PARTISIPASI X X X Y Data primer

1. AKUNTABILITAS

Meningkatkan akuntabilitas para pengambil keputusan dalam segala bidang yang menyangkut kepentingan masyarakat.

2. PENGAWASAN

Meningkatkan upaya pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dengan mengusahakan keterlibatan swassta dan masyarakat luas.

3. DAYA TANGGAP

Meningkatkan kepekaan para penyelenggara pemerintahan terhadap aspirasi masyarakat tanpa kecuali.

4. PROFESIONALISME

Meningkatkan kemampuann dan moral peyelenggara pemerintahan agar mampu memberi pelayanan yang mudah, cepat, tepat dengan biaya terjangkau.

5. EFISIENSI EFEKTIVITAS

Menjamin terselenggaranya pelayanan kepada masyarakat dengan menggunakan sumber daya yang tersedia secara optimal bertanggung jawab.

6. TRANSPARANSI

Menciptakan kepercayaan timbal balik antara pemerintah dan masyarakat melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan didalam memperoleh informasi.

7. KESETARAAN

Memberi peluang yang sama bagi setiap anggota masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraannya.

8. WAWASAN KE DEPAN

Membangun daerah berdasarkan Visi strategi yang jelas mengikit sertakan warga dalam seluruh proses pembangunan, sehingga warga merasa memiliki dan ikut bertanggungjawab terhadap kemajuan daerahnya.

9. PARTISIPASI

Mendorong setiap warga untuk mempergunakan hak dalam menyampaikan pendapat dalam proses pengambilan keputusan, yang menyangkut kepentingan masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung.

10. PENEGAKAN HUKUM

Mewujudkan penegakan hukum yang adil bagi semua pihak tanpa kecuali, menjunjung tinggi HAM dan memperhatikan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat.

2.4.2 Penerapan Good Governance Kepemerintahan Yang Baik

Kaitan dengan konsepsi Good Governance kepemerintahan yang baik maka secara konseptual pengertian kata “good” dalam istilah kepemerintahan yang baik Good Governance mengandung dua pemahaman sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara Pertama, nilai yang menjunjungi tinggi keinginan atau kehendak rakyat, dan nilai yang dapat meningkatkan kemampuan rakyat dalam pencapaian tujuan nasional, kemandirian, pembangunan berkelanjutan dan keadilan sosial. Kedua, aspek fungsional dari pemerintah yang efektif dan efisien dalam pelaksanaan tugasnya untuk mencapai tujuan tersebut. Dari berbagai pengertian Good Governance, dapat disimpulkan bahwa; wujud good governance adalah penyelenggaraan pemerintahan negara yang solid dan bertanggung jawab, serta efisien dan efektif, dengan menjaga “kesinergian” interaksi yang konstruktif diantara domain negara, sektor swasta dan masyarakat LAN, 2000. Peraturan pemerintah nomor 101 tahun 2000, merumuskan arti Good Governance adalah kepemerintahan yang mengembangkan dan menerapkan prinsip- prinsip profesionalitas, akuntabilitas, transparansi, pelayanan prima, demokrasi, efisien, efektivitas, supermasi hukum dan dapat diterima oleh seluruh masyarakat. Berikutnya UNDP 1997 mengemukakan bahwa karakteristik atau prinsip yang harus dianut dan dikembangkan dalam praktek penyelenggaraan kepemerintahan yang baik, meliputi : 1. Participation Partisipasi, 2. Rule of Law Kepastian Hukum, 3. Transparency Transparansi, 4. Responsiveness Tanggung Jawab, 5. Consensus Orientation Berorientasi Pada Kesepakatan, 6. Equity Keadilan, 7. Effectiveness and Effficiency Efektivitas dan Efisiensi, 8. Accountability Akuntabilitas, 9. Strategic Vision Visi Strategis. Dari telusuran keberagaman wacana Good Governance, terdapat sekumpulan nilai-nilai yang sebenarnya telah diterapkan di Indonesia sebagai nilai-nilai yang sebenarnya telah tertanam hidup di akar budaya masyarakat Indonesia. Empat belas karakteristik yang dapat terhimpun dari telusuran wacana Good Goverrnance, yaitu : 1. Berwawasan kedepan visi strategis, 2. Terbuka transparan, 3. Cepat tanggap responsif, 4. Bertanggung jawabbertanggung gugat akuntabel, 5. Profesional dan kompeten, 6. Efisien dan efektif, 7. Desentralistis, 8. Demokratis, 9. Mendorong Universitas Sumatera Utara partisipasi masyarakat, 10. Mendorong kemitraan dengan swasta dan masyarakat, 11. Menjunjung supremasi hukum, 12. Berkomitmen pada pengurangan kesenjangan, 13. Berkomitmen pada tuntutan pasar, 14. Berkomitmen pada lingkungan hidup Tim Pengembangan Good Public Governance, Bappenas 2000. Dalam Konferensi Nasional Kepermerintahan Daerah Yang Baik, pada bulan Oktober 2011 telah disepakati Sepuluh Prinsip Kepemerintahan Daerah Yang Baik oleh seluruh anggota Asosiasi Pemerintahan Kabupaten Seluruh Indonesia APKASI, Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia APEKSI, Asosiasi DPRD Kabupaten Seluruh Indonesia ADKASI, dan Asosiasi DPRD Kota Seluruh Indonesia ADEKSI, yang mencakup prinsip-prinsip sebagai berikut : 1. Prinsip Partisipasi 2. Prinsip Penegak Hukum 3. Prinsip Transparansi 4. Prinsip Kesetaraan 5. Prinsip Daya Tanggap 6. Prinsip Wawasan Ke depan 7. Prinsip Akuntabilitas 8. Prinsip Pengawasan 9. Prinsip Efisiensi dan Efektivitas 10. Prinsip Profesionalisme Prinsip-prinsip good governance dalam praktek penyelenggaraan negara dituangkan dalam 7 tujuh asas-asas umum penyelenggaraan negara sebagaimana dimaksud dalam UU Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas Korupsi Kolusi dan Nepotisme. Asas-asas umum penyelenggaraan negara meliputi : Universitas Sumatera Utara 1. Asas Kepastian Hukum 2. Asas Tertib Penyelenggaraan Negara 3. Asas Keterbukaan 4. Asas Proporsionalitas 5. Asas Profesionalitas 6. Asas Akuntabilitas Keseluruhan prinsip Good Governance tersebut saling memperkuat, terkait, dan tidak dapat berdiri sendiri, yang kemudian dapat disimpulkan bahwa terdapat 4 unsurprinsip utama yang dapat memberi gambaran administrasi publik yang berciri kepemerintahan yang baik yaitu : • Akuntabilitas. Adanya kewajiban bagi aparatur pemerintah untuk bertindak selaku penanggung jawab dan penanggung gugat segala tindakan dan kebijakan yang ditetapkan. • Transparansi. Kepemerintahan yang baik akan bersifat transparan terhadap rakyatnya, baik di tingkat pusat maupun daerah. • Keterbukaan. Menghendaki terbukanya .kesempatan bagi rakyat untuk mengajukan tanggapan dan kritik terhadap pemerintah yang dinilai tidak transparan. • Aturan hukum. Adanya jaminan kepastian hukum dan rasa keadilan masyarakat terhadap setiap kebijakan publik yang ditempuh. Dengan demikian, untuk mewujudkan kepemerintahan yang baik pada dasarnya harus melibatkan unsur-unsur dalam kepemerintahan Governance Stakeholders yang dikenal dengan 3 pilar yaitu : • NegaraPemerintah. Konsepsi kepemerintahan pada dasarnya adalah kegiatan kenegaraan, yang melibatkan sektor swasta dan kelembagaan masyarakat madani. Universitas Sumatera Utara • Sektor Swasta. Pelaku sektor swasta mencakup perusahaa swasta yang aktif dalam interaksi sistem pasar. • Masyarakat Madani. kelompok masyarakat dalam konteks kenegaraan yang pada dasarnya berada di antara pemerintah dan perorangan, yang mencakup baik perorangan maupun kelompok masyarakat yang berinteraksi secara sosial, politik dan ekonomi.

2.4.3 Unsur-unsur Good Governance

Unsur-unsur good governance dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu : a. NegaraPemerintahan : Konsepsi kepemerintahan pada dasarnya adalah kegiatan kenegaraan, tetapi lebih jauh dari itu melibatkan pula sektor swasta dan kelembagaan masyarakat madani. b. Sektor Swasta : Pelaku sektor swasta mencakup perusahaan swasta yang aktif dalam interaksi dalam sistem pasar, seperti : industri pengolahan perdagangan, perbankan, dan koperasi, termasuk kegiatan sektor informal. c. Masyarakat Madani : Kelompok masyarakat dalam konteks kenegaraan pada dasarnya berada diantara atau di tengah-tengah antara pemerintah dan perseorangan, yang mencakup baik perseorangan maupun kelompok masyarakat yang berinteraksi secara sosial, politik dan ekonomi.

2.5 Pembangunan Daerah

Pembangunan dapat diartikan berbeda-beda oleh setiap orang tergantung dari sudut pandang apa yang digunakan oleh orang tersebut. Secara umum pengertian pembangunan dapat dijelaskan dengan menggunakan dua pandangan yang berbeda Universitas Sumatera Utara yaitu; pertama, pandangan pembangunan lama atau dikenal dengan pembangunan tradisional. Sedangkan Kartasasmita 1994, memberikan pengertian pembangunan, adalah suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana. Menurut Bratakusumah 2005, dalam bukunya Perencanaan Pembangunan Daerah mengemukakan bahwa, dengan perkembangan ilmu pengetahuan, para ahli manajemen pembangunan terus berupaya untuk menggali konsep-konsep pembangunan secara ilmiah, karena secara sederhana pembangunan sering diartikan sebagai suatu upaya untuk melakukan perubahan menjadi lebih baik. Mengakomodasi arti pembangunan kepada sistem nilai bukanlah hal yang dapat secara mudah diselesaikan. Beberapa ilustrasi, selain yang menyangkut distribusi di atas, untuk menjelaskan berbagi dilema masyarakat, sehubungan dengan sistem nilai yang berkembang, dalam mengartikan pembangunan melalui ukuran pendapatan nasional, adalah sebagai berikut: - Peningkatan pendapatan total ataupun per kapita selain tidak langsung identik dengan distribusi yang dianggap baik, juga tidak langsung sama artinya dengan peningkatan kemakmuran economic welfare. Peningkatan pendapatan baru menggambarkan peningkatan total output, belum komposisi barang dan jasa yang dihasilkan. Karena kemakmuran tergantung pada komposisi termasuk kualitas barang dan jasa yang disukai oleh masyarakat, sedangkan “kesukaan” ataupun preferensi masyarakat tergantung pada system nilai yang berkembang suatu saat dimasyarakat, maka peningkatan total output belum dapat menentukan peningkatan “kemakmuran” masyarakat tersebut. Universitas Sumatera Utara Ilustrasi ini, menegaskan betapa arti pembangunan yang diukur oleh pendapatan nasional tergantung pada system nilai yang berkembangan. - Peningkatan pendapatan juga belum tentu meningkatkan “kemakmuran” economic walfare kalau cara menghasilkan output tersebut menyangkut pengorbanan masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan yang dianggap baik oleh masyarakat. Berbagai aspek kehidupan yang dapat dipengaruhi cara produksi itu antara lain adalah keaadaan keselamatan dan kenyamanan kerja. - Kalau tujuan pembangunan juga meliputi terpeliharanya hubungan social yang serasi di masyarakat, maka pembangunan akan semakin tidak sederhana untuk dapat mengakomodasi tujuan social ini. Hal ini karena terlebih dahulu harus disepakati apa yang dimaksud dengan “hubungan social yang serasi”. Dan hal ini menyangkut sistem nilai masyarakat. - Arti pembangunan tergantung pada tujuan pembangunan. - Tujuan pembangunan ditentukan oleh system nilai. - System nilai dimasyarakat sangat beragam dan terus berkembang. - Sehingga arti pembangunan tidak mudah dapat ditentukan kecuali ada kesepakatan konsensus dimasyarakat tentang tujuan yang ingin dicapai.

2.5.1 Teori Pembangunan Sosial

Menurut para pakar teori pembangunan social antara lain; Garry Jacobs, Harlan Cleveland, dan Robert MacFarlane dari Internasional Center for Peace and Development memberikan pokok pikirannya sebagai berikut: a. proses pembangunan terjadi oleh terciptanya tingkat organisasi yang semakin tinggi dalam masyarakat yang memungkinkan dihasilkannya kegiatan yang lebih besar dengan menggunakan energy social secara lebih efisien; Universitas Sumatera Utara b. masyarakat berkembang dengan mengorganisir segala pengetahuan, energi manusia serta sumber daya materil yang dimiliki masyarakat tersebut untuk mencapai aspirasinya; c. pembangunan memerlukan empat jenis infrastruktur dan sumber daya resources, yaitu yang fisik, sosial, mental, dan psikologis. Hanya yang fisik ketersediannya terbatas, sedangkan yang lainnya reatif tak terbatas; d. paling penting dalam proses pembangunan ini adalah manusia yang dengan kemampuan berfikirnya yang semakin meningkat dapat menciptakan sumber daya yang dibutuhkan untuk pembangunan, Pengetrapan dari inteligensia manusialah yang dapat merubah suatu sumber daya alam substance menjadi suatu sumber daya ekonomi resources. Karenanya kemampuan berfikir manusia merupakan sumber daya yang paling utama.

2.5.2 Indikator Ekonomi

Indikator ekonomi atau lazim disebut dengan pembangunan ekonomi adalah suatu cabang ilmu ekonomi yang menganalisis masalah-masalah yang dihadapi oleh negara-negara sedang berkembang dan mendapatkan cara-cara untuk mengatasi masalah-masalah tersebut supaya negara-negara berkembang dapat membangun ekonominya dengan lebih cepat lagi. Adapun beberapa indikator pembangunan ekonomi yang lazim dipakai oleh para ahli maupun kalangan umum adalah : a. Produk Domestik Bruto PDB b. Struktur Ekonomi c. Laju Pertumbuhan Ekonomi Universitas Sumatera Utara d. Perdagangan Luar Negeri e. Tingkat inflasi f. Nilai Tukar Petani Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negaradaerah, yakni : a. Faktor Sumber Daya Manusia, Sama halnya dengan proses pembangunan, pertumbuhan ekonomi juga dipengaruhi oleh SDM. Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting dalam proses pembangunan, cepat lambatnya proses pembangunan tergantung kepada sejauhmana sumber daya manusianya selaku subjek pembangunan memiliki kompetensi yang memadai untuk melaksanakan proses pembangunan. b. Faktor Sumber Daya Alam, sebagian besar negara berkembang bertumpu kepada sumber daya alam dalam melaksanakan proses pembangunannya. c. Faktor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat mendorong adanya percepatan proses pembangunan, pergantian pola kerja yang semula menggunakan tangan manusia digantikan oleh mesin-mesin canggih berdampak kepada aspek efisiensi, kualitas dan kuantitas serangkaian aktivitas pembangunan ekonomi yang dilakukan dan pada akhirnya berakibat pada percepatan laju pertumbuhan perekonomian. d. Faktor Budaya, Faktor budaya memberikan dampak tersendiri terhadap pembangunan ekonomi yang dilakukan, faktor ini dapat berfungsi sebagai pembangkit atau pendorong proses pembangunan tetapi dapat juga menjadi penghambat pembangunan. e. Sumber Daya Modal, Sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah SDA dan meningkatkan kualitas IPTEK. Sumber daya modal berupa barang- barang modal sangat penting bagi perkembangan dan kelancaran pembangunan ekonomi karena barang-barang modal juga dapat meningkatkan produktivitas. Universitas Sumatera Utara

2.5.3 Indikator Sosial

Indikator dapat didefinisikan sebagai suatu alat ukur untuk menunjukkan atau menggambarkan suatu keadaan dari suatu hal yang menjadi pokok perhatian. Indikator dapat menyangkut suatu fenomena sosial, ekonomi, penelitian, proses suatu usaha peningkatan kualitas.. Indikator yang akan disampaikan dalam pembahasan yang akan dicantumkan pada bab berikutnya terdiri dari indikator pembangunan sosial kemasyarakatan yang memang umum untuk dibahas sebagai suatu hal yang lumrah dalam melihat pembangunan kemasyarakatan suatu negaradaerah, yakni : a. Kemiskinan b. Ketenagakerjaan c. Pendidikan d. Kesehatan e. Indeks Pembangunan Manusia Kemiskinan Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi kekurangan hal-hal yang biasa untuk dipunyai seperti makanan, pakaian, tempat berlindung dan air minum, hal-hal ini berhubungan erat dengan kualitas hidup. Kemiskinan kadang juga berarti tidak adanya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan yang mampu mengatasi masalah kemiskinan dan mendapatkan kehormatan yang layak sebagai warga negara. Kemiskinan merupakan masalah global. Universitas Sumatera Utara Pendidikan Pembangunan pendidikan di Indonesia telah menunjukkan keberhasilan yang cukup besar. Wajib Belajar 6 tahun, yang didukung pembangunan infrastruktur sekolah dan diteruskan dengan Wajib Belajar 9 tahun adalah program sektor pendidikan yang diakui cukup sukses. Hal ini terlihat dari meningkatnya partisipasi sekolah dasar dari 41 persen pada tahun 1968 menjadi 94 persen pada tahun 1996, sedangkan partisipasi sekolah tingkat SMP meningkat dari 62 persen tahun 1993 menjadi 80 persen tahun 2002. Oey-Gardiner, 2003 Dalam evaluasi yang akan dilaksanakan terhadap keberhasilan pembangunan kependidikan di Sumatera Utara akan difokuskan kepada angka rata-rata lama sekolah serta tingkat melek huruf di Provinsi Sumatera Utara. Kesehatan Kondisi kesehatan di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat berarti dalam beberapa dekade terakhir. Sebagai contoh, angka kematian bayi turun dari 118 kematian per seribu kelahiran di tahun 1970 menjadi 35 di tahun 2003, dan angka harapan hidup meningkat dari 48 tahun menjadi 66 tahun pada periode yang sama. Perkembangan ini meperlihatkan dampak dari ekspansi penyediaan fasilitas kesehatan publik di tahun 1970 dan 1980, serta dampak dari program keluarga berencana. Meski demikian masih terdapat tantangan baru sebagai akibat perubahan sosial dan ekonomi. Universitas Sumatera Utara

2.5.4 Indeks pembangunan manusia

Setiap tahun sejak 1990, Laporan Pembangunan Manusia Human Development Report telah menerbitkan indeks pembangunan manusia human development index - HDI yang mengartikan definisi kesejahteraan secara lebih luas dari sekedar pendapatan domestik bruto PDB. HDI memberikan suatu ukuran gabungan tiga dimensi tentang pembangunan manusia: panjang umur dan menjalani hidup sehat diukur dari usia harapan hidup, terdidik diukur dari tingkat kemampuan baca tulis orang dewasa dan tingkat pendaftaran di sekolah dasar, lanjutan dan tinggi dan memiliki standar hidup yang layak diukur dari paritas daya beli PPP, penghasilan. 2.5.5 Pendidikan Dan Pelatihan Kepemimpinan Diklatpim Menurut Siagian 2000 pertanyaan yang harus dihadapi oleh organisasi bukan lagi apakah akan melakukan investasi bagi pengembangan sumber daya manusia yang dimiliki, melainkan berapa besar investasi yang harus dibuat. Dari pertanyaan tersebut menunjukkan bahwa pengembangan sumber daya manusia mutlak diperlukan bagi organisasi yang terus berkembang sejalan dengan perkembangan dalam masyarakat. Menurut Bernadin Russel dalam Robbins, 2001, pelatihan adalah setiap usaha untuk memperbaiki performan pekerja pada pekerjaan tertentu yang sedang menjadi tanggung jawabnya, atau satu pekerjaan yang ada kaitannya dengan pekerjaannya. Pelatihan lebih berkaitan dengan peningkatan keterampilan karyawan Universitas Sumatera Utara yang sudah menduduki suatu pekerjaan atau tugas tertentu sehingga lebih menekankan pada keterampilan skill. Jadi pelatihan hanya bermanfaat dalam situasi di mana para pegawai kekurangan kecakapan dan pengetahuan. Pelatihan tidak dimaksudkan untuk menggantikan kriteria seleksi yang tidak memadai, ketidak tepatan rancangan pekerjaan, atau imbalan organisasi yang tidak memadai. Dalam pembentukan kualitas aparatur, maka pengembangan melalui pendidikan dan pelatihan Diklat sebagai salah satu media yang paling strategis, karena Diklat merupakan sarana yang handal untuk meningkatkan kemampuan pengetahuan knowledge, keahlian skill dan sikap attitude pegawai sesuai dengan kebutuhan pekerjaanjabatan. Pendidikan Dan Pelatihan Kepemimpinan Menurut Topo 2008, ada beberapa pengertian pendidikan dan pelatihan antara lain menurut: 1. Edwin B. Flippo: “Pendidikan adalah berhubungan dengan peningkatan pengetahuan umum dan pemahaman atas lingkungan kita secara menyeluruh, sedang Pelatihan adalah merupakan suatu usaha peningkatan pengetahuan dan keahlian seorang karyawan untuk mengerjakan suatu pekerjaan tertentu”. 2. Andrew F. Sikula: “Pengembangan mengacu pada masalah staf dan personel adalah suatu proses pendidikan jangka panjang dengan menggunakan suatu prosedur yang sistematis dan terorganisasi dengan mana manajer belajar Universitas Sumatera Utara pengetahuan konseptual dan teoritis untuk tujuan umum, sedang Pelatihan adalah suatu proses pendidikan jangka pendek dengan menggunakan prosedur yang sistematis dan terorganisir, dengan mana karyawan operasional belajar pengetahuan teknik pengerjaan dan keahlian untuk tujuan tertentu”. Dalam pengertian diatas Pendidikan dan Pelatihan tidak bermaksud untuk diartikan secara terpisah, yakni pendidikan terpisah dengan pelatihan akan tetapi pengertiannya merupakan satu kesatuan dan saling melengkapi yang esensinya adalah mengisi kesenjangan dan atau meningkatkan kemampuan competency pegawai dalam suatu jabatan pekerjaan organisasi, meliputi peningkatan pengetahuan knowledge, keterampilan skill, dan sikap attitude sumber daya manusianya. Dalam hubungannya dengan Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil disebutkan bahwa yang dimaksud dengan Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut Diklat adalah penyelenggaraan belajar mengajar dalam rangka meningkatkan kemampuan Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut PNS. Mengenai Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Diklatpim Tk. III adalah merupakan diklat untuk mencapai persyaratan kompetensi kepemimpinan aparatur pemerintah dalam jabatan struktural eselon III Keputusan Kepala LAN Nomor 193XIII1062001 tgl 30 Maret 2001 tentang Pedoman Umum Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil. Sebelum diberlakukannya PP 101 Tahun 2000. Diklatpim Tk. III ini disebut dengan Diklat Staf dan Pimpinan Tingkat Universitas Sumatera Utara Pertama SPAMA dan sebelumnya lagi disebut Diklat Staf dan Pimpinan Tingkat Madya SPADYA. Diklatpim Tk. III adalah jenis diklat yang diselenggarakan dalam rangka mewujudkan PNS yang memiliki kompetensi yang sesuai dengan persyaratan jabatan struktural eselon III dan sebagai persyaratan menjadi peserta pada diklat ini adalah: a. PangkatGolongan minimal Penata IIIc dan telah atau dipersiapkan untuk menduduki jabatan struktural eselon III. b. Pendidikan serendah-rendahnya Strata Satu S-1 atau yang sederajat. c. Sehat jasmani dan rohani dibuktikan dengan surat keterangan dokter. d. Lulus seleksi sebagai calon peserta Diklatpim Tk. III dengan materi pengujian sikap, perilaku, dan potensi, meliputi : - Moral yang baik, - Dedikasi dan loyalitas terhadap tugas dan organisasi, - Kemampuan menjaga reputasi diri dan instansinya, - Motivasi yang tinggi untuk meningkatkan kompetensi, - Penguasaan Bahasa Inggris minimal pasif atau memiliki skor TOEFL minimal 350. Dalam pelaksanaannya, diklat ini diproyeksikan untuk membentuk kompetensi jabatan PNS, yaitu kemampuan dan karakteristik berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas, wewenang dan tanggung jawab sebagai pejabat struktural eselon III dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Sesuai dengan Keputusan Kepala Lembaga Administrsi Negara LAN Nomor 540XIII1062001 tgl 10 Agustus 2001 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat III, standar kompetensi yang perlu dimiliki oleh PNS pemangku jabatan struktural eselon III adalah kemampuan : a. Menjabarkan visi, misi dan strategi pembangunan nasional ke dalam program instansinya; Universitas Sumatera Utara b. Memahami dan mewujudkan tata kelola kepemerintahan yang baik good governance dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab unit organisasinya; c. Melakukan perencanaan, pengawasan, pengendalian dan evaluasi kinerja unit organisasinya serta merancang tindak lanjut yang diperlukan; d. Merumuskan strategi pelaksanaan pelayanan prima sesuai dengan tugas dan tanggung jawab unit organisasinya; e. Menerapkan sistem dan prinsi-prinsip akuntabilitas dalam pelaksanaan kebijakan unit organisasinya; f. Meningkatkan kapasitas organisasi dan staf melalui peningkatan kompetensi pegawai dan pendayagunaan organisasi; g. Menumbuh kembangkan motivasi pegawai untuk mengoptimalkan kinerja unit organisasinya; h. Menetapkan prinsip-prinsip kepemimpinan dalam keragaman; i. Merumuskan dan memberi masukan untuk pemecahan masalah dan pengambilan keputusan yang logis dan sistematis; j. Melaksanakan pola kemitraan, kolaborasi dan pengembangan jaringan kerja; k. Memanfaatkan teknologi informasi dalam pelaksanaan tugas; l. Mampu berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Kompetensi Pegawai Negeri Sipil pemangku jabatan struktural eselon II memerlukan standar kompetensi jabatan yang meliputi; kompetensi dasar integritas, kepemimpinan, perencanaan, dan pengorganisasian, kerjasama, fleksibilitas dan sejumlah kompetensi bidang lainnya, Dengan memperhatikan keragaman bidang tugasnya, maka kompetensi yang dapat dipenuhi melalui penyelenggaraan Diklatpim Tk. II meliputi kompetensi dasar yang dirincikan sebagai kemampuan dalam: 1. Mengaktualisasikan nilai-nilai kejuangan dan pandangan hidup bangsa menjadi sikap dan perilaku dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan; 2. Memahami paradigma kepemimpinan dan pembangunan yang relepan dalam upaya mewujudkan good governance dan mencapai tujuan berbangsa dan bernegara; 3. Merumuskan kebijakan, program dan kegiatan sesuai dengan visi, misi, dan strategi yang ditetapkan; 4. Memahami dan menerapkan prinsi-prinsip good governance secara serasi dan terpadu; 5. Memahami dan menjelaskan keragaman sosial budaya lingkungan dalam rangka peningkatan citra dan kinerja organisasi; Universitas Sumatera Utara 6. Mengaktualisasikan kode etik PNS dalam meningkatkan profesionalitas, moralitas dan etos kerja pemimpin; 7. Melaksanakan keseluruhan kegiatan pengelolaan kebijakan dan program termasuk pelaporan pertanggungjawabannya; 8. Menyiapkan dan atau mengambil keputusan dalam rangka pelaksanaan pengelolaan kebijakan dan atau pelayanan sesuai dengan tanggungjawabnya; 9. Meningkatkan akuntabilitas dan produktivitas aparatur.

2.6 Penelitian Terdahulu

Banyak penelitian yang telah meneliti tentang Pemberdayaan SDM Aparatur, Pembangunan Daerah dan Good Governance dengan menggunakan data primer maupun menggunakan data sekunder. Penelitian ini akan menggunakan data primer dan data sekunder, peneliti akan mencoba penelusuran penelitian-penelitian sebelumnya yang menggunakan data primer. Selanjutnya akan ditabulasi dan dipetakan sehingga peneliti dapat melihat ruang baru dalam penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh Pemberdayaan SDM terhadap Good Governance dan Pembangunan Daerah pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara”, sebagaimana pada table berikut : Tabel 1. Tabulasi Penelitian Terdahulu No. Nama Judul Lokasi Tahun Permasalahan Metode Hasil 1 2 3 4 6 7 1 Yurika Maharani Siregar Tinjauan Juridis Tentang Penerapan Dewan Komisaris Dalam Penerapan Prinsip Good Coorporate Governance Pada Perseroan Terbatas. 2005 Apakah prinsip Good Coorporate Governance sudah sesuai dengan Undang-Undang Perseroan Terbatas dan bagaimana peranan serta apa akibat hukum penerapan Prinsip Good Coorporate Governance pada Perseroan Terbatas. Deduktif menarik fakta-fakta yang bersifat umum. Penerapan Prinsip Good Coorporate Governance belum sesuai dengan Perseroan Terbatas mengingat sifatnya masih belum komfrehensip karena dalam Undang-Undang No. 11995 belum secara utuh sejalan dengan prinsip-prinsip atau pedoman Good Coorporate Governance yang dibuat Komite Nasional Kebijakan Good Coorporate Governance dan peranan Dewan Komisaris dalam penerapan prinsip Good Coorporate Governance masih belum seperti yang Universitas Sumatera Utara diharapkan mengingat ketentuan mengenai tugas, kewajiban dan fungsi wewenangnya belum komfrehensif, serta akibat hukum penerapan Prinsip Good Coorporate Governance pada Perseroan Terbatas menimbulkan konsekwensi logis terhadap pengaturan Good Coorporate Governance dapat ditegakkan dengan baik. 2 Wan Hasri Fauzy Nst Pengaruh Pemberdayaan Aparatur Pemerintah Terhadap Prestasi Kerja Studi Pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Asahan. 2004. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara pemberdayaan aparatur pemerintah terhadap prestasi kerja. Metode deskriptif kuantitatif dengan menggunak an teknik analisa data korelasi antar variabel . Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dan dilanjutkan dengan menganalisa data, maka : 1. terdapat pengaruh yang kuat antara pemberdayaan aparatur pemerintah terhadap prestasi kerja sebesar 0,717. 2. Koefisien korelasi bersifat positif, sehingga terdapat pengaruh yang positif antara pemberdayaan aparatur pemerintah dengan prestasi kerja. 3. Hipotesa yang menyatakan bahwa ada pengaruh antara pemberdayaan aparatur pemerintah dengan prestasi kerja dapat diterima. 3 Erna Rahmadani Penerapan Prinsip Transparansi dalam system pengelolaan Bank Study pada PT Bank Rakyat Indonesia. 2005 Bagaimana konsep Good Corporate Governance baik dari segi pengertian, peranannya dalam sistem pengelolaan Bank, Deskriptif Survey. Dalam pengelolaan bank umum, penerapan prinsip transparansi harus dapat dilaksanakan demi terlaksananya Good Corporate Governance beuar-benar dapat dilaksanakan dengan konsisten demi tercapainya ketahanan dan daya saing bank serta tercapainya tujuan bank dalam jangka panjang dengan mengatasi faktor-faktor penghambat terlaksananya prinsip transparansi pada bank 4 Sri Imbang Jaya Putra Analisis Pemberdayaan dan Kualitas Sumber Daya Aparatur serta pengaruhnya terhadap Efektifitas Organisasi di Kec. Tebing Tinggi Kota. 2006 Apakah daerah mampu memberdayakan SDM Aparatur yang berkualitas sehingga implementasi Otonomi Daerah dapat berjalan sesuai dengan tujuan organisasi? Apakah efektifitas organisasi Pemerintah Daerah dapat berjalan terutama dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Deskriptif Kuantitatif Pemberdayaan SDM Aparatur dalam pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan sudah cukup baik dan kualitas SDM Aparatur di Kec. Tebing Tinggi Kota telah memadai dalam mendukung Otonomi Daerah Kota Tebing Tinggi sehingga menghasilkan organisasi Kec. Tebing Tinggi Kota yang cukup efektif terutama dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. 5 Budi Mulyawan Pengaruh pelaksanaan Good Governance terhadap kinerja organisasi Studi pada Dinas Kesejahteraan Sosial Kota Palembang. 2007 Apakah ada pengaruh pelaksanaan Good Governance terhadap kinerja organisasi? Deskriptif Kuantitatif. Terdapat pengaruh yang signifikan antara pelaksanaan Good Governance terhadap Kinerja Organisasi sebesar 31,6. 6 Ester Juli Asi, H. Pengaruh Pelaksanaan Prinsip-prinsip Good Governance terhadap efektifitas Pegawai Dinas Bagaimana pengaruh pelaksanaan prinsip-prinsip Good Governance terhadap efektifitas kinerja Pegawai di Dinas Jalan Jembatan Provinsi Sumatera Utara. Deskriptif Korelasi Product Moment Pearson. Pelaksanaan prinsip-prinsip Good Governance di Dinas Jalan dan Jembatan Provinsi Sumatera Utara dikategorikan baik, akan tetapi pimpinan organisasi harus terus mengkoordinasikan bawahan dapat dilaksanakan. Universitas Sumatera Utara Jalan dan Jembatan Provinsi Sumatera Utara. 2006 7 Sophorn Soeun Ba Kualitas Good Governance dalam implementasi Kebijakan Pengentasan Kemiskinan studi kasus Program Pemberdayaan Daerah Dalam Mengatasi Dampak Krisis Ekonomi PDM- DKE di Desa Ambang Ketawang Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman. 2005 Bagaimana kualitas Good Governance dalam implementasi kebijakan pengentasan kemiskinan. Regresi dan Survey. 1. Secara formal program PDM-DKE berjalan cukup baik. Namun secara substansial belum dapat dikatakan berhasil karena hanya mampu menjangkau 9,70 , untuk ke Kecamatan Gamping. 2. Di lapangan terbukti beberapa hal garis- garis kebijakan menimbulkan dilema ketidakpastian dan diperlukan penyesuaian lapangan oleh pihak pelaksana. 3. Peran pemerintah masih dominan dan belum terciptanya kemitraan antara pemerintah, masyarakat sivil dan sektor swata dalam mewujudkan Good Governance dalam pelaksanaan PDM- DKE 4. Keinginan untuk mewujudkan good governance melalui pemberian kewenangan kepala daerah dengan melibatkan sewluruh komponen dalam masyarakat masih sebatas tataran wacana. 8 R. Andi Sularso Mardianto Pengaruh Penerapan Peran Total Quality Manajemen terhadap Kualitas SDM. 2006 Bagaimana pengaruh penerapan TQM terhadap : 1. Kemampuan teoritis karyawan. 2. Kemampuan teknis karyawan. 3. Kemampuan konseptual karyawan. 4. Kemampuan Moral karyawan. 5. Keterampilan teknis karaywan. Regresi Linier. Didapati pengaruh penerapan TQM terhadap : 1. Kemampuan teoritis karyawan sebesar 96,3 . 2. Kemampuan teknis karyawan sebesar 98,2 . 3. Kemampuan konseptual karyawan sebesar 94,2 . 4. Kemampuan Moral karyawan sebesar 89,0 . 5. Keterampilan teknis karaywan sebesar 80,0 . 9 Sahminan Hubungan mengikuti Diklatpim Tingkat III dan Prestasi Kerja dengan Peningkatan Karir Pejabat Eselon IV di Pemprovsu. 2005 1. Bagaimana hubungan mengikuti Diklatpim Tingkat III dengan Peningkatan Karir Pejabat Eselon IV di Pemprovsu. 2. Bagaimana hubungan prestasi kerja dengan Peningkatan Karir Pejabat Eselon IV di Pemprovsu. 3. Bagaimana hubungan mengikuti Diklatpim Tingkat III dengan prestasi kerja secara bersama-sama dengan peningkatan karir Pejabat Eselon IV di Pemprovsu. Regresi Sederhana 1. Terdapat hubungan yang positif dan berarti antara variabel mengikuti Diklatpim Tingkat III dengan Peningkatan Karir Pejabat Eselon IV di Pemprovsu sebesar 95,4 . 2. Terdapat hubungan yang positif dan berarti antara variabel prestasi kerja dengan Peningkatan Karir Pejabat Eselon IV di Pemprovsu sebesar 95,0 . 3. Terdapat hubungan yang positif dan berarti antara variabel mengikuti Diklatpim Tingkat III prestrasi kerja secara bersama-sama dengan Peningkatan Karir Pejabat Eselon IV di Pemprovsu sebesar 95,4 . 10 Ramli Pengaruh Kinerja Aparatur terhadap Pengembangan Wilayah Suatu Kajian Pada Pemerintah Kota Medan. 2007 Apakah kinerja Aparatur pemerintah kepemimpinan, pendidikan, pelatihan, motivasi kerja, pengalaman kerja dan budaya kerja berpengaruh terhadap pengembangan wilayah. Regresi Uji Validitas dan Reliabilitas. 1. Kinerja aparatur memberikan pengaruh positif yang sangat signifikan terhadap pengembangan wilayah. 2. Kepemimpinan, pendidikan, pelatihan, motivasi kerja, pengalaman kerja dan budaya kerja memberikan pengaruh yang positif dan sagat signifikan terhadap kinerja aparatur. 11 Pra Ningrum Pengaruh praktek manajemen SDM Apakah ada pengaruh praktek manajemen SDM Regresi Liner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perencanaan karir, penilian prestasi kerja dan Universitas Sumatera Utara terhadap komitmen pimpinan pada kualitas Rumah Sakit di Bengkulu. 2002 perencanaan karir, penilaian prestasi kerja, akses informasi teknis dan dukungan sosial politik terhadap komitmen pimpinan pada kualitas Rumah Sakit. dukungan sosial politik berpengaruh positif terhadap komitmen pimpinan pada kualitas dan signikan secara statistik, tetapi akses informasi teknis tidak berpengaruh pada komitmen pimpinan. 12 Daeng M. Nazier Kesiapan SDM Pemerintah menuju tata kelola keuangan negara yang akuntabel dan transparan. 2005 Bagaimana kesiapan SDM Pemerintah menuju tata kelola keuangan negara yang akuntabel dan transparan. Klaster dua tingkat Two StageClusto r Sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1. Kekurangan SDM yang mengelola keuangan negara khususnya yang berlatar belakang akuntansi. 2. Penempatan SDM yang keliru. 3. Tingkat pemahaman dasar staf mengenai administrasi keuangan masih lemah. 4. Reward sistem yang belum tepat. 5. Sarana Prasarana serta proses pendidikan di Perguruan Tinggi untuk mendukung pengembangan akuntansi sektor publik masih membutuhkan perbaikan mutu. 13 Aidinil Zetra Studi Pengembangan Kapasitas SDM Pemerintah Daerah dalam mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. 2009 Bagaimana pengembangan Kapasitas SDM Pemerintah Daerah dalam mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah Survey. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditemukan masih sulit aparatur pemerintah daerah menyampaikan laporan keuangan pemerintah daerah secara transparan dan akuntabel, tepat waktu serta disusun mengikuti standar akuntansi pemerintahan. 14 Suria Diva Sustainable Good Governance and corporations: An Analysis of Asymmetries 2006 1. Mengapa penting melibatkan koorporasi dalam agenda sustainable good governance 2. Mengapa terjadi ketimpangan kebijakan antara tindakan dengan harapan dalam pelaksanaan sustainable good governance 3. Mengapa kebanyakan koorporasi tidak mengadopsi dan melaksanakan kebijakan- kebijakan sustainable good governance dan tidak menjalankannya dengan konsisten Survey 1. Terdapat ketidakseimbangan peranan koorporasi dalam agenda sustainable good governance 2. terdapat ketidakseimbangan kebijakan antara kebijakan koorporasi dengan kebijakan sustainable good governance 3. sustainable good governance hanya sebatas wacana dan lyps service 4. karena alas an ekonomi perusahaan ragu- ragu untuk mengambil tanggung jawab sebagai warga perusahaan yang baik dalam menjalankan sustainable good governance. 15 Elizabeth Burlesson Tribal, State, and Federal Cooperation to Achieve Good Governance 2004 Bagaimana kepastian hukum dalam melindungi masyarakat pribumi di Amerika untuk mempertahankan komunitas mereka Survey 1. Terdapat kekerasan pada suku Indian dan suku pribumi Alaskan, dua setengah kali jumlah suku nasional. 2. Dengan mempunyai organisasi yang jelas, hal masyarakat pribumi akan dilindungi. 3. Good Governance merespon kebutuhan social masyarakat masa kini dan masa yang akan datang, secara akuntabel, efektif, tranparan, adil dan inklusif. 16 Kyle Stevan Steadham Strategic Management Competencies among chief human resources officers in texas public community Bagaimana mengidentifikasi kompetensi strategi manajemen bagi kepala SDM komunitas masyarakat di Texas. Survey Dengan mengidentifikasi manajemen kompetensi dapat memperbiki kebijakan- kebijakan dan praktek yang berkaitan dengan cara penerimaan, sistem kompensasi, pelatihan dan pengembangan, perencanaan strategis dan team work eksekutif dalam community colleges. Universitas Sumatera Utara colleges 2005 17 Bambang Sutedja Pemberdayaan Aparat Pemerintah Daerah Dalam memasuki Otonomi Daerah: Kasus Aparat Pemerintah Daerah Kabupaten Bekasi2006 1.Belum meratanya distribusi SDM aparat pemerintah terutama dalam memobilisasi sumberdaya pembangunan termasuk dalam merangsang peran masyarakat dan dunia usaha untuk ikut serta dalam melaksanakan pembangunansesuai UU No 221999 2.Kualitas aparat pemerintah daerah sebagian besar masih belum sesuai dengan harapan 3.Fungsi pelayanan umum oleh aparat pemerintah daerah belum sepenuhnya menjamin kemudahan,kelancaran,trans paran,tepat waktu,kenyamanan,dan kepastian hukum. Analisis diskriptifdan analisisis SWOT Pesatnya pertumbuhan penduduk dan makin berkembangnya pembangunan kabupaten bekasi di berbagai bidang menuntut adanya pelayanan masyarakat yang semakin meningkat melalui pelaksanaan otonomi daerah yang nyata dan bertanggung jawab,tetapi masih ada kendala antaralain : kekurangan personil,profesionalisme aparat yang masih belum merata disetiap unit kerja, sarana dan anggaran diklat yang terbatas, serta tidak jelasnya pola karir PNS. Ada peluang yang mungkin dapat diraih yaitu meningkatnya system kerjasama antar instansi, makin berkembangnya program-program pemerintah yang langsung ditujukan kepada kelompok masyarakat, serta usia pegawai yang relative masih muda dan masih dapat ditingkatkan kualitasnya. Pemberdayaan aparat pemerintah daerah dalam rangka pelaksanaan birokrasi adalah melaksanakan”modal intelektual” dengan meninggalkan wawasan control,order dan prediction , untuk mengarah kepada orientasi aligment , creativity, dan empowering, hal ini berarti aparat pemerintah daerah tidaklah berada dibawah tekanan kekuasaanpengaruh political authority, tetapi lebih kepada pembentukan birokrasi yang sadar mengikat mereka adalah political commitment,dan dilihat melalui output dan outcomes, sehingga kinerja aparat menjadi lebih jelas, terukur dan terevaluasi dan juga aparat yang dapat menterjemahkan dan berimprovisasi terhadap fungsi yang menjadi tanggung jawab dan kemandiriannya. 2 18 0.. Agus Purbatin Hadi Revisi Mekanisme dan peningkatan Kualitas Perencanaan Desa Menuju Pembangunan Desa yang Partisipatif dan berkelanjutan diera otonomi daerah2007 Tinjauan terhadap model Perencanaan pembangunan desa pada masa lalu dan masa sekarang terutama dikaitkan dengan partisipasi masyarakat Deskriptif Kualitatif Diperlukan revitalisasi dan penguatan lembaga perencanaan desa, dan memberikan bantuan pendampingan dalam proses penyususnan perencanaan ditingkat desa dan kecamatan, serta perlu dilakukan desiminas dokumen Rencana Pembangunan Daerah Poldas, Renstra, Repetada sampai kepada masyarakat desa untuk memberi arah dalam penusunan perencanaan massyarakat. 19 Enceng, Liestiyodo BI, Purwanindy ah MW Meningkatkan kompetensi Aparatur Pemerintah Indonesia mewujudkan Good Governance 2006 1. Sumber daya aparatur pemerintah daerah yang terdiri dari korp pamong praja daerah dalam kenyataannya belum mempunyai kedewasaan sosial politik.. 2. Sumber daya Deskriptif Kualitatif - Untuk mendukung aparatur birokrasi yang lebih berdaya, perlu dilakukan upaya peningkatan kompetensi aparatur Pemda. Disamping pengetahuan intelektual juga harus dipadukan dengan penmgetahuan teoritik, sehingga aparatur yang profesional adalah yang mampu memadukan teori dengan prakteknya. - Good Governance merupakan proses penyelenggaraan kekuasaan negara dalam melaksanakan penyediaan public good and Universitas Sumatera Utara aparatur Pemerintah daerah belum mempunyai pengalaman memadai dan kurang profesional dan jauh dari memuaskan untuk menangani nisu-isu otonomi daerah.. 3. Aparatur pemerintah daerah belum dapat mempossisikan dirinya non- partisanh dan cenderung dokooptasi oleh kekuatan politik tertentu service. - Dalam penyelenggaraan Good governance terdapat tiga domein yang berperan yaitu pemerintah, sektor swasta dan masyarakat, masing-masing domein mempunyai posisi yang sejajar. - Untuk mewujudkan good governance harus dipenuhi beberapa prinswip-prinsip atau karakteristik goodgovernance antara lain ; partisipasi, transparansi, taat hukum, responsip, efisien efektif, akuntabilitas, visi strategis, kesetaraan, dan berorientasi kesepakatan, 20 Bambang Nugroho Tahun 2008 Reward and Punishment dalam pelaksanaan Good Governance Sumber daya aparatur saat ini dikonotasikan dengan sumber daya manusia SDM dengan profesionalisme rendah yang gterlihat dari indikator pelayanan yang tidak optimal, penggunaan waktu tidak produktif, belum optimalnya peran dan inovasi dalam menjalankan tugas. Deskriptif Perlu reformasi birokrasi untuk merombak yang selama ini dinilai lemah, ssetidaknya enam langkah strategis perlu ditindaklanjuti secara cermat yaitu; 1. Upaya-upaya meningkatkan low enforcement, dengan membentuk lembaga-lembaga yang bertugas melakukan pemantauan,pengawasan dan evaluasi kinerja yang dilakukan secara bertahap, konsisten dan berkelanjutan. 2. Hubungan kerja yang jelas sebagai alat ukur kinerja lembaga. Untuk itu diperlukan tindakan konkrit untuk mempertegas institusi yang bertanggungjawab dalam menyusun norma standard dan prosedur kerja mengelola informasi, mereview, menganalisa, merumuskan dan menetapkan indikator kinerja, mensosialisasikan SOP itu sendiri dan peningkatan kompetensi SDM dan penerapan reward dan punishmen yang konsisten. 3. Terdapat perbedaan tajam antara penghargaan atas profesionalisme antara yang terjadi di pemerintahan dengan swasta, untuk itu perlu adanya regulasi standar kinerja profesional, memperkuat kelembagaan kepegawaian dalam pembinaan profesionalitas yang sesuai standar hidup layak serta penegakan reward dan punishment. 4. Meningkatkan disiplin SDM aparatur yang masih rendah dengan perubahan perilaku yang mendasar. Hal ini terjadi melalui revitalisasi pembinaan kepegawaian dan proses pembelajaran de3ngan membangun komitmen kuat dalam mengemban tugas sebagai PNS, disertai pengembangan system reward dan punishmen yang tepat dan efektif. Universitas Sumatera Utara 5. Perubahan dalam membangun pola perilaku aparatur yang berorientasi pada pelayanan, membangun kemitraan antara pemerintah dan masyarakat yang dilayani dalam penyelenggaraan pelayanan serta membangun organisasi pemerintah berdasarkan pada kepercayaan dan pengembangan system yang berorientasi pada kepuasan pelanggan. 6. Perlunya standar pelayanan yang jelas, meliputi procedure, jangka waktu, dan kalau perlu biaya yang jelas, guna mendorong terciptanya lembaga pelayanan yang standar dan teratur. Dengan membangun system standarisasi pelayanan mulai dari input, proses, output pelayanan yang selanjutnya dituangkan dalam SOP yang transparan. 21 Suryo Pratolo Pengaruh audit manajemen, komitmen organisasional manajer, pengendalian intern terhadap penerapan prinsip-prinsip good corporate governance dan kinewrja badan usaha milik negara di indonesia 1. Apakah terdapat hubungan audit manajemen, komitmen manajer pada organisasi dan pengendalian intern. 2. Apakah terdapat pengaruh audit manajemen, komitmen manajer pada organisasi dan pengendalian intern terhadap penerapan prinsip-prinsip good corvorate governance baik secara parsial maupun simultan 3. Apakah terdapat pengaruh audit manajemen, komitmen manajer pada organisasi, pengendalian intern dan penerapan prinsip-prinsip good corporate governance terhadap kinerja perusahaan BUMN baik secara parsial maupun simultan. Deskriftif Kuantitatif - Terdapat hubungan antara audit manajemen, komitmen manajer pada organisasi dan pengendalian intern dan menunjukkan bahwa ketiga variabel saling mendukung dalam rangka pengaruhnya terhadap variabel penerapan prinsip-prinsip good corporate governance dan kinerja perusahaan. 22 Taufik Bapeda Lhok suemawe 2011 Analisis kwalitas SDM dalam meningkatkan kinerja Pemerintah Kota Lokh Sumawe Apakah Pendidikan dan Pelatihan berpengaruh terhadap kuwalitas kinerja dikota Lokh Sumawe Statistik Ujit dengan SPSS - Pendidikan dan kelebihan berpengaruh terhadap kuwalitas kerja - Sarana dan Prasarana, konpensasi dan promosi berpengaruh terhadap peningkatan kuwalitas kerja. Dari rumusan dan hasil yang di dapat, dapat mempengaruhi dan dapat meningkatkan kinerja Pegawai Badan Perencanaan Pembangunan Daerah.Kota Lhok Seumawe 23 Ginting Analisis kuwalitas SDM dalam meningkatkan kenerja Pemerintah Kota Lhok Seumawe 2008 Apakah Diklat Sarana dan Prasarana kompensasi dan promosi Pegawai berpengaruhi terhadap kuwalitas Kerja Pegawai Bapeda Kota Lhok Suemawe Regresi Berganda Program SPSS - X 1 X 2 X 3 X 4 berpengaruh signifikat terhadap kuwalitas kerja pegawai Bepeda dan dapat meningkatkan kinerja Pemko Lhok Suemawe Universitas Sumatera Utara 24 Jurnal MIPI 2005 Peran Pemimpin dalam meningkatkan Kinerja Aparatur Suatu tunjauan peningkatakan kinerja Dinas Sosial Pemkab Subang Bagaimana menciptakan model untuk meningkatkan kinerja aparatur Survey Model Hal-hal yang dilakukan Dinas Sosial Pemkab Subang terhadap peningkatan kinerja Aparatur adalah memberdayakan Pegawai melalui penataan. 1. Pekerjaan yang baik meningkatkan disiplin dengan program Integrasi 2. Memberikan motivasi kepada Pegawai 3. Kepemimpinan yang PAMONG 4. Kesepakatan atau membangun komitmen 25 Dumasari Harahap 2012 Analisis Pengaruh Pemberdayaan SDM terhadap Good Governance dan Pembangunan Daerah pada Pemerintah Privinsi Sumatera Utara Apakah Pemberdayaan SDM aparatur X1 X2 X3 berpengaruh terhadap Good Governance Apakah X1 X2 X3 dan Y1 berpengaruh terhadap Y2 Regresi Sederhana dan Berganda 1. Ada pengaruh X1 X2 X3 terhadap Y1 2. Ada Pengaruh X1 X2 X3 dan Y1 terhadap Y2 Universitas Sumatera Utara

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual

Pembangunan merupakan suatu usaha untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Antara lain adalah, menaikkan standar hidup, memperbaiki tingkat pendidikan, kesehatan dan persamaan hak untuk memiliki kesempatan dalam memperoleh semua komponen-komponen penting dari hasil pembangunan ekonomi. Dalam upaya mencapai tujuan pembangunan tersebut diperlukan pemberdayaan aparatur pemerintah oleh pegawai negeri sipil PNS sebagai sumber daya di daerah yang bertugas sebagai Abdi Masyarakat, Abdi Negara dan dapat menyelenggarakan pelayanan secara adil dan merata kepada masyarakat yang membutuhkan dengan dilandasi kesetiaan, ketaatan kepada Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945. Dari penelitian terdahulu tergambar ada hubungan antar variable yang mempengaruhi pembangunan daerah dan pelaksanaan good governance dengan adanya pemberdayaan sumber daya aparatur, kualitas perencanaan dan kinerja aparatur pemerintah daerah. Pembangunan daerah di Pemerintah Provinsi Sumatera Utara inti dalam penelitian ini diambil dari teori perencanaan wilayah yang menjelaskan bagaimana pemanfaatan potensi wilayah, baik potensi sumber daya alam, sumber daya manusia maupun potensi sumber daya buatan yang harus dilaksanakan secara fully dan Universitas Sumatera Utara efficiently agar pemanfaatan potensi dimaksud benar-benar berdampak pada kesejahteraan masyarakat secara maksimal. Untuk itu perlu Pemberdayaan SDM melalui pendidikan dan pelatihan kepemimpinan untuk mencapai tujuan sebagaimana ditetapkan dalam proses kegiatan pelaksanaan roda organisasi dalam mewujudkan good governance . Dalam penelitian ini yang menjadi fokus adalah aktifitas sumber daya manusia yang bertugas dan berada di wilayah tersebut yaitu aparatur pemerintah sebagai penyelenggara pemerintahan dalam menjalankan roda pemerintahan di Pemerintah Provinsi Sumatera Utara yang diukur melalui kualitas perencanaan dan kinerjanya diutamakan yang bertugas di unit kerjanya masing-masing. Pembangunan manusia yang dilihat dari kemampuan manusianya, dapat diartikan dengan Pemberdayaan SDM Aparatur Pemerintah dalam pelaksanaan good governance, yang berpengaruh kepada Pembangunan daerah di Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Pada penyelenggaraan pemerintahan di Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara, dimana ada 47 empat puluh tujuh unit kerja organisasi pemerintah yang akan menjadi responden dalam penelitian ini, yang terdiri dari eselon II 47 orangempat puluh tujuh dan eselon III 317 orang tiga ratus tujuh belas diutamakan yang telah mengikuti pendidikan dan pelatihan kepemimpinan baik tingkat III maupun tingkat II. Pembinaan PNS perlu dilakukan dengan sebaik-baiknya dengan berdasarkan pada perpaduan sistem prestasi kerja. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan peluang bagi Pegawai Negeri Sipil PNS yang berprestasi tinggi dan Universitas Sumatera Utara loyal terhadap pekerjaan sehingga kemampuan dapat ditingkatkan secara profesional dan berkompetisi secara sehat Dari keseluruhan pegawai negeri sipil yang ada di Indonesia berjumlah 3.932.766 orang, pegawai negeri dengan jenjang pendidikan SLTA ke bawah mencapai 2.854.099 orang, dengan komposisi pegawai negeri seperti itu, diasumsikan para PNS itu belum bisa diharapkan untuk melakukan kreasi dan inovasi dalam menghadapi berbagai tantangan dan memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat. Membangun kapasitas profesionalisme aparatur pemerintah merupakan pekerjaan berat, sama beratnya dengan mewujudkan kinerja tinggi birokrasi pemerintahan. Tetapi bagaimanapun beratnya tantangan tersebut, upaya untuk mewujudkan profesionalisme aparatur pemerintah kedepan merupakan tugas yang harus dilaksanakan. Salah satu strategi yang seringkali ditempuh dalam meningkatkan kapasitas profesionalisme aparatur pemerintah adalah melalui diklat aparatur. Diantara beberapa unsur sumberdaya manusia secara potensial sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan otonomi daerah. Untuk pembangunan daerah diperlukan pemberdayaan SDM Aparatur pemerintah. Aparatur pemerintah merupakan inti perencana dan pelaksana pembangunan yang berfungsi sebagai pengatur dan pengendali melalui kualitas perencanaan yang dilakukannya, keberhasilan dalam melaksanakan pembangunan tergantung kepada profesionalisme individu yang dilihat melalui kompetensi dan diukur melalui kinerjanya. Universitas Sumatera Utara Pemberdayaan Sumber Daya Manusia sangat signifikan untuk meningkatkan kualitas perencanaan, yang di ukur melalui kinerja organisasi secara bersama-sama akan berpengaruh terhadap Pembangunan daerah, maka memberdayakan Sumber Daya Manusia dimaksud harus terencana, terarah dan strategis yang pada akhirnya dapat digunakan dan diimplementasikan pada unit-unit kerja organisasi yang bersangkutan. Dalam kaitan inilah dapat diwujudkan Good Governance di pemerintah provinsi Sumatera Utara. Dengan demikian Jika SDM aparatur diberdayakan maka kualitas perencanaan aparatur akan berpengaruh terhadap pembangunan daerah, demikian juga dengan kinerja aparatur akan dapat mewujudkan pembangunan daerah di Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pembangunan daerah. Melalui pemberdayaan SDM aparatur di unit kerja instansi pemerintah, para penyelenggaraan pemerintahan harus dapat membangun kesinergian dengan unsur-unsur good governance yaitu sektor NegaraPemerintah, sektor dunia usahaswasta dan masyarakat madani untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita-cita bangsa dan negara, dengan menerapkan prinsip-prinsip kepemerintahan yang baik, antara lain profesionalitas, akuntabilitas, transparansi, pelayanan prima, demokrasi, efisiensi, efektivitas, supremasi hukum dan dapat diterima oleh seluruh masyarakat. Dalam rangka itu diperlukan pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas dan legitimate, sehingga penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan Universitas Sumatera Utara dapat berlangsung secara berdaya guna, berhasil guna, bersih dan bertanggungjawab, serta bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme Guna menghindari kesimpangsiuran dalam penelitian, dan setelah peneliti mempelajari beberapa teori dan jurnal dari hasi penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini, maka untuk itu diperlukan satu kerangka konseptual untuk menjadi pedoman dalam setiap tahap penelitian yang akan dilakukan nantinya. Adapun bentuk kerangka konseptual penelitian adalah sebagaimana pada bagan gambar 2 berikut ini : Gambar 2. Kerangka Konseptual Penelitian Keterangan :

1. X

1 = Pemberdayaan SDM Aparatur PSDM Y 1 X 1 Y 2 X 3 X 2 Universitas Sumatera Utara

2. X

2 = Kualitas Perencanaan KP

3. X

3 = Kinerja Aparatur KA

4. Y

1 = Good Governance GG

5. Y

2 = Pembangunan Daerah PD

3.2 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka hipotesis penelitian adalah sebagai berikut : 1. Pemberdayaan SDM aparatur pemerintah berpengaruh terhadap good governance di Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. 2. Pemberdayaan SDM aparatur pemerintah mempunyai hubungan dengan kualitas perencanaan di Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. 3. Pemberdayaan SDM aparatur pemerintah mempunyai hubungan dengan kinerja aparatur pemerintah di Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. 4. Kualitas perencanaan dan kinerja aparatur pemerintah berpengaruh terhadap Good Governance di Pemerintah Provinsi Sumatera utara. 5. Pemberdayaan SDM aparatur pemerintah, kualitas perencanaan dan kinerja aparatur pemerintah berpengaruh terhadap good governance di Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. 6. Pemberdayaan SDM Aparatur Pemerintah, kualitas perencanaan, dan kinerja aparatur pemerintah berpengaruh terhadap pembangunan daerah di Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara 7. Pemberdayaan SDM Aparatur Pemerintah, kualitas perencanaan, kinerja aparatur pemerintah dan good governance berpengaruh terhadap pembangunan daerah di Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian akan dilakukan dengan pendekatan eksplanatory kuantitatif yang akan menjelaskan pengaruh dari Pemberdayaan SDM aparatur pemerintah melalui kualitas perencanaan dan kinerja aparatur terhadap Good Governance dan Pembangunan Daerah pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Agar analisa data dapat diandalkan reliable, maka teknik kuantitatif akan dilengkapi dengan teknik analisis kualitatif yang memanfaatkan hasil pengamatan dan wawancara mendalam dengan beberapa narasumber responden serta hasil penelitian sebelumnya. Metode penelitian ini juga akan menerangkan variabel yang diamati, berdasarkan data-data yang sudah terjadi. Dapat juga disebut penelitian expost facto Sugiyono 2009 , karena meneliti sesuatu yang telah terjadi pada Pembangunan Daerah di Pemerintah Provinsi Sumatera Utara yang di ukur melalui indikator keberhasilan Ekonomi dan Sosial Sumatera Utara tahun 2004 sampai dengan 2008. Dari segi tujuan penelitian maka penelitian ini bersifat terapan Sugiyono 2009 , karena hasil penelitian ini diharapkan dapat diterapkan oleh pemerintah provinsi kabupaten dan kota untuk menilai kualitas perencanaan dan kinerja aparatur dengan adanya pemberdayaan sumber daya aparatur pemerintah dalam pelaksanaan good governance dan pembangunan daerah, di Pemerintah Provinsi Sumatera Utara ataupun daerah otonom lainnya. Universitas Sumatera Utara

4.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, dan konsentrasi penelitian adalah spesifik kepada Aparatur Pemerintah di 48 empat puluh delapan unit kerja, terutama aparatur pemerintah yang duduk dalam jabatan eselon III dan II, objek penelitian fokus kepada Aparatur Pemerintah yang telah mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat III dan II.

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi

Banyak definisi yang diberikan oleh para ahli tentang populasi, antara lain menurut Sugiono 2006:55 menyatakan bahwa: “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objeksubjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”, sedangkan Riduwan 2002:3 menyebutkan bahwa: “Populasi adalah keseluruhan dari karakteristik atau unit hasil pengukuran yang menjadi objek penelitian.” Menurut jenisnya populasi dapat dibedakan atas dua jenis, yakni a. Populasi terbatas yaitu mempunyai sumber data yang jelas batasnya secara kuantitatif sehingga dapat dihitung jumlahnya, b. Populasi tak terbatas, yaitu sumber datanya tidak dapat ditentukan batasan-batasannya sehingga relatif tidak dapat dinyatakan dalam bentuk jumlah. Universitas Sumatera Utara Dari hal tersebut di atas, maka jenis populasi dalam penelitian ini adalah populasi terbatas, dimana populasinya adalah seluruh PNS yang duduk dalam jabatan eselon III dan eselon II dan telah mengikuti Pendidikan dan pelatihan kepemimpinan Tingkat III dan Tingkat II yang bertugas pada kantor pemerintahan Provinsi Sumatera Utara berjumlah 364 orang dengan perician 47 orang pejabat eselon II yang telah mengikuti Diklatpim II dari 60 orang pejabat eselon II, dan 317 eselon III yang telah mengikuti Diklatpim III dari 319 pejabat eselon III. sebagaimana Tabel 2. Tabel. 2 Jumlah PNS, Pejabat Eselon III II Alumni Diklat Pim III II Yang Duduk Dalam JabatanTidak Duduk Dalam Jabatan Di Pemerintah Provinsi Sumatera Utara Data Agustus 2009 DATA ALUMNI DIKLAT PIM PEJABAT ESELON DUDUK DLM JABATAN TDK DUDUK DLM JABATAN NO. UNIT KERJA JLH PNS III II JLH III II JLH III II JLH 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 SEKRETARIAT 5 9 9 8 8 2 1 BIRO PEMERINTAHAN UMUM 221 4 1 5 4 4 5 5 3 2 BIRO OTONOMI DAERAH 34 3 1 4 3 1 4 7 7 4 3 BIRO ORGANISASI DAN TATA LAKSANA 27 4 1 5 4 1 5 6 1 7 5 4 BIRO PEREKONOMIAN 61 6 1 7 6 6 3 3 6 5 BIRO ADMINISTRASI PEMBANGUNAN 48 3 1 4 3 1 3 4 4 7 6 BIRO HUKUM 31 4 1 5 4 1 4 1 1 8 7 BIRO BINA KEMASYARAKATAN DAN SOSIAL 52 4 1 5 4 4 2 2 9 8 BIRO PEMBERDAYAAN PEREMPUAN 29 4 1 5 4 4 2 2 10 9 BIRO UMUM 219 4 1 5 4 4 4 4 11 10 BIRO PERLENGKAPAN 52 4 1 5 2 4 12 11 BIRO KEUANGAN 165 5 1 6 5 1 6 5 5 J U M L A H 944 45 25 65 45 6 49 39 1 40 13 SEKRETARIAT DPRD 106 5 1 6 5 1 6 J U M L A H 106 5 1 6 5 1 6 14 1 INSPEKTORAT PROVINSI 123 6 1 7 6 1 7 1 15 2 BAPPEDA 140 6 1 7 6 1 7 6 1 16 3 BADAN PENDIDIKAN DAN LATIHAN 109 5 1 6 5 1 6 6 8 17 4 BADAN LINGKUNGAN HIDUP 154 6 1 7 6 1 7 18 5 BADAN PENANAMAN MODAL DAN PROMOSI 71 5 1 6 5 1 6 19 6 BAN LITBANG 58 4 1 5 4 1 5 20 7 BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH 120 5 1 6 5 1 6 21 8 BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 89 5 1 6 5 1 6 Universitas Sumatera Utara 22 9 BAKESBANGLINMASY. 102 3 1 4 3 1 4 23 10 BADAN KETAHANAN PANGAN 106 4 1 5 4 1 5 24 11 BADAN PERPUS. ARSIP DAN DOKUMENTASI 126 5 1 6 5 1 6 25 12 KANTOR PENGHUBUNG DAERAH 62 1 1 1 1 26 13 BADAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA 25 5 1 6 5 5 1 1 27 14 KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH 20 4 1 5 4 1 5 J U M L A H 1305 64 13 77 64 12 76 12 11 1 28 1 DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI 345 8 1 9 8 1 9 29 2 DINAS PENATAAN RUANG DAN PERMUKIMAN 535 11 1 12 11 1 12 30 3 DINAS KESEHATAN 1.182 13 1 14 13 1 14 31 4 DINAS PENDIDIKAN 374 8 1 9 8 1 9 32 5 DINAS KESEJAHTERAAN SOSIAL 607 18 1 19 18 1 19 33 6 DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA 270 7 1 8 7 1 8 34 7 DINAS KEHUTANAN 607 8 1 9 8 1 9 35 8 DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGI 142 5 1 6 5 1 6 36 9 DINAS PERHUBUNGAN 926 11 1 12 11 1 12 37 10 DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN 383 8 1 9 8 1 9 38 11 DINAS KOPERASI DAN UKM 125 6 1 7 6 1 7 39 12 DINAS BINA MARGA 871 12 1 13 12 1 13 40 13 DINAS PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR 1114 12 1 13 12 1 13 41 14 DINAS PENDAPATAN 596 24 1 25 24 1 25 42 15 DINAS PERTANIAN 712 13 1 14 13 1 14 43 16 DINAS PEMUDA DAN OLAH RAGA 88 5 1 6 5 1 6 44 17 DINAS PERKEBUNAN 186 9 1 10 9 1 10 45 18 DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN 114 7 1 8 7 1 8 46 19 DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN 186 9 1 10 9 1 10 47 20 DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMASI 204 5 1 6 5 1 6 48 21 RUMAH SAKIT JIWA DAERAH 272 6 1 7 6 1 7 J U M L A H 9839 205 21 226 205 21 226 JUMLAH KESELURUHAN 12.194 319 60 374 317 47 277 51 12 41 2 Sumber data : BKD PEMPROVSU

4.3.2 Sampel Sampel menurut Arikunto 1998 :104 adalah :”sebagian atau wakil

populasi yang diteliti”, dimana sampel yang dimaksud diambil sebagai sumber data Universitas Sumatera Utara dan dapat mewakili seluruh populasi, sedangkan Sugiono 2002:91 menyebutkan bahwa :”sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Mengingat bahwa populasi dari penelitian ini telah diketahui kreteria dan karakteristiknya dan tidak homogen maka pengambilan sampel sampling digunakan Purposive sampling. Purposive sampling yaitu teknik penarikan sampel di dasarkan pada kriteria-kriteria tertentu yang terdapat pada responden dan dianggap layak mewakili populasi Lubis, 2005 : 43. Berdasarkan kreteria dan karateristik responden yang terdiri dari pejabat eselon III dan pejabat eselon II terutama yang telah mengikuti Diklatpim Tingkat III dan Tingkat II dianggap telah mengetahui hakekat good governance. Berdasarkan populasi diatas, maka besar sampel yang diambil menggunakan persamaan Yamane dalam Nasir 1995:21 adalah : N n = --------------- N 2 + 1 364 n = -------------------- 364 0,05 2 + 1 n = 78 Keterangan : n = Sampel = Presisi 5 N = Populasi Dengan demikian besarnya sampel adalah 78 responden, sebagaimana pada tabel populasi dan sampel Tabel 3 . Universitas Sumatera Utara Tabel 3. Populasi Dan Sampel PejabatAlumni N n Eselon IIDiklatpim II 47 47 364 x 78 10 12,82 Eselon III Diklatpim III 317 317 364 x 78 68 87,18 JUMLAH 364 78 100,00

4.4 Sumber Data

Sesuai dengan jenis data yang dibutuhkan, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui :

1. Data primer

Tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan penelitian lapangan Field Research yaitu melakukan penyebaran kuesioner kepada responden dan melakukan wawancara. Dengan menggunakan metode survey yaitu mengirimkan kuesioner kepada 78 orang responden penelitian, yaitu pejabat eselon III dan pejabat eselon II di Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara yang sudah mengikuti Diklatpim III dan Diklatpim II. Responden yang merupakan objek penelitian telah ditentukan, menjadi sampel dalam penelitian ini yaitu dari bagian jumlah populasi terutama yang sudah menduduki eselon III dan sudah ikut diklatpim sebanyak 364 orang dan menjadi sampel sebagai responden sebanyak 68 orang, selanjutnya jumlah populasi untuk eselon II yang sudah ikut diklatpim II sebanyak 47 orang, dan menjadi sampel Universitas Sumatera Utara sebagai responden sebanyak 10 orang, dengan katagori; sudah mengikuti diklat yang dipersyaratkan yang dilihat melalui prestasi kerjanya yang diukur melalui kompetensi yang dimiliki dan kinerjanya apakah sudah mendukung untuk duduk dalam eselon III minimal dua kali duduk dalam jabatan eselon IV yang berbeda, demikian juga yang duduk pada eselon II, sudah mengikuti Diklat yang dipersyaratkan dan, minimal dua kali duduk dalam jabatan eselon III yang berbeda disamping persyaratan lain tentang keprofesionalan dan pendidikan Formal yang diikutinya baik S1, S2, dan S3. Angket atau kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden. Tipe angket yang digunakan dalam penelitian ini sebagian merupakan tipe angket tertutup yaitu angket yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih skor sedangkan untuk memperdalam hasil penelitian selanjutnya dilakukan wawancara, daftar pernyataan kuesioner dimaksud terdapat pada Tabel 4 di samping menggunakan data-data yang tersedia dari lembaga yang terkait dengan variabel penelitian ini sebagai pendukung data utama. Setiap item pernyataan dalam sebaran angket kuesioner tertutup tersebut sudah disediakan jawabannya, sehingga responden cukup memilih jawaban yang menjadi pilihannya, dengan pilihan dan bobot seperti terdapat pada tabel berikut ini : Universitas Sumatera Utara Tabel 4. Pilihan Dan Bobot Jawaban Pernyataan Item Bobot Pernyataan Positif Negatif - Sangat Setuju 5 1 - Setuju 4 2 - Ragu-ragu 3 3 - Tidak Setuju 2 4 - Sangat Tidak Setuju 1 5

2. Data sekunder