“Analisis Pengaruh Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Terhadap Good Governance dan Pembangunan Daerah Pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara

(1)

ANALISIS PENGARUH PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA

MANUSIA TERHADAP GOOD GOVERNANCE DAN

PEMBANGUNAN DAERAH PADA PEMERINTAH

PROVINSI SUMATERA UTARA

DISERTASI

Oleh :

DUMASARI HARAHAP

NIM: 088105004/PW

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(2)

ANALISIS PENGARUH PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA

MANUSIA TERHADAP GOOD GOVERNANCE DAN

PEMBANGUNAN DAERAH PADA PEMERINTAH

PROVINSI SUMATERA UTARA

DISERTASI

Untuk memperoleh Gelar Doktor Dalam Program Ilmu Perencanaan Wilayah Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Dengan Wibawa

Rektor Universitas Sumatera Utara Prof. Dr.dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K)

Dipertahankan Pada Tanggal 16 Juli 2012

Oleh :

DUMASARI HARAHAP

NIM: 088105004/PW

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(3)

Judul Disertasi : ANALISIS PENGARUH PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP GOOD GOVERNANCE

DAN PEMBANGUNAN DAERAH PADA PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Nama Mahasiswa : Dumasari Harahap Nomor Pokok : 088105004

Program Studi : S3 Perencanaan Wilayah (PW)

Menyetujui

Prof. Bachtiar Hassan Miraza Promotor

Prof. Dr. Ramli, SE, M.S Co-Promotor

Prof. Dr. Suwardi Lubis, MS Co-Promotor

Mengetahui

Ketua Program Studi

Prof. Dr. Lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE NIP 196308181988031005

Direktur

Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE NIP 195208151980031001


(4)

PERSYARATAN GELAR

ANALISIS PENGARUH PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP GOOD GOVERNANCE DAN PEMBANGUNAN DAERAH

PADA PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

DISERTASI

Untuk memperoleh Gelar Doktor Dalam Program Ilmu Perencanaan Wilayah Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Telah Dipertahankan

Dihadapan Panitia Ujian Tertutup

Pada Hari : SENIN Tanggal : 11 Juni 2012 Pukul : 08.30s/d 11.00.

O l e h :

DUMASARI HARAHAP NIM : 088105004


(5)

HASIL PENELITIAN DISERTASI TELAH DISETUJUI UNTUK SIDANG TERBUKA TANGGAL

Oleh

Promotor

Prof. Bachtiar Hassan Miraza

Co-Promotor

Prof. Dr. Ramli, SE, M.S Prof. Dr. Suwardi Lubis, MS

Mengetahui

Ketua Program Studi Perencanaan Wilayah Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Prof. Dr. Lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE NIP. 196308181988031005


(6)

Telah diuji pada Ujian Tertutup Tanggal 11 Juni 2012

PANITIA PENGUJI DISERTASI

Ketua : Prof. Bachtiar Hassan Miraza, SE Anggota : 1. Prof. Dr. Ramli, SE, M.S

2. Prof. Dr. Suwardi Lubis, MS

3. Prof. Dr. Lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE 4. Prof. Dr. Erlina, M.Si,Ph.D

5. Prod. Dr. Hj. Sedarmayanti, M.Pd, APU

Dengan Surat Keputusan

Rektor Universitas Sumatera Utara Nomor : 996/UN6.1.R/SK/SSA/2012 Tanggal : 28 Mai 2012


(7)

TIM PROMOTOR

Prof. Bachtiar Hassan Miraza, SE

Prof. Dr. Ramli, SE, M.S

Prof. Dr. Suwardi Lubis, MS

TIM PENGUJI LUAR KOMISI

Prof. Dr. Lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE

Prof. Dr. Erlina, M.Si,Ph.D


(8)

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP GOOD GOVERNANCE DAN PEMBANGUNAN DAERAH

PADA PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Pemberdayaan sumber daya manusia yang dimaksud pada judul disertasi ini adalah SDM aparatur pemerintah yang mempunyai peran sangat penting mengingat tugas-tugas pemerintah yang makin kompleks dimasa mendatang. Pada umumnya, tuntutan dan harapan masyarakat terhadap sumber daya manusia aparaturnya sangat besar, sebagai Provinsi Sumatera Utara kiranya Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dapat menjadi pilar pelaksanaan otonomi daerah dalam mewujudkan pembangunan daerah, yang berwawasan good governance.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui Pengaruh Pemberdayaan Sumber

Daya Manusia Terhadap Good Governance dan Pembangunan Daerah pada

Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Penelitian akan dilakukan dengan pendekatan

eksplanatory kuantitatif yang akan menjelaskan pengaruh dari Pemberdayaan SDM

aparatur pemerintah melalui kualitas perencanaan dan kinerja aparatur terhadap Good

Governance dan Pembangunan Daerah. Metode analisis menggunakan analisis

regresi sederhana dan regresi berganda dengan program SPSS. Besar sampel adalah 78 responden.

Hasil penelitian memberikan gambaran bahwa variabel pemberdayaan SDM aparatur berpengaruh signifikan terhadap Good Governance, Variabel pemberdayaan SDM aparatur mempunyai hubungan signifikan terhadap kualitas perencanaan, Variabel pemberdayaan SDM Aparatur mempunyai hubungan signifikan negatif terhadap kinerja aparatur. Variabel kualitas perencanaan dan kinerja aparatur tidak berpengaruh signifikan terhadap good governance.. Variabel pemberdayaan SDM aparatur pemerintah, kualitas perencanaan dan kinerja aparatur berpengaruh signifikan terhadap good governance Pemberdayaan SDM aparatur pemerintah, kualitas perencanaan dan kinerja aparatur berpengaruh signifikan terhadap pembangunan daerah dengan. Variabel pemberdayaan SDM aparatur pemerintah, kualitas perencanaan, kinerja aparatur dan good governance berpengaruh signifikan terhadap pembangunan daerah

Kesimpulan pemberdayaan sumber daya manusia berpengaruh terhadap good

governance dan pembangunan daerah pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.

Saran diperlukan peningkatan secara signifikan pemberdayaan sumber daya manusia terhadap pelaksanaan good governance dan pembangunan daerah pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara terutama dalam hal kualitas perencanaan dan kinerja aparatur.

Kata kunci : Pemberdayaan SDM Aparatur Pemerintah, Kualitas Perencanaan,


(9)

ABSTRACT

ANALYSIS OF EFFECT OF EMPOWERMENT OF HUMAN RESOURCES TO GOOD GOVERNANCE AND DEVELOPMENT IN PROVINCIAL

GOVERNMENT OF NORTHERN SUMATERA

Reform of human resources empowerment known as a very important role tasks during the government of increasingly complex future. In general, the demands and expectations of society for human resources very large, as the provinces in Sumatera Utara North Sumatera province if the government can be a pillar implementation of regional autonomy in the creation of regional development, a visionary Good Governance.

. The research objective was to determine the effect of the Human Resources Empowerment Against the Good Governance and Local Development in the North Sumatera Provincial Government. Research will be conducted by eksplanatory quantitative approach which would explain the influence of government officials through the empowerment of human resources planning and quality performance of the apparatur of the Good Governance and Local Development. The data were then analysed using multiple linier regression and simple regression with the Program SPSS. The sample size was 78 respondents.

The study suggests that the effect of human resource development towards Good Governance Reform significant, Apparatur influence on the quality of human resource development plan is significant, Apparatur significant influence human resource development negatively on the performance of the apparatur. The variable quality of planning and performance of the apparatur no significant effect on Good Governance. Variable empowerment of human resources the government apparatur, the quality of planning and performance of the apparatur have a significant effect on Good Governance. Variable empowerment of human resources the government apparatur, the quality of planning and performance of the apparatur have a significant effect on regional development. Variable empowerment of human resources the government apparatur, the quality of planning, personnel performance and good governance have a significant effect on regional development.

The conclusion of this research is the empowerment of human resources affects the good governance and regional development in the North Sumatra provincial government.

Advice necessary to significantly increase the empowerment of human resources for the implementation of good governance and regional development in the North Sumatra Provincial Government, especially in terms of quality and performance planning apparatur.

Keywords: Empowerment of Human Resources Government Reform, Quality Planning, Performance Reform, Good Governance, Regional Development


(10)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan Kehadirat Ilahi Rabbi, karna dengan rahmat dan karunia-NYA, penulis dapat menyelesaikan Disertasi ini yang berjudul “Analisis

Pengaruh Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Terhadap Good Governance dan

Pembangunan Daerah Pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara”.

Dalam penyusunan Disertasi ini, penulis sudah berusaha mencurahkan seluruh daya dan kemampuan penulis untuk menyusun Disertasi ini agar lebih baik dan sempurna. Namun penulis menyadari sepenuhnya akan kelemahan dan kekurangan dari disertai ini baik dalam isi maupun penyajiannya, oleh karna itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak, Sehingga Disertasi ini dapat bermanfaat sebagai sumber ilmu pengetahuan dan referensi bagi peneliti lainnya.

Pada kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih atas segala arahan, bimbingan, dorongan dan bantuan yang diberikan oleh berbagai pihak yang namanya tidak dapat saya sebutkan satu-persatu. Untuk kesempatan pertama ucapan terima kasih yang setulusnya disampaikan kepada yang terhormat dan yang terpelajar:

1. Bapak Prof. Dr dr.Syahril Pasaribu, DTM & H, M.Sc.(CTM), Sp.A(K) sebagai Rektor Universitas Sumatera Utara Medan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti Pendidikan Program Doktor (S3).

2. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera utara yang selalu memberikan dorongan pada penulis untuk menyelesaikan studi ini.

3. Bapak Prof. Bachtiar Hasan Miraza sebagai promotor yang telah membimbing dan mengarahkan penulis mulai dari penulisan proposal penelitian sampai dengan selesainya Program Doktoral ini.


(11)

4. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE, MS dan Bapak Prof. Dr. Suwardi Lubis, MS, masing-masing sebagai co-promotor yang telah meluangkan waktu,tenaga dan pikiran serta dorongan ,sehingga penulis dapat menyelesaikan Disertasi ini.

5. Bapak Prof.Dr.Lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE dan Ibu Prof.Dr.Erlina MSi.Ak,dan Ibu Prof. Dr.Hj.Sedarmayanti,M.Pd.APU, sebagai Punguji luar Komisi yang telah banyak memberikan masukan dan saran-saran demi perbaikan disertasi ini. 6. Ketua dan Sekretaris Program Doktor (S-3) di Program studi Perencanaan

Wilayah Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan nasehat dan arahan selama penulis menjadi mahasiswa pada program ini.

7. Para dosen Pascasarjana S3 USU yang telah memberikan materi perkuliahan sebagai bekal penulis dalam menyelesaikan disertasi ini,yang terdiri dari :

a. Universitas Sumatera Utara, Prof.Dr.Chairuddin P Lubis DTM & H,Sp.A (K), Prof. Bachtiar Hassan Miraza, Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, Prof. Dr. Ir. Sumono, MS, Dr. Ir. Rahmanta, M.Si, Prof. Dr. Ramli, SE. MS, Prof. Dr. Suwardi, MS, Dr. Polin LR. Pospos, Prof. Dr. Ritha Dalimunthe, SE, M.Si yang memberikan materi kuliah MKPD, serta Bapak/ibu lainnya pengelola di Sekretariat Pascasarjana USU, atas pelayanan yang diberikan dalam masa perkuliahan, seminar, kunjungan lapangan, ujian tertutup sampai ujian terbuka saat ini.

b. Institut Teknologi Bandung Bapak Prof. Dr. Ir. Ibnu Syabri M.Eng. c. Institut Pertanian Bogor,Prof. DR. H. Bomer Pasaribu SE, MS.

d. Rekan-rekan sejawat Angkatan 4 pada Program Doktor (S-3) di Program Studi Perencanaan Wilayah yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu, terimakasih atas bantuannya selama ini.

8. Gubenur Sumatera Utara, Sekretaris Daerah Propinsi Sumatera Utara, yang telah memberi kesempatan untuk mengikuti Program S-3 di- PWD USU, para Pejabat dan Staf Sekretariat Daerah Provsu, para pejabat dan Staf Pemerintah Propinsi Sumatera Utara yang ada di SKPD, turutama yang ada di Instansi Bapeda


(12)

Propinsi Sumatera Utara, Badan Kepegawaian Daerah Propinsi Sumatera Utara, Inspektorat Provsu, Bapak Kepala Badan Diklat Provinsi Sumatera Utara khususnya teman-teman sesama Widyaiswara dan para pejabat maupun staf yang ada di Badan Diklat Propinsi Sumatera Utara, yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu namanya dan telah banyak membantu, memberi masukan, informasi dan data-data yang diperlukan dalam menyelesaikan disertasi ini.

9. Secara khusus terima kasih yang sedalam-dalamnya penulis sampaikan kepada suami tercinta H.Ir.Ahmad Sofyan Pane serta anak-anak dan menantu Hj.Deasy Damayanti putri Pane ST.MT, dan suaminya Yudhi Aditya ST.MT, Meirina Yanti Putri Pane ST, dan suaminya Jimmy Julianto ST, Martina Shalati Puteri Pane S.Sos, MSi, Yulianti Azani Puteri Pane SE, Hijrina Roito Lastri Puteri Pene, Muhammad Fahmi, serta cucu tersayang Kalyani, yang selalu memberikan Motivasi dan dukungan kepada penulis dari awal hingga akhir selesainya disertasi ini.

10.Kepada kedua orang tua Ayahanda tercinta H.Ali Sakti Harahap (Alm), Ibunda Hj.Sri Wardani Siregar, Adik-adik ku, Syahrul, Imam, Fida, Said, Ucok, Ida, Cici, Puddin, Kakak, Abang, Adik Ipar ponakanku, uda/nanguda saya Drs.H.Ali Murthi Harahap serta seluruh keluarga yang senantiasa memberikan dukungan Do’a dan dorongan yang tak henti-hentinya agar penulis senantiasa tabah dan bersemangat dalam menyelesaikan penulisan disertasi ini.


(13)

Akhir kata semoga ALLAH SWT membalas amal kebaikan Bapak/Ibu dan saudara sekalian serta semoga tulisan ini dapat berguna dalam memperluas wawasan kita semua.

AMIN YA RABBAL ALAMIN

Medan, Juli 2012 Penulis,

DUMASARI HARAHAP NIM 088105004


(14)

RIWAYAT HIDUP

1. Nama Lengkap : DUMASARI HARAHAP, M.Si

2. Tempat, Tgl Lahir : Rantau Prapat, 11 Januari 1958

3. Jabatan : Widyaiswara Utama

4. Alamat : Jl. Kemuning No. 1 Tj. Rejo Medan

5. Nama

5.1 Suami : Ir. H. Achmad Sofyan Pane

5.2 Anak/Menantu: Hj. Deasy Damayanti Putri Pane, ST, MT/Yudi Aditya Suwarna, ST, MT.

Meirina Yanti Putri Pane, ST/Jimmy Julianto, ST

Martina Shalati Putri Pane, S.Sos

Yulianti Azani Putri Pane, SE

Hijrina Roito Lastri Putri Pane

5.3 Cucu : Khadijah Kaliyani

6. Pendidikan :

(1) SD Negeri Rantau Prapat Tahun 1970

(2) SLTP Negeri Rantau Prapat Tahun 1973

(3) SLTA Negeri Rantau Prapat Tahun 1976

(4) SARJANA Hukum Perdata Univ. Sumatera Utara Tahun 1983

(5) PASCA SARJANA Pemerintahan Univ. Padjajaran Bandung Tahun 1998

7. Pengalaman Tugas :

(1) Staf Biro Hukum Tahun 1985


(15)

(3) Kabag pada Biro Hukum Tahun 1989

(4) Kabid Hub. Antar Lembaga Diklat Provsu Tahun 1999

(5) Kabid Perjenjangan dan Umum pada Badan Diklat Provsu Tahun 2002

(6) Sekretaris Badan Diklat Provsu Tahun 2006

(7) Widyaiswara Madya Tahun 2007

(8) Widyaiswara Utama Tahun 2012

8. Pengalaman Pelatihan Dan Kursus :

(1) SEPADA di Badan Diklat Provsu Tahun1990

(2) SEPADYA di Badan Diklat Provsu Tahun 1993

(3) Diklat Kepemimpinan Yang Cerdas di Jakarta Tahun 1994

(4) Diklat Pim Tk. II di LAN Jakarta Tahun 2001

(5) Diklat Bahasa Inggris Level III Intensive di Badiklat Provsu Tahun 2003

(6) TOT Sosialisasi UU No. 32 Thn 2004 di Badiklat DDN Tahun 2004

(7) Diklat MGT Kediklatan (JICA) di Medan Tahun 2005

(8) Diklat Pengemb. Desain Pembelajaran di Badiklat Depdagri Tahun 2006

(9) Diklat MGT of Training (JICA) di Medan Tahun 2006


(16)

DAFTAR ISI

ABSTRAK……….. i

KATA PENGANTAR ………. iii

DAFTAR ISI ………... vi

DAFTAR TABEL……… xiii

DAFTAR GAMBAR ……….. xvi

BAB I PENDAHULUAN………. 1

1.1 Latar Belakang……… 1

1.2 Perumusan Masalah……….. 13

1.3 Tujuan Penelitian……….. 14

1.4 Manfaat Penelitian ……… 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA……… 16

2.1 Konsep Kewilayahan……… 16

2.1.1 Teori Perencanaan ………. 18

2.1.2 Teori Dalam Perencanaan (Theory In Planning)…. 27 2.1.3 Konsep dan Ruang Wilayah ………. 33

2.1.4 Teori Pembangunan Daerah ……….. 35

2.1.5 Prinsip Pembangunan Berkelanjutan ……… 38

2.1.6 Proses Perencanaan Wilayah ………. 39

2.2 Hubungan Perencanaan Wilayah Dengan SDM Dan Kualitas Perencanaan ………. 41

2.2.1 Sumber Daya Manusia Dalam Konteks Kewilayahan.. 43

2.2.2 Teori Organisasi……….………. 51


(17)

2.2.4 Manajemen Pemerintahan……… ………. 58

2.2.5 Pemberdayaan Sumber Daya Manusia……….. 66

2.2.6 Aspek-Aspek/Komponen Pemberdayaan SDM ………. 68

2.3 Kinerja Aparatur Pemerintah ……… 70

2.3.1 Pengertian ……….. 70

2.3.2 Pengukuran Kinerja ……….. 71

2.3.3 Kepuasan Kerja………. 72

2.4 Good Governance (Kepemerintahan Yang Baik) ………….. 76

2.4.1 Prinsip/Azas Good Governance ……… 76

2.4.2 Penerapan Good Governance ……… 83

2.4.3 Unsur-unsur Good Governance ……… 86

2.5 Pembangunan Daerah ... 87

2.5.1 Teori Pembangunan Sosial ……….. 88

2.5.2 Indikator Ekonomi ……….. 89

2.5.3 Indikator Sosial ……… 91

2.5.4 Indeks Pembangunan Manusia ……… 92

2.5.5 Pendidikan dan Pelatihan Kpemimpinan ………. 93

2.6. Penelitian Terdahulu ……….. 97

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN 104 3.1 Kerangka Konseptual ……….……….. 106

3.2 Hipotesis Penelitian……… 109

BAB IV METODE PENELITIAN ..………. 110

4.1 Desain Penelitian ……….. 110

4.2 Lokasi Penelitian………... 111

4.3 Populasi dan Sampel……….………... 111


(18)

4.3.2 Sampel ……… 113

4.4 Sumber Data... 115

4.5 Definisi Operasional……… 121

4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas ………... 124

4.7 Teknik Analisis Data... 126

4.8 Pengujian Asumsi Klasik ... 129

BAB V HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS………. 131

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian………. 131

5.1.1 Sejarah Pemerintahan Sumatera Utara ………. 131

5.1.2 Rekapitulasi Jumlah PNS Pemprovsu ……….. 136

5.2 Hasil Kuesioner ………. 137

5.2.1 Data Penelitian ………. 137

5.2.2 Uji Validitas dan Realibilitas ……… 139

5.2.3 Variabel Penelitian ... 141

5.2.3.1 Variabel Penelitian Pemberday. SDM (X1) …. 141 5.2.3.2 Variabel Kualitas Perencanaan (X2) ………….. 150

5.2.3.3 Variabel Kinerja Aparatur (X3) ………. 155

5.2.3.4 Variabel Good Governance (Y1) ……… 159

5.2.3.5 Variabel Pembangun Daerah (Y2)……….. 166

5.3 Analisis Hasil Penelitian ……….. 169

5.3.1 Hasil Analisis Regresi Sederhana Untuk X1 Terhadap Y1 ... 169

5.3.2 Hasil Analisis Korelasi Untuk X1 Dengan X2………….. 170

5.3.3 Hasil Analisis Korelasi Untuk X1 Dengan X3………….. 171

5.3.4 Hasil Analisis Regresi Berganda Untuk X2 Dan X3 Terhadap Y1………. 172

5.3.5 Hasil Analisis Regresi Berganda Untuk X1 X2 Dan X3 Terhadap Y1……… 176


(19)

5.3.6 Hasil Analisis Regresi Berganda Untuk X1 X2 Dan X3

Terhadap Y2 ……… 180

5.3.7 Hasil Analisis Regresi Berganda Untuk X1 X2 X3 Dan Y1 Terhadap Y2 ………. 184

BAB VI PEMBAHASAN ……… 190

6.1 Pembahasan ………. 190

6.1.1 Pengaruh Pemberdayaan SDM Aparatur Terhadap Good Governance………. 190

6.1.2 Hubungan Pemberdayaan SDM Aparatur Terhadap Kualitas Perencanaan……… 196

6.1.3 Hubungan Pemberdayaan SDM Aparatur Terhadap Kinerja Aparatur ……….. 200

6.1.4 Pengaruh Kualitas Perencanaan Dan KinerjaAparatur Terhadap Good Governance………. 206

6.1.5 Pengaruh Pemberdayaan SDM Aparatur Pemerintah Kualitas Perencanaan dan Kinerja Aparatur Terhadap Good Governance……….. 210 6.1.6 Pengaruh Pemberdayaan SDM Aparatur Pemerintah Kualitas Perencanaan dan Kinerja Aparatur Terhadap Pembangunan Daerah……… 214

6.1.7 Pengaruh Pemberdayaan SDM Aparatur Pemerintah Kualitas Perencanaan, Kinerja Aparatur dan Good Governance Terhadap Pembangunan Daerah……… 219

6.2 Temuan Dan Pendapat……….. 224

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ……… 228

7.1 Kesimpulan……… 228

7.2 Saran-Saran ……….. 232

DAFTAR PUSTAKA………. 240


(20)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

1. Tabulasi Penelitian Terdahulu………. 98

2. Jumlah PNS, Pejabat Eselon III & II, Alumni Diklat Pim III & II yang duduk dalam jabatan/Tidak Duduk Dalam Jabatan Di Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Data Agustus 2009)………. 112

3. Populasi dan Sampel………. 114

4. Pilihan Dan Bobot Jawaban Pernyataan Item... 116

5. Definisi dan Pengukuran Variabel……… 117

6. Dasar pertimbangan Tolerance dan VIP ………. 129

7. Data Jumlah PNS Pemprovsu………... 136

8. Data Responden ……….. 138

9. Uji Validitas ………. 139

10. Uji Realibilitas………. 140

11. Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Kemampuan SDM... 142

12. Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Penempatan Pegawai ... 143

13. Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Kewenangan Yang Jelas... 145

14. Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Tanggung Jawab 146 15. Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Kepercayaan Terhadap Pegawai... 147

16. Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Dukungan kepada Pegawai Yang Bersangkutan... 148

17. Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Kepemimpinan.... 150


(21)

19. Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Proses &

Perencanaan... 153

20. Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Kualitas & Manajemen………. 155

21. Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Kinerja yang Dilakukan... 156

22. Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Waktu Pekerjaan 157 23. Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Cara Penilaian…. 158 24. Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Tempat Bekerja... 159

25. Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Akuntabilitas... 160

26. Frekuensi jawaban Responden Terhadap Pengawasan... 160

27. Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Daya Tanggap... 161

28. Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Profesional... 162

29. Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Efektifitas dan Efisiensi... 162

30. Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Tranparansi... 163

31. Frekuensi jawaban Responden Terhadap Kesetaraan... 164

32. Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Wawasan Ke Depan ... 165

33. Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Partisipasi... 165

34. Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Penegakan Hukum... 166

35. Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Produk Domestik Daerah... 167

36. Frekuensi jawaban Responden Terhadap Pendidikan... 168

37. Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Kesehatan... 169

38. Hasil Regresi Pemberdayaan SDM Aparatur Terhadap Good Governance……….. 170

39. Hasil Regresi Pemberdayaan SDM Aparatur Terhadap Kualitas Perencanaan Aparatur ……….. 171


(22)

40. Hasil Regresi Pemberdayaan SDM Aparatur Terhadap

Kinerja Aparatur ………. 172

41. Hasil Regresi Kualitas Perencanaan Dan Kinerja Aparatur

Terhadap Good Governance……….. 173

42. Dasar pertimbangan Tolerance dan VIP……… 174

43. Hasil Diagnostic Tolerance dan VIF………. 174

44. Uji Rank Spearman ……….. 175

45. Hasil Regresi Pemberdayaan SDM Aparatur Pemerintah, Kualitas Perencanaan Dan Kinerja Aparatur Terhadap

Good Governance……… 181

46. Hasil Regresi Pemberdayaan SDM Aparatur Pemerintah, Kualitas Perencanaan Dan Kinerja Aparatur Terhadap

Good Governance ………. 177

47. Dasar pertimbangan Tolerance dan VIP ……….. 178

48. Hasil Diagnostic Tolerance dan VIF……… 178

49. Uji Rank Spearman ……….. 179

50. Hasil Regresi Pemberdayaan SDM Aparatur Pemerintah, Kualitas Perencanaan Dan Kinerja Aparatur Terhadap

Pembangunan Daerah ………. 181

51. Dasar pertimbangan Tolerance dan VIP ……….. 182

52. Hasil Diagnostic Tolerance dan VIF ……… 182

53. Uji Rank Spearman ………. 183

54. Hasil Regresi Pemberdayaan SDM Aparatur Pemerintah,

Kualitas Perencanaan, Kinerja Aparatur dan Good

Governance Terhadap Pembangunan Daerah ………. 186

55. Dasar pertimbangan Tolerance dan VIP ………. 187


(23)

(24)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

1. Perencanaan Pembangunan... 40 2. Kerangka Konseptual Penelitian... 108


(25)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1 Data Kuesioner

2 Uji Validitas dan Reliabilitas

3 Hasil Data Kuesioner

4 Analisis Data

5 Surat Izin Belajar Dari Gubernur


(26)

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP GOOD GOVERNANCE DAN PEMBANGUNAN DAERAH

PADA PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Pemberdayaan sumber daya manusia yang dimaksud pada judul disertasi ini adalah SDM aparatur pemerintah yang mempunyai peran sangat penting mengingat tugas-tugas pemerintah yang makin kompleks dimasa mendatang. Pada umumnya, tuntutan dan harapan masyarakat terhadap sumber daya manusia aparaturnya sangat besar, sebagai Provinsi Sumatera Utara kiranya Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dapat menjadi pilar pelaksanaan otonomi daerah dalam mewujudkan pembangunan daerah, yang berwawasan good governance.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui Pengaruh Pemberdayaan Sumber

Daya Manusia Terhadap Good Governance dan Pembangunan Daerah pada

Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Penelitian akan dilakukan dengan pendekatan

eksplanatory kuantitatif yang akan menjelaskan pengaruh dari Pemberdayaan SDM

aparatur pemerintah melalui kualitas perencanaan dan kinerja aparatur terhadap Good

Governance dan Pembangunan Daerah. Metode analisis menggunakan analisis

regresi sederhana dan regresi berganda dengan program SPSS. Besar sampel adalah 78 responden.

Hasil penelitian memberikan gambaran bahwa variabel pemberdayaan SDM aparatur berpengaruh signifikan terhadap Good Governance, Variabel pemberdayaan SDM aparatur mempunyai hubungan signifikan terhadap kualitas perencanaan, Variabel pemberdayaan SDM Aparatur mempunyai hubungan signifikan negatif terhadap kinerja aparatur. Variabel kualitas perencanaan dan kinerja aparatur tidak berpengaruh signifikan terhadap good governance.. Variabel pemberdayaan SDM aparatur pemerintah, kualitas perencanaan dan kinerja aparatur berpengaruh signifikan terhadap good governance Pemberdayaan SDM aparatur pemerintah, kualitas perencanaan dan kinerja aparatur berpengaruh signifikan terhadap pembangunan daerah dengan. Variabel pemberdayaan SDM aparatur pemerintah, kualitas perencanaan, kinerja aparatur dan good governance berpengaruh signifikan terhadap pembangunan daerah

Kesimpulan pemberdayaan sumber daya manusia berpengaruh terhadap good

governance dan pembangunan daerah pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.

Saran diperlukan peningkatan secara signifikan pemberdayaan sumber daya manusia terhadap pelaksanaan good governance dan pembangunan daerah pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara terutama dalam hal kualitas perencanaan dan kinerja aparatur.

Kata kunci : Pemberdayaan SDM Aparatur Pemerintah, Kualitas Perencanaan,


(27)

ABSTRACT

ANALYSIS OF EFFECT OF EMPOWERMENT OF HUMAN RESOURCES TO GOOD GOVERNANCE AND DEVELOPMENT IN PROVINCIAL

GOVERNMENT OF NORTHERN SUMATERA

Reform of human resources empowerment known as a very important role tasks during the government of increasingly complex future. In general, the demands and expectations of society for human resources very large, as the provinces in Sumatera Utara North Sumatera province if the government can be a pillar implementation of regional autonomy in the creation of regional development, a visionary Good Governance.

. The research objective was to determine the effect of the Human Resources Empowerment Against the Good Governance and Local Development in the North Sumatera Provincial Government. Research will be conducted by eksplanatory quantitative approach which would explain the influence of government officials through the empowerment of human resources planning and quality performance of the apparatur of the Good Governance and Local Development. The data were then analysed using multiple linier regression and simple regression with the Program SPSS. The sample size was 78 respondents.

The study suggests that the effect of human resource development towards Good Governance Reform significant, Apparatur influence on the quality of human resource development plan is significant, Apparatur significant influence human resource development negatively on the performance of the apparatur. The variable quality of planning and performance of the apparatur no significant effect on Good Governance. Variable empowerment of human resources the government apparatur, the quality of planning and performance of the apparatur have a significant effect on Good Governance. Variable empowerment of human resources the government apparatur, the quality of planning and performance of the apparatur have a significant effect on regional development. Variable empowerment of human resources the government apparatur, the quality of planning, personnel performance and good governance have a significant effect on regional development.

The conclusion of this research is the empowerment of human resources affects the good governance and regional development in the North Sumatra provincial government.

Advice necessary to significantly increase the empowerment of human resources for the implementation of good governance and regional development in the North Sumatra Provincial Government, especially in terms of quality and performance planning apparatur.

Keywords: Empowerment of Human Resources Government Reform, Quality Planning, Performance Reform, Good Governance, Regional Development


(28)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan merupakan suatu usaha untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Antara lain adalah, menaikkan standar hidup, memperbaiki tingkat pendidikan, kesehatan dan persamaan hak untuk memiliki kesempatan dalam memperoleh semua komponen-komponen penting dari hasil pembangunan ekonomi. Pada hakekatnya, perencanaan merupakan sebuah upaya untuk mengantisipasi ketidakseimbangan yang terjadi dan bersifat akumulatif. Artinya perubahan yang terjadi pada sebuah keseimbangan awal dapat menyebabkan perubahan pada sistem sosial yang kemudian akan membawa sistem yang ada menjauhi keseimbangan semula. Di samping itu perencanaan sendiri memiliki peran dalam proses pembangunan. Salah satu peran perencanaan adalah sebagai arahan bagi proses pembangunan untuk berjalan menuju tujuan yang ingin dicapai di samping sebagai tolok ukur keberhasilan proses pembangunan yang dilakukan.

Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan subyek dan sekaligus obyek pembangunan, mencakup seluruh siklus kehidupan manusia sejak mulai dalam kandungan hinggá akhir hidup manusia. Pembangunan SDM dapat dilihat dari tiga dimensi, yaitu kualitas, kuantitas, dan mobilitas penduduk. Kualitas SDM membaik yang antara lain ditandai dengan meningkatnya status kesehatan dan taraf pendidikan masyarakat. Namun demikian, kualitas SDM Indonesia dilihat dari Indeks


(29)

Pembangunan Manusia (IPM), masih rendah jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga ASEAN. Rendahnya kualitas SDM Indonesia menyebabkan rendahnya produktivitas dan daya saing dalam berkompetisi dan merupakan tantangan besar yang harus dihadapi dalam 20 tahun mendatang.

Kenyataan bahwa sumber daya yang berlimpah tersebut tidak merata berada di seluruh daerah. Implikasi dari ketidak-merataan keberadaan kedua sumber daya tersebut adalah belum baiknya tingkat pelayanan infrastruktur wilayah untuk melayani kebutuhan wilayah dan masyarakat, terutama daerah-daerah terisolir dan tertinggal.

Terjadinya krisis identitas nasional ditandai dengan semakin memudarnya nilai-nilai solidaritas sosial, kekeluargaan, keramahtamahan sosial, dan rasa cinta tanah air yang pernah menjadi kekuatan pemersatu dan ciri khas bangsa Indonesia. Demikian pula kebanggaan atas jati diri bangsa seperti penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar semakin menurun. Identitas nasional meluntur oleh cepatnya penyerapan budaya global yang negatif serta kurang pembentukan karakter bangsa.

Pada dunia yang sangat kompetitif sekarang ini setiap negara perlu mengupayakan terbentuknya wilayah-wilayah yang produktif untuk memungkinkan tersedianya lapangan kerja yang stabil bagi penduduknya. Sesuai dengan perkembangan globalisasi dan pertumbuhan cepat perekonomian negara-negara berkembang, kompetisi antarnegara semakin tajam, dan perusahaan skala dunia menjadi sangat selektif dalam memilih wilayah-wilayah dimana mereka akan menempatkan perusahaannya.


(30)

Setiap daerah perlu memanfaatkan karakteristik wilayah masing-masing dalam berinteraksi dengan dunia. Agar semakin banyak wilayah menjadi produktif maka setiap wilayah perlu memiliki identitas yang khas, yang dihargai oleh dunia. Sasarannya adalah berkembangnya pertukaran yang lebih aktif dalam banyak bidang termasuk ekonomi, ilmu pengetahuan, budaya, olahraga, dan pariwisata dengan negara lain. Setiap wilayah perlu menawarkan apa yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat global, dan terutama oleh masyarakat Asia.

Perkembangan pengembangan wilayah ditujukan untuk mengefisienkan

pembangunan berdasarkan evaluasi pelaksanaan pendekatan sebelumnya serta

disesuaikan dengan tuntutan dalam kurun waktu tertentu. Pengembangan wilayah adalah harmonisasi perkembangan wilayah. Banyak cara dapat diterapkan, mulai dari

konsep pengembangan sektoral, basic needs approach sampai penataan ruang

(pengaturan ruang secara terpadu melalui proses pemanfaatan sumber daya alam secara sinergi dengan pengembangan sumber daya manusia dan lingkungan hidup untuk mencapai pembangunan berkelanjutan). Mendorong kerja sama dan interaksi antara wilayah di Indonesia dengan wilayah-wilayah negara lain merupakan upaya yang secara khusus perlu disiapkan.

Kondisi pemerintah, di berbagai negara di seluruh dunia, baik di negara berkembang maupun di negara maju, sejak awal abad ke 20, mengalami kondisi kritis, yang salah satunya ditandai dengan adanya kesenjangan antara tuntutan masyarakat di satu sisi yang semakin tinggi, sedangkan di sisi lain, kemampuan pemerintah untuk memenuhi tuntutan tersebut semakin terbatas. Pemerintah dewasa


(31)

ini tengah berada pada batas kapasitasnya, dimana setiap penambahan beban baru penyelenggaraan pemerintah, maka akan mengurangi kemampuan dan kapasitas kinerja pemerintah pada bidang lainnya. Hal ini disebabkan keterbatasan pemerintah daerah dalam menghadapi perubahan yang begitu cepat.

Fenomena globalisasi merupakan indikasi kuat dalam perubahan lingkungan strategik. Globalisasi merupakan proses di mana masyarakat dunia menjadi semakin terhubungkan dalam berbagai aspek kehidupan, baik dalam hal budaya, ekonomi, politik, teknologi maupun lingkungan. Dunia saat ini telah menjadi pasar global, bukan hanya untuk barang dan jasa, tetapi juga antara lain untuk penyediaan teknologi. Dengan globalisasi perekonomian yang semakin nyata, menunjukkan bahwa interdepensi berbagai negara dan masyarakat bangsa-bangsa semakin kuat dan nyata. Semua itu menunjukkan bahwa dalam perjalanan bangsa di era millenium ketiga dewasa ini, telah terjadi perubahan dalam tingkat kecepatan yang tidak pernah terpikir sebelumnya.

Dalam bidang ekonomi, yaitu lahirnya perekonomian pasar dalam kondisi global seperti saat ini, dunia tidak mengenal batas. Globalisasi yang menyentuh berbagai bidang kehidupan di seluruh wilayah pemerintahan negara, menuntut reformasi sistem perekonomian dan pemerintahan, termasuk birokrasinya, sehingga memungkinkan interaksi perekonomian antar daerah dan antar bangsa berlangsung lebih efisien. Kunci keberhasilan pembangunan perekonomian adalah daya saing; dan kunci daya saing adalah efisiensi proses pelayanan, serta mutu, ketepatan dan kepastian kebijakan publik. Daya saing telah menjadi bisnis yang harus diperhatikan


(32)

oleh setiap organisasi dalam era bisnis global, sebagai persaingan di antara bangsa-bangsa. Daya saing merupakan bagian dari sikap baru globalisasi, dan merupakan konsekuensi langsung dari kedekatan yang belum pernah terjadi di antara bangsa-bangsa di pasar global.

Krisis ekonomi di Indonesia terjadi antara lain disebabkan oleh tata cara penyelenggaraan pemerintah yang tidak dikelola dan diatur dengan baik. Akibatnya timbul berbagai masalah seperti Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) yang sulit diberantas, masalah penegakan hukum yang sulit berjalan, monopoli dalam kegiatan ekonomi, serta kualitas pelayanan kepada masyarakat yang memburuk.

Masalah tersebut menghambat proses pemulihan ekonomi Indonesia, sehingga jumlah penganggurran semakin meningkat, jumlah penduduk Indonesia semakin bertambah, tingkat kesehatan menurun, dan bahkan muncul konflik di berbagai daerah yang mengancam persatuan dan kesatuan negara Republik Indonesia. Oleh karena itu, good governance perlu segera dilakukan agar permasalahan yang timbul dapat segera dipecahkan dan juga proses pemulihan ekonomi dapat dilaksanakan dengan baik dan lancar.

Berbagai upaya, berupa strategi dalam bidang manajemen modern telah dilakukan, antara lain dengan cara melakukan reformasi yang berdimensi restrukturisasi, revitalisasi, dan refungsionalisasi sampai kepada melahirkan berbagai

konsep tentang reinventing (mewirausahakan) dan banishing bureaucracy

(memangkas birokrasi) dengan berbagai kendalanya. Kondisi tersebut menuntut suatu jawaban, berupa solusi di dalam bidang manajemen yang saat ini dikenal dengan


(33)

suatu terminologi dalam fase perkembangan ilmu manajemen, yang disebut dengan manajemen modern. Suatu instrumen atau alat yang menjadi pilar yang sangat efektif dan unggul, adalah dengan memanfaatkan teknologi informasi, dimana akan menghasilkan penyajian informasi yang lebih cepat, tepat dan akurat.

Salah satu prasyarat yang perlu dikembangkan pada suatu wilayah adalah komitmen yang tinggi untuk menerapkan nilai-nilai luhur budaya sesuai dengan peradaban bangsa, mempunyai jiwa cinta tanah air dan pengabdian yang tinggi terhadap tugas-tugas yang dibebankan, dengan menerapkan prinsip-prinsip “good

governance” dalam perjuangan mewujudkan cita-cita dan tujuan negara sebagaimana

yang diamanatkan pada Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.

Dalam menghadapi berbagai tantangan setiap organisasi, baik di lingkungan pemerintah, pelaku ekonomi, maupun masyarakat, dapat dan mampu menerapkan konsep-konsep pemikiran manajemen modern, sehingga dapat mendukung pelaksanaan Good Governance (kepemerintahan yang baik), yaitu pemerintah yang akuntabel, transparan, penuh dengan keterbukaan, taat hukum, dan mampu beradaptasi dengan berbagai perubahan.

Pemberdayaan aparatur, merupakan hal penting karena SDM sebagus apapun belum tentu akan membuat SDM bekerja dengan baik. Kalau habitat di mana mereka bekerja tidak mendukung pemunculan perilaku yang baik maka akan sirnalah hasil pengembangan SDM. Oleh karena itu penataan aspek lain seperti struktur organisasi yang luwes, sistem pernilaian prestasi kerja, sistem pengembangan karir dan


(34)

kompensasi yang mengacu pada kompetensi, bukan pada senioritas perlu diberlakukan. Beberapa permasalahan yang menjadi fenoma adalah :

1. Mutu penyelenggaraan pelayanan publik masih lemah, banyak terjadi praktek pungli, tidak ada kepastian, dan prosedur berbelit-belit. Dampaknya pada bidang usaha ekonomi mengakibatkan ekonomi biaya tinggi, menghambat investasi, memperlambat arus barang ekspor-impor, kesan bagi masyarakat kurang memuaskan dan citranya buruk. (Kantor Menpan, 2004)

2. Potret SDM aparatur saat ini masih menunjukkan profesionalisme rendah, banyaknya praktek KKN yang melibatkan aparatur, tingkat gaji yang tidak memadai, pelayanan kepada masyarakat yang berbelit-belit, hidup dalam pola patronklien, kurang kreatif dan inovatif, bekerja berdasarkan juklak dan juknis serta mungkin masih banyak potret negatif lainnya yang intinya menunjukkan bahwa aparatur di Indonesia masih lemah.

3. Di era globalisasi saat ini terjadi persaingan antarnegara. Indonesia dalam kancah persaingan global menurut World Competitiveness Report menempati urutan ke-45 atau terendah dari seluruh negara yang diteliti, di bawah Singapura (8), Malaysia (34), Cina (35), Filipina (38), dan Thailand (40).

4. Undang-undang no 22 tahun 1999, jo. UU no 32 tahun 2004 yang mengatur tentang pemerintahan daerah, memberikan gambaran bahwa untuk melaksanakan otonomi daerah agar lebih berdaya guna maka perlu aparatur yang berkualitas, karena merekalah yang bersentuhan langsung dengan masyarakat, dengan harapan aparatur daerah yang professional lebih diberdayakan untuk mampu mengemban amanat UUD 1945.

5. Penempatan PNS belum berdasar pada kompetensi jabatan, dimana tuntutan kebutuhan jabatan dalam suatu organisasi adalah penempatan pegawai yang sesuai artinya pegawai yang ditempatkan dalam suatu jabatan senantiasa dikaitkan dengan kemampuan yang dimiliki oleh pegawai yang bersangkutan


(35)

6. Pengembangan pegawai belum berdasarkan pola pembinaan karier, disatu sisi sumber daya manusia merupakan tujuan dari proses pengembangan organisasi agar menjadi sumber daya yang berkualitas.

7. Kenaikan pangkat dan jabatan belum berdasarkan prestasi kerja dan

kompetensi, dimana suasana dapat mempengaruhi sehingga kinerja aparatur menjadi tidak produktif dalam bekerja.

8. Sistem kompensasi belum berdasarkan pada prestasi kerja, mengakibatkan

kurang termotivasinya pegawai untuk meningkatkan kualitas kerjanya.

9. Sistem remunerasi belum didasarkan pada tingkat kelayakan hidup, termasuk salah satu penyebab belum tercapainya target hasil kerja yang diinginkan, karena masih ada istilah PGPS (Pintar Goblok Penghasilan Sama) .

10. Prinsip-prinsip good governance belum berjalan sebagaimana yang diharapkan. 11. Sebagai gambaran bahwa jumlah PNS di Lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009, masih ada yang berpendidikan Sekolah Dasar (SD) terdiri dari 404 orang, SLTP 497 orang, SLTA 6420, dan D3 1653 orang. Dari 12.194 jumlah PNS yang ada di Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, yang berpendidikan S1 terdiri dari 3.366 orang, dan S2 728 orang , dan S3 hanya 26 orang.

12. Secara kuantitas jumlah sumber daya manusia aparatur (Pegawai Negara Sipil)

yang memberikan pelayanan juga dirasakan sangat minim dengan rasio 1,9 % dari jumlah penduduk. Jika dibandingkan dengan Negara-negara maju yang dalam setiap 1000 penduduk terdapat 77 PNS, di Indonesia hanya sebanyak 21 PNS saja. Di daerah, rationya bahkan lebih kecil, yakni 4 : 1000. Sebagai gambaran dapat dijelaskan bahwa pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara kondisi sumber daya manusia aparatur pemerintah daerah terutama yang menduduki jabatan eselon II terdiri dari 60 orang dan eselon III 319 orang, dimana seyogianya merekalah yang berperan sebagai perencana, pengelola dan pelaksana untuk meningkatkan kinerja di unit kerja lembaga pemerintah. Terhadap aparatur pemerintah yang telah mengikuti pendidikan dan pelatihan


(36)

kepemimpinan, kiranya dapat diberdayakan untuk dapat action dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan daerah. Dan pada kenyataannya mengikuti Diklat kepemimpinan bukan ukuran kepada seorang aparatur untuk didudukkan pada suatu jabatan.

Dari permasahan diatas yang paling krusial terjadi di pemerintah provinsi Sumatera Utara adalah :

1. Permasalahan yang berkembang saat ini antara lain masih belum optimalnya perbaikan kinerja dari para aparatur terutama pada birokrasi pemerintah provinsi Sumatera Utara, yang kemudian telah menimbulkan pertanyaan bahkan keragu-raguan terhadap peran dan fungsi Lembaga Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Pegawai Negeri Sipil untuk Sumatera Utara, pembinaan aparatur antara lain dilaksanakan oleh Badan Diklat Provinsi Sumatera Utara.

2. Tersendatnya realisasi otonomi yang diamanatkan oleh UU No. 32 tahun 2004, disebabkan oleh kemampuan profesional dan etos kerja aparatur di daerah, sehingga kreativitas untuk mengembangkan daerah sulit dilaksanakan dan jika hal itu berkelanjutan maka sumber daya manusia yang seyogyanya menjadi asset utama untuk mengupayakan pertumbuhan daerah akan cenderung menjadi beban pemerintah.

Pemberdayaan SDM aparatur mempunyai peran yang sangat penting mengingat tugas-tugas pemerintah yang semakin kompleks pada saat ini dan dimasa mendatang. Tentu saja SDM yang tidak memiliki keterampilan, pengetahuan, berkinerja lemah dan tidak profesional akan menjadi beban bagi pemerintah. Di sisi


(37)

lain, SDM yang berpotensipun perlu diberdayakan untuk memperoleh hasil-hasil yang optimal. Salah satu konsep pendekatan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas SDM aparatur adalah melalui Diklat.

Pada umumnya, tuntutan dan harapan masyarakat terhadap sumber daya manusia aparaturnya sangat besar, sebagai salah satu provinsi yang ada di Sumatera kiranya Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dapat menjadi pilar penggerak pelaksanaan otonomi daerah dalam mewujudkan pembangunan daerah, yang berwawasan Good Governance. Untuk kajian lebih lanjut diketahui bahwa para aparatur di Provinsi Sumatera Utara pada umumnya, berpendidikan formal yang mumpuni dan telah dibekali dengan pengetahuan, keterampilan dalam pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan terutama dalam mengelola pembangunan daerahnya supaya

mengacu pada pelaksanaan good governance, dimana pemahaman good governance

telah diterima dan dirintis melalui Program Pendidikan dan Pelatihan bagi aparatur pemerintah baik melalui Diklat Teknis, Diklat Fungsional, Diklat Prajabatan dan Diklat Kepemimpinan.

Pada masa pemerintahan Gubernur Sumatera Utara dijabat oleh bapak Rizal Nurdin yaitu sekitar tahun 2002 sudah disosialisasikan prinsip-prinsip Good

Governance, bahkan dianjurkan supaya dipajang di kantor-kantor instansi

pemerintah terutama di unit kerja pemerintah Provinsi Sumatera Utara, tapi dalam pelaksanaannya masih belum dilaksanakan sebagaimana yang diharapkan pada umumnya masih merupakan selogan dan pajangan saja.


(38)

Sejalan dengan prinsip tersebut dilaksanakan pula prinsip otonomi yang nyata dan bertanggungjawab. Prinsip otonomi nyata adalah suatu prinsip bahwa untuk menangani urusan pemerintahan dilaksanakan berdasarkan tugas, wewenang, dan kewajiban yang senyatanya telah ada dan berpotensi untuk tumbuh, hidup, dan berkembang sesuai dengan potensi dan kekhasan daerah. Dengan demikian isi dan jenis otonomi bagi setiap daerah tidak selalu sama dengan daerah lainnya. Prinsip otonomi yang bertanggung jawab adalah otonomi dalam penyelenggaraannya harus benar-benar sejalan dengan tujuan dan maksud pemberian otonomi, yang pada dasarnya untuk memberdayakan daerah termasuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Penyelenggaraan Otonomi Daerah harus pula didasarkan pada semangat dan prinsip yang dijadikan pedoman dalam UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, yaitu:

a. Penyelenggaraan otonomi daerah harus selalu berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat, dengan selalu memperhatikan kepentingan dan aspirasi yang tumbuh dalam masyarakat.

b. Efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah yang

menekankan hubungan antar susunan pemerintahan serta pemberian hak dan kewajiban otonomi daerah dengan prinsip: demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan, dan kekhususan daerah.

c. Asas-asas penyelenggaraan pemerintahan seperti desentralisasi, dekosentrasi, dan tugas pembantuan, diselenggarakan secara proporsional sehingga saling menunjang.


(39)

d. Tujuan pemberian otonomi daerah seperti yang dirumuskan sampai saat ini yaitu untuk memberdayakan potensi daerah, termasuk masyarakatnya, mendorong prakarsa dan peran serta masyarakat dalam proses pemerintahan dan pembangunan. Di samping itu untuk lebih meningkatkan efisiensi, efektivitas,

dan akuntabilitas penyelenggaraan fungsi-fungsi seperti pelayanan,

pengembangan, dan perlindungan terhadap masyarakat dalam ikatan NKRI.

Mewujudkan pembangunan daerah yang berwawasan Good Governance di

Pemerintah Sumatera Utara perlu adanya komitmen bersama antara pemerintah

dengan para stakeholdernya. Pemberdayaan sumber daya manusia aparatur

pemerintah melalui pemberian kesempatan untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan bagi aparatur pemerintah, pelaksanaannya diatur pada Peraturan Pemerintah (PP) No. 14 Tahun 1994 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagaimana telah diubah dengan PP No. 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan PNS, dalam Pasal 8 ayat (2) PP No. 101 Tahun 2000 ini disebutkan bahwa pendidikan dan pelatihan (diklat) dalam jabatan terdiri dari Diklat Kepemimpinan (Diklatpim), Diklat Fungsional dan Diklat Teknis. Diklat Kepemimpinan terdiri dari empat tingkatan yaitu Diklatpim VI, Diklatpim III, Diklatpim II, dan Diklatpim I, sesuai dengan eselonisasi jabatan struktural di lingkungan pemerintah. Diklatpim ini dirancang dan dilaksanakan untuk mencapai persyaratan kompetensi kepemimpinan aparatur pemerintah yang sesuai dengan jenjang jabatan struktural (Pasal 9 PP No. 101 Tahun 2000).


(40)

Pembinaan pegawai melalui diklat sangat diperlukan untuk menunjang kinerja Aparatur pemerintah, dan hal itu telah dilakukan dalam berbagai aktivitas bentuk pelatihan, yang menjadi permasalahan adalah banyak pihak yang meragukan manfaat serta peran dan fungsi diklat aparatur yang diselenggarakan selama ini, bahkan ada keluhan dari beberapa pimpinan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) bahwa diklat yang telah dirancang berdasarkan kompetensi tersebut masih belum mampu melakukan perubahan pada organisasi/satuan kerja asal peserta. Artinya secara asumtif, terdapat suatu mata rantai yang hilang, yang menyebabkan proses penyelenggaraan diklat PNS yang dilaksanakan selama ini terasa mandul atau kurang bermanfaat sebab ketika peserta diklat selesai pendidikan dan pelatihan dan kembali ke instansinya, ternyata tidak dapat menerapkan ilmu yang diperolehnya antara lain

dalam pelaksanaan good governance. Untuk mewujudkan pembangunan daerah,

pelaksanaan good governance masih merupakan wacana atau selogan saja, padahal prinsip-prinsip good governance sudah dipajang di kantor- kantor instansi pemerintah, tetapi pelaksanaannya belum sebagaimana yang diharapkan. Atas dasar permasalahan diatas maka penulis memilih judul penelitian:

“Analisis Pengaruh Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Terhadap Good Governance dan Pembangunan Daerah pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara”.


(41)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apakah pemberdayaan SDM berpengaruh terhadap Good Governance di

Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.

2. Apakah pemberdayaan SDM mempunyai hubungan dengan kualitas

perencanaan di Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.

3. Apakah pemberdayaan SDM mempunyai hubungan dengan kinerja aparatur

pemerintah di Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.

4. Apakah kualitas perencanaan dan kinerja aparatur berpengaruh terhadap good

governance di Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.

5. Apakah pemberdayaan SDM, kualitas perencanaan dan kinerja aparatur

berpengaruh terhadap good governance di Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.

6. Apakah pemberdayaan SDM, kualitas perencanaan, dan kinerja aparatur

berpengaruh terhadap pembangunan daerah di Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.

7. Apakah pemberdayaan SDM, kualitas perencanaan, kinerja aparatur pemerintah

dan good governance berpengaruh terhadap pembangunan daerah di Pemerintah


(42)

1.3 Tujuan Penelitian

Bertolak dari permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis:

1. Pengaruh pemberdayaan SDM Aparatur terhadap good governance di

Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.

2. Hubungan pemberdayaan SDM Aparatur dengan kualitas perencanaan di

Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.

3. Hubungan pemberdayaan SDM Aparatur dengan kinerja aparatur di Pemerintah

Provinsi Sumatera Utara.

4. Pengaruh kualitas perencanaan dan kinerja aparatur terhadap good governance

di Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.

5. Pengaruh pemberdayaan SDM Aparatur, kualitas perencanaan dan kinerja

aparatur terhadap good governance di Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.

6. Pengaruh pemberdayaan SDM Aparatur Pemerintah, kualitas perencanaan, dan

kinerja aparatur terhadap pembangunan daerah di Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.

7. Pengaruh pemberdayaan SDM Aparatur Pemerintah, kualitas perencanaan,

kinerja aparatur dan good governance terhadap pembangunan daerah di Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.


(43)

1.4 Manfaat Penelitian

Setelah penelitian ini selesai maka diharapkan penelitian ini nantinya akan memberikan kontribusi kepada:

1. Dari segi pengembangan ilmu, diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi terhadap khasanah keilmuan khususnya di bidang perencanaan

wilayah dalam pelaksanaan pembangunan daerah guna mewujudkan good

governance di Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini dapat juga

menjadi acuan bagi peneliti-peneliti berikutnya khususnya peneliti yang tertarik pada pengembangan sumber daya manusia terutama sumber daya manusia aparatur sebagai salah satu unsur perencana dan pelaksana pembangunan daerah dalam mewujudkan good governance.

2. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi kepada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan Pemerintah Kabupaten/Kota untuk


(44)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Kewilayahan

Ilmu pembangunan wilayah merupakan ilmu yang relatif masih baru. Budiharsono (2001) menyebutkan bahwa ilmu pembangunan wilayah merupakan wahana lintas disiplin yang mencakup berbagai teori dan ilmu terapan yaitu: geografi, ekonomi, sosiologi, matematika, statistika, ilmu politik, perencanaan daerah, ilmu lingkungan dan sebagainya. Oleh karena itu ilmu pengetahuan wilayah setidaknya perlu ditopang oleh 6 pilar analisis, yaitu: (1) analisis biogeofisik; (2) analisis ekonomi; (3) analisis sosiobudaya; (4) analisis kelembagaan; (5) analisis lokasi; (6) analisis lingkungan.

Rustiadi (2002) menyebutkan bahwa lingkup kajian perencanaan pengembangan wilayah sangat luas, sebagai bidang kajian yang membentang dari lingkup ilmu yang bersifat multidisiplin, mencakup bidang-bidang ilmu mengenai fisik, sosial ekonomi hingga manajemen. Dari sisi proses kajian pembangunan mencakup hal-hal mengenai: (1) aspek pemahaman, yakni aspek yang menekankan pada upaya memahami fenomena fisik alamiah hingga sosial ekonomi di dalam dan antar wilayah, dalam konteks ini pengetahuan mengenai teknik-teknik analisis dan model-model sistem merupakan alat (tools) penting yang perlu dipahami, untuk mengenal dan mendalami permasalahan-permasalahan maupun potensi-potensi pembangunan wilayah, (2) aspek perencanaan, mencakup proses formulasi masalah,


(45)

teknik-teknik desain dan pemetaan hingga perencanaan, dan (3) aspek kebijakan, mencakup pendekatan-pendekatan evaluasi, perumusan tujuan-tujuan pembangunan serta proses melaksanakannya, mencakup proses-proses politik, administrasi, dan manajerial pembangunan.

Secara harfiah, Rustiadi (2002) menyebutkan bahwa regional science dapat dipandang sebagai ilmu yang mempelajari aspek-aspek dan kaidah-kaidah kewilayahan, dan mencari cara-cara yang efektif dalam mempertimbangkan aspek-aspek dan kaidah-kaidah tersebut ke dalam proses perencanaan pengembangan kualitas hidup dan kehidupan manusia. Dalam hal ini regional science tidak didefinisikan sebagai ‘ilmu yang mempelajari bagaimana merencanakan pembangunan di suatu wilayah’, karena pengertian demikian tidak memberikan spesifikasi yang jelas terhadap bidang keilmuan regional science. Secara ilustrasi, walaupun kata ‘di suatu wilayah’ itu dihilangkan, kita tetap bisa menangkap suatu pemahaman bahwa setiap pembangunan pasti dilakukan pada suatu wilayah atau areal tertentu. Padahal penambahan kata ‘wilayah’ ini dimaksudkan untuk memberikan kekhasan bahwa regional science adalah bidang ilmu yang berbeda dengan bidang-bidang ilmu perencanaan pembangunan lainnya, yakni dengan adanya penekanan terhadap pentingnya pertimbangan dimensi kewilayahan.

Selanjutnya Budiharsono (2001) menyebutkan pentingnya ilmu

pembangunan wilayah dalam konteks pembangunan di Indonesia dan wilayah pesisir pada khususnya, dikarenakan :


(46)

1. Indonesia merupakan negara kepulauan, di mana kegiatan-kegiatan pembangunan saat ini dipusatkan di bagian barat. Konsentrasi demikian

menimbulkan isu pengembangan wilayah ‘outer island’ yang dapat

menyebabkan timbulnya berbagai masalah yang berdimensi wilayah.

2. Pembangunan masa lalu lebih menitikberatkan pada pembangunan daratan dari lautan, sehingga pembangunan pesisir relatif tertinggal. Masyarakat pesisir relatif lebih miskin dari wilayah daratan lainnya. Kondisi ini diperburuk dengan posisi politik nelayan yang relatif lemah dibanding dengan posisi lainnya.

3. Letak geografis Indonesia yang sangat dipengaruhi oleh faktor geologis dan ekologis yang menyebabkan keragaman lingkungan.

4. Keragaman kultural menyebabkan adanya perbedaan persepsi terhadap

pembangunan.

5. Sifat pembangunan politik di Indonesia yang diwarnai oleh kekuatan politik wilayah.

6. Adanya kebijakan otonomi daerah, yang merupakan antisipasi terhadap

maraknya tuntutan lepasnya beberapa daerah dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Diharapkan pemerintah dapat membangun sesuai kebutuhan dan kemampuannya sendiri.

7. Pembangunan Indonesia masih bersifat sektoral, sehingga hasil yang dicapai tidak optimal.


(47)

Lawton dan Rose (1995) , menyatakan bahwa perencanaan dapat dilihat sebagai suatu proses di mana tujuan-tujuan, bukti-bukti faktual dan asumsi-asumsi diterjemahkan sebagai suatu proses argumen logis kedalam penerapan kebijaksanaan yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan.

Kartasasmita (1997: 48); Perkembangan Pemikiran dan Prakteknya di Indonesia menyatakan “Pada dasarnya perencanaan sebagai fungsi manajemen adalah proses pengambilan keputusan dari sejumlah pilihan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki”. “...and situations as they are and find a way to solve problemes” artinya perencanaan merupakan penerapan intelegensia untuk mengolah fakta-fakta dan situasi apa adanya dan menemukan suatu cara untuk memecahkan masalah-masalah.

Miraza (2005), Wilayah adalah kumpulan daerah berhampiran, sebagai satu kesatuan geografis dalam bentuk dan ukurannya. Wilayah memiliki sumber daya alam dan sumber daya manusia serta posisi geografis yang dapat diolah dan dimanfaatkan secara efisiensi dan efektif melalui perencanaan yang komprehensif dan satu sama lain saling bersentuhan, yang semuanya bermuara pada upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Tarigan (2004), definisi perencanaan wilayah adalah mengetahui dan menganalisis kondisi saat ini, meramalkan perkembangan berbagai factor noncontrollable yang relevan, memperkirakan faktor-faktor pembatas, menetapkan tujuan dan sasaran yang diperkirakan dapat dicapai, menetapkan langkah-langkah


(48)

untuk mencapai tujuan tersebut, serta menetapkan lokasi dari berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan atau sasaran tersebut.

Perencanaan Wilayah, menurut Miraza (2004), adalah “suatu perencanaan yang berjangka panjang, bertahap dan tersistematis dengan suatu tujuan yang jelas”. Tujuan yang jelas ini adalah yang menyangkut pada keselarasan kepentingan

stakeholders, baik masyarakat dari berbagai lapisan, kelompok pengusaha maupun

pemerintah sendiri. Perencanaan wilayah menyangkut pada bagaimana pemanfaatan potensi wilayah, baik potensi sumber daya alam, sumber daya manusia maupun potensi sumber daya buatan yang harus dilaksanakan secara fully dan efficiently agar pemanfaatan potensi dimaksud benar-benar berdampak pada kesejahteraan masyarakat secara maksimal.

Disamping itu juga perlu ada pemikiran bagaimana dunia usaha dapat berkiprah secara ekonomis serta pemerintah mendapatkan manfaat dari semua keadaan ini bagi kelangsungan kepemerintahan yang baik.

Widodo (2006) perencanaan adalah upaya institusi publik untuk membuat arah kebijakan pembangunan yang harus dilakukan di sebuah wilayah baik negara maupun di daerah dengan didasarkan keunggulan dan kelemahan yang dimiliki oleh wilayah.

Conyers & Hills (dalam Arsyad 1999), bahwa perencanaan adalah suatu proses yang berkesinambungan yang mencakup keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan berbagai alternative penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu pada masa yang akan datang.


(49)

Berdasarkan definisi diatas, Arsyad (1999) berpendapat ada empat elemen dasar perencanaan, yaitu :

1. Merencanakan berarti memilih;

2. Perencanaan merupakan alat pengalokasian sumber daya;

3. Perencanaan merupakan alat untuk mencapai tujuan;

4. Perencanaan berorientasi ke masa depan.

Secara garis besar, ada tiga kelompok model perencanaan, yakni konsistensi, optimisasi dan simulasi. Model konsistensi terbentuk oleh sederetan persamaan simultan. Beberapa tujuan pembangunan diupayakan untuk mencapai konsisten dengan karakteristik utama berorientasi kesisi permintaan. Model optimisasi menekankan pencapaian optimum dari suatu tujuan akibat kendala-kendala atau keterbatasan sumber daya. Alat analisis yang populer dalam model optimisasi adalah pemograman linier (linier programming). Model simulasi berorientasi kesuatu percobaan terhadap sistem ekonomi yang dirumuskan melalui model. Pada kenyataannya, tidak satupun model yang menyajikan hasil terbaik. Modifikasi dan penggabungan sering dilakukan disesuaikan dengan kadar dan karakteristik ekonomi.

Sumodiningrat (2004), perencanaan pembangunan wilayah merupakan suatu upaya merumuskan dan mengimplikasikan kerangka teori ke dalam kebijakan ekonomi dan program pembangunan yang didalamnya mempertimbangkan aspek wilayah dengan mengintegrasikan aspek sosial dan lingkungan menuju tercapainya kesejahteraan yang optimal dan berkelanjutan.


(50)

Pengembangan wilayah merupakan program menyeluruh dan terpadu dari semua kegiatan dengan memperhitungkan sumberdaya yang ada dan memberikan kontribusi kepada pembangunan suatu wilayah. Konsep pengembangan wilayah adalah suatu upaya dalam mewujudkan keterpaduan penggunaan sumberdaya dengan penyeimbangan dan penyerasian pembangunan antar daerah, antar sector serta antar pelaku pembangunan dalam mewujudkan tujuan pembangunan daerah (Anwar, 1999).

Berdasarkan defenisi, pendapat dan pandangan para pakar sebagaimana diatas sintesa pendapat penulis terhadap perencanaan wilayah substansinya lebih mengena kepada pandangan atau pendapat Miraza (2004) dimana perencanaan wilayah adalah “suatu perencanaan yang berjangka panjang, bertahap dan tersistematis dengan suatu tujuan yang jelas”. Tujuan yang jelas ini adalah yang menyangkut pada keselarasan kepentingan stakeholders, baik masyarakat dari berbagai lapisan, kelompok pengusaha maupun pemerintah sendiri. Perencanaan wilayah menyangkut pada bagaimana pemanfaatan potensi wilayah, baik potensi sumber daya alam, sumber daya manusia maupun potensi sumber daya buatan yang harus dilaksanakan secara

fully dan efficiently agar pemanfaatan potensi dimaksud benar-benar berdampak pada

kesejahteraan masyarakat secara maksimal.

Berdasarkan substansi ini nantinya penulis lebih focus pada potensi sumber daya manusia dan peranannya sesuai dengan kewenangannya dalam mengelola pembangunan daerah untuk mewujudkan Good Governance. Dan disamping itu untuk memperkaya wawasan dalam penulisan dan pembahasan nantinya masih


(51)

diperlukan teori-teori yang relepansinya masih berkaitan dalam penelitian nantinya, antaralain adalah sebagai berikut.

Inti dari teori perencanaan adalah proses perencanaan. Perencana baik individual maupun kelompok membawa konsep – konsep utama.

Teori perencanaan, Moekijat, (1980) terdiri dari 3 (tiga) teori, yaitu :

1. Theory of Planning yaitu menjelaskan prinsip - prinsip, prosedur dan langkah–

langkah normatif yang seharusnya/sebaiknya dijalankan dalam proses perencanaan untuk menghasilkan outputs dan outcomes yang efektif.

2. Theory in Planning yaitu merupakan teori substantif dari berbagai disiplin ilmu

yang relevan dengan bidang perencanaan.

3. Theory for planning yaitu menjelaskan prinsip etika, nilai dan moral yang

menjadi pertimbangan bagi perencana didalam menjalankan peranannya.

Untuk pembagian ketiga teori perencanaan tersebut, dapat dijelaskan berikut ini :

1. Theory of Planning

Theory of Planning yaitu menjelaskan prinsip - prinsip, prosedur dan langkah

langkah normatif yang seharusnya/sebaiknya dijalankan dalam proses perencanaan untuk menghasilkan outputs dan outcomes yang efektif.

Prinsip – prinsip perencanaan :

- Memandang ke masa depan yang tidak berkepastian

- Mengetahui adanya masalah sosial ekonomi yang akut


(52)

- Menyadari kebutuhan untuk menyusun langkah dan kebijakan secara kolektif. Prosedur dan langkah – langkah perencanaan :

a. Menentukan tujuan dan sasaran perencanaan dalam proses politik yang

menyertakan seluruh warga.

b. Mengetahui fakta – fakta tentang kondisi yang ada dan latar belakangnya serta memperkirakan apa yang bakal terjadi dalam situasi – situasi tertentu.

c. Mengkaji pilihan – pilihan tindakan yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan dan sasaran dengan mengingatkan potensi dan hambatan yang ada.

d. Menentukan pilihan – pilihan yang terbaik berdasarkan pertimbnagan normatif maupun teknis didalam konyeks partisipatif.

e. Mengusulkan rangkaian kebijakan dan tindakan yang perlu diambil dalam

pelaksanaan pilihan yang diambil.

f. Melakukan langkah – langkah implementasi melalui tindakan sosialisasi,

penegakan, pemberian insentif dsb serta memantau pelaksanaan secara sistematik dan teratur.

2. Theory in Planning

Theory in Planning yaitu merupakan teori substantif dari berbagai disiplin

ilmu yang relevan dengan bidang perencanaan. Oleh karena itu Theory in Planning merupakan bagian dari Planning theory yang diterapkan dalam berbagai disiplin ilmu yang sesuai dengan bidang perencanaan. Artinya suatu rencana yang diterapkan dapat berubah sesuai dengan kebutuhan, karena dalam penyusunan suatu rencana dalam implementasi suatu proyek atau kegiatan, penerapan yang dibuat dapat disesuai


(53)

dengan kebutuhan proyek tersebut. Untuk lebih jelas mengenai Theory in Planning akan di bahas pada sub topic berikutnya, yaitu pada poin C.

3. Theory for Planning

Theory for planning yaitu menjelaskan prinsip etika, nilai dan moral yang menjadi pertimbangan bagi perencana didalam menjalankan peranannya. Dalam teori untuk perencanaan (theory for planning) Prinsip Etika Perencanaan dapat dilihat dalam peran perencanaan itu sendiri.

Kegiatan perencanaan di negara maju merupakan bagian dari proses untuk merespon permasalahan sosial-ekonomi dan politik, bahkan sudah merupakan budaya masyarakat dan terkait erat dengan sistem manajemen publik. Semakin maju budaya politik dan sistem manajemen publik, semakin besar kontribusi perencanaan dalam memberikan informasi kebijaksanaan, inovasi, dan input teknikal untuk mendukung proses pengambilan keputusan bagi pihak pelaku berkepentingan baik sektor publik dan sektor privat, maupun individual. Kegiatan perencanaan yang paling nyata adalah sebagai bentuk tindakan alokasi dan inovasi dalam arena publik termasuk sebagai alat pengarahan masyarakat (societal guidance). akan tetapi jika peran pemerintah gagal atau tidak kurang efektif maka proses perubahan sosial akan menguat melalui kekuatan sosial-politik masyarakat. Dalam keadaan normal, tindakan perencanaan tetap memegang prinsip untuk tidak mengurangi ruang gerak masyarakat dan mekanisme pasar.

Sedangkan substansi perencanaan dapat dilihat dari tujuan dari perencanaan itu sendiri yaitu untuk menyediakan informasi tindakan kebijaksanaan, inovasi, dan


(54)

solusi teknis bagi proses alokasi sumberdaya publik, pengarahan masyarakat, serta optimasi pemanfaatan sumberdaya yang tersedia. Substansi perencanaan yang bersifat strategik dan perencanaan teknikal atau operasional pada hakekatnya terkait dengan sistem perencanaan makro (umum) dan mikro (spesifik), maupun terkait pada siklus manajemen publik dan siklus manajemen kegiatan/proyek. Substansi perencanaan pada dasarnya memuat produk gabungan antara rekayasa sosial-ekonomi dan lingkungan fisik, dan juga memuat produk pengaturan yang dihasilkan dari kesepakatan politik, kelayakan ekonomi, dan solusi teknikal untuk memberikan pengarahan bagi masyarakat.

Dampak penting yang dihasilkan dari tindakan perencanaan: (1) meningkatnya kemampuan masyarakat sebagai individu, keluarga, dan masyarakat sebagai pelaku bagi proses perubahan sosial-ekonomi, (2) terciptanya tatanan sosial-politik yang lebih akomodatif terhadap proses perkembangan masyarakat dan pasar, (3) terbangunnya kapasitas kelembagaan pembangunan, (4) tersedianya informasi kebijakan, inovasi, dan teknikal yang dapat digunakan sebagai sarana pengambilan keputusan bagi para pelaku yang berkepentingan (stakeholders).

Nilai-nilai kegiatan perencanaan adalah rasionalitas pasar dan rasionalitas sosial-politik, yang mempengaruhi proses dan tindakan perencanaan. Oleh karena itu seorang perencana harus memliki nilai dan moral yang menjadi pertimbangan dalam membuat suatu perencanaan. Dalam perencanaan harus mempunyai nilai seperti transparan, akuntabel, keadilan, dan partisipatif atau demokratis yaitu :


(55)

a. Perencanaan yang transparan mempunyai ciri yaitu adanya proses perencanaan yang mudah dimengerti, dimana informasi tentang produk dan informasi kebijakan dan input teknikal tersedia dan aksesnya terbuka, dan pelaku berkepentingan dapat mengetahui apa peran yang dimainkan dalam pengambilan keputusan atau terlibat dalam tindakan perencanaan.

b. Perencanaan yang akuntabel mempunyai ciri antara lain dapat dipertanggungjawabkan dan sah diterima masyarakat, sesuai dengan tujuan yang ditetapkan, efisien dalam menggunakan sumberdaya, efektif dalam pemecahan solusi masalah, memberi keleluasaan dan kemudahan, dan melihat kepentingan masyarakat banyak.

c. Perencanaan yang berkeadilan mempunyai ciri antara lain dapat melihat keseimbangan antara hak-hak individu dan dan kepentingan masyarakat banyak, atau memberikan pemihakan kepada masayarakat yang lemah akses dan kemampuannya untuk mendapatkan sumberdaya yang diperlukan.

d. Perencanaan yang partisipatif atau demokratis dapat dicirikan sebagai perencanaan yang mengadopsi prinsip interaktif, kesetaraan, dan kooperatif

dalam proses pengambilan keputusan secara bersama dengan

mempertimbangkan aspirasi semua pelaku yang berkepentingan dan bagi kepentingan masyarakat banyak.


(56)

2.1.2 Teori Dalam Perencanaan (Theory In Planning).

Sebagaimana yang telah diuraikan diatas, teori dalam perencanaan tidak dapat dipisahkan dengan teori perencanaan, karena teori dalam perencanaan adalah merupakan subbagian dari teori perencanaan. Theory in Planning yaitu merupakan teori substantif dari berbagai disiplin ilmu yang relevan dengan bidang perencanaan. Suatu rencana yang telah ditetapkan walaupun itu perencanaan apa saja, apabila terjadi kebuntuan atau kendala dalam pelaksanaannya maka tetap merujuk kembali kepada teori perencanaan. Jadi dapat dikatakan bahwa teori perencanaan adalah merupakan induk dari theory in planning. yang dalam penerapannya dapat berubah sesuai dengan kebutuhan.

Perencanaan dapat dikelompokkan berdasarkan kebutuhannnya, untuk dapat melihat penggunaan perencanaan dalam aplikasinya maka perencanaan dapat terlebih dahulu dikenali melalui 3 konsep formal, yaitu upaya mengaitkan keilmuan dan pengetahuan tehnikal bagi :

a. Tindakan di dalam domain publik (action in the public domain), yang diangkat dari filosofi politik, berupa suatu tindakan baik pengubahan kondisi perilaku rutin dan inisiasi dari sesuatu mata rantai konsekuensi agar tidak terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan,

b. Proses pengarahan masyarakat (societal guidance), yang merupakan keterlibatan peran pemerintah baik dalam bentuk alokasi dan inovasi,


(1)

Mustopadidjaja, AR., 1997, “Transformasi Manajemen Menghadapi Globalisasi Ekonomi”, dalam Jurnal Administrasi dan Pembangunan, Vol.1 No.1, 1997, ISSN 1410-5101, PP PERSADI, Jakarta.

Nasution, S, 2003, Metode Research (Penelitian Ilmiah), PT Bumi Aksara, Jakarta. Nisjar S. Karhi, 1995, Manajemen Strategik, Bandung: Mandar Maju.

Nisjar S. Karhi, 1997, Beberapa Catatan Tentang “Good Governance”, Jurnal Administrasi dan Pembangunan, Vol. 1, No.2, Himpunan Sarjana Administrasi Indonesia, Jakarta.

Noe M. Robert & R. Wayne Mondy, 1990, Human Resource Management, Allyn and Bacon.

O’Connell, H (ed), 1994, Women and Conflict, Oxford, Oxfam Publication.

Osborne, david, and Ted Gaebler, 1992, Reinventing Government : How Entrepreneurial Spirit is Transforming The Public Sector, Reading, Massachusetts : Addisom Wesley Publishing Co. Inc.

Priyanto Makhdum dan Anwar Sanusi, 2001, Teknologi Informasi dalam Kepemerintahan, Lembaga administrasi Negara, Jakarta.

Rachbini, Dikdik J., 1999, Pembangunan Ekonomi Rakyat di Pedesaan, Jakarta: Bina Rena Pariwara.

Ryaas Rasyid, 1997, Birokrasi Pemerintahan Politik Orde Baru, Yasrif Watampone, Jakarta.

Robbins, Stephen P. 1994.Teori Organisasi Struktur; Desain & Aplikasi. Jakarta, Arcen

Robbins, Stephen P. 2001. Perilaku Organiasi. Alih Bahasa Hadyana Pujaatmaka, dkk. Penerbit Prenhallindo : Jakarta

Sadu Wasistiono,Etin Indrayani,Andi Pitono,2006, Memahami Asas Tugas Pembantuan; Pandangan Legalistik, Teoritik, dan Implementatif, Penerbit Fokusmedia, Bandung.

Sedarmayanti, 2008, Manajemen Sumber Daya Manusia, Reformasi Birokrasi dan Manajemen Pegawai Negeri Sipil, Bandung.


(2)

Senge, Peter M, 1994 The Fifth Discipline, Sydney, Random House Australia Pty. Ltd.

Senge, Peter M, 1995, The Fifth Discipline : The Art and Practice of The Learning Organization, London: Century.

Siagian, (1993), Manajemen Sumber daya Manusia, PT Bumi Aksara, Jakarta

Soetomo, (2006), Strateagi-Strategi Pembangunan masyarakat, Pustaka Pelajar, Jogjakarta.

Stewart, J.D., 1984, “The Role of Information in Public Accountability”, dalam Anthony Hopwoord and Cyril R. Tomkins, eds., Issues in Public Sector Accounting, Oxford, England: Philip Alan.

Stewart, Thomas A, 1997, Intellectual Capital : The New Wealth of Organizations, Doubleday.

Sudarsono,1992, Kamus Hukum, Rineka Cipta. Sudjana, 2005, Metode Statistika, Tarsito, Bandung.

Sugiono, 2009 , Metode Penelitian Bisnis,AlFabeta Bandung

Sugiono, 2005, Metode Penelitian, Cetakan ke 15, Al Fabeta, Bandung.

Sumodiningrat, Gunawan, 1999, Pemberdayaan Masyarakat dan Jaring Pengaman Sosial, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Supriyadi, Gering, 2001, Modul Diklat Prajabatan Golongan III: “Etika Birokrasi”, Jakarta, LAN RI.

Taliziduhu Nraha, 1988, Metodologi Pemerintahan Indonesia, Bina Aksara, Jakarta. Tayibnapis, Burhanuddin. 1995, Administrasi Kepegawaian; Suatu Tinjauan

Analitik, Pradanya Pramita, Jakarta.

Tika M. Pabundu, 2005r, Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan, Penerbit Budi Aksara, Jakarta.

Tilaar, H.A.R., 2000, Paradigma Baru Pendidikan Nasional, Jakarta : Rineka Cipta. Tjiptoherijanto, Prijono, 1998, Kinerja SDM dan Manajemen Perubahan (dalam


(3)

Todaro, 1995, Ekonomi Untuk Negara Berkembang, Bumi Aksara, Jakarta

Todaro, Michael. P,1983, Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Penerbit Ghalia, Indonesia.

Topo Ashari, Eddy dan Desi Fernanda, 2001, Membangun Kepemerintahan Yang Baik (Bahan Ajar Diklatpim Tingkat III), Jakarta, LAN RI.

Ulrich, Dave., 1998, A new Mandate for Human Resources, Harvard Business Review, January-February, pp.125-134.

Uzer Usman, Moh, 2002, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

UNDP, 1997, Governance for Suitable Development – A Policy Document, New York: UNDP.

UNDP, 1997, Governance for Sustainable Development – A Policy Document, New York: UNDP.

UNDP, 1999, UNDP and Governance: Experiences and Lesson Learned, Lesson Learned Series No. 1, New York: UNDP Management Development and Governance Division, Downloaded Internet Document File.

Veithzal Rivai, 2008, Performance Appraisal, Raja Gravindo Persada, Jakarta.

Wallis, Malcolm, 1989, Bureaucracy: Its Roles The Third Worl Development, Basingtoke: London, McMillan Publisher Ltd.

Wibowo, 2007, Manajemen Kinerja, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Widodo, 2006, Perencanaan Pembangunan Aplikasi Komputer Era Otonomi Daerah, UPP STIM YKPN, Jokjakarta.

William, S and Janet Seet and Adelina Mwau, The Osfam Gender Training Manual, Oxford, Oxfam Publication.

Yudoyono, Bambang. 2001, Otonomi Daerah, Penerbit Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

Yuli Sri Budi Cantika. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia, Penerbit Mandar Maju, Jakarta.


(4)

KUMPULAN PERATURAN DAN PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-Undang Dasar Tahun 1945.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah.

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 Tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggara Negara yang bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme,.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian sebagaimana telah dirubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999. Undang-Undang RI No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.

Undang-Undang RI Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025, Pustaka Mandiri , Jakarta.

Undang-Undang RI Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian.

Ketetapan MPR Nomor XI/MPR/1998 Tentang Penyelenggara Negara Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.

Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1999 Tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara Tahun 1994-2004.

Ketetapan MPR Nomor VI/MPR/2001 Tentang Etika Kehidupan Berbangsa. Ketetapan MPR Nomor VII/MPR/2001 Tentang Visi Indonesia Masa Depan.

Ketetapan MPR Nomor VIII/MPR/2001 Tentang Rekomendasi Arah Kebijakan Pemberantasan Korupsi, kolusi dan Nepotisme.

Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 Tentang Diklat Jabatan Pegawai negerri Sipil.

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 99 Tahun 2000 Tentang Tunjangan Jabatan Struktural.


(5)

Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintahan

Surat Edaran Menteri Koordinator Pengawasan Pengembangan dan Pendayagunaan Aparatur Negara (Menko Wasbangpan) Nomor 56/MK.WASPAN/98 Tentang Pelayanan Kepada Masyarakat.

Surat Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (Menpan) Nomor 81/1993 Tentang Pedoman Pelayanan Umum.

Keputusan Kepala LAN RI Nomor 1 Tahun 2003 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan Golongan I dan II.

Keputusan Kepala LAN RI Nomor 193/XIII/10/6/2001 Tentang Pedoman Umum Diklat Jabatan PNS.

Keputusan Kepala LAN RI Nomor 194/XIII/10/6/2001 Tentang Pedoman Akreditasi dan Sertifikasi Lembaga Diklat PNS.

Keputusan Kepala LAN RI Nomor 2 Tahun 2003 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan Golongan III

Keputusan Kepala LAN RI Nomor 540/XIII/10/6/2001 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Diklat Kepemimpinan Tingkat III.

Keputusan Kepala LAN RI Nomor 541/XIII/10/6/2001 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Diklat Kepemimpinan Tingkat III.

Keputusan Kepala LAN RI Nomor 542/XIII/10/6/2001 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Diklat Kepemimpinan Tingkat I.

Keputusan Kepala LAN RI Nomor 6 Tahun 2005 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Diklat Kepemimpinan Tingkat II.

Keputusan Kepala LAN RI Nomor 7 Tahun 2003 Tentang Pedoman Umum Seleksi Calon Peserta

Keputusan Kepala LAN RI Nomor 8 Tahun 2003 Tentang Pedoman Umum Keputusan Kepala LAN RI Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Pedoman Seleksi Calon Peserta

Surat Keputusan Kepala LAN Nomor 589/IX/6/Y/99 Tentang Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang telah diperbaharui


(6)

Keputusan Kepala LAN dengan Nomor :239/IX/6/8/203 Tentang Perbaikan Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.