Pembangunan Daerah PENEGAKAN HUKUM

• Sektor Swasta. Pelaku sektor swasta mencakup perusahaa swasta yang aktif dalam interaksi sistem pasar. • Masyarakat Madani. kelompok masyarakat dalam konteks kenegaraan yang pada dasarnya berada di antara pemerintah dan perorangan, yang mencakup baik perorangan maupun kelompok masyarakat yang berinteraksi secara sosial, politik dan ekonomi.

2.4.3 Unsur-unsur Good Governance

Unsur-unsur good governance dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu : a. NegaraPemerintahan : Konsepsi kepemerintahan pada dasarnya adalah kegiatan kenegaraan, tetapi lebih jauh dari itu melibatkan pula sektor swasta dan kelembagaan masyarakat madani. b. Sektor Swasta : Pelaku sektor swasta mencakup perusahaan swasta yang aktif dalam interaksi dalam sistem pasar, seperti : industri pengolahan perdagangan, perbankan, dan koperasi, termasuk kegiatan sektor informal. c. Masyarakat Madani : Kelompok masyarakat dalam konteks kenegaraan pada dasarnya berada diantara atau di tengah-tengah antara pemerintah dan perseorangan, yang mencakup baik perseorangan maupun kelompok masyarakat yang berinteraksi secara sosial, politik dan ekonomi.

2.5 Pembangunan Daerah

Pembangunan dapat diartikan berbeda-beda oleh setiap orang tergantung dari sudut pandang apa yang digunakan oleh orang tersebut. Secara umum pengertian pembangunan dapat dijelaskan dengan menggunakan dua pandangan yang berbeda Universitas Sumatera Utara yaitu; pertama, pandangan pembangunan lama atau dikenal dengan pembangunan tradisional. Sedangkan Kartasasmita 1994, memberikan pengertian pembangunan, adalah suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana. Menurut Bratakusumah 2005, dalam bukunya Perencanaan Pembangunan Daerah mengemukakan bahwa, dengan perkembangan ilmu pengetahuan, para ahli manajemen pembangunan terus berupaya untuk menggali konsep-konsep pembangunan secara ilmiah, karena secara sederhana pembangunan sering diartikan sebagai suatu upaya untuk melakukan perubahan menjadi lebih baik. Mengakomodasi arti pembangunan kepada sistem nilai bukanlah hal yang dapat secara mudah diselesaikan. Beberapa ilustrasi, selain yang menyangkut distribusi di atas, untuk menjelaskan berbagi dilema masyarakat, sehubungan dengan sistem nilai yang berkembang, dalam mengartikan pembangunan melalui ukuran pendapatan nasional, adalah sebagai berikut: - Peningkatan pendapatan total ataupun per kapita selain tidak langsung identik dengan distribusi yang dianggap baik, juga tidak langsung sama artinya dengan peningkatan kemakmuran economic welfare. Peningkatan pendapatan baru menggambarkan peningkatan total output, belum komposisi barang dan jasa yang dihasilkan. Karena kemakmuran tergantung pada komposisi termasuk kualitas barang dan jasa yang disukai oleh masyarakat, sedangkan “kesukaan” ataupun preferensi masyarakat tergantung pada system nilai yang berkembang suatu saat dimasyarakat, maka peningkatan total output belum dapat menentukan peningkatan “kemakmuran” masyarakat tersebut. Universitas Sumatera Utara Ilustrasi ini, menegaskan betapa arti pembangunan yang diukur oleh pendapatan nasional tergantung pada system nilai yang berkembangan. - Peningkatan pendapatan juga belum tentu meningkatkan “kemakmuran” economic walfare kalau cara menghasilkan output tersebut menyangkut pengorbanan masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan yang dianggap baik oleh masyarakat. Berbagai aspek kehidupan yang dapat dipengaruhi cara produksi itu antara lain adalah keaadaan keselamatan dan kenyamanan kerja. - Kalau tujuan pembangunan juga meliputi terpeliharanya hubungan social yang serasi di masyarakat, maka pembangunan akan semakin tidak sederhana untuk dapat mengakomodasi tujuan social ini. Hal ini karena terlebih dahulu harus disepakati apa yang dimaksud dengan “hubungan social yang serasi”. Dan hal ini menyangkut sistem nilai masyarakat. - Arti pembangunan tergantung pada tujuan pembangunan. - Tujuan pembangunan ditentukan oleh system nilai. - System nilai dimasyarakat sangat beragam dan terus berkembang. - Sehingga arti pembangunan tidak mudah dapat ditentukan kecuali ada kesepakatan konsensus dimasyarakat tentang tujuan yang ingin dicapai.

2.5.1 Teori Pembangunan Sosial

Menurut para pakar teori pembangunan social antara lain; Garry Jacobs, Harlan Cleveland, dan Robert MacFarlane dari Internasional Center for Peace and Development memberikan pokok pikirannya sebagai berikut: a. proses pembangunan terjadi oleh terciptanya tingkat organisasi yang semakin tinggi dalam masyarakat yang memungkinkan dihasilkannya kegiatan yang lebih besar dengan menggunakan energy social secara lebih efisien; Universitas Sumatera Utara b. masyarakat berkembang dengan mengorganisir segala pengetahuan, energi manusia serta sumber daya materil yang dimiliki masyarakat tersebut untuk mencapai aspirasinya; c. pembangunan memerlukan empat jenis infrastruktur dan sumber daya resources, yaitu yang fisik, sosial, mental, dan psikologis. Hanya yang fisik ketersediannya terbatas, sedangkan yang lainnya reatif tak terbatas; d. paling penting dalam proses pembangunan ini adalah manusia yang dengan kemampuan berfikirnya yang semakin meningkat dapat menciptakan sumber daya yang dibutuhkan untuk pembangunan, Pengetrapan dari inteligensia manusialah yang dapat merubah suatu sumber daya alam substance menjadi suatu sumber daya ekonomi resources. Karenanya kemampuan berfikir manusia merupakan sumber daya yang paling utama.

2.5.2 Indikator Ekonomi

Indikator ekonomi atau lazim disebut dengan pembangunan ekonomi adalah suatu cabang ilmu ekonomi yang menganalisis masalah-masalah yang dihadapi oleh negara-negara sedang berkembang dan mendapatkan cara-cara untuk mengatasi masalah-masalah tersebut supaya negara-negara berkembang dapat membangun ekonominya dengan lebih cepat lagi. Adapun beberapa indikator pembangunan ekonomi yang lazim dipakai oleh para ahli maupun kalangan umum adalah : a. Produk Domestik Bruto PDB b. Struktur Ekonomi c. Laju Pertumbuhan Ekonomi Universitas Sumatera Utara d. Perdagangan Luar Negeri e. Tingkat inflasi f. Nilai Tukar Petani Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negaradaerah, yakni : a. Faktor Sumber Daya Manusia, Sama halnya dengan proses pembangunan, pertumbuhan ekonomi juga dipengaruhi oleh SDM. Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting dalam proses pembangunan, cepat lambatnya proses pembangunan tergantung kepada sejauhmana sumber daya manusianya selaku subjek pembangunan memiliki kompetensi yang memadai untuk melaksanakan proses pembangunan. b. Faktor Sumber Daya Alam, sebagian besar negara berkembang bertumpu kepada sumber daya alam dalam melaksanakan proses pembangunannya. c. Faktor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat mendorong adanya percepatan proses pembangunan, pergantian pola kerja yang semula menggunakan tangan manusia digantikan oleh mesin-mesin canggih berdampak kepada aspek efisiensi, kualitas dan kuantitas serangkaian aktivitas pembangunan ekonomi yang dilakukan dan pada akhirnya berakibat pada percepatan laju pertumbuhan perekonomian. d. Faktor Budaya, Faktor budaya memberikan dampak tersendiri terhadap pembangunan ekonomi yang dilakukan, faktor ini dapat berfungsi sebagai pembangkit atau pendorong proses pembangunan tetapi dapat juga menjadi penghambat pembangunan. e. Sumber Daya Modal, Sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah SDA dan meningkatkan kualitas IPTEK. Sumber daya modal berupa barang- barang modal sangat penting bagi perkembangan dan kelancaran pembangunan ekonomi karena barang-barang modal juga dapat meningkatkan produktivitas. Universitas Sumatera Utara

2.5.3 Indikator Sosial

Indikator dapat didefinisikan sebagai suatu alat ukur untuk menunjukkan atau menggambarkan suatu keadaan dari suatu hal yang menjadi pokok perhatian. Indikator dapat menyangkut suatu fenomena sosial, ekonomi, penelitian, proses suatu usaha peningkatan kualitas.. Indikator yang akan disampaikan dalam pembahasan yang akan dicantumkan pada bab berikutnya terdiri dari indikator pembangunan sosial kemasyarakatan yang memang umum untuk dibahas sebagai suatu hal yang lumrah dalam melihat pembangunan kemasyarakatan suatu negaradaerah, yakni : a. Kemiskinan b. Ketenagakerjaan c. Pendidikan d. Kesehatan e. Indeks Pembangunan Manusia Kemiskinan Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi kekurangan hal-hal yang biasa untuk dipunyai seperti makanan, pakaian, tempat berlindung dan air minum, hal-hal ini berhubungan erat dengan kualitas hidup. Kemiskinan kadang juga berarti tidak adanya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan yang mampu mengatasi masalah kemiskinan dan mendapatkan kehormatan yang layak sebagai warga negara. Kemiskinan merupakan masalah global. Universitas Sumatera Utara Pendidikan Pembangunan pendidikan di Indonesia telah menunjukkan keberhasilan yang cukup besar. Wajib Belajar 6 tahun, yang didukung pembangunan infrastruktur sekolah dan diteruskan dengan Wajib Belajar 9 tahun adalah program sektor pendidikan yang diakui cukup sukses. Hal ini terlihat dari meningkatnya partisipasi sekolah dasar dari 41 persen pada tahun 1968 menjadi 94 persen pada tahun 1996, sedangkan partisipasi sekolah tingkat SMP meningkat dari 62 persen tahun 1993 menjadi 80 persen tahun 2002. Oey-Gardiner, 2003 Dalam evaluasi yang akan dilaksanakan terhadap keberhasilan pembangunan kependidikan di Sumatera Utara akan difokuskan kepada angka rata-rata lama sekolah serta tingkat melek huruf di Provinsi Sumatera Utara. Kesehatan Kondisi kesehatan di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat berarti dalam beberapa dekade terakhir. Sebagai contoh, angka kematian bayi turun dari 118 kematian per seribu kelahiran di tahun 1970 menjadi 35 di tahun 2003, dan angka harapan hidup meningkat dari 48 tahun menjadi 66 tahun pada periode yang sama. Perkembangan ini meperlihatkan dampak dari ekspansi penyediaan fasilitas kesehatan publik di tahun 1970 dan 1980, serta dampak dari program keluarga berencana. Meski demikian masih terdapat tantangan baru sebagai akibat perubahan sosial dan ekonomi. Universitas Sumatera Utara

2.5.4 Indeks pembangunan manusia

Setiap tahun sejak 1990, Laporan Pembangunan Manusia Human Development Report telah menerbitkan indeks pembangunan manusia human development index - HDI yang mengartikan definisi kesejahteraan secara lebih luas dari sekedar pendapatan domestik bruto PDB. HDI memberikan suatu ukuran gabungan tiga dimensi tentang pembangunan manusia: panjang umur dan menjalani hidup sehat diukur dari usia harapan hidup, terdidik diukur dari tingkat kemampuan baca tulis orang dewasa dan tingkat pendaftaran di sekolah dasar, lanjutan dan tinggi dan memiliki standar hidup yang layak diukur dari paritas daya beli PPP, penghasilan. 2.5.5 Pendidikan Dan Pelatihan Kepemimpinan Diklatpim Menurut Siagian 2000 pertanyaan yang harus dihadapi oleh organisasi bukan lagi apakah akan melakukan investasi bagi pengembangan sumber daya manusia yang dimiliki, melainkan berapa besar investasi yang harus dibuat. Dari pertanyaan tersebut menunjukkan bahwa pengembangan sumber daya manusia mutlak diperlukan bagi organisasi yang terus berkembang sejalan dengan perkembangan dalam masyarakat. Menurut Bernadin Russel dalam Robbins, 2001, pelatihan adalah setiap usaha untuk memperbaiki performan pekerja pada pekerjaan tertentu yang sedang menjadi tanggung jawabnya, atau satu pekerjaan yang ada kaitannya dengan pekerjaannya. Pelatihan lebih berkaitan dengan peningkatan keterampilan karyawan Universitas Sumatera Utara yang sudah menduduki suatu pekerjaan atau tugas tertentu sehingga lebih menekankan pada keterampilan skill. Jadi pelatihan hanya bermanfaat dalam situasi di mana para pegawai kekurangan kecakapan dan pengetahuan. Pelatihan tidak dimaksudkan untuk menggantikan kriteria seleksi yang tidak memadai, ketidak tepatan rancangan pekerjaan, atau imbalan organisasi yang tidak memadai. Dalam pembentukan kualitas aparatur, maka pengembangan melalui pendidikan dan pelatihan Diklat sebagai salah satu media yang paling strategis, karena Diklat merupakan sarana yang handal untuk meningkatkan kemampuan pengetahuan knowledge, keahlian skill dan sikap attitude pegawai sesuai dengan kebutuhan pekerjaanjabatan. Pendidikan Dan Pelatihan Kepemimpinan Menurut Topo 2008, ada beberapa pengertian pendidikan dan pelatihan antara lain menurut: 1. Edwin B. Flippo: “Pendidikan adalah berhubungan dengan peningkatan pengetahuan umum dan pemahaman atas lingkungan kita secara menyeluruh, sedang Pelatihan adalah merupakan suatu usaha peningkatan pengetahuan dan keahlian seorang karyawan untuk mengerjakan suatu pekerjaan tertentu”. 2. Andrew F. Sikula: “Pengembangan mengacu pada masalah staf dan personel adalah suatu proses pendidikan jangka panjang dengan menggunakan suatu prosedur yang sistematis dan terorganisasi dengan mana manajer belajar Universitas Sumatera Utara pengetahuan konseptual dan teoritis untuk tujuan umum, sedang Pelatihan adalah suatu proses pendidikan jangka pendek dengan menggunakan prosedur yang sistematis dan terorganisir, dengan mana karyawan operasional belajar pengetahuan teknik pengerjaan dan keahlian untuk tujuan tertentu”. Dalam pengertian diatas Pendidikan dan Pelatihan tidak bermaksud untuk diartikan secara terpisah, yakni pendidikan terpisah dengan pelatihan akan tetapi pengertiannya merupakan satu kesatuan dan saling melengkapi yang esensinya adalah mengisi kesenjangan dan atau meningkatkan kemampuan competency pegawai dalam suatu jabatan pekerjaan organisasi, meliputi peningkatan pengetahuan knowledge, keterampilan skill, dan sikap attitude sumber daya manusianya. Dalam hubungannya dengan Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil disebutkan bahwa yang dimaksud dengan Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut Diklat adalah penyelenggaraan belajar mengajar dalam rangka meningkatkan kemampuan Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut PNS. Mengenai Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Diklatpim Tk. III adalah merupakan diklat untuk mencapai persyaratan kompetensi kepemimpinan aparatur pemerintah dalam jabatan struktural eselon III Keputusan Kepala LAN Nomor 193XIII1062001 tgl 30 Maret 2001 tentang Pedoman Umum Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil. Sebelum diberlakukannya PP 101 Tahun 2000. Diklatpim Tk. III ini disebut dengan Diklat Staf dan Pimpinan Tingkat Universitas Sumatera Utara Pertama SPAMA dan sebelumnya lagi disebut Diklat Staf dan Pimpinan Tingkat Madya SPADYA. Diklatpim Tk. III adalah jenis diklat yang diselenggarakan dalam rangka mewujudkan PNS yang memiliki kompetensi yang sesuai dengan persyaratan jabatan struktural eselon III dan sebagai persyaratan menjadi peserta pada diklat ini adalah: a. PangkatGolongan minimal Penata IIIc dan telah atau dipersiapkan untuk menduduki jabatan struktural eselon III. b. Pendidikan serendah-rendahnya Strata Satu S-1 atau yang sederajat. c. Sehat jasmani dan rohani dibuktikan dengan surat keterangan dokter. d. Lulus seleksi sebagai calon peserta Diklatpim Tk. III dengan materi pengujian sikap, perilaku, dan potensi, meliputi : - Moral yang baik, - Dedikasi dan loyalitas terhadap tugas dan organisasi, - Kemampuan menjaga reputasi diri dan instansinya, - Motivasi yang tinggi untuk meningkatkan kompetensi, - Penguasaan Bahasa Inggris minimal pasif atau memiliki skor TOEFL minimal 350. Dalam pelaksanaannya, diklat ini diproyeksikan untuk membentuk kompetensi jabatan PNS, yaitu kemampuan dan karakteristik berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas, wewenang dan tanggung jawab sebagai pejabat struktural eselon III dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Sesuai dengan Keputusan Kepala Lembaga Administrsi Negara LAN Nomor 540XIII1062001 tgl 10 Agustus 2001 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat III, standar kompetensi yang perlu dimiliki oleh PNS pemangku jabatan struktural eselon III adalah kemampuan : a. Menjabarkan visi, misi dan strategi pembangunan nasional ke dalam program instansinya; Universitas Sumatera Utara b. Memahami dan mewujudkan tata kelola kepemerintahan yang baik good governance dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab unit organisasinya; c. Melakukan perencanaan, pengawasan, pengendalian dan evaluasi kinerja unit organisasinya serta merancang tindak lanjut yang diperlukan; d. Merumuskan strategi pelaksanaan pelayanan prima sesuai dengan tugas dan tanggung jawab unit organisasinya; e. Menerapkan sistem dan prinsi-prinsip akuntabilitas dalam pelaksanaan kebijakan unit organisasinya; f. Meningkatkan kapasitas organisasi dan staf melalui peningkatan kompetensi pegawai dan pendayagunaan organisasi; g. Menumbuh kembangkan motivasi pegawai untuk mengoptimalkan kinerja unit organisasinya; h. Menetapkan prinsip-prinsip kepemimpinan dalam keragaman; i. Merumuskan dan memberi masukan untuk pemecahan masalah dan pengambilan keputusan yang logis dan sistematis; j. Melaksanakan pola kemitraan, kolaborasi dan pengembangan jaringan kerja; k. Memanfaatkan teknologi informasi dalam pelaksanaan tugas; l. Mampu berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Kompetensi Pegawai Negeri Sipil pemangku jabatan struktural eselon II memerlukan standar kompetensi jabatan yang meliputi; kompetensi dasar integritas, kepemimpinan, perencanaan, dan pengorganisasian, kerjasama, fleksibilitas dan sejumlah kompetensi bidang lainnya, Dengan memperhatikan keragaman bidang tugasnya, maka kompetensi yang dapat dipenuhi melalui penyelenggaraan Diklatpim Tk. II meliputi kompetensi dasar yang dirincikan sebagai kemampuan dalam: 1. Mengaktualisasikan nilai-nilai kejuangan dan pandangan hidup bangsa menjadi sikap dan perilaku dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan; 2. Memahami paradigma kepemimpinan dan pembangunan yang relepan dalam upaya mewujudkan good governance dan mencapai tujuan berbangsa dan bernegara; 3. Merumuskan kebijakan, program dan kegiatan sesuai dengan visi, misi, dan strategi yang ditetapkan; 4. Memahami dan menerapkan prinsi-prinsip good governance secara serasi dan terpadu; 5. Memahami dan menjelaskan keragaman sosial budaya lingkungan dalam rangka peningkatan citra dan kinerja organisasi; Universitas Sumatera Utara 6. Mengaktualisasikan kode etik PNS dalam meningkatkan profesionalitas, moralitas dan etos kerja pemimpin; 7. Melaksanakan keseluruhan kegiatan pengelolaan kebijakan dan program termasuk pelaporan pertanggungjawabannya; 8. Menyiapkan dan atau mengambil keputusan dalam rangka pelaksanaan pengelolaan kebijakan dan atau pelayanan sesuai dengan tanggungjawabnya; 9. Meningkatkan akuntabilitas dan produktivitas aparatur.

2.6 Penelitian Terdahulu