, Tahun 2001
Universitas Sumatera Utara
No Prinsip
Indikator Minimal
1. Prinsip Partisipasi
- Meningkatanya
kepercayaan massyarakat kepada pemerintah,
- Meningkatnya jumlah masyarakat
yang berpartisipasi
dalam pembangunan daerah,
- Meningkatnya kuantitas masukan
kritik dan
saran untuk
pembangunan daerah, dan -
Terjadinya perubahan
sikap masyarakat menjadi lebih peduli
terhadap seriap
langkah pembangunan.
2. Prinsip
Penegakan Hukum
- Berkurangnya praktek KKN dan
pelanggaran hukum, -
Meningkatnya kecepatan dan kepastian
proses penegakan
hukum, -
Berlakunya nilainorrma
di masyarakat living law, dan
- Adanya kepercayaan pada aparat
penegak hukum sebagai pembela kebenaran.
3. Prinsip Transparansi
- Bertambahnya
wawasan dan
pengetahuan masyarakat terhadap penyelenggaraan
pemerintahan daerah,
- Meningkatnya
kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahan,
- Meningkatnya jumlah masyarakat
yang berpartisipasi
dalam pembangunan daerah, dan
- Berkurangnya
pelanggaran terhadap
peraturan perundang-
undangan. 4.
Prinsip Kesetaraan -
Berkurangnya kasus diskriminasi, -
Meningkatnya kesetaraan gender, -
Meningkatnya pengisian jabatan sesuai
ketentuan mengenai
kesetaraan gender. 5.
Prinsip Daya Tanggap -
Meningkatnya kepercayaan
Universitas Sumatera Utara
masyarakat terhadap pemerintah, -
Tumbuhnya kesadaran masyarakat, -
Meningkatnya jumlah masyarakat yang
berpartisipasi dalam
pembangunan daerah
dan berkurangnya
jumlah pengangguran.
6. Prinsip
Wawasan ke
Depan -
Adanya visi dan strategi yang jelas dan mapan dengan kekuatan hukum
yang sesuai, -
Adanya dukungan dari pelaku dan pelaksanaan visi dan strategi, dan
- Adanya kesesuaian dan konsistensi
antara perencanaan dan anggaran. 7.
Prinsip Akuntabilitas -
Meningkatnya kepercayaan
masyarakat kepada
pemerintah daerah,
- Tumbuhnya kesadaran masyarakat,
- Meningkatnya
keterwakilan berdasarkan
pilihan dan
kepentingan masyarakat, dan -
Berkurangnya kasus-kasus KKN 8.
Prinsip Pengawasan -
Meningkatnya masukan
dari masyarakat terhadap penyimpangan
kebocoran, pemborosan,
penyalahgunaan wewenang dan lain-lain melalui media massa, dan
- Berkurangnya
penyimpangan- penyimpangan
9. Prinsip
Efisiensi dan
Efektivitas -
Meningkatnya kesejahteraan dan nilai
tambah dari
pelayanan masyarakat,
- Berkurangnya
penyimpangan pembelanjaan,
- Berkurangnya biaya operasional
pelayanan, -
Prospek memperoleh standar ISO pelayanan,
- Dilakukannya
swastanisasi pelayanan masyarakat
10. Prinsip Profesionalisme -
Meningkatnya kesejahteraan dan nilai
tambah dari
pelayanan
Universitas Sumatera Utara
masyarakat, -
Berkurangnya pengaduan
masyarakat, -
Berkurangnya KKN, -
Prospek mendapatkan
ISO pelayanan, dan
- Dilaksanakannya “fit and proper”
test terhadap PNS. VIII.
Prinsip Good Governance Menurut Undang-Undang No.30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
1. Kepastian Hukum
2. Keterbukaan
3. Akuntabilitas
4. Kepentingan Hukum
5.
Proporsionalitas IX.
Prinsip Good Governance Menurut LAN Lembaga Administrasi Negara, Tahun 2003
1. Akuntabilitas
2. Transparansi
3. Kesetaraan
4. Supermasi Hukum
5. Keadilan
6. Partisipasi
7. Desentralisasi
8. Kebersamaan
9. Profesionalitas
10. Cepat Tanggap
11. Efektif dan Efisien
12.
Berdaya Saing
Universitas Sumatera Utara
X. Azas Good Governance Menurut Undang-Undang No.32 Tahun 2004
Tentang Pemerintahan Daerah Pasal 20 Tentang Azas Penyelenggaraan Pemerintah
1. Kepastian Hukum
2. Tertib Penyelenggaraan Negara
3.
Kepentingan Umum
4. Keterbukaan
5. Proporsionalitas
6. Profesionalitas
7. Akuntabilitas
8. Efisiensi
9.
Efektivitas XI.
Prinsip Good Governance Menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 7 Tahun 2005 Tentang Perencanaan Pembangunan Jangka
Menengah Nasional Tahun 2004-2009, Bab 14 Tentang Penciptaan Pemerintahan yang Bersih dan Berwibawa
1. Berkurangnya secara nyata praktek korupsi di birokrasi, dan dimulai dari
tataran jajaran pejabat yang paling atas;
2. Terciptanya sistem kelembagaan dan ketatalaksanaan pemerintah yang
bersih, efisien, efektif, transparan, profesional dan akuntabel;
3. Terhapusnya aturan, peraturan dan praktek bersifat diskriminatif terhadap
warga negara, kelompok, atau golongan masyarakat;
4.
Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pengambilan kebijakan publik;
5. Terjaminnya konsistensi seluruh peraturan pusat dan daerah, dan tidak
bertentangan dengan peraturan dan perundangan di atasnya.
Berdasarkan pengertian tersebut di atas, pada tahun 2002 pemerintah Provinsi Sumatera Utara telah menginstruksikan kepada seluruh pimpinan unit kerja dan PNS
di jajaran Pemerintah Provinsi Sumatera Utara untuk mempedomani sepuluh prinsip good governance.
Ke sepuluh prinsip-prinsip good governanace yang menjadi acuan aparatur dan pada umumnya di pajang di kantor-kantor instansi pemerintah provinsi
Sumatera Utara itu adalah :
Universitas Sumatera Utara
1. AKUNTABILITAS
Meningkatkan akuntabilitas para pengambil keputusan dalam segala bidang yang menyangkut kepentingan masyarakat.
2. PENGAWASAN
Meningkatkan upaya pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dengan mengusahakan keterlibatan swassta dan masyarakat luas.
3. DAYA TANGGAP
Meningkatkan kepekaan para penyelenggara pemerintahan terhadap aspirasi masyarakat tanpa kecuali.
4. PROFESIONALISME
Meningkatkan kemampuann dan moral peyelenggara pemerintahan agar mampu memberi pelayanan yang mudah, cepat, tepat dengan biaya terjangkau.
5. EFISIENSI EFEKTIVITAS
Menjamin terselenggaranya pelayanan kepada masyarakat dengan menggunakan sumber daya yang tersedia secara optimal bertanggung jawab.
6. TRANSPARANSI
Menciptakan kepercayaan timbal balik antara pemerintah dan masyarakat melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan didalam memperoleh
informasi.
7. KESETARAAN
Memberi peluang yang sama bagi setiap anggota masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraannya.
8. WAWASAN KE DEPAN
Membangun daerah berdasarkan Visi strategi yang jelas mengikit sertakan warga dalam seluruh proses pembangunan, sehingga warga merasa memiliki dan
ikut bertanggungjawab terhadap kemajuan daerahnya.
9. PARTISIPASI