1. AKUNTABILITAS
Meningkatkan akuntabilitas para pengambil keputusan dalam segala bidang yang menyangkut kepentingan masyarakat.
2. PENGAWASAN
Meningkatkan  upaya  pengawasan  terhadap  penyelenggaraan  pemerintahan  dan pembangunan dengan mengusahakan keterlibatan swassta dan masyarakat luas.
3. DAYA TANGGAP
Meningkatkan  kepekaan  para  penyelenggara  pemerintahan  terhadap  aspirasi masyarakat tanpa kecuali.
4. PROFESIONALISME
Meningkatkan kemampuann dan moral peyelenggara pemerintahan agar mampu memberi pelayanan yang mudah, cepat, tepat dengan biaya terjangkau.
5. EFISIENSI  EFEKTIVITAS
Menjamin terselenggaranya pelayanan kepada masyarakat dengan menggunakan sumber daya yang tersedia secara optimal  bertanggung jawab.
6. TRANSPARANSI
Menciptakan  kepercayaan  timbal  balik  antara  pemerintah  dan  masyarakat melalui  penyediaan  informasi  dan  menjamin  kemudahan  didalam  memperoleh
informasi.
7. KESETARAAN
Memberi  peluang  yang  sama  bagi  setiap  anggota  masyarakat  untuk meningkatkan kesejahteraannya.
8. WAWASAN KE DEPAN
Membangun daerah berdasarkan Visi  strategi yang jelas  mengikit sertakan warga dalam seluruh proses pembangunan, sehingga warga merasa memiliki dan
ikut bertanggungjawab terhadap kemajuan daerahnya.
9. PARTISIPASI
Mendorong  setiap  warga  untuk  mempergunakan  hak  dalam  menyampaikan pendapat   dalam proses pengambilan keputusan, yang menyangkut kepentingan
masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung.
10. PENEGAKAN HUKUM
Mewujudkan  penegakan  hukum  yang  adil  bagi  semua  pihak  tanpa  kecuali, menjunjung  tinggi  HAM  dan  memperhatikan  nilai-nilai  yang  hidup  dalam
masyarakat.
2.4.2    Penerapan Good Governance Kepemerintahan Yang Baik
Kaitan dengan konsepsi Good Governance kepemerintahan yang baik maka secara  konseptual  pengertian  kata  “good”  dalam    istilah  kepemerintahan  yang  baik
Good Governance mengandung dua pemahaman sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Pertama,  nilai  yang  menjunjungi  tinggi  keinginan  atau  kehendak  rakyat,  dan
nilai  yang  dapat  meningkatkan  kemampuan  rakyat  dalam  pencapaian  tujuan nasional, kemandirian, pembangunan berkelanjutan dan keadilan sosial.
Kedua,  aspek  fungsional  dari  pemerintah  yang  efektif  dan  efisien  dalam
pelaksanaan tugasnya untuk mencapai tujuan tersebut. Dari berbagai pengertian Good Governance,  dapat disimpulkan bahwa; wujud
good  governance adalah  penyelenggaraan  pemerintahan  negara  yang  solid  dan
bertanggung jawab, serta  efisien dan efektif, dengan menjaga “kesinergian” interaksi yang konstruktif diantara domain negara, sektor swasta dan masyarakat LAN, 2000.
Peraturan  pemerintah  nomor  101  tahun  2000,  merumuskan  arti  Good Governance
adalah kepemerintahan  yang mengembangkan dan menerapkan prinsip- prinsip  profesionalitas,  akuntabilitas,  transparansi,  pelayanan  prima,  demokrasi,
efisien, efektivitas, supermasi hukum dan dapat diterima oleh seluruh masyarakat. Berikutnya UNDP 1997 mengemukakan bahwa karakteristik atau prinsip yang
harus  dianut  dan  dikembangkan  dalam  praktek  penyelenggaraan  kepemerintahan yang  baik,  meliputi  :  1.  Participation  Partisipasi,  2.  Rule  of  Law  Kepastian
Hukum,  3.  Transparency  Transparansi,  4.  Responsiveness  Tanggung  Jawab,  5. Consensus  Orientation
Berorientasi  Pada  Kesepakatan,  6.  Equity  Keadilan,  7. Effectiveness  and  Effficiency
Efektivitas  dan  Efisiensi,  8.  Accountability Akuntabilitas, 9. Strategic Vision Visi Strategis.
Dari  telusuran  keberagaman  wacana  Good  Governance,  terdapat  sekumpulan nilai-nilai  yang  sebenarnya  telah  diterapkan  di  Indonesia  sebagai  nilai-nilai  yang
sebenarnya  telah  tertanam  hidup  di  akar  budaya  masyarakat  Indonesia.  Empat  belas karakteristik yang dapat terhimpun dari telusuran wacana Good  Goverrnance, yaitu :
1.  Berwawasan  kedepan  visi  strategis,  2.  Terbuka  transparan,  3.  Cepat  tanggap responsif, 4. Bertanggung jawabbertanggung gugat akuntabel, 5. Profesional dan
kompeten,  6.  Efisien  dan  efektif,  7.  Desentralistis,  8.  Demokratis,  9.  Mendorong
Universitas Sumatera Utara
partisipasi masyarakat, 10. Mendorong kemitraan dengan swasta dan masyarakat, 11. Menjunjung supremasi hukum, 12. Berkomitmen pada pengurangan kesenjangan, 13.
Berkomitmen  pada  tuntutan  pasar,  14.  Berkomitmen  pada  lingkungan  hidup  Tim Pengembangan Good Public Governance, Bappenas 2000.
Dalam  Konferensi  Nasional  Kepermerintahan  Daerah  Yang  Baik,  pada  bulan Oktober  2011  telah  disepakati  Sepuluh  Prinsip  Kepemerintahan  Daerah  Yang  Baik
oleh  seluruh  anggota  Asosiasi  Pemerintahan  Kabupaten  Seluruh  Indonesia APKASI, Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia APEKSI, Asosiasi DPRD
Kabupaten  Seluruh  Indonesia  ADKASI,  dan  Asosiasi  DPRD  Kota  Seluruh Indonesia ADEKSI, yang mencakup prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Prinsip Partisipasi
2. Prinsip Penegak Hukum
3. Prinsip Transparansi
4. Prinsip Kesetaraan
5. Prinsip Daya Tanggap
6. Prinsip Wawasan Ke depan
7. Prinsip Akuntabilitas
8. Prinsip Pengawasan
9. Prinsip Efisiensi dan Efektivitas
10. Prinsip Profesionalisme
Prinsip-prinsip  good  governance  dalam  praktek  penyelenggaraan  negara dituangkan  dalam  7  tujuh  asas-asas  umum  penyelenggaraan  negara  sebagaimana
dimaksud  dalam  UU  Nomor  28  Tahun  1999  tentang  Penyelenggaraan  Negara  Yang Bersih dan Bebas Korupsi Kolusi dan Nepotisme. Asas-asas umum penyelenggaraan
negara meliputi :
Universitas Sumatera Utara
1. Asas Kepastian Hukum
2. Asas Tertib Penyelenggaraan Negara
3. Asas Keterbukaan
4. Asas Proporsionalitas
5. Asas Profesionalitas
6. Asas Akuntabilitas
Keseluruhan prinsip Good Governance tersebut saling memperkuat, terkait, dan tidak  dapat  berdiri  sendiri,  yang  kemudian  dapat  disimpulkan  bahwa  terdapat  4
unsurprinsip  utama  yang  dapat  memberi  gambaran  administrasi  publik  yang  berciri kepemerintahan yang baik yaitu :
•
Akuntabilitas.  Adanya  kewajiban  bagi  aparatur  pemerintah  untuk  bertindak
selaku penanggung jawab dan penanggung gugat segala tindakan dan kebijakan yang ditetapkan.
•
Transparansi.  Kepemerintahan  yang  baik  akan  bersifat  transparan  terhadap
rakyatnya, baik di tingkat pusat maupun daerah. •
Keterbukaan.  Menghendaki  terbukanya  .kesempatan  bagi  rakyat  untuk
mengajukan  tanggapan  dan  kritik  terhadap  pemerintah  yang  dinilai  tidak transparan.
•
Aturan hukum. Adanya jaminan kepastian hukum dan rasa keadilan masyarakat
terhadap setiap kebijakan publik yang ditempuh. Dengan demikian, untuk mewujudkan kepemerintahan yang baik pada dasarnya
harus melibatkan unsur-unsur dalam kepemerintahan Governance Stakeholders yang dikenal dengan 3 pilar yaitu :
•
NegaraPemerintah.  Konsepsi  kepemerintahan  pada  dasarnya  adalah  kegiatan
kenegaraan,  yang  melibatkan  sektor  swasta  dan  kelembagaan  masyarakat madani.
Universitas Sumatera Utara
•
Sektor  Swasta.  Pelaku  sektor  swasta  mencakup  perusahaa  swasta  yang  aktif
dalam interaksi sistem pasar. •
Masyarakat  Madani.  kelompok  masyarakat  dalam  konteks  kenegaraan  yang
pada dasarnya berada di antara pemerintah dan perorangan, yang mencakup baik perorangan maupun kelompok masyarakat yang berinteraksi secara sosial, politik
dan ekonomi.
2.4.3   Unsur-unsur Good Governance
Unsur-unsur  good  governance  dikelompokkan  menjadi  3  kategori yaitu : a.
NegaraPemerintahan  :    Konsepsi  kepemerintahan  pada  dasarnya  adalah kegiatan kenegaraan, tetapi lebih jauh dari itu melibatkan pula sektor swasta dan
kelembagaan masyarakat madani. b.
Sektor Swasta : Pelaku sektor swasta mencakup perusahaan swasta  yang aktif dalam interaksi dalam sistem pasar, seperti : industri pengolahan perdagangan,
perbankan, dan koperasi, termasuk kegiatan sektor informal. c.
Masyarakat  Madani  :  Kelompok  masyarakat  dalam  konteks  kenegaraan  pada dasarnya  berada  diantara  atau  di  tengah-tengah  antara  pemerintah  dan
perseorangan, yang mencakup baik perseorangan maupun kelompok masyarakat yang berinteraksi secara sosial, politik dan ekonomi.
2.5 Pembangunan Daerah
Pembangunan dapat diartikan berbeda-beda oleh setiap orang tergantung dari sudut  pandang  apa  yang  digunakan  oleh  orang  tersebut.  Secara  umum  pengertian
pembangunan  dapat  dijelaskan  dengan  menggunakan  dua  pandangan  yang  berbeda
Universitas Sumatera Utara
yaitu;  pertama,  pandangan  pembangunan  lama  atau  dikenal  dengan  pembangunan tradisional.
Sedangkan  Kartasasmita  1994,  memberikan  pengertian  pembangunan,
adalah suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana.
Menurut  Bratakusumah  2005,  dalam  bukunya  Perencanaan  Pembangunan
Daerah  mengemukakan  bahwa,  dengan  perkembangan  ilmu  pengetahuan,  para  ahli manajemen  pembangunan  terus  berupaya  untuk  menggali  konsep-konsep
pembangunan  secara  ilmiah,  karena  secara  sederhana  pembangunan  sering  diartikan
sebagai suatu upaya untuk melakukan  perubahan menjadi lebih baik.
Mengakomodasi  arti  pembangunan  kepada  sistem  nilai  bukanlah  hal  yang dapat  secara  mudah  diselesaikan.    Beberapa  ilustrasi,  selain  yang  menyangkut
distribusi  di atas, untuk menjelaskan berbagi dilema masyarakat, sehubungan dengan sistem  nilai  yang  berkembang,  dalam  mengartikan  pembangunan  melalui  ukuran
pendapatan nasional, adalah sebagai berikut: -
Peningkatan    pendapatan    total  ataupun  per  kapita    selain  tidak  langsung identik dengan distribusi yang dianggap baik, juga tidak langsung sama artinya
dengan  peningkatan  kemakmuran    economic  welfare.    Peningkatan pendapatan  baru  menggambarkan  peningkatan  total  output,  belum  komposisi
barang  dan  jasa  yang  dihasilkan.    Karena  kemakmuran  tergantung  pada komposisi    termasuk  kualitas  barang  dan  jasa  yang  disukai  oleh  masyarakat,
sedangkan  “kesukaan”  ataupun  preferensi  masyarakat  tergantung  pada  system nilai yang berkembang suatu saat dimasyarakat, maka peningkatan total output
belum  dapat  menentukan  peningkatan  “kemakmuran”  masyarakat  tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Ilustrasi ini, menegaskan betapa arti pembangunan yang diukur oleh pendapatan nasional tergantung pada system nilai yang berkembangan.
- Peningkatan    pendapatan    juga  belum  tentu  meningkatkan  “kemakmuran”
economic  walfare  kalau  cara  menghasilkan  output  tersebut      menyangkut pengorbanan  masyarakat  dalam  berbagai  aspek  kehidupan  yang  dianggap  baik
oleh  masyarakat.    Berbagai  aspek  kehidupan  yang  dapat  dipengaruhi  cara produksi itu antara lain adalah keaadaan keselamatan dan kenyamanan kerja.
- Kalau tujuan pembangunan juga meliputi terpeliharanya hubungan social  yang
serasi di masyarakat,  maka pembangunan akan semakin tidak sederhana untuk dapat  mengakomodasi  tujuan  social  ini.    Hal  ini  karena  terlebih  dahulu  harus
disepakati apa yang dimaksud dengan “hubungan social yang serasi”.  Dan hal ini menyangkut sistem nilai masyarakat.
- Arti pembangunan tergantung pada tujuan pembangunan.
- Tujuan pembangunan ditentukan oleh system nilai.
- System nilai dimasyarakat sangat beragam dan terus berkembang.
- Sehingga  arti  pembangunan  tidak  mudah  dapat  ditentukan  kecuali  ada
kesepakatan konsensus dimasyarakat tentang tujuan yang ingin dicapai.
2.5.1   Teori Pembangunan Sosial
Menurut  para  pakar  teori  pembangunan  social  antara  lain;  Garry  Jacobs, Harlan  Cleveland,  dan  Robert  MacFarlane  dari  Internasional  Center  for  Peace  and
Development memberikan pokok pikirannya  sebagai berikut:
a. proses  pembangunan  terjadi  oleh  terciptanya  tingkat  organisasi  yang  semakin
tinggi  dalam  masyarakat  yang  memungkinkan  dihasilkannya  kegiatan  yang lebih besar dengan menggunakan energy social secara lebih efisien;
Universitas Sumatera Utara
b. masyarakat  berkembang  dengan  mengorganisir  segala  pengetahuan,  energi
manusia  serta  sumber  daya  materil  yang  dimiliki  masyarakat  tersebut  untuk mencapai aspirasinya;
c. pembangunan  memerlukan  empat  jenis  infrastruktur  dan  sumber  daya
resources,  yaitu  yang  fisik,  sosial,  mental,  dan  psikologis.  Hanya  yang  fisik ketersediannya terbatas, sedangkan yang lainnya reatif tak terbatas;
d. paling  penting  dalam  proses  pembangunan  ini  adalah  manusia  yang  dengan
kemampuan  berfikirnya  yang  semakin  meningkat  dapat  menciptakan  sumber daya  yang  dibutuhkan  untuk  pembangunan,  Pengetrapan  dari  inteligensia
manusialah  yang  dapat  merubah  suatu  sumber  daya  alam  substance  menjadi suatu  sumber  daya  ekonomi  resources.  Karenanya  kemampuan  berfikir
manusia merupakan sumber daya yang paling utama.
2.5.2   Indikator Ekonomi
Indikator  ekonomi  atau  lazim  disebut  dengan  pembangunan  ekonomi  adalah suatu cabang ilmu ekonomi  yang menganalisis masalah-masalah  yang dihadapi oleh
negara-negara  sedang  berkembang  dan  mendapatkan  cara-cara  untuk  mengatasi masalah-masalah  tersebut  supaya  negara-negara  berkembang  dapat  membangun
ekonominya dengan lebih cepat lagi. Adapun beberapa indikator pembangunan  ekonomi  yang lazim dipakai oleh
para ahli maupun kalangan umum adalah :
a. Produk Domestik Bruto PDB
b. Struktur Ekonomi
c. Laju Pertumbuhan Ekonomi
Universitas Sumatera Utara
d. Perdagangan Luar Negeri
e. Tingkat inflasi
f. Nilai Tukar Petani
Terdapat  beberapa  faktor  yang  mempengaruhi  pertumbuhan  ekonomi  suatu negaradaerah, yakni :
a. Faktor  Sumber  Daya  Manusia,  Sama  halnya  dengan  proses  pembangunan,
pertumbuhan  ekonomi  juga  dipengaruhi  oleh  SDM.    Sumber  daya  manusia merupakan  faktor  terpenting  dalam  proses  pembangunan,  cepat  lambatnya
proses  pembangunan  tergantung  kepada  sejauhmana  sumber  daya  manusianya selaku  subjek  pembangunan  memiliki  kompetensi  yang  memadai  untuk
melaksanakan proses pembangunan. b.
Faktor  Sumber  Daya  Alam,  sebagian  besar  negara  berkembang  bertumpu kepada sumber daya alam dalam melaksanakan proses pembangunannya.
c. Faktor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi  yang  semakin  pesat  mendorong  adanya  percepatan  proses pembangunan, pergantian pola kerja yang semula menggunakan tangan manusia
digantikan  oleh  mesin-mesin  canggih  berdampak  kepada  aspek  efisiensi, kualitas  dan  kuantitas  serangkaian  aktivitas  pembangunan  ekonomi  yang
dilakukan  dan  pada  akhirnya  berakibat  pada  percepatan  laju  pertumbuhan perekonomian.
d. Faktor  Budaya,  Faktor  budaya  memberikan  dampak  tersendiri  terhadap
pembangunan  ekonomi  yang  dilakukan,  faktor  ini  dapat  berfungsi  sebagai pembangkit  atau  pendorong  proses  pembangunan  tetapi  dapat  juga  menjadi
penghambat pembangunan. e.
Sumber Daya Modal, Sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah SDA  dan  meningkatkan  kualitas  IPTEK.  Sumber  daya  modal  berupa  barang-
barang modal sangat penting bagi perkembangan dan kelancaran pembangunan ekonomi karena barang-barang modal juga dapat meningkatkan produktivitas.
Universitas Sumatera Utara
2.5.3  Indikator Sosial
Indikator  dapat  didefinisikan  sebagai  suatu  alat  ukur  untuk  menunjukkan  atau menggambarkan  suatu  keadaan  dari  suatu  hal  yang  menjadi  pokok  perhatian.
Indikator dapat menyangkut suatu fenomena sosial, ekonomi, penelitian, proses suatu usaha peningkatan kualitas..
Indikator  yang  akan  disampaikan  dalam  pembahasan  yang  akan  dicantumkan pada bab berikutnya terdiri dari indikator pembangunan sosial kemasyarakatan  yang
memang  umum  untuk  dibahas  sebagai  suatu  hal  yang  lumrah  dalam  melihat pembangunan kemasyarakatan suatu negaradaerah, yakni :
a. Kemiskinan
b. Ketenagakerjaan
c. Pendidikan
d. Kesehatan
e. Indeks Pembangunan Manusia
Kemiskinan
Kemiskinan  adalah  keadaan  dimana  terjadi  kekurangan  hal-hal  yang  biasa untuk dipunyai seperti makanan, pakaian, tempat berlindung dan air minum, hal-hal
ini  berhubungan  erat  dengan  kualitas  hidup.  Kemiskinan  kadang  juga  berarti  tidak adanya  akses  terhadap  pendidikan  dan  pekerjaan  yang  mampu  mengatasi  masalah
kemiskinan  dan  mendapatkan  kehormatan  yang  layak  sebagai  warga  negara. Kemiskinan merupakan masalah global.
Universitas Sumatera Utara
Pendidikan
Pembangunan pendidikan di Indonesia telah menunjukkan keberhasilan yang cukup  besar.  Wajib  Belajar  6  tahun,  yang  didukung  pembangunan  infrastruktur
sekolah  dan  diteruskan  dengan  Wajib  Belajar  9  tahun  adalah  program  sektor pendidikan  yang  diakui  cukup  sukses.  Hal  ini  terlihat  dari  meningkatnya  partisipasi
sekolah  dasar  dari  41  persen  pada  tahun  1968  menjadi  94  persen  pada  tahun  1996, sedangkan  partisipasi  sekolah  tingkat  SMP  meningkat  dari  62  persen  tahun  1993
menjadi 80 persen tahun 2002. Oey-Gardiner, 2003
Dalam evaluasi  yang akan dilaksanakan terhadap keberhasilan pembangunan kependidikan  di  Sumatera  Utara  akan  difokuskan  kepada  angka  rata-rata  lama
sekolah serta tingkat melek huruf di Provinsi Sumatera Utara.
Kesehatan
Kondisi kesehatan di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat berarti dalam beberapa dekade terakhir. Sebagai contoh, angka kematian bayi turun dari 118
kematian  per  seribu  kelahiran  di  tahun  1970  menjadi  35  di  tahun  2003,  dan  angka harapan  hidup  meningkat  dari  48  tahun  menjadi  66  tahun  pada  periode  yang  sama.
Perkembangan  ini  meperlihatkan  dampak  dari  ekspansi  penyediaan  fasilitas kesehatan  publik  di  tahun  1970  dan  1980,  serta  dampak  dari  program  keluarga
berencana. Meski demikian masih terdapat tantangan baru sebagai akibat perubahan sosial dan ekonomi.
Universitas Sumatera Utara
2.5.4   Indeks pembangunan manusia
Setiap  tahun  sejak  1990,  Laporan  Pembangunan  Manusia  Human Development  Report
telah  menerbitkan  indeks  pembangunan  manusia  human development index
- HDI  yang mengartikan definisi kesejahteraan secara lebih luas dari  sekedar  pendapatan  domestik  bruto  PDB.  HDI  memberikan  suatu  ukuran
gabungan tiga dimensi tentang pembangunan manusia: panjang umur dan menjalani hidup  sehat  diukur  dari  usia  harapan  hidup,  terdidik  diukur  dari  tingkat
kemampuan  baca  tulis  orang  dewasa  dan  tingkat  pendaftaran  di  sekolah  dasar, lanjutan dan tinggi dan memiliki standar hidup yang layak diukur dari paritas daya
beli PPP, penghasilan.
2.5.5  Pendidikan Dan Pelatihan Kepemimpinan Diklatpim Menurut  Siagian  2000  pertanyaan  yang  harus  dihadapi  oleh  organisasi
bukan  lagi  apakah  akan  melakukan  investasi  bagi  pengembangan  sumber  daya manusia  yang  dimiliki,  melainkan  berapa  besar  investasi  yang  harus  dibuat.  Dari
pertanyaan  tersebut  menunjukkan  bahwa  pengembangan  sumber  daya  manusia mutlak  diperlukan  bagi  organisasi  yang  terus  berkembang  sejalan  dengan
perkembangan dalam masyarakat.
Menurut Bernadin  Russel dalam Robbins, 2001, pelatihan adalah setiap
usaha  untuk  memperbaiki  performan  pekerja  pada  pekerjaan  tertentu  yang  sedang menjadi  tanggung  jawabnya,  atau  satu  pekerjaan  yang  ada  kaitannya  dengan
pekerjaannya.  Pelatihan  lebih  berkaitan  dengan  peningkatan  keterampilan  karyawan
Universitas Sumatera Utara
yang  sudah  menduduki  suatu  pekerjaan  atau  tugas  tertentu  sehingga  lebih menekankan pada keterampilan skill.
Jadi  pelatihan  hanya  bermanfaat  dalam  situasi  di  mana  para  pegawai kekurangan  kecakapan  dan  pengetahuan.  Pelatihan  tidak  dimaksudkan  untuk
menggantikan  kriteria  seleksi  yang  tidak  memadai,  ketidak  tepatan  rancangan pekerjaan, atau imbalan organisasi yang tidak memadai.
Dalam  pembentukan  kualitas  aparatur,  maka  pengembangan  melalui pendidikan  dan  pelatihan  Diklat  sebagai  salah  satu  media  yang  paling  strategis,
karena  Diklat  merupakan  sarana  yang  handal  untuk  meningkatkan  kemampuan pengetahuan knowledge, keahlian skill dan sikap attitude pegawai sesuai dengan
kebutuhan pekerjaanjabatan.
Pendidikan Dan Pelatihan Kepemimpinan Menurut  Topo  2008,  ada  beberapa  pengertian  pendidikan  dan  pelatihan
antara lain menurut: 1.
Edwin  B.  Flippo:  “Pendidikan  adalah  berhubungan  dengan  peningkatan pengetahuan  umum  dan  pemahaman  atas  lingkungan  kita  secara  menyeluruh,
sedang  Pelatihan  adalah  merupakan  suatu  usaha  peningkatan  pengetahuan  dan keahlian seorang karyawan untuk mengerjakan suatu pekerjaan tertentu”.
2. Andrew  F.  Sikula:  “Pengembangan  mengacu  pada  masalah  staf  dan  personel
adalah  suatu  proses  pendidikan  jangka  panjang  dengan  menggunakan  suatu prosedur  yang  sistematis  dan  terorganisasi  dengan  mana  manajer  belajar
Universitas Sumatera Utara
pengetahuan  konseptual  dan  teoritis  untuk  tujuan  umum,  sedang  Pelatihan adalah  suatu  proses  pendidikan  jangka  pendek  dengan  menggunakan  prosedur
yang  sistematis  dan  terorganisir,  dengan  mana  karyawan  operasional  belajar pengetahuan teknik pengerjaan dan keahlian untuk tujuan tertentu”.
Dalam  pengertian  diatas  Pendidikan  dan  Pelatihan  tidak  bermaksud  untuk diartikan  secara  terpisah,  yakni  pendidikan  terpisah  dengan  pelatihan  akan  tetapi
pengertiannya merupakan satu kesatuan dan saling melengkapi yang esensinya adalah mengisi  kesenjangan  dan  atau  meningkatkan  kemampuan  competency  pegawai
dalam  suatu  jabatan    pekerjaan  organisasi,  meliputi  peningkatan  pengetahuan knowledge, keterampilan skill, dan sikap attitude sumber daya manusianya.
Dalam hubungannya dengan  Peraturan Pemerintah Nomor 101          Tahun 2000  tentang  Pendidikan  dan  Pelatihan  Jabatan  Pegawai  Negeri  Sipil  disebutkan
bahwa  yang  dimaksud  dengan  Pendidikan  dan  Pelatihan  Jabatan  Pegawai  Negeri Sipil yang selanjutnya disebut Diklat adalah penyelenggaraan belajar mengajar dalam
rangka  meningkatkan  kemampuan  Pegawai  Negeri  Sipil  yang  selanjutnya  disebut PNS.
Mengenai  Pendidikan  dan  Pelatihan  Kepemimpinan  Diklatpim  Tk.  III adalah  merupakan  diklat  untuk  mencapai  persyaratan  kompetensi  kepemimpinan
aparatur  pemerintah  dalam  jabatan  struktural  eselon  III  Keputusan  Kepala  LAN Nomor  193XIII1062001  tgl  30  Maret  2001  tentang  Pedoman  Umum  Pendidikan
dan  Pelatihan  Jabatan  Pegawai  Negeri  Sipil.  Sebelum  diberlakukannya  PP  101 Tahun 2000. Diklatpim Tk. III ini disebut dengan Diklat Staf dan Pimpinan Tingkat
Universitas Sumatera Utara
Pertama  SPAMA  dan  sebelumnya  lagi  disebut  Diklat  Staf  dan  Pimpinan  Tingkat Madya SPADYA.
Diklatpim  Tk.  III  adalah  jenis  diklat  yang  diselenggarakan  dalam  rangka mewujudkan PNS yang memiliki kompetensi yang sesuai dengan persyaratan jabatan
struktural eselon III dan sebagai persyaratan menjadi peserta pada diklat ini adalah: a.
PangkatGolongan  minimal  Penata  IIIc  dan  telah  atau  dipersiapkan  untuk menduduki jabatan struktural eselon III.
b. Pendidikan serendah-rendahnya Strata Satu S-1 atau yang sederajat.
c. Sehat jasmani dan rohani dibuktikan dengan surat keterangan dokter.
d. Lulus  seleksi  sebagai  calon  peserta  Diklatpim  Tk.  III  dengan  materi  pengujian
sikap, perilaku, dan potensi, meliputi : -
Moral yang baik, -
Dedikasi dan loyalitas terhadap tugas dan organisasi, -
Kemampuan menjaga reputasi diri dan instansinya, -
Motivasi yang tinggi untuk meningkatkan kompetensi, -
Penguasaan Bahasa Inggris minimal pasif atau memiliki skor TOEFL minimal 350.
Dalam  pelaksanaannya,  diklat  ini  diproyeksikan  untuk  membentuk kompetensi  jabatan  PNS,  yaitu  kemampuan  dan  karakteristik  berupa  pengetahuan,
keterampilan  dan  sikap  perilaku  yang  diperlukan  dalam  pelaksanaan  tugas, wewenang  dan  tanggung  jawab  sebagai  pejabat  struktural  eselon  III  dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Sesuai dengan Keputusan Kepala Lembaga  Administrsi  Negara    LAN  Nomor  540XIII1062001                            tgl  10
Agustus  2001  tentang  Pedoman  Penyelenggaraan  Pendidikan  dan  Pelatihan Kepemimpinan  Tingkat  III,  standar  kompetensi  yang  perlu  dimiliki  oleh  PNS
pemangku jabatan struktural eselon III adalah kemampuan : a.
Menjabarkan  visi,  misi  dan  strategi  pembangunan  nasional  ke  dalam  program instansinya;
Universitas Sumatera Utara
b. Memahami  dan  mewujudkan  tata  kelola  kepemerintahan  yang  baik  good
governance dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab unit organisasinya;
c. Melakukan  perencanaan,  pengawasan,  pengendalian  dan  evaluasi  kinerja  unit
organisasinya serta merancang tindak lanjut yang diperlukan; d.
Merumuskan  strategi  pelaksanaan  pelayanan  prima  sesuai  dengan  tugas  dan tanggung jawab unit organisasinya;
e. Menerapkan sistem dan prinsi-prinsip akuntabilitas dalam pelaksanaan kebijakan
unit organisasinya; f.
Meningkatkan  kapasitas  organisasi  dan  staf  melalui  peningkatan  kompetensi pegawai dan pendayagunaan organisasi;
g. Menumbuh  kembangkan  motivasi  pegawai  untuk  mengoptimalkan  kinerja  unit
organisasinya; h.
Menetapkan prinsip-prinsip kepemimpinan dalam keragaman; i.
Merumuskan dan memberi masukan untuk pemecahan masalah dan pengambilan keputusan yang logis dan sistematis;
j. Melaksanakan pola kemitraan, kolaborasi dan pengembangan jaringan kerja;
k. Memanfaatkan teknologi informasi dalam pelaksanaan tugas;
l. Mampu berkomunikasi dalam bahasa Inggris.
Kompetensi  Pegawai  Negeri  Sipil  pemangku  jabatan  struktural  eselon  II
memerlukan standar kompetensi jabatan yang meliputi; kompetensi dasar integritas, kepemimpinan,  perencanaan,  dan  pengorganisasian,  kerjasama,  fleksibilitas  dan
sejumlah  kompetensi  bidang  lainnya,  Dengan  memperhatikan  keragaman  bidang tugasnya, maka kompetensi yang dapat dipenuhi melalui penyelenggaraan Diklatpim
Tk. II meliputi kompetensi dasar yang dirincikan sebagai kemampuan dalam: 1.
Mengaktualisasikan nilai-nilai kejuangan dan pandangan hidup bangsa menjadi sikap dan perilaku dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan;
2. Memahami  paradigma  kepemimpinan  dan  pembangunan  yang  relepan  dalam
upaya  mewujudkan  good  governance  dan  mencapai  tujuan  berbangsa  dan bernegara;
3. Merumuskan  kebijakan,  program  dan  kegiatan  sesuai  dengan  visi,  misi,  dan
strategi yang ditetapkan; 4.
Memahami  dan  menerapkan  prinsi-prinsip good  governance  secara  serasi  dan terpadu;
5. Memahami dan menjelaskan keragaman sosial budaya lingkungan dalam rangka
peningkatan citra dan kinerja organisasi;
Universitas Sumatera Utara
6. Mengaktualisasikan  kode  etik  PNS  dalam  meningkatkan  profesionalitas,
moralitas dan etos kerja pemimpin; 7.
Melaksanakan  keseluruhan  kegiatan  pengelolaan  kebijakan  dan  program termasuk pelaporan pertanggungjawabannya;
8. Menyiapkan  dan  atau  mengambil  keputusan  dalam  rangka  pelaksanaan
pengelolaan kebijakan dan atau pelayanan sesuai dengan tanggungjawabnya; 9.
Meningkatkan akuntabilitas dan produktivitas aparatur.
2.6     Penelitian Terdahulu
Banyak penelitian yang telah meneliti tentang Pemberdayaan SDM Aparatur, Pembangunan  Daerah  dan  Good  Governance  dengan  menggunakan  data  primer
maupun menggunakan data sekunder. Penelitian  ini  akan  menggunakan  data  primer    dan  data  sekunder,  peneliti
akan mencoba penelusuran penelitian-penelitian sebelumnya yang menggunakan data primer.  Selanjutnya  akan  ditabulasi  dan  dipetakan  sehingga  peneliti  dapat  melihat
ruang  baru  dalam  penelitian  yang  berjudul  “Analisis  Pengaruh  Pemberdayaan  SDM terhadap  Good  Governance  dan  Pembangunan  Daerah  pada  Pemerintah  Provinsi
Sumatera Utara”, sebagaimana pada table berikut :
Tabel 1.  Tabulasi Penelitian Terdahulu
No. Nama
Judul Lokasi Tahun
Permasalahan Metode
Hasil 1
2 3
4 6
7
1  Yurika Maharani
Siregar Tinjauan Juridis
Tentang Penerapan
Dewan Komisaris Dalam Penerapan
Prinsip Good Coorporate
Governance Pada Perseroan
Terbatas. 2005 Apakah prinsip Good
Coorporate Governance sudah sesuai dengan
Undang-Undang Perseroan Terbatas dan bagaimana
peranan serta apa akibat hukum penerapan Prinsip
Good Coorporate Governance pada Perseroan
Terbatas. Deduktif
menarik fakta-fakta
yang bersifat
umum. Penerapan Prinsip Good Coorporate
Governance belum sesuai dengan Perseroan Terbatas mengingat sifatnya masih belum
komfrehensip karena dalam Undang-Undang No. 11995 belum secara utuh sejalan
dengan prinsip-prinsip atau pedoman Good Coorporate  Governance yang dibuat Komite
Nasional Kebijakan Good Coorporate Governance dan peranan Dewan Komisaris
dalam penerapan prinsip Good Coorporate Governance masih belum seperti yang
Universitas Sumatera Utara
diharapkan mengingat ketentuan mengenai tugas, kewajiban dan fungsi wewenangnya
belum komfrehensif, serta akibat hukum penerapan Prinsip Good Coorporate
Governance pada Perseroan Terbatas menimbulkan konsekwensi logis terhadap
pengaturan Good Coorporate Governance dapat ditegakkan dengan baik.
2 Wan
Hasri Fauzy Nst
Pengaruh Pemberdayaan
Aparatur Pemerintah
Terhadap Prestasi Kerja Studi Pada
Badan Kepegawaian
Daerah Kabupaten
Asahan. 2004. Apakah ada pengaruh yang
signifikan antara pemberdayaan aparatur
pemerintah terhadap prestasi kerja.
Metode deskriptif
kuantitatif dengan
menggunak an teknik
analisa data korelasi
antar variabel .
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dan dilanjutkan dengan menganalisa data,
maka : 1.
terdapat pengaruh yang kuat antara pemberdayaan aparatur pemerintah
terhadap prestasi kerja sebesar 0,717. 2.
Koefisien korelasi bersifat positif, sehingga terdapat pengaruh yang positif
antara pemberdayaan aparatur pemerintah dengan prestasi kerja.
3. Hipotesa yang menyatakan bahwa ada
pengaruh antara pemberdayaan aparatur pemerintah dengan prestasi kerja dapat
diterima. 3  Erna
Rahmadani Penerapan
Prinsip Transparansi
dalam system pengelolaan Bank
Study pada PT Bank Rakyat
Indonesia. 2005
Bagaimana konsep Good Corporate Governance baik
dari segi pengertian, peranannya  dalam sistem
pengelolaan Bank, Deskriptif
Survey. Dalam pengelolaan bank umum, penerapan
prinsip transparansi harus dapat dilaksanakan demi terlaksananya Good Corporate
Governance beuar-benar dapat dilaksanakan dengan konsisten demi tercapainya
ketahanan dan daya saing bank serta tercapainya tujuan bank dalam jangka
panjang dengan mengatasi faktor-faktor penghambat terlaksananya prinsip
transparansi pada bank
4  Sri Imbang Jaya Putra
Analisis Pemberdayaan
dan Kualitas Sumber Daya
Aparatur serta pengaruhnya
terhadap Efektifitas
Organisasi di Kec. Tebing
Tinggi Kota. 2006
Apakah daerah mampu memberdayakan SDM
Aparatur yang berkualitas sehingga implementasi
Otonomi Daerah dapat berjalan sesuai dengan
tujuan organisasi? Apakah efektifitas
organisasi Pemerintah Daerah dapat berjalan
terutama dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat. Deskriptif
Kuantitatif Pemberdayaan SDM Aparatur dalam
pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan sudah
cukup baik dan kualitas SDM Aparatur di Kec. Tebing Tinggi Kota telah memadai
dalam mendukung Otonomi Daerah Kota Tebing Tinggi sehingga menghasilkan
organisasi Kec. Tebing Tinggi Kota yang cukup efektif terutama dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat.
5  Budi Mulyawan
Pengaruh pelaksanaan
Good Governance
terhadap kinerja organisasi Studi
pada Dinas Kesejahteraan
Sosial Kota Palembang.
2007 Apakah ada pengaruh
pelaksanaan Good Governance terhadap kinerja
organisasi? Deskriptif
Kuantitatif. Terdapat pengaruh yang signifikan antara
pelaksanaan Good Governance terhadap Kinerja Organisasi sebesar 31,6.
6  Ester Juli Asi, H.
Pengaruh Pelaksanaan
Prinsip-prinsip Good
Governance terhadap
efektifitas Pegawai Dinas
Bagaimana pengaruh pelaksanaan prinsip-prinsip
Good Governance terhadap efektifitas kinerja Pegawai
di Dinas Jalan Jembatan Provinsi Sumatera Utara.
Deskriptif Korelasi
Product Moment
Pearson. Pelaksanaan prinsip-prinsip Good
Governance di Dinas Jalan dan Jembatan Provinsi Sumatera Utara dikategorikan baik,
akan tetapi pimpinan organisasi harus terus mengkoordinasikan bawahan dapat
dilaksanakan.
Universitas Sumatera Utara
Jalan dan Jembatan
Provinsi Sumatera Utara.
2006
7  Sophorn Soeun Ba
Kualitas Good Governance
dalam implementasi
Kebijakan Pengentasan
Kemiskinan studi kasus
Program Pemberdayaan
Daerah Dalam Mengatasi
Dampak Krisis Ekonomi PDM-
DKE di Desa Ambang
Ketawang Kecamatan
Gamping Kabupaten
Sleman. 2005 Bagaimana kualitas Good
Governance dalam implementasi kebijakan
pengentasan kemiskinan. Regresi dan
Survey. 1.
Secara formal program PDM-DKE berjalan cukup baik. Namun secara
substansial belum dapat dikatakan berhasil karena hanya mampu menjangkau 9,70 ,
untuk ke Kecamatan Gamping. 2.
Di lapangan terbukti beberapa hal garis- garis kebijakan menimbulkan dilema
ketidakpastian dan diperlukan penyesuaian lapangan oleh pihak
pelaksana. 3.
Peran pemerintah masih dominan dan belum terciptanya kemitraan antara
pemerintah, masyarakat sivil dan sektor swata dalam mewujudkan Good
Governance dalam pelaksanaan PDM- DKE
4. Keinginan untuk mewujudkan good
governance melalui pemberian kewenangan kepala daerah dengan
melibatkan sewluruh komponen dalam masyarakat masih sebatas tataran wacana.
8  R. Andi Sularso
Mardianto Pengaruh
Penerapan  Peran Total Quality
Manajemen terhadap Kualitas
SDM. 2006 Bagaimana pengaruh
penerapan TQM terhadap : 1.
Kemampuan teoritis karyawan.
2. Kemampuan teknis
karyawan. 3.
Kemampuan konseptual karyawan.
4. Kemampuan Moral
karyawan. 5.
Keterampilan teknis karaywan.
Regresi Linier.
Didapati pengaruh penerapan TQM terhadap :
1. Kemampuan teoritis karyawan sebesar
96,3 . 2.
Kemampuan teknis karyawan sebesar 98,2 .
3. Kemampuan konseptual karyawan sebesar
94,2 . 4.
Kemampuan Moral karyawan sebesar 89,0 .
5. Keterampilan teknis karaywan sebesar
80,0 . 9  Sahminan
Hubungan mengikuti
Diklatpim Tingkat III dan
Prestasi Kerja dengan
Peningkatan Karir Pejabat
Eselon IV di Pemprovsu.
2005 1.
Bagaimana hubungan mengikuti Diklatpim
Tingkat III dengan Peningkatan Karir Pejabat
Eselon IV di Pemprovsu. 2.
Bagaimana hubungan prestasi kerja dengan
Peningkatan Karir Pejabat Eselon IV di Pemprovsu.
3. Bagaimana hubungan
mengikuti Diklatpim Tingkat III dengan
prestasi kerja secara bersama-sama dengan
peningkatan karir Pejabat Eselon IV di Pemprovsu.
Regresi Sederhana
1. Terdapat hubungan yang positif dan
berarti antara variabel mengikuti Diklatpim Tingkat III dengan Peningkatan
Karir Pejabat Eselon IV di Pemprovsu sebesar 95,4 .
2. Terdapat hubungan yang positif dan
berarti antara variabel prestasi kerja dengan Peningkatan Karir Pejabat Eselon
IV di Pemprovsu sebesar 95,0 . 3.
Terdapat hubungan yang positif dan berarti antara variabel mengikuti
Diklatpim Tingkat III prestrasi kerja secara bersama-sama dengan Peningkatan
Karir Pejabat Eselon IV di Pemprovsu sebesar 95,4 .
10  Ramli Pengaruh Kinerja
Aparatur terhadap
Pengembangan Wilayah Suatu
Kajian Pada Pemerintah Kota
Medan. 2007 Apakah kinerja Aparatur
pemerintah kepemimpinan, pendidikan, pelatihan,
motivasi kerja, pengalaman kerja dan budaya kerja
berpengaruh terhadap pengembangan wilayah.
Regresi Uji Validitas
dan Reliabilitas.
1. Kinerja aparatur memberikan pengaruh
positif yang sangat signifikan terhadap pengembangan wilayah.
2. Kepemimpinan, pendidikan, pelatihan,
motivasi kerja, pengalaman kerja dan budaya kerja memberikan pengaruh yang
positif dan sagat signifikan terhadap kinerja aparatur.
11 Pra Ningrum
Pengaruh praktek manajemen SDM
Apakah ada pengaruh praktek manajemen SDM
Regresi Liner.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perencanaan karir, penilian prestasi kerja dan
Universitas Sumatera Utara
terhadap komitmen
pimpinan pada kualitas Rumah
Sakit di Bengkulu. 2002
perencanaan karir, penilaian prestasi kerja,
akses informasi teknis dan dukungan sosial politik
terhadap komitmen pimpinan pada kualitas
Rumah Sakit. dukungan sosial politik berpengaruh positif
terhadap komitmen pimpinan pada kualitas dan signikan secara statistik, tetapi akses
informasi teknis tidak berpengaruh pada komitmen pimpinan.
12 Daeng M. Nazier
Kesiapan SDM Pemerintah
menuju tata kelola keuangan
negara yang akuntabel dan
transparan. 2005
Bagaimana kesiapan SDM Pemerintah menuju tata
kelola keuangan negara yang akuntabel dan
transparan. Klaster dua
tingkat Two
StageClusto r
Sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa :
1. Kekurangan SDM yang mengelola
keuangan negara khususnya yang berlatar belakang akuntansi.
2. Penempatan SDM yang keliru.
3. Tingkat pemahaman dasar staf mengenai
administrasi keuangan masih lemah. 4.
Reward sistem yang belum tepat. 5.
Sarana  Prasarana serta proses pendidikan di Perguruan Tinggi untuk mendukung
pengembangan akuntansi sektor publik masih membutuhkan perbaikan mutu.
13 Aidinil Zetra
Studi Pengembangan
Kapasitas SDM Pemerintah
Daerah dalam mewujudkan
transparansi dan akuntabilitas
pengelolaan keuangan daerah.
2009 Bagaimana pengembangan
Kapasitas SDM Pemerintah Daerah dalam mewujudkan
transparansi dan akuntabilitas pengelolaan
keuangan daerah Survey.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditemukan masih sulit aparatur pemerintah
daerah menyampaikan laporan keuangan pemerintah daerah secara transparan dan
akuntabel, tepat waktu serta disusun mengikuti standar akuntansi pemerintahan.
14  Suria Diva Sustainable Good
Governance and corporations: An
Analysis of Asymmetries
2006 1. Mengapa penting
melibatkan koorporasi dalam agenda sustainable
good governance 2. Mengapa terjadi
ketimpangan kebijakan antara tindakan dengan
harapan dalam pelaksanaan sustainable good governance
3. Mengapa kebanyakan koorporasi tidak
mengadopsi dan melaksanakan kebijakan-
kebijakan sustainable good governance dan tidak
menjalankannya dengan konsisten
Survey 1.
Terdapat ketidakseimbangan peranan koorporasi dalam agenda sustainable
good governance 2.
terdapat ketidakseimbangan kebijakan antara kebijakan koorporasi dengan
kebijakan sustainable good governance 3.
sustainable good governance hanya sebatas wacana dan lyps service
4. karena alas an ekonomi perusahaan ragu-
ragu untuk mengambil tanggung jawab sebagai warga perusahaan yang baik
dalam menjalankan sustainable good governance.
15  Elizabeth Burlesson
Tribal, State, and Federal
Cooperation to Achieve Good
Governance 2004 Bagaimana kepastian hukum
dalam melindungi masyarakat pribumi di
Amerika untuk mempertahankan komunitas
mereka Survey
1. Terdapat kekerasan pada suku Indian dan
suku pribumi Alaskan, dua setengah kali jumlah suku nasional.
2. Dengan mempunyai organisasi yang jelas,
hal masyarakat pribumi akan dilindungi. 3.
Good Governance merespon kebutuhan social masyarakat masa kini dan masa yang
akan datang, secara akuntabel, efektif, tranparan, adil dan inklusif.
16 Kyle Stevan
Steadham Strategic
Management Competencies
among chief human resources
officers in texas public community
Bagaimana mengidentifikasi kompetensi strategi
manajemen bagi kepala SDM komunitas masyarakat
di Texas. Survey
Dengan mengidentifikasi manajemen kompetensi dapat memperbiki kebijakan-
kebijakan dan praktek yang berkaitan dengan cara penerimaan, sistem kompensasi, pelatihan
dan pengembangan, perencanaan strategis dan team work eksekutif dalam community
colleges.
Universitas Sumatera Utara
colleges 2005
17 Bambang
Sutedja Pemberdayaan
Aparat Pemerintah
Daerah Dalam memasuki
Otonomi Daerah: Kasus Aparat
Pemerintah Daerah
Kabupaten Bekasi2006
1.Belum meratanya distribusi SDM aparat
pemerintah terutama dalam memobilisasi sumberdaya
pembangunan termasuk dalam merangsang peran
masyarakat dan dunia usaha untuk ikut serta dalam
melaksanakan pembangunansesuai UU No
221999 2.Kualitas aparat pemerintah
daerah sebagian besar masih belum sesuai dengan
harapan 3.Fungsi pelayanan umum
oleh aparat pemerintah daerah belum sepenuhnya
menjamin kemudahan,kelancaran,trans
paran,tepat waktu,kenyamanan,dan
kepastian hukum. Analisis
diskriptifdan analisisis
SWOT Pesatnya pertumbuhan penduduk dan makin
berkembangnya pembangunan kabupaten bekasi di berbagai bidang menuntut adanya
pelayanan masyarakat yang semakin meningkat melalui pelaksanaan otonomi
daerah yang nyata dan bertanggung jawab,tetapi masih ada kendala antaralain :
kekurangan personil,profesionalisme aparat yang masih belum merata disetiap unit kerja,
sarana dan anggaran diklat yang terbatas, serta tidak jelasnya pola karir PNS. Ada peluang
yang mungkin dapat diraih yaitu meningkatnya system kerjasama antar instansi, makin
berkembangnya program-program pemerintah yang langsung ditujukan kepada kelompok
masyarakat, serta usia pegawai yang relative masih muda dan masih dapat ditingkatkan
kualitasnya. Pemberdayaan aparat pemerintah daerah dalam
rangka pelaksanaan birokrasi adalah melaksanakan”modal intelektual” dengan
meninggalkan wawasan control,order dan prediction
, untuk mengarah kepada orientasi aligment
, creativity, dan empowering, hal ini berarti aparat pemerintah daerah tidaklah
berada dibawah tekanan kekuasaanpengaruh political authority, tetapi lebih kepada
pembentukan birokrasi yang sadar mengikat mereka adalah political commitment,dan
dilihat melalui output dan outcomes, sehingga kinerja aparat menjadi lebih jelas, terukur dan
terevaluasi dan juga aparat yang dapat menterjemahkan dan berimprovisasi terhadap
fungsi yang menjadi tanggung jawab dan kemandiriannya.
2
18
0..
Agus Purbatin
Hadi Revisi
Mekanisme dan peningkatan
Kualitas Perencanaan Desa
Menuju Pembangunan
Desa yang Partisipatif dan
berkelanjutan diera otonomi
daerah2007 Tinjauan terhadap model
Perencanaan pembangunan desa pada masa lalu dan
masa sekarang terutama dikaitkan dengan partisipasi
masyarakat Deskriptif
Kualitatif Diperlukan revitalisasi dan penguatan lembaga
perencanaan desa, dan memberikan bantuan pendampingan dalam proses penyususnan
perencanaan ditingkat desa dan kecamatan, serta perlu dilakukan desiminas dokumen
Rencana Pembangunan Daerah  Poldas, Renstra, Repetada  sampai kepada masyarakat
desa untuk memberi arah dalam penusunan perencanaan massyarakat.
19
Enceng, Liestiyodo
BI, Purwanindy
ah MW Meningkatkan
kompetensi Aparatur
Pemerintah Indonesia
mewujudkan Good Governance
2006 1.
Sumber daya aparatur pemerintah
daerah yang terdiri dari korp pamong
praja daerah dalam kenyataannya belum
mempunyai kedewasaan sosial
politik..
2. Sumber daya
Deskriptif Kualitatif
- Untuk mendukung aparatur birokrasi yang
lebih berdaya, perlu dilakukan upaya peningkatan kompetensi aparatur Pemda.
Disamping pengetahuan intelektual juga harus dipadukan dengan penmgetahuan
teoritik, sehingga aparatur yang profesional adalah yang mampu memadukan teori
dengan prakteknya.
- Good Governance merupakan proses
penyelenggaraan kekuasaan negara dalam melaksanakan penyediaan public good and
Universitas Sumatera Utara
aparatur Pemerintah daerah belum
mempunyai pengalaman
memadai dan kurang profesional dan jauh
dari memuaskan untuk menangani
nisu-isu otonomi daerah..
3. Aparatur
pemerintah daerah belum dapat
mempossisikan dirinya non-
partisanh dan cenderung
dokooptasi oleh kekuatan politik
tertentu service.
- Dalam penyelenggaraan Good governance
terdapat tiga domein yang berperan yaitu pemerintah, sektor swasta dan masyarakat,
masing-masing domein mempunyai posisi yang sejajar.
- Untuk mewujudkan good governance harus
dipenuhi beberapa prinswip-prinsip atau karakteristik goodgovernance antara lain ;
partisipasi, transparansi, taat hukum, responsip, efisien efektif, akuntabilitas, visi
strategis, kesetaraan, dan berorientasi kesepakatan,
20
Bambang Nugroho
Tahun 2008 Reward and
Punishment dalam
pelaksanaan Good Governance
Sumber daya aparatur saat ini dikonotasikan dengan
sumber daya manusia SDM  dengan
profesionalisme rendah yang gterlihat dari indikator
pelayanan yang tidak optimal, penggunaan waktu
tidak produktif, belum optimalnya peran dan
inovasi dalam menjalankan tugas.
Deskriptif Perlu reformasi birokrasi untuk merombak
yang selama ini dinilai lemah, ssetidaknya enam langkah strategis perlu ditindaklanjuti
secara cermat yaitu; 1.
Upaya-upaya meningkatkan low enforcement, dengan membentuk
lembaga-lembaga yang bertugas melakukan pemantauan,pengawasan dan evaluasi
kinerja yang dilakukan secara bertahap, konsisten dan berkelanjutan.
2. Hubungan kerja yang jelas sebagai alat ukur
kinerja lembaga. Untuk itu diperlukan tindakan konkrit untuk mempertegas
institusi yang bertanggungjawab dalam menyusun norma standard dan prosedur
kerja mengelola informasi, mereview, menganalisa, merumuskan dan
menetapkan indikator kinerja, mensosialisasikan SOP itu sendiri dan
peningkatan kompetensi SDM dan penerapan reward dan punishmen yang
konsisten.
3. Terdapat perbedaan tajam antara
penghargaan atas profesionalisme antara yang terjadi di pemerintahan dengan
swasta, untuk itu perlu adanya regulasi standar kinerja profesional, memperkuat
kelembagaan kepegawaian dalam pembinaan profesionalitas yang sesuai
standar hidup layak serta penegakan reward dan punishment.
4. Meningkatkan disiplin SDM aparatur yang
masih rendah dengan perubahan perilaku yang mendasar. Hal ini terjadi melalui
revitalisasi pembinaan kepegawaian dan proses pembelajaran de3ngan membangun
komitmen kuat dalam mengemban tugas sebagai PNS, disertai pengembangan
system reward dan punishmen yang tepat dan efektif.
Universitas Sumatera Utara
5. Perubahan dalam membangun pola
perilaku aparatur yang berorientasi pada pelayanan, membangun kemitraan antara
pemerintah dan masyarakat yang dilayani dalam penyelenggaraan pelayanan serta
membangun organisasi pemerintah berdasarkan pada kepercayaan dan
pengembangan system yang berorientasi pada kepuasan pelanggan.
6. Perlunya standar pelayanan yang jelas,
meliputi procedure, jangka waktu, dan kalau perlu biaya yang jelas, guna
mendorong terciptanya lembaga pelayanan yang standar dan teratur. Dengan
membangun system standarisasi pelayanan mulai dari input, proses, output pelayanan
yang selanjutnya dituangkan dalam SOP yang transparan.
21
Suryo Pratolo
Pengaruh audit manajemen,
komitmen organisasional
manajer, pengendalian
intern terhadap penerapan
prinsip-prinsip good corporate
governance dan kinewrja badan
usaha milik negara di
indonesia 1.
Apakah terdapat hubungan audit
manajemen, komitmen manajer pada organisasi
dan pengendalian intern. 2.
Apakah terdapat pengaruh audit
manajemen, komitmen manajer pada organisasi
dan pengendalian intern terhadap penerapan
prinsip-prinsip good corvorate governance
baik secara parsial maupun simultan
3. Apakah terdapat
pengaruh audit manajemen, komitmen
manajer pada organisasi, pengendalian intern dan
penerapan prinsip-prinsip good corporate
governance terhadap kinerja perusahaan BUMN
baik secara parsial maupun simultan.
Deskriftif Kuantitatif
- Terdapat hubungan antara audit manajemen,
komitmen manajer pada organisasi dan pengendalian intern dan menunjukkan bahwa
ketiga variabel saling mendukung dalam rangka pengaruhnya terhadap variabel
penerapan prinsip-prinsip good corporate governance dan kinerja perusahaan.
22
Taufik Bapeda Lhok
suemawe 2011 Analisis kwalitas
SDM dalam meningkatkan
kinerja Pemerintah Kota
Lokh Sumawe Apakah Pendidikan dan
Pelatihan berpengaruh terhadap kuwalitas kinerja
dikota Lokh Sumawe Statistik
Ujit dengan SPSS
- Pendidikan dan kelebihan berpengaruh terhadap kuwalitas kerja
- Sarana  dan Prasarana, konpensasi dan promosi berpengaruh terhadap peningkatan
kuwalitas kerja. Dari rumusan dan hasil yang di dapat, dapat mempengaruhi dan dapat
meningkatkan kinerja Pegawai Badan Perencanaan Pembangunan Daerah.Kota
Lhok Seumawe
23
Ginting Analisis
kuwalitas SDM dalam
meningkatkan kenerja
Pemerintah Kota Lhok Seumawe
2008 Apakah  Diklat Sarana dan
Prasarana kompensasi dan promosi Pegawai
berpengaruhi terhadap kuwalitas Kerja Pegawai
Bapeda Kota Lhok Suemawe Regresi
Berganda Program
SPSS -
X
1
X
2
X
3
X
4
berpengaruh signifikat terhadap kuwalitas kerja pegawai Bepeda dan dapat
meningkatkan kinerja Pemko Lhok Suemawe
Universitas Sumatera Utara
24
Jurnal MIPI 2005
Peran Pemimpin dalam
meningkatkan Kinerja Aparatur
Suatu tunjauan peningkatakan
kinerja Dinas Sosial Pemkab
Subang Bagaimana menciptakan
model untuk meningkatkan kinerja aparatur
Survey Model
Hal-hal yang dilakukan Dinas Sosial Pemkab Subang terhadap peningkatan kinerja
Aparatur adalah memberdayakan Pegawai melalui penataan.
1.
Pekerjaan yang baik meningkatkan disiplin dengan program Integrasi
2. Memberikan motivasi kepada Pegawai
3. Kepemimpinan yang PAMONG
4. Kesepakatan atau membangun
komitmen
25
Dumasari Harahap
2012 Analisis Pengaruh
Pemberdayaan SDM terhadap
Good Governance
dan Pembangunan
Daerah pada Pemerintah
Privinsi Sumatera Utara
Apakah Pemberdayaan SDM aparatur X1 X2 X3
berpengaruh terhadap Good Governance
Apakah X1 X2 X3 dan Y1 berpengaruh terhadap Y2
Regresi Sederhana
dan Berganda 1.
Ada pengaruh X1 X2 X3 terhadap Y1 2.
Ada Pengaruh X1 X2 X3 dan Y1 terhadap Y2
Universitas Sumatera Utara
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual
Pembangunan  merupakan  suatu  usaha  untuk  meningkatkan  kesejahteraan masyarakat.  Antara  lain  adalah,  menaikkan  standar  hidup,  memperbaiki  tingkat
pendidikan,  kesehatan  dan  persamaan  hak  untuk  memiliki  kesempatan  dalam memperoleh semua komponen-komponen penting dari hasil pembangunan ekonomi.
Dalam  upaya  mencapai  tujuan  pembangunan  tersebut  diperlukan pemberdayaan aparatur pemerintah oleh pegawai negeri sipil PNS  sebagai sumber
daya  di  daerah  yang  bertugas  sebagai  Abdi  Masyarakat,  Abdi  Negara  dan  dapat menyelenggarakan  pelayanan  secara  adil  dan  merata  kepada  masyarakat  yang
membutuhkan  dengan  dilandasi  kesetiaan,  ketaatan  kepada  Pancasila  dan  Undang- Undang Dasar 1945.
Dari  penelitian  terdahulu    tergambar  ada  hubungan  antar  variable  yang mempengaruhi  pembangunan  daerah  dan  pelaksanaan  good  governance    dengan
adanya  pemberdayaan  sumber  daya  aparatur,  kualitas  perencanaan  dan  kinerja aparatur pemerintah daerah.
Pembangunan  daerah  di  Pemerintah  Provinsi  Sumatera  Utara  inti  dalam penelitian  ini  diambil  dari  teori  perencanaan  wilayah  yang  menjelaskan  bagaimana
pemanfaatan potensi wilayah, baik potensi sumber daya alam, sumber daya manusia maupun  potensi  sumber  daya  buatan  yang  harus  dilaksanakan  secara  fully  dan
Universitas Sumatera Utara
efficiently agar  pemanfaatan  potensi  dimaksud  benar-benar  berdampak  pada
kesejahteraan  masyarakat  secara  maksimal.  Untuk  itu  perlu    Pemberdayaan  SDM melalui pendidikan dan pelatihan kepemimpinan untuk mencapai tujuan sebagaimana
ditetapkan  dalam  proses  kegiatan  pelaksanaan  roda  organisasi  dalam  mewujudkan good governance
. Dalam  penelitian  ini  yang  menjadi  fokus  adalah  aktifitas  sumber  daya
manusia  yang  bertugas  dan  berada  di  wilayah  tersebut  yaitu  aparatur  pemerintah sebagai  penyelenggara  pemerintahan  dalam  menjalankan  roda  pemerintahan  di
Pemerintah  Provinsi  Sumatera  Utara  yang  diukur  melalui  kualitas  perencanaan  dan kinerjanya diutamakan yang bertugas di unit kerjanya masing-masing.
Pembangunan  manusia  yang  dilihat  dari  kemampuan  manusianya,  dapat diartikan dengan Pemberdayaan SDM Aparatur Pemerintah dalam pelaksanaan  good
governance, yang  berpengaruh  kepada  Pembangunan  daerah  di  Pemerintah  Provinsi
Sumatera  Utara.  Pada  penyelenggaraan  pemerintahan    di  Pemerintahan  Provinsi Sumatera Utara, dimana ada 47 empat puluh tujuh  unit kerja organisasi pemerintah
yang  akan  menjadi  responden  dalam  penelitian  ini,  yang  terdiri  dari  eselon  II  47 orangempat puluh tujuh dan eselon III 317 orang tiga ratus tujuh belas diutamakan
yang  telah  mengikuti  pendidikan  dan  pelatihan  kepemimpinan  baik  tingkat  III maupun  tingkat  II.  Pembinaan  PNS  perlu  dilakukan  dengan  sebaik-baiknya  dengan
berdasarkan  pada  perpaduan  sistem  prestasi  kerja.    Hal  ini  dimaksudkan  untuk memberikan  peluang  bagi  Pegawai  Negeri  Sipil  PNS  yang  berprestasi  tinggi  dan
Universitas Sumatera Utara
loyal terhadap pekerjaan sehingga kemampuan dapat ditingkatkan secara profesional dan berkompetisi secara sehat
Dari    keseluruhan  pegawai  negeri  sipil    yang  ada  di  Indonesia  berjumlah 3.932.766  orang,  pegawai  negeri  dengan  jenjang  pendidikan  SLTA  ke  bawah
mencapai 2.854.099 orang, dengan komposisi pegawai negeri seperti itu, diasumsikan para  PNS  itu  belum  bisa  diharapkan  untuk  melakukan  kreasi  dan  inovasi  dalam
menghadapi  berbagai  tantangan  dan  memberikan  pelayanan  terbaik  kepada masyarakat.
Membangun  kapasitas  profesionalisme  aparatur  pemerintah  merupakan pekerjaan  berat,  sama  beratnya  dengan  mewujudkan  kinerja  tinggi  birokrasi
pemerintahan.  Tetapi  bagaimanapun  beratnya  tantangan  tersebut,  upaya  untuk mewujudkan  profesionalisme  aparatur  pemerintah  kedepan  merupakan  tugas  yang
harus dilaksanakan. Salah satu strategi yang seringkali ditempuh dalam meningkatkan kapasitas profesionalisme aparatur pemerintah adalah melalui diklat aparatur.
Diantara  beberapa  unsur  sumberdaya  manusia  secara  potensial  sangat berpengaruh  terhadap  pelaksanaan  otonomi  daerah.  Untuk  pembangunan  daerah
diperlukan  pemberdayaan  SDM  Aparatur  pemerintah.  Aparatur  pemerintah merupakan  inti  perencana  dan  pelaksana  pembangunan  yang  berfungsi  sebagai
pengatur  dan  pengendali  melalui  kualitas  perencanaan  yang  dilakukannya, keberhasilan  dalam  melaksanakan  pembangunan  tergantung  kepada  profesionalisme
individu yang dilihat melalui kompetensi dan diukur melalui kinerjanya.
Universitas Sumatera Utara
Pemberdayaan Sumber Daya Manusia sangat signifikan untuk meningkatkan kualitas  perencanaan,  yang  di  ukur  melalui    kinerja  organisasi  secara  bersama-sama
akan  berpengaruh  terhadap  Pembangunan  daerah,  maka  memberdayakan  Sumber Daya  Manusia  dimaksud  harus  terencana,  terarah  dan  strategis  yang  pada  akhirnya
dapat  digunakan  dan  diimplementasikan  pada  unit-unit  kerja  organisasi  yang bersangkutan.  Dalam  kaitan  inilah  dapat  diwujudkan  Good  Governance  di
pemerintah provinsi Sumatera Utara. Dengan  demikian  Jika  SDM  aparatur  diberdayakan  maka  kualitas
perencanaan  aparatur  akan  berpengaruh  terhadap  pembangunan  daerah,  demikian juga  dengan  kinerja  aparatur  akan  dapat  mewujudkan  pembangunan  daerah  di
Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Terselenggaranya  good  governance  merupakan  prasyarat  bagi  setiap
pembangunan  daerah.  Melalui  pemberdayaan  SDM  aparatur  di  unit  kerja  instansi pemerintah,    para  penyelenggaraan  pemerintahan  harus  dapat  membangun
kesinergian  dengan  unsur-unsur  good  governance  yaitu  sektor  NegaraPemerintah, sektor  dunia  usahaswasta  dan  masyarakat  madani  untuk  mewujudkan  aspirasi
masyarakat  dan  mencapai  tujuan  serta  cita-cita  bangsa    dan  negara,  dengan menerapkan  prinsip-prinsip  kepemerintahan  yang  baik,  antara  lain    profesionalitas,
akuntabilitas,  transparansi,  pelayanan  prima,  demokrasi,  efisiensi,  efektivitas, supremasi  hukum  dan  dapat  diterima  oleh  seluruh  masyarakat.  Dalam  rangka  itu
diperlukan  pengembangan  dan  penerapan  sistem  pertanggungjawaban  yang  tepat, jelas  dan  legitimate,  sehingga  penyelenggaraan  pemerintahan  dan  pembangunan
Universitas Sumatera Utara
dapat berlangsung secara berdaya guna, berhasil guna, bersih dan bertanggungjawab, serta bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
Guna  menghindari  kesimpangsiuran  dalam  penelitian,    dan    setelah  peneliti mempelajari beberapa teori dan jurnal  dari hasi penelitian terdahulu  yang berkaitan
dengan  penelitian    ini,    maka  untuk  itu  diperlukan  satu  kerangka  konseptual  untuk menjadi pedoman dalam setiap tahap penelitian yang akan dilakukan nantinya.
Adapun  bentuk  kerangka  konseptual  penelitian  adalah  sebagaimana  pada bagan gambar 2 berikut ini :
Gambar 2. Kerangka Konseptual Penelitian
Keterangan :
1. X
1
= Pemberdayaan SDM Aparatur PSDM
Y
1
X
1
Y
2
X
3
X
2
Universitas Sumatera Utara
2. X
2
= Kualitas Perencanaan KP
3. X
3
= Kinerja Aparatur KA
4. Y
1
= Good Governance GG
5. Y
2
= Pembangunan Daerah PD
3.2 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka hipotesis penelitian adalah sebagai berikut :
1. Pemberdayaan  SDM  aparatur  pemerintah  berpengaruh  terhadap  good
governance di Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.
2. Pemberdayaan  SDM  aparatur  pemerintah  mempunyai  hubungan  dengan
kualitas perencanaan di Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. 3.
Pemberdayaan SDM aparatur pemerintah mempunyai hubungan dengan kinerja aparatur pemerintah di Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.
4. Kualitas  perencanaan  dan  kinerja  aparatur  pemerintah  berpengaruh  terhadap
Good Governance di Pemerintah Provinsi Sumatera utara.
5. Pemberdayaan  SDM  aparatur  pemerintah,  kualitas  perencanaan  dan  kinerja
aparatur  pemerintah  berpengaruh  terhadap  good  governance  di  Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.
6. Pemberdayaan  SDM  Aparatur  Pemerintah,  kualitas  perencanaan,  dan  kinerja
aparatur pemerintah berpengaruh terhadap pembangunan daerah di Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
7. Pemberdayaan  SDM  Aparatur  Pemerintah,  kualitas  perencanaan,  kinerja
aparatur pemerintah dan good governance berpengaruh terhadap pembangunan daerah di Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Penelitian  akan  dilakukan  dengan  pendekatan  eksplanatory  kuantitatif  yang akan  menjelaskan  pengaruh  dari  Pemberdayaan  SDM  aparatur  pemerintah  melalui
kualitas  perencanaan  dan  kinerja  aparatur  terhadap  Good  Governance  dan Pembangunan  Daerah  pada  Pemerintah  Provinsi  Sumatera  Utara.  Agar  analisa  data
dapat  diandalkan  reliable,  maka  teknik  kuantitatif  akan  dilengkapi  dengan  teknik analisis  kualitatif  yang  memanfaatkan  hasil  pengamatan  dan  wawancara  mendalam
dengan beberapa narasumber responden serta hasil penelitian sebelumnya. Metode  penelitian  ini  juga  akan  menerangkan  variabel  yang  diamati,
berdasarkan data-data  yang sudah terjadi. Dapat juga disebut penelitian expost facto
Sugiyono  2009
,    karena  meneliti  sesuatu  yang  telah  terjadi  pada  Pembangunan Daerah  di  Pemerintah  Provinsi  Sumatera  Utara  yang  di  ukur  melalui  indikator
keberhasilan Ekonomi dan Sosial Sumatera Utara tahun 2004 sampai dengan 2008.
Dari  segi  tujuan  penelitian  maka  penelitian  ini  bersifat  terapan  Sugiyono 2009
,  karena  hasil  penelitian  ini  diharapkan  dapat  diterapkan  oleh  pemerintah provinsi kabupaten dan kota untuk menilai kualitas perencanaan dan kinerja aparatur
dengan  adanya  pemberdayaan  sumber  daya  aparatur  pemerintah  dalam  pelaksanaan good  governance
dan  pembangunan  daerah,  di  Pemerintah  Provinsi  Sumatera  Utara ataupun daerah otonom lainnya.
Universitas Sumatera Utara
4.2 Lokasi Penelitian
Penelitian  ini  akan  dilakukan  di  Pemerintah  Provinsi  Sumatera  Utara,  dan konsentrasi  penelitian  adalah  spesifik  kepada  Aparatur  Pemerintah  di  48  empat
puluh  delapan  unit  kerja,  terutama    aparatur  pemerintah  yang  duduk  dalam  jabatan eselon  III  dan  II,  objek  penelitian  fokus  kepada  Aparatur  Pemerintah    yang  telah
mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat III dan II.
4.3 Populasi dan Sampel
4.3.1 Populasi
Banyak  definisi  yang  diberikan  oleh  para  ahli  tentang  populasi,  antara  lain
menurut  Sugiono  2006:55  menyatakan  bahwa:  “Populasi  adalah  wilayah
generalisasi  yang  terdiri  dari  objeksubjek  yang  menjadi  kuantitas  dan  karakteristik tertentu  yang  ditetapkan  oleh  peneliti  untuk  dipelajari  dan  kemudian  ditarik
kesimpulannya”,  sedangkan  Riduwan  2002:3  menyebutkan  bahwa:  “Populasi
adalah keseluruhan dari karakteristik atau unit hasil pengukuran  yang menjadi objek penelitian.”    Menurut  jenisnya  populasi  dapat  dibedakan  atas  dua  jenis,  yakni  a.
Populasi terbatas yaitu mempunyai sumber data yang jelas batasnya secara kuantitatif sehingga dapat dihitung jumlahnya,   b. Populasi tak terbatas, yaitu sumber datanya
tidak  dapat  ditentukan  batasan-batasannya  sehingga  relatif  tidak  dapat  dinyatakan dalam bentuk jumlah.
Universitas Sumatera Utara
Dari  hal  tersebut  di  atas,  maka  jenis  populasi  dalam  penelitian  ini  adalah populasi terbatas, dimana populasinya adalah seluruh PNS yang duduk dalam jabatan
eselon III dan eselon II dan telah mengikuti Pendidikan dan pelatihan kepemimpinan Tingkat III dan Tingkat II yang bertugas pada kantor pemerintahan Provinsi Sumatera
Utara  berjumlah  364  orang  dengan  perician  47  orang  pejabat  eselon  II  yang  telah mengikuti Diklatpim II dari  60 orang pejabat eselon II, dan      317 eselon III yang
telah mengikuti Diklatpim III dari 319 pejabat eselon III. sebagaimana Tabel 2.
Tabel. 2
Jumlah PNS, Pejabat Eselon III  II Alumni Diklat Pim III  II  Yang Duduk Dalam JabatanTidak Duduk Dalam Jabatan Di Pemerintah Provinsi Sumatera Utara Data Agustus
2009
DATA ALUMNI DIKLAT PIM PEJABAT
ESELON DUDUK DLM
JABATAN TDK DUDUK
DLM JABATAN NO.
UNIT KERJA JLH
PNS III
II JLH
III II
JLH III
II JLH
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
1 SEKRETARIAT
5 9
9 8
8 2
1 BIRO PEMERINTAHAN UMUM
221 4
1 5
4 4
5 5
3 2
BIRO OTONOMI DAERAH 34
3 1
4 3
1 4
7 7
4 3
BIRO ORGANISASI DAN TATA LAKSANA 27
4 1
5 4
1 5
6 1
7 5
4 BIRO PEREKONOMIAN
61 6
1 7
6 6
3 3
6 5
BIRO ADMINISTRASI PEMBANGUNAN 48
3 1
4 3
1 3
4 4
7 6
BIRO HUKUM 31
4 1
5 4
1 4
1 1
8 7
BIRO BINA KEMASYARAKATAN DAN SOSIAL 52
4 1
5 4
4 2
2 9
8 BIRO PEMBERDAYAAN PEREMPUAN
29 4
1 5
4 4
2 2
10 9
BIRO UMUM 219
4 1
5 4
4 4
4 11
10 BIRO PERLENGKAPAN
52 4
1 5
2 4
12 11
BIRO KEUANGAN 165
5 1
6 5
1 6
5 5
J  U  M  L  A  H 944
45 25
65 45
6 49
39 1
40
13 SEKRETARIAT DPRD
106 5
1 6
5 1
6
J  U  M  L  A  H 106
5 1
6 5
1 6
14 1
INSPEKTORAT PROVINSI 123
6 1
7 6
1 7
1 15
2 BAPPEDA
140 6
1 7
6 1
7 6
1 16
3 BADAN PENDIDIKAN DAN LATIHAN
109 5
1 6
5 1
6 6
8 17
4 BADAN LINGKUNGAN HIDUP
154 6
1 7
6 1
7 18
5 BADAN PENANAMAN MODAL DAN PROMOSI
71 5
1 6
5 1
6 19
6 BAN LITBANG
58 4
1 5
4 1
5 20
7 BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH
120 5
1 6
5 1
6 21
8 BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
89 5
1 6
5 1
6
Universitas Sumatera Utara
22 9
BAKESBANGLINMASY. 102
3 1
4 3
1 4
23 10
BADAN KETAHANAN PANGAN 106
4 1
5 4
1 5
24 11
BADAN PERPUS. ARSIP DAN DOKUMENTASI 126
5 1
6 5
1 6
25 12
KANTOR PENGHUBUNG DAERAH 62
1 1
1 1
26 13
BADAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA 25
5 1
6 5
5 1
1 27
14 KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH
20 4
1 5
4 1
5
J  U  M  L  A  H 1305
64 13
77 64
12 76
12 11
1
28 1
DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI 345
8 1
9 8
1 9
29 2
DINAS PENATAAN RUANG DAN PERMUKIMAN 535
11 1
12 11
1 12
30 3
DINAS KESEHATAN 1.182
13 1
14 13
1 14
31 4
DINAS PENDIDIKAN 374
8 1
9 8
1 9
32 5
DINAS KESEJAHTERAAN SOSIAL 607
18 1
19 18
1 19
33 6
DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA 270
7 1
8 7
1 8
34 7
DINAS KEHUTANAN 607
8 1
9 8
1 9
35 8
DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGI 142
5 1
6 5
1 6
36 9
DINAS PERHUBUNGAN 926
11 1
12 11
1 12
37 10
DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN 383
8 1
9 8
1 9
38 11
DINAS KOPERASI DAN UKM 125
6 1
7 6
1 7
39 12
DINAS BINA MARGA 871
12 1
13 12
1 13
40 13
DINAS PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR 1114
12 1
13 12
1 13
41 14
DINAS PENDAPATAN 596
24 1
25 24
1 25
42 15
DINAS PERTANIAN 712
13 1
14 13
1 14
43 16
DINAS PEMUDA DAN OLAH RAGA 88
5 1
6 5
1 6
44 17
DINAS PERKEBUNAN 186
9 1
10 9
1 10
45 18
DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN 114
7 1
8 7
1 8
46 19
DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN 186
9 1
10 9
1 10
47 20
DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMASI 204
5 1
6 5
1 6
48 21
RUMAH SAKIT JIWA DAERAH 272
6 1
7 6
1 7
J  U  M  L  A  H 9839
205 21
226 205
21 226
JUMLAH KESELURUHAN 12.194
319 60
374 317
47 277
51 12
41 2
Sumber data : BKD PEMPROVSU
4.3.2  Sampel Sampel  menurut  Arikunto  1998  :104  adalah  :”sebagian  atau  wakil
populasi  yang  diteliti”,  dimana  sampel  yang  dimaksud  diambil  sebagai  sumber  data
Universitas Sumatera Utara
dan  dapat  mewakili  seluruh  populasi,  sedangkan  Sugiono  2002:91  menyebutkan
bahwa  :”sampel  adalah  sebagian  dari  jumlah  dan  karakteristik  yang  dimiliki  oleh populasi  tersebut”.  Mengingat  bahwa  populasi  dari  penelitian  ini  telah  diketahui
kreteria  dan  karakteristiknya  dan  tidak  homogen  maka  pengambilan  sampel
sampling  digunakan  Purposive  sampling.  Purposive  sampling  yaitu  teknik
penarikan  sampel  di  dasarkan  pada  kriteria-kriteria  tertentu  yang  terdapat  pada
responden  dan  dianggap  layak  mewakili  populasi                          Lubis,  2005  :  43.
Berdasarkan  kreteria  dan  karateristik  responden  yang  terdiri  dari  pejabat  eselon  III dan  pejabat  eselon  II  terutama  yang  telah  mengikuti  Diklatpim  Tingkat  III  dan
Tingkat II  dianggap telah mengetahui hakekat  good governance. Berdasarkan populasi diatas, maka besar sampel yang diambil menggunakan
persamaan Yamane  dalam Nasir 1995:21 adalah :
N n  =     ---------------
N
2
+ 1 364
n =   -------------------- 364 0,05
2
+ 1 n =   78
Keterangan :
n  =  Sampel =  Presisi  5
N =  Populasi
Dengan demikian besarnya sampel adalah 78 responden,  sebagaimana pada tabel populasi dan sampel   Tabel 3 .
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3. Populasi Dan Sampel PejabatAlumni
N n
Eselon IIDiklatpim II 47
47  364 x 78 10
12,82 Eselon III
Diklatpim III 317
317  364 x 78 68
87,18 JUMLAH
364 78
100,00
4.4 Sumber Data
Sesuai  dengan  jenis  data  yang  dibutuhkan,  maka  teknik  pengumpulan  data yang digunakan dalam penelitian ini adalah    melalui :
1. Data primer
Tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan penelitian lapangan Field Research  yaitu melakukan penyebaran kuesioner kepada
responden  dan  melakukan  wawancara.  Dengan  menggunakan    metode  survey  yaitu mengirimkan kuesioner  kepada 78 orang  responden penelitian,  yaitu pejabat eselon
III  dan  pejabat  eselon  II  di  Pemerintahan  Provinsi  Sumatera  Utara  yang  sudah mengikuti Diklatpim III dan Diklatpim II.
Responden  yang  merupakan  objek  penelitian    telah  ditentukan,  menjadi sampel  dalam  penelitian  ini  yaitu  dari  bagian  jumlah  populasi  terutama  yang  sudah
menduduki  eselon  III    dan  sudah  ikut  diklatpim  sebanyak  364  orang    dan  menjadi sampel  sebagai  responden  sebanyak  68  orang,  selanjutnya  jumlah  populasi    untuk
eselon  II  yang  sudah  ikut  diklatpim  II  sebanyak    47  orang,  dan  menjadi  sampel
Universitas Sumatera Utara
sebagai responden sebanyak 10 orang, dengan katagori; sudah mengikuti diklat yang dipersyaratkan  yang  dilihat  melalui  prestasi  kerjanya    yang  diukur  melalui
kompetensi  yang  dimiliki  dan  kinerjanya  apakah  sudah  mendukung    untuk  duduk dalam  eselon  III    minimal  dua  kali  duduk  dalam  jabatan  eselon  IV  yang  berbeda,
demikian  juga  yang  duduk  pada  eselon  II,  sudah  mengikuti    Diklat  yang dipersyaratkan dan, minimal dua kali  duduk dalam jabatan  eselon  III  yang berbeda
disamping  persyaratan  lain  tentang  keprofesionalan  dan  pendidikan  Formal  yang diikutinya baik  S1, S2, dan S3.
Angket  atau  kuisioner  adalah  sejumlah  pertanyaan  tertulis  yang  digunakan untuk  memperoleh  informasi  dari  responden.  Tipe  angket  yang  digunakan  dalam
penelitian  ini  sebagian  merupakan  tipe  angket  tertutup  yaitu  angket  yang  sudah disediakan  jawabannya  sehingga  responden  tinggal  memilih  skor  sedangkan  untuk
memperdalam  hasil  penelitian  selanjutnya  dilakukan  wawancara,  daftar  pernyataan kuesioner dimaksud terdapat pada Tabel 4 di samping menggunakan data-data  yang
tersedia dari lembaga  yang terkait dengan variabel penelitian ini sebagai  pendukung data utama. Setiap item pernyataan dalam sebaran angket kuesioner tertutup tersebut
sudah  disediakan  jawabannya,  sehingga  responden  cukup  memilih  jawaban  yang
menjadi pilihannya, dengan pilihan dan bobot seperti terdapat pada tabel berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.  Pilihan Dan Bobot Jawaban Pernyataan Item Bobot
Pernyataan Positif
Negatif
-  Sangat Setuju 5
1 -  Setuju
4 2
-  Ragu-ragu 3
3 -  Tidak Setuju
2 4
- Sangat Tidak Setuju 1
5
2. Data sekunder