Jawaban  responden  terhadap  pelaksanaan  daerah  untuk  menilai  tingkat
pengangguran  yang  mendapat  persentase  paling  tinggi  adalah  jawaban tidak  setuju sebanyak 59 atau 46 orang
.  Dari pernyataan di atas responden menyatakan tidak setuju,  artinya  daerah  belum  melakukan  penilaian  terhadap  tingkat  pengangguran.
Karena  berdasarkan  fakta  yang  kita  lihat  tingkat  pengangguran  masih  tinggi,  tapi belum  ada  solusi  yang  jelas  untuk  mengatasinya.  Atas  jawaban  responden  dapat
dilihat pada table berikut:
Tabel 35. Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Produk Domestik Daerah N=78
Kategori jawaban Sangat
Tidak Setuju
1 Tidak
Setuju 2
Ragu- Ragu
3 Setuju
4 Sangat
Setuju 5
No.  Sub Variabel
F F
F F
F
1. Tingkat PDB
1  1,28  15  19,23  16  20,51  22  28,20  24  30,77 2.
Tingkat pengangguran
1  1,28  46  76,92 4
6,12  27  34,61
2. Pendidikan
Jawaban  responden  terhadap  tingkat  pengangguran  di  wilayah  Sumatera
Utara, persentase paling tinggi adalah jawaban setuju sebanyak 49 atau 38 orang.
Dari pernyataan di atas responden menyatakan masih banyak tingkat pengangguran di wilayah  Sumatera  Utara.      Peran  pemerintah  sangat  dibutuhkan  untuk  mengatasi
pengangguran  di  Sumatera  Utara.    Pemerintah  harus  mampu  mengubah  paradigma
Universitas Sumatera Utara
masyarakat,  lulus  Universitas  bukan  hanya  sebagai  pencari  kerja,  tapi  harus  dididik
sebagai penyedia lapangan kerja atau berwiraswasta.
Jawaban  responden  terhadap  tingkat  pelayanan  pendidikan  di  Sumatera
Utara,  dan  persentase  paling  tinggi  adalah  jawaban  setuju  sebanyak  49  atau  38 orang
.  Dari pernyataan di atas responden menyatakan pelayanan di Sumatera Utara baik.    Pemerintah    setempat  harus  lebih  terbuka  lagi  memberikan  kesempatan
peningkatan  pendidikan  untuk  masyarakat  yang  kurang  mampu  agar  pelayanan  di suatu daerah meningkat.
Jawaban  responden  terhadap  Partisipasi  masyarakat  dalam  dunia
pendidikan, persentase paling tinggi adalah jawaban setuju sebanyak 49 atau 38 orang
.  Dari pernyataan di atas responden menyatakan masyarakat ikut berpartisipasi dalam  peningkatan  pendidikan.    Adanya  partisipasi  masyarakat  menunjukkan
kemajuan di bidang pendidikan, dengan tingginya pendidikan di suatu daerah, tinggi pula  tingkat  produktivitas  di  daerah  tersebut.  Atas  jawaban  responden  dapat  dilihat
pada table berikut:
Tabel 36. Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Pendidikan N=78
Kategori jawaban Sangat
Tidak Setuju
1 Tidak
Setuju 2
Ragu- Ragu
3 Setuju
4 Sangat
Setuju 5
No. Sub Variabel
F F
F F
F
1. Tingkat
pengangguran di 1  1,28  11  14,10  18  23,08  38  48,72  10  12,82
2. Tingkat
pelayanan 1  1,28  11  14,10  18  23,08  38  48,72  10  12,82
3. Partisipasi
masyarakat
Universitas Sumatera Utara
3. Kesehatan
Jawaban responden terhadap tingkat kesehatan masyarakat di Sumatara
Utara, persentase paling tinggi adalah jawaban setuju sebanyak 49 atau 38 orang.
Dari  pernyataan  di  atas  responden  menyatakan  tingkat  kesehatan  masyarakat  di Sumatera Utara  sudah cukup baik.
Jawaban  responden  tentang  tingkat  pelayanan  kesehatan  masyarakat  di
Sumatera  Utara,  dan  persentase  paling  tinggi  adalah  jawaban  ragu-ragu  sebanyak 59  atau  46  orang
.    Dari  pernyataan  di  atas  responden  menyatakan  tingkat pelayanan  kesehatan    masyarakat  di  Sumatera  Utara  tidak  begitu  baik,  tergambar
bahwa    pemerintah  daerah  belum  merata  memberikan  pelayanan  kesehatan  dan fasilitas  kesehatan  kepada  masyarakat.  Dan  untuk  pelayanan  kesehatan  perlu  lebih
ditingkatkan  lagi,  terutama  untuk  kalangan  kurang  mampu  diberikan  kemudahan bentuk  pelayanan  kesehatan,  diberikan  keringanan  dan  bantuan  biaya  kesehatan
dalam  bentuk  jamkesmas  dan  jamkesda.  Atas  jawaban  responden  dapat  dilihat  pada table berikut:
Tabel 37. Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Kesehatan N=78
Kategori jawaban Sangat
Tidak Setuju
1 Tidak
Setuju 2
Ragu- Ragu
3 Setuju
4 Sangat
Setuju 5
No. Sub Variabel
F F
F F
F
1. Tingkat
kesehatan 6
7,69  48 61,53
13 16,7  11
2. Tingkat
pelayanan 1
1,28 3
3,8  46 58,97
13 16,7  15
19,23
Universitas Sumatera Utara
5.3 Analisis  Hasil Penelitian
Melakukan  serangkaian  pengujian  terhadap  hipotesis  dengan  menggunakan
teknik analisis statistik program SPSS yaitu analisis  korelasi, regresi baik sederhana maupun berganda diuraikan sebagai berikut :
5.3.1  Hasil Analisis Regresi Sederhana untuk X
1
terhadap Y
1
Berdasarkan Tabel 38 bahwa besarnya pengaruh variable pemberdayaan SDM aparatur  X
1
terhadap  variable  Good  Governance  Y
1
,  yang  dihitung  dengan koefisien  regresi,  dan  hasilnya  menunjukkan  bahwa  pemberdayaan  SDM  aparatur
berpengaruh  positif  dan  signifikan  terhadap  Good  Governance.  Hal  ini  didasarkan pada  pertimbangan  Nilai  Sig.=  0,000    0,05,  koefisiennya  menunjukkan  0,227.
Artinya  besarnya  perubahan  dengan  pemberdayaan  SDM  aparatur  pemerintah  pada strata tertentu, dengan menganggap faktor lain tetap maka akan meningkatkan strata
Good Governance sebesar 0,227.
Walaupun  pengaruh  pemberdayaan  SDM  aparatur  terhadap  Good  Governance signifikan,  namun  kemampuan  model  estimasi  masih  rendah,  hal  ini  dapat
ditunjukkan  dengan  nilai  R  Square  0,202.  Dengan  kata  lain    kemampuan  variabel independen  pemberdayaan  SDM  aparatur,  hanya  mampu  memberikan  penjelasan
variasi  Good  Governance  sebesar  20,20,  sedangkan  sisanya  sebesar  79,80 dijelaskan oleh variable lain yang tidak disertakan pada model estimasi.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 38. Hasil Regresi Pemberdayaan SDM Aparatur Terhadap Good Governance
Variabel Koefisien
t
tabel
Sig
Konstanta 9,239
1,646 0,104
Pemberdayaan SDM
Aparatur X
1
0,227 4,387
0,000 r
2
= 0,202 F
sig
= 0,000 apabila Nilai sig t  α 5 signifikan
apabila Nilai sig t  α 5 toleransi
Sumber: Lampiran III hal 4
5.3.2. Hasil Analisis Korelasi Untuk X
1
Dengan X
2
Berdasarkan  Tabel  39    bahwa  besarnya  hubungan  antara  variable pemberdayaan SDM aparatur X
1
terhadap variable kualitas perencanaan X
2
yang dihitung dengan koefisien  korelasi dan hasilnya menunjukkan bahwa pemberdayaan
SDM  aparatur  mempunyai  hubungan    positif  dan  signifikan  terhadap  kualitas perencanaan,  dan  koefisien  korelasinya  adalah  0,201.    Artinya  besarnya  perubahan
dengan  pemberdayaan  SDM  aparatur  pemerintah  pada  strata  tertentu,  dengan menganggap  faktor  lain  tetap  maka  akan  meningkatkan  strata  kualitas  perencanaan
aparatur sebesar 0,201. Walaupun  hubungan    pemberdayaan  SDM  aparatur  terhadap  kualitas
perencaaan  signifikan,  namun  kemampuan  model  estimasi  masih  rendah.  Hal  ini dapat ditunjukkan dengan nilai R Square 0,101 atau kemampuan variabel independen
pemberdayaan SDM Aparatur hanya mampu memberikan penjelasan variasi kualitas perencanaan  sebesar  10,10,  sedangkan  sisanya  sebesar  89,90  dijelaskan  oleh
variable lain yang tidak disertakan pada model estimasi.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 39. Hasil Regresi Pemberdayaan SDM Aparatur  Terhadap Kualitas Perencanaan Aparatur
Variabel Koefisien
t
tabel
Sig
Konstanta 15,592
2,082 0,041
Pemberdayaan SDM
Aparatur X
1
0,201 2,915
0,005 r
2
= 0,101 F
sig
= 0,005 apabila Nilai sig t  α 5 signifikan
apabila Nilai sig t  α 5 toleransi
Sumber: Lampiran III hal 12
5.3.3  Hasil Analisis Korelasi Untuk X
1
Dengan X
3
Berdasarkan  Tabel  40    bahwa  besarnya  hubungan  antara  variable pemberdayaan  SDM  aparatur  X
1
terhadap  variable  kinerja  aparatur  X
3
yang dihitung dengan koefisien  korelasi dan hasilnya menunjukkan bahwa pemberdayaan
SDM aparatur mempunyai hubungan  negatif terhadap kinerja aparatur, dan koefisien korelasinya adalah 0,233.  Artinya apabila pemberdayaan SDM Aparatur  meningkat
strata  tertentu,  dengan  menganggap  faktor  lain  tetap  maka  akan  menurunkan  strata
kinerja aparatur sebesar 0,233.
Pemberdayaan  SDM  aparatur  mempunyai  hubungan  negatif  terhadap kinerja  aparatur  dan  model  yang  digunakan  dengan  korelasi  tidak  menunjukkan
model  yang  baik,  karena  R Square  0,075  artinya  kemampuan  model  untuk
menjelaskan  variasi  variabel  kinerja  aparatur  masih  sangat  rendah.  Yang  memberi makna  bahwa  variabel  pemberdayaan  SDM  aparatur  hanya  mampu  memberi
Universitas Sumatera Utara
penjelasan variasi kinerja aparatur  sebesar 7,5 sedangkan sisanya 92,5 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak disertakan pada model estimasi.
Tabel 40. Hasil Regresi Pemberdayaan SDM Aparatur  Terhadap Kinerja Aparatur
Variabel Koefisien
t
tabel
Sig
Konstanta 28,389
7,694 0,000
Kinerja  Aparatur X
3
0,233 2,475
0,016 r
2
= 0,75 F
sig
= 0,016 apabila Nilai sig t  α 5 signifikan
apabila Nilai sig t  α 5 toleransi
Sumber : Lampiran III hal 3
5.3.4    Hasil Analisis Regresi Berganda untuk X
2
Dan X
3
terhadap Y
1
Berdasarkan  Tabel  41    bahwa  besarnya  pengaruh    antara  variable  kualitas perencanaan  X
2
terhadap  variable  Good  Governance  Y
1
yang  dihitung  dengan koefisien    regresi  berganda  dan  hasilnya  menunjukkan  bahwa  variabel  kualitas
perencanaan mempunyai pengaruh signifikan positif terhadap Good Governance. Hal ini  didasarkan  pada  pertimbangan  nilai  Sig.=  0,003  0,05,  tetapi  belum  dapat
diyakini  secara  nyata,  koefisiennya    0,278    artinya  besarnya  perubahan  kualitas perencanaan  pada  strata  tertentu,  dengan  menganggap  faktor  lain  tetap  maka  akan
meningkatkan strata Good Governance sebesar 0,278 Variabel  kinerja  aparatur  X
3
mempunyai  pengaruh  yang  negatif  terhadap Good Governance
Y
1
. Hal ini didasarkan pertimbangan keputusan, bahwa nilai sig lebih  dari  toleransi  Nilai  Sig  =  0,714    0,05    koefisiennya  menunjukkan  0,028.
Apabila  meningkat  strata  kinerja  aparatur  maka  akan  menurunkan  strata  Good
Universitas Sumatera Utara
Governance 0,028, artinya apabila kinerja aparatur meningkat strata tertentu dengan
menganggap  faktor  lain  tetap,  maka  akan  menurunkan  strata  Good  Governance sebesar 0,028
Secara  bersama  variabel  kualitas  perencanaan  dan  kinerja  aparatur,  hanya mampu memberikan penjelasan variasi Good Governance sebesar 11,6, R
2
=0,116 sedangkan sisanya sebesar 88,40 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak disertakan
pada model estimasi.
Tabel 41. Hasil Regresi Kualitas Perencanaan Aparatur Pemerintah Dan Kinerja Aparatur Pemerintah Terhadap
Good Governance Variabel
Koefisien t
tabel
Sig
Konstanta 24,417
6,341 0,000
Kualitas Perencanaan
Aparatur PemerintahX
2
Kinerja  Aparatur PemerintahX
3
0,278
-0,028 3,100
-0,368 0,003
0,714 R
2
= 0,116 F
sig
= 0,010 apabila Nilai sig t  α 5 signifikan
apabila Nilai sig t  α 5 toleransi
Sumber: Lampiran III hal 56
Dalam  rangka  kajian  prediksi  model  estimasi  ini,  perlu  dilakukan  uji persyaratan  regresi  berganda,  dengan  uji  penyimpangan  atau  asumsi  klasik    yang
meliputi, Uji Multikolinieritas, Uji Heteroskedastisitas, Uji Autokorelasi.  Apabila uji asumsi klasik telah terpenuhi, maka alat uji statistik regresi dapat digunakan dengan
baik untuk prediksi,dimana uji asumsi tersebut adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1.  Uji Multikolinieritas
Untuk  menunjuk  apakah  model  regresi  berganda  yang  digunakan  bergejala multikolinieritas dapat dilakukan  dengan uji tolerance dan variance inflation factor
VIF, dengan dasar pertimbangan dapat dilihat pada tabel:
Tabel 42. Dasar pertimbangan Tolerance dan VIP
Tolerance VIF
Keterangan Pertimbangan
Keputusan Pertimbangan
Multikolinieritas
Variabel Xi Nilai  koef.Var.Xi    0,05
tidak bergejala
kolonieritas Nilai  koef.Var.  Xi    5
= bergejala
Nilai  koef.Var.Xi    0,05 bergejala
Nilai koef.Var.Xi  5 = tidak bergejala
Dengan  dasar  keputusan  ini  dapat  ditentukan  bahwa  variabel  kualitas perencanaan  tidak  bergejala  kolonieritas.    Variabel  kinerja  aparatur  tidak  bergejala
kolonieritas.
Tabel 43. Hasil Diagnostic Tolerance dan VIF
Keterangan Tolerance
VIF 1.
Kualitas perencanaan 0,925  0,05
1,081  5 2.
Kinerja Aparatur 0,925 0,05
10,081  5
Sumber : Lampiran III hal 6
Variabel tidak bergejala kolonieritas
2.  Uji Heteroskedastisitas