Penerapan pembelajaran active learning metode card sort dalam meningkatkan hasil belajar pendidikan agama islam dan budi pekerti pada pembahasan asmaul husna di kelas x multimedia 1 smk paramarta tangerang selatan

(1)

PEKERTI PADA PEMBAHASAN ASMAUL HUSNA DI KELAS

X MULTIMEDIA 1SMK PARAMARTA TANGERANG

SELATAN

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam Oleh

Upik Yanwaria

NIM 1110011000004

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2015


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

i

Active Learning Metode Card Sort Dalam Meningkatkan Hasil Belajar PAI Pada Pembahasan Asmaul Husna Di Kelas X Multimedia 1 SMK Paramarta Tangerang Selatan.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar PAI siswa di kelas X Multimedia 1, dengan menggunakan pembelajaran active learning metode card sort. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Paramarta Tangerang Selatan pada bulan Agustus sampai dengan Oktober 2014. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian tindakan kelas (PTK). Metode ini dilakukan dengan empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa pembelajaran PAI melalui penerapan pembelajaran active learning metode card sort dapat meningkatkan hasil belajar PAI. Indikator keberhasilan keberhasilan pada penelitian ini adalah: ketuntasan belajar kelas dan peningkatan persentase siswa yang mendapat nilai minimal 75 mencapai 100% melalui penerapan pembelajaran active learning metode card sort. Dari hasil penelitian siklus I ketuntasan belajar yang dicapai yaitu sebanyak 71,43% dan siklus II sebanyak 100%. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran active learning metode card sort dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Asmaul Husna di kelas X Multimedia 1 SMK Paramarta Tangerang Selatan.

Kata Kunci :


(7)

ii

Improving Islamic Religion Education and Moral Values Learning Achievement on Asmaul Husna Discussion at the Tenth Grade of Multimedia

1 of SMK Paramarta, South Tangerang”.

This research aimed to improve students’ Islamic religion education and moral values learning achievement at the tenth grade of multimedia 1 trough card sort active learning method. This research was conducted at SMK Paramarta, South Tangerang in August to October 2014. The method of this research was Classroom Action Research (CAR) method. It was conducted four stages; planning, implementing, observing and reflecting. The research result indicated that learning Islamic religion education and moral values through implementing active learning using card sort method could improve students’ learning achievement. The good result indicators of this research can be described as follows: class mastery learning and students percentage improvement with the minimum score, 75 reached 100 % trough sort card active learning method. From the research result of cycle I (one), students’ mastery learning reached 71,43% and in the cycle II (two) reached 100%. Based on thus research result can be concluded that the implementation of card sort active learning method could improve students’ learning achievement on Amaul Husna learning material at the tenth grade of Multimedia 1 of SMK Paramarta, South Tangerang

Keyword:


(8)

iii

telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya.

Dalam penulisan skripsi yang berjudul “Penerapan Pembelajaran Active Learning Metode Card Sort dalam Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Pada Pembahasan Asmaul Husna di Kelas X Multimedia 1 SMK Paramarta Tangerang Selatan” penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Namun inilah usaha maksimal yang dapat penulis lakukan

Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa ada pihak-pihak yang banyak memberikan bimbingan, bantuan serta pengarahan-pengarahan baik secara langsung maupun tidak langsung membantu penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Nurlena Rifa’I, Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag., Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam beserta segenap dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang telah beliau berikan dapat bermanfaat untuk diri sendiri dan untuk orang lain.

3. Heny Narendrany Hidayati, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang penuh keikhlasan dalam membagi waktu, tenaga, dan pikiran dalam upaya memberikan bimbingan serta mengarahkan penulis dalam mengerjakan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Semoga selalu ada dalam keberkahan Allah SWT.


(9)

iv

5. In’am Abdul Fattah, S.Pd.I., selaku guru Pendidikan Agama Islam sekaligus kolaborator dalam penelitian tindakan kelas ini, yang dengan sabar membantu dan membimbing penulis dalam melaksanakan penelitian 6. Bapak dan ibu guru, serta Tata Usaha yang sangat ramah dalam

memberikan informasi yang penulis perlukan dalam skripsi ini.

7. Kedua orang tua tercinta, Bapak Yusri dan Ibu Ade yang selalu memberikan dukungan baik secara moril dan materil. Semoga Allah SWT memberikan kebahagiaan dan kemuliaan di dunia dan di akhirat.

8. Kakak-kakakku tercinta, Ferial Gahara A.Md dan Verawati Agustien A.Md Keb., serta adik-adikku tersayang Gagay Faizan Azwar, Bagus J Ramdhan, Mahish Al-Fahsya Sayyid dan Haqi Puguh Mujahiddan. Terima kasih atas doa dan dukungannya selama ini.

9. Teman-teman LDK Syahid Forkat AN-Najm, kalian telah mengajarkan arti persaudaraan karena Allah SWT. Terima kasih telah menularkan energi positif selama kuliah di kampus UIN Syarif Hidayatullah.

10.Teman-teman Jurusan Pendidikan Agama Islam kelas A angkatan 2010 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terima kasih atas kebersamaan, dukungan, bantuan dan motivasinya. Perjuangan selama 4 tahun bersama kalian telah menggoreskan kenangan indah dalam hidup ini dan tak akan pernah hilang dimakan zaman.

11.Sahabat-Sahabat seperjuangan di Seulanga Kost Anita Greanti, Diana Nopiana dan Siti Subaikoh. Persahabatan yang telah dibangun dari awal masuk perkuliahan menyisakan kenangan manis di Ciputat tempat kita menimba ilmu dan menapaki jejak kehidupan, terima kasih untuk segalanya.

12.Semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan, dukungan, dan perhatian yang sangat bermanfaat bagi penulis.


(10)

v penulis.

Jakarta, 11 Desember 2014 Penulis


(11)

vi LEMBARAN PERNYATAAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian ... 5

C. Pembatasan Fokus Penelitian ... 5

D. Perumusan Masalah Penelitian ... 6

E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti 1. Hakikat Belajar dan Hasil Belajar a. Pengertian Belajar ... 8

b. Ciri-Ciri Belajar ... 8

c. Tujuan Belajar... 10

d. Pengertian Hasil Belajar ... 11

e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 12

2. Pembelajaran Active Learning Metode Card Sort a. Pengertian Pembelajaran ... 16

b. Prinsip-Prinsip Pembelajaran ... 17

c. Pembelajaran Active Learning ... 18


(12)

vii

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 25

B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian ... 25

C. Subjek Penelitian ... 29

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ... 30

E. Tahapan Intervensi Tindakan ... 30

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ... 34

G. Data dan Sumber Data ... 34

H. Instrumen Pengumpulan Data ... 35

I. Teknik Pengumpulan Data ... 37

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan ... 37

K. Analisis Data dan Interpretasi Data ... 38

L. Pengembangan Perencanaan Tindakan ... 39

BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PENGEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 40

B. Analisis Data ... 43

C. Pembahasan ... 60

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 63

B. Implikasi ... 63

C. Saran-Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 66


(13)

viii

Tabel 3.2 Tabel Desain Intervensi Tindakan Siklus II………33

Tabel 4.1 Sarana dan Prasarana………...……...41

Tabel 4.2 Tabel Nilai N-Gain Siklus I………...51

Tabel 4.3 Nilai N Gain Siklus II………..……58 Tabel 4.4 Tabel Perbedaan Signifikan Hasil Belajar Siklus I dan Siklus II… 60


(14)

ix

Lampiran 2 Wawancara Pra Penelitian dengan Siswa ... 71

Lampiran 3 RPP Siklus I ... 72

Lampiran 4 RPP Siklus II ... 77

Lampiran 5 Instrumen Soal Siklus I... 82

Lampiran 6 Instrumen Soal Siklus II ... 90

Lampiran 7 Lembar Observasi Sekolah ... 97

Lampiran 8 Lembar Observasi Guru Siklus I ... 98

Lampiran 9 Lembar Observasi Guru Siklus II ... 99

Lampiran 10 Lembar Observasi Siswa Siklus I ... 100

Lampiran 11 Lembar Observasi Siswa Siklus II... 101

Lampiran 12 Catatan Lapangan Siklus I ... 103

Lampiran 13 Catatan Lapangan Siklus II... 104

Lampiran 14 Lembar Pengamatan Aktivitas Peneliti dalam Proses Pembelajaran Siklus I ... 105

Lampiran 15 Lembar Pengamatan Aktivitas Peneliti dalam Proses Pembelajaran Siklus II ... 107

Lampiran 16 Soal Tes Hasil Belajar Siklus I ... 110

Lampiran 17 Soal Tes Hasil Belajar Siklus II ... 114

Lampiran 18 Kunci Jawaban Siklus I ... 119

Lampiran 19 Kunci Jawaban Siklus II ... 120

Lampiran 20 Materi Bahan Ajar ... 121

Lampiran 21 Wawancara Setelah Tindakan ... 130


(15)

1

A.Latar Belakang Masalah

Indonesia sebagai bangsa dan negara akan terus menjalani sejarahnya. Ibarat sebuah organisasi Indonesia lahir, tumbuh, berkembang dan mempertahankan kehidupannya untuk mencapai apa yang dicita-citakan diawal kelahiranya. Cita-cita luhur tersebut tercantum secara jelas dalam pembukaan UUD 1945 alinea empat, yakni melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Sungguh sangat luhur dan humanis cita-cita luhur bangsa dan negara Indonesia tersebut.

Sebagai bangsa dan negara Indonesia kita harus bangga terhadap para pendahulu yang telah mewariskan fondasi yang kuat dan mulia tentang arah dan tujuan kita berbangsa dan bernegara. Sepatutnya kita harus berkontribusi sesuai dengan peran kita untuk mewujudkan cita-cita luhur bangsa dan negara Indonesia. Salah satu cara dan strategi untuk mempercepat terwujudnya cita-cita negara adalah dengan mempersiapkan generasi masa depan yang tangguh, cerdas, mandiri dan berpegang pada nilai-nilai spiritual. Mereka harus dipersiapkan sedemikian rupa dalam suatu lingkungan yang kondusif. Salah satu lingkungan yang sangat ideal adalah institusi pendidikan dari prasekolah, tingkat dasar, tingkat menengah dan jenjang perguruan tinggi sebagai kawah candra dimuka penggemlengan generasi muda.1

Salah satu prinsip pendidikan adalah diselenggarakan sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Dalam proses tersebut diperlukan guru yang memberikan keteladan, membangun kemauan, dan mengembangkan potensi dan kreatifitas peserta didik. Implikasi dari prinsip ini adalah pergeseran paradigma proses

1

Kunandar, Penilaian Autetik : Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013, (Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2013), h. 15-16


(16)

pendidikan, yaitu dari paradigma pengajaran ke paradigma pembelajaran. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran perlu direncanakan, dilaksanakan, dinilai, diawasi agar terlaksana secara efektif dan efisien.

Mengingat kebinekaan budaya, keragaman latar belakang dan karakteristik peserta didik, serta tuntutan untuk menghasilkan lulusan yang bermutu, proses pembelajaran untuk setiap mata pelajaran harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. 2

Pendidikan Agama Islam dan budi pekerti yang diterapkan di sekolah sering kali terkesan kurang menarik bahkan membosankan. Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti seringkali hanya menjelaskan secara teoritis tanpa mempraktikkan dan melibatkan siswa. Metode pengajarannya juga kurang menarik perhatian siswa. Apa yang terjadi di kelas, guru biasanya memulai dengan cerita atau bahkan menerangkan materi dengan berceramah, sehingga tidak mengherankan di pihak guru sering timbul bahwa mengajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti itu mudah. Akibatnya nilai-nilai yang terkandung dalam Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti tidak dapat dipahami dan diamalkan oleh siswa.

Banyak pembelajaran di Sekolah Menegah Kejuruan (SMK) disampaikan hanya melalui ceramah akan sulit diterima oleh siswa dan akan menimbulkan kejenuhan dan siswa cenderung bersifat pasif. Dalam hal ini diperlukan seorang guru untuk mempertimbangkan teknik lain yang efektif dan tepat. Pengalaman yang diperoleh oleh siswa dari hasil pemberitahuan orang lain seperti hasil dari penuturan guru hanya akan diingat oleh siswa tidak secara maksimal. Oleh karena itu, seiring dengan perkembangan kurikulum saat ini, proses pembelajaran tidak cukup hanya menyampaikan informasi akan tetapi

2


(17)

mendorong siswa untuk melakukan suatu proses melalui berbagai aktivitas yang dapat mendukung terhadap pencapaian kompetensi.

Dalam praktiknya kebanyakan guru hanya menggunakan metode pembelajaran konvensional yakni ceramah, diskusi dan tanya jawab. Sedangkan kebutuhan siswa di zaman era global sekarang ini membutuhkan berbagai sumber belajar, dalam arti sumber belajar bukan hanya terpusat pada guru namun memanfaatkan fasilitas yang ada dan menggunakan media pembelajaran variatif untuk mempermudah proses pembelajaran guna mencapai hasil belajar yang baik.

Penyebab hasil belajar siswa rendah ialah disebabkan oleh berbagai faktor yakni diantaranya yaitu kurangnya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran membuat suasana belajar menjadi monoton dan membuat siswa merasa bosan, akibatnya siswa menjadi kurang berminat terhadap pelajaran

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti yang pada akhirnya hal ini juga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

Penggunaan media pembelajaran yang mempunyai peranan yang cukup penting dalam proses pembelajaran sangat terbatas seperti tidak adanya LCD, proyektor, serta fasilitas pendukung lainnya yang kurang memadai menjadi salah satu penghambat proses pembelajaran secara efektif sehingga hasil belajar peserta didik menjadi tidak optimal.

Di samping itu, metode pembelajaran yang guru terapkan tentunya akan berpengaruh pula terhadap hasil belajar siswa, jika seorang guru tidak mempersiapkan dan merencakan pembelajaran di kelas, maka proses pembelajaranpun akan kurang baik karena persiapan yang kurang matang, metode yang dipakai tidak sesuai dengan materi pelajaran yang dibahas dan kurangnya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran, maka dapat dipastikan hal tersebut dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.

Lebih dari 2400 tahun silam, Konfusius filosof Cina Confusius menyatakan “ yang saya dengar, saya lupa. Yang saya lihat, saya ingat. Yang saya kerjakan, saya pahami”. Mel Silberman telah memodifikasi dan memperluas pernyataan Konfusius tersebut menjadi apa yang disebut Paham


(18)

Belajar Aktif. Silberman menyatakan “ Yang saya dengar, saya lupa. Yang saya dengar dan lihat, saya sedikit ingat. Yang saya dengar, lihat, dan pertanyakan atau diskusikan dengan orang lain, saya mulai pahami. Dari yang saya dengar, lihat, bahas dan terapkan, saya dapatkan pengetahuan dan keterampilan. Yang saya ajarkan kepada orang lain, saya kuasai”3

Seyogyanya guru dapat mengembangkan proses pembelajaran dengan tujuan agar pembelajaran tidak berpusat pada guru (teacher center) tetapi berpusat pada peserta didik (student center) agar proses pembelajaran dapat dinikmati oleh peserta didik dan menghasilkan mutu pendidikan yang baik. Oleh karena itu diperlukan pembelajaran aktif (active learning) dengan metode yang bervariasi guna dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa.

Dalam rangka mewujudkan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti yang diharapkan, maka dipandang perlu menerapkan pembelajaran Active Learning. Pembelajaran active learning dimaksudkan untuk mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh siswa, sehingga semua siswa dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Disamping itu pembelajaran active learning juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa/anak didik agar tertuju kepada proses pembelajaran.

Salah satu metode yang dapat melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran salah satunya ialah menggunakan metode Card Sort. Metode card sort adalah sebuah metode pembelajaran yang menuntut siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran karena metode ini berhubungan dengan gerak fisik dan kekuatan otak untuk berfikir. Card Sort artinya “sortir kartu” yang dimaksud sortir kartu adalah mencocokan atau menyamakan antar kartu yang sudah ditentukan dan siswa mencari pasangnnya masing-masing. Dengan menggunakan pembelajaran active learning metode card sort, diharapkan dapat meningkatkan motivasi, perhatian, minat, keaktifan siswa dalam proses pembelajaran sehingga hasil belajarnya pun dapat meningkat.

3


(19)

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka peneliti menganggap perlu untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Penerapan Pembelajaran Active Learning Metode Card Sort dalam Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Pada Pembahasan Asmaul Husna di Kelas X Multimedia 1 SMK Paramarta Tangerang Selatan”

B. Identifikasi Masalah

Dari masalah yang telah dijelaskan di atas maka dapat diidentifikasi masalahnya, yaitu :

1. Guru masih menggunakan metode konvensional sehingga siswa kurang terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran

2. Metode yang lebih sering digunakan ialah metode ceramah dan diskusi sehingga siswa kurang berminat pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

3. Kurangnya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran Pendidikan

4. Hasil belajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti yang diperoleh siswa masih banyak yang dibawah Ketuntasan Kriteria Minimal (KKM) yang telah ditentukan.

C. Pembatasan Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis penelitian ini membatasi masalah “Penerapan Pembelajaran Active Learning Metode Card Sort dalam Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Pada Pembahasan Asmaul Husna di Kelas X Multimedia 1 SMK Paramarta Tangerang Selatan”


(20)

D. Perumusan Masalah Penelitian

Apakah pembelajaran active learning metode card sort dapat meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti pada pembahasan asmaul husna di kelas X Multimedia 1 SMK Paramarta Tangerang Selatan ?

E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui apakah penerapan pembelajaran active learning metode card sort dalam meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti pada pembahasan Asmaul Husna di Kelas X Multimedia 1 SMK Paramarta Tangerang Selatan”

2. Kegunaan Penelitian

Secara umum, kegunaan penelitian tindakan kelas ini dibagi menjadi dua, yaitu :

a. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi terhadap metode yang tepat untuk digunakan dalam proses pembelajaran, khususnya dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

b. Kegunaan Praktis

1) Bagi siswa, dapat dijadikan bahan pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman terhadap mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

2) Bagi pendidik, guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

khususnya dan guru lainnya dapat menjadi bahan acuan dalam menyusunan rencana dan melaksanakan evaluasi pembelajaran dengan tahapan-tahapan PTK, guru mampu memperbaiki proses pembelajarannya melalui kajian yang mendalam terhadap apa yang terjadi di kelas (aktual maupun faktual).


(21)

3) Bagi sekolah, sebagai informasi baru dan pedoman dalam kegiatan belajar mengajar agar proses belajar sesuai dengan yang diharapkan 4) Bagi peneliti, menambah pengetahuan tentang pembelajaran active


(22)

8

BAB II

KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

INTERVENSI TINDAKAN

A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti

1. Hakikat Belajar dan Hasil Belajar

a. Pengertian Belajar

Belajar pada hakikatnya mengandung makna terjadinya perubahan tingkah laku pada diri seseorang berkat pengalaman dan latihan.1 Menurut Gagne yang dikutip oleh Dimyati bahwa “belajar merupakan kegiatan kompleks. Hasil belajar merupakan kapabilitas, setelah belajar memiliki

keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai”2

Menurut teori Cronbach dikutip oleh Syaiful Bahri Djamarah

menyatakan bahwa “ learning is shown by a change in behaviour as a result of experience, artinya belajar sebagai suatu aktivitas yang

ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman”.3 Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar bukan hanya memperoleh sebuah hasil dari apa yang dipelajari namun terjadinya perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik dengan kematangan yang ada pada dirinya sehingga dapat meningkatkan kemampuannya untuk menjadi manusia yang berkualitas.

b. Ciri-Ciri Belajar

Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses

1

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta : Rineka Cipta, 2006) H. 10

2

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta : Rineka Cipta, 2006), cet. ke-3, h.10

3

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta : Rineka Cipta, 2008), Cet. ke-2., h. 13


(23)

belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar, lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa keadaan alam, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia, atau hal-hal yang dijadikan bahan belajar. Tindakan belajar tentang suatu hal tersebut tampak sebagai perilaku belajar yang tampak dari luar.4

Jika hakikat belajar adalah perubahan tingkah laku, maka ada beberapa perubahan tertentu yang dimasukkan kedalam ciri-ciri belajar, yaitu : 1) Perubahan yang terjadi secara sadar

Ini berarti individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya individu merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya. Mislanya ia menyadari bahwa pengetahuannya bertambah, kecakapannya bertambah, kebiasannya bertambah. Jadi, perubahan tingkah laku individu yang terjadi karena mabuk atau dalam keadaan tidak sadar. Tidak termasuk kategori perubahan dalam pengertian belajar. Karena individu yang bersangkutan tidak menyadari akan perubahan itu.

2) Perubahan dalam belajar bersifat fungsional

Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri individu berlangsung terus menerus dan tidak statis. Suatu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya.

3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu selalu bertambah dan tertuju untuk memperoleh suatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian, makin banyak usaha belajar itu dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa prubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan karena usaha individu sendiri. Misalnya, perubahan tingkah laku karena proses kematangan yang terjadi dengan

4


(24)

sendirinya karena dorongan dari dalam, tidak termasuk perubahan dalam pengertian belajar.

4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara

Perubahan yang bersifat sementara (temporer)yang terjadi hanya untuk beberapa saat saja, seperti berkeringat, keluar air mata, menangis dan sebagainya tidak dapat digolongnya sebagai perubahhan dalam pengertian belajar. Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen.

5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah

Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perubahan belajar terarah pada perubahan ada tujuan yang akan dicapai. Perubahan belajar terarah pada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari.

6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap kebiasaan, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya. 5

Jadi setelah siswa mengikuti proses kegiatan pembelajaran, diharapkan adanya perubahan yang terjadi pada siswa. Dimana perubahan yang terjadi itu berlangsung secara terus menerus dan relatif menetap. Oleh karena itu, seorang guru harus dapat memberikan arahan kepada siswa agar perubahan yang terjadi tidak bersifat sementara.

c. Tujuan Belajar

Secara umum tujuan belajar belajar yang diusahakan untuk dicapai meliputi tiga hal, yakni untuk mendapatkan pengetahuan, penanaman

5

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta : Rineka Cipta, 2008), Cet. ke-2., h. 15-16


(25)

konsep dan keterampilan, serta pembentukan sikap. Ketiganya dimaksudkan untuk mencapai hasil yang diharapkan.

Relevan dengan hal ini, hasil belajar meliputi :

a. Hal ihwal keilmuan dan pengetahuan, konsep atau fakta (kognitif) b. Hal ihwal personal, kepribadian atau sikap (afektif)

c. Hal ihwal kelakuan, keterampilan atau penampilan (psikomotorik) Ketiga hasil belajar di atas dalam pengajaran merupakan tiga hal yang secara programatik terpisah, namun dalam kenyataannya pada diri siswa akan merupakan satu kesatuan yang utuh dan bulat. Dengan demikian dalam sebuah rencana pembelajaran, dengan tujuan, yakni yang dapat membantu pencapaian hal ihwal berkenaan ranah kognitif, afektif, atau psikomotorik.6

d. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan perubahan yang terjadi dalam diri seseorang akibat dari proses belajar yang dilakukannya berupa tercapainya tujuan-tujuan belajar yang diinginkan. Belajar merupakan proses internal yang kompleks, yang terlibat dalam proses internal tersebut adalah seluruh mental yang meliputi tiga ranah, yakni ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. 7

Menurut Ahmad Susanto secara sederhana, yang dimaksud hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan interaksional, biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Anak yang berhasil dalam belajar adalah yang mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan interaksional.8

6

Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, ( Jakarta : Gaung Persada Press, 2010), cet. Ke-3., h. 188-189

7

Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. (Jakarta : Rineka Cipta, 2006) h. 18 8

Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta : Kencana, 2013), Cet. ke-1, h. 5


(26)

e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar 1. Faktor Internal

Faktor internal merupakan merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik, yang memengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal ini meliputi meliputi: kecerdasan, minat, dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan perhatian.9 Faktor internal meliputi:

a) Faktor Fisiologis

Secara umum kondisi fisiologis, seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani, dan sebagainya, semuanya akan membantu dalam proses dan hasil belajar. Siswa yang kekurangan gizi musalnya, ternyata kemampuan belajaranya berada dibawah siswa-siswa yang tidak kekurangan gizi, sebab mereka yang kekurangan gizi pada umumnya cenderung cepat lelah dan capek, cepat mengantuk dan akhirnya tidak mudah dalam menerima pelajaran.

Demikian juga kondisi saraf mengontrol kesadaran dapat berpengaruh pada proses dan hasil belajar. Misalnya, seseorang yang minum minuman keras akan kesulitan untuk melakukan proses belajar, karena saraf pengontrol kesadarannya terganggu. Bahkan, perubahan tingkah laku akibat pengaruh minuman keras tersebut, tidak bisa dikatakan perubahan tingkah laku hasil belajar.10

b) Faktor Psikologis

Faktor kedua darifaktor internal adalah faktor psikologis. Setiap manusia atau anak didik pada dasarnya memiliki kondisi psikologis yang berbeda-beda, terutama dalam hal kadar bukan dalam hal jenis, tentunya perbedaan-perbedaan ini akan berpengaruh pada proses dan hasil belajarnya masing-masing. Beberapa faktor psikologis yang

9

Ibid., h. 12

10


(27)

dapat diuraikan diantaranya meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, motivasi, kognitif, dan daya nalar.11

Pertama, intelegensi. CP Chaplin yang di kuti oleh Yudhi Munandi mengartikan intelegensia sebagai (1) kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif, (2) kemampuan menggunakan konsep abstrak secara efektif, (3) kemampuan memahami pertalian-pertalian dan belajar dengan cepat sekali. Ketiga hal tersebut merupakan satu kesatuan, tidak terpisahkan satu dengan yang lainnya. Pemisahan tersebut hanya menekankan aspek-aspek yang berbeda dari sisi prosesnya. Proses bellajar merupakan proses yang kompleks, maka aspek intelegensi hanya sebuah potensi, artinya seseorang yang memiliki intelegensi tinggi mempunyai peluang besar untuk memperoleh hasil belajar yang ang lebih baik.

Kedua, perhatian. Menurut Slamet yang dikutip oleh Yudhi Munandi bahwa perhatian adalah keaktifn jiwa yang dipertinggi, jiwa semata-mata tertuju kepada suatu objek ataupun sekumpulan objek. Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus dihadapkan pada obyek-obyek yang dapat menarik perhatian siswa, bila tidak, maka perhatian siswa tidak akan terarah atau focus pada obyek yang sedang dipelajarinya.

Ketiga, minat dan bakat. Minat diartikan oleh Hilgard sebagai kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan ini baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata setelah melalui belajar dan berlatih.

Seseorang biasanya memiliki kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan bakatnya. Oleh karena itu, beruntung sekali bagi seseorang yang menyadari bahwa dirinya mempunyai bakat dibidang tertentu, karena ia akan terus mengembangkannya melalui latihan dan

11Ibid


(28)

belajar. Para guru hendaknya berusaha untuk dapat mengetahui minat dan bakat para siswanya yang kemudian mampu juga untuk menumbuhkembangkannya.

Keempat, motif dan motivasi. Kita sering menggunakan kata motif untuk menunjukkan kata motif untuk menunjukkan tindakan atau aktivitas seseorang. Menurut Aminuddin Rasyad yang dikutif oleh Yudhi Munandi bahwa dalam setiap diri manusia pada umumnya mempunyai dua macam motif atau dorongan, yaitu motif yang sudah ada di dalam diri yang sewaktu-waktu akan muncul tanpa ada pengaruh dari luar, disebut instrinsic motive. Bila motif dalam diri ini baik dan berfungsi pada setiap diri dalam bentuk aktif dan kreatif. Bila motif intrinsiknya kurang berfungsi maka tingkah laku belajarnya tidak menampakkan keaktifan dan kreatif yang berarti. Motif lainnya adalah motif yang dating dari luar diri, yakni karena ada pengaruh situasi lingkungannya, motif ini disebut extrinsic motive.

Kelima, kognitif dan daya nalar. pembahasan mengenai hal ini meliputi tiga hal, yakni persepsi, mengingat dan berpikir. Persepsi adalah penginderaan terhadap suatu kesan yang timbul dalam lingkungannya. Penginderaan itu dipengaruhi oleh pengalaman, kebiasaan, dan kebutuhan. Kemampuan mempersepsi antara siswa yang satu dengan siswa yang lain tidak sama meskipun mereka sama-sama dari sekolah yang sama-sama, bahkan kelas yang sama-sama. Ini ditentukan oleh pengetahuan dan pengalaman pelajar itu sendiri. Karena pengetahuan dan pengalaman akan memperkaya benaknya dengan pembendaharaan untuk memperkuat daya persepsisnya. Semakin sering ia melibatkan diri dalam berbagai aktivitas, akan semakin kuat daya persepsinya. 12

Mengingat adalah suatu aktivitas kognitif, dimana orang menyadari bahwa pengetahuannya berasal dari masa yang lampau atau berdasarkan kesan-kesan yang diperoleh melalui pengalamnnya di

12


(29)

masa lampau. Menurut Jalaludin Rakhmat yang dikutip oleh Yudhi Munandi berpikir dibagi dua macam, yakni berpikir autistic dan berpikir realistic. Yang pertama mungkin lebih tepat disebut melalun; fantasi, menghayal, wishful thinking, adalah contoh-contohnya. Berpikir realistic, disebut juga nalar (reasoning), ialah berpikir dalam rangka menyesuaikan diri dengan dunia nyata. Dalam kebanyakan usaha pemanfaatan media pembelajaran yang dilakukan guru adalah berusaha untuk membawa para siswanya kepada pemahaman yang realistis. Dengan demikian, pemanfaatan media dalam proses pembelajaran dapat merangsang dan mengembangkan daya nalar siswa.13

2. Faktor Eksternal a) Faktor Lingkungan

Kondisi lingkungan juga mempengaruhi proses dan hasil belajar. Lingkungan ini dapat berupa lingkungan fisik atau alam dan dapat pula berupa lingkungan sosial. Lingkungan sosial baik yang berwujud hal-hal lainnya, juga dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar. Seringkali guru dan para siswa yang sedang belajar di dalam kelas merasa terganggu oleh obrolan orang-orang yang berada di luar persis di depan kelas tersebut, apalagi obrolan itu diiringi dengan gelak tawa yang keras dan teriakan. Hiruk pikuk lingkungan sosial seperti suara mesin pabrik, lalu lintas, gemuruhnya pasar, dan lain-lain juga akan berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar. Karena itu sekolah hendaknya didirikan dalam lingkungan yang kondusif untuk belajar. b) Faktor Instrumental

Faktor-faktor instrumental adalah factor yang keberadaan dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai

13


(30)

sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar yang telah direncanakan.

Faktor- faktor instrumental ini dapat berupa kurikulum, sarana dan fasilitas, dan guru. Berbicara kurikulum berarti berbicara mengenai komponen-komponenya, yakni tujuan, bahan, atau program, proses belajar mengajar, dan evaluasi. Kiranya jelas faktor-faktor ini besar pengaruhnya pada proses dan hasil belajar.14

B. Pembelajaran Active Learning Metode Card Sort

1. Pengertian Pembelajaran

Istilah pembelajaran merupakan terjemahan dari kata instruction.

Menurut M. Sobry Sutikno bahwa pembelajaran adalah segala upaya yang dilakukan oleh pendidik. Secara implisit di dalam pembelajaran, ada kegiatan memilih, menetapkan dan mengembangkan metode atau model untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Pembelajaran lebih menekankan pada cara-cara untuk mencapai tujuan dan berkaitan dengan bagaimana cara mengorganisasikan isi pembelajaran, menyampaikan isi pembelajaran, dan mengelola pembelajaran15.

Menurut Wina Sanjaya Pembelajaran adalah “suatu proses yang dinamis, berkembang secara terus menerus sesuai dengan pengalaman siswa. Semakin banyak pengalaman yang dilakukan siswa, maka akan semakin kaya, luas dan sempurna pengetahuan mereka”16. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Bab I

Pasal I menyebutkan bahwa “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta

14

Ibid., h. 31-33

15

M. Sobri Sutikno, Metode dan Model-model Pembelajaran : Menjadikan Proses Pembelajaran lebih Variatif, aktif, inovatif, efektif dan menyenangkan, (Lombok : Holistica, 2014), h.12

16

Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran : Teori dan Praktik Pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), (Jakarta : Prenada Media Group, 2008), cet. III, h. 363


(31)

didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan

belajar”17

2. Prinsip-Prinsip Pembelajaran

Prinsip dikatakan juga landasan. Untuk mewujudkan proses pembelajaran yang efektif, maka pelaksanaan proses pembelajaran harus memenuhi prinsip-prinsip, berikut :

a. Pembelajaran berfokus pada peserta didik, artinya orientasi pembelajaran terfokus kepada peserta didik. Peserta didik menjadi subyek pembelajaran, dan kecepatan belajar peserta didik yang sama perlu diperhatikan.

b. Menyenangkan. Peserta didik merasa aman, nyaman, betah, dan asyik mengikuti pembelajaran.

c. Interaktif. Adanya hubungan timbale balik antara guru dengan peserta didik dan antar peserta didik.

d. Prinsip motivasi, yaitu dalam belajar diperlukan motivasi-motivasi yang dapat mendorong peserta didik untuk belajar.

e. Mengembangkan kreativitas dan kemandirian peserta didik. Proses pembelajaran harus dapat memberikan ruang yang cukup bagi perkembangan kreativitas dan kemandirian sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik dan psikologis peserta didik

f. Pembelajaran terpadu, maksudnya pengelolaan pembelajaran dilakukan secara secara integratif. Semua tujuan pembelajaran berupa kemampuan dasar yang ingin dicapai bermuara pada satu tujuan akhir, yaitu mencapai kemampuan dasar lulusan.

g. Memberikan penguatan dan umpan balik. Dalam situasi tertentu, guru memberikan pujian atau memperbaiki respon peserta didik. 18

17Undang-Undang SISDIKNAS (UU RI No. 20 Tahun 2003),

(Jakarta : Sinar Grafika, 2009) Cet, II, h. 5

18

M. Sobri Sutikno, Metode dan Model-model Pembelajaran : Menjadikan Proses Pembelajaran lebih Variatif, aktif, inovatif, efektif dan menyenangkan, (Lombok : Holistica, 2014), h.15-16


(32)

h. Prinsip perbedaan individual, yaitu setiap peserta didik memiliki perbedaan-perbedaan dalam berbagai hal, seperti watak, intelegensi, latar belakang keluarga, ekonomi, sosial, dan lain-lain.

i. Prinsip pemecahan masalah yaitu dalam belajar peserta didik perlu dihadapkan pada situasi-situasi bermasalahh dan guru membimbing peserta didik untuk memecahkannya

j. Memanfaatkan aneka sumber belajar, guru menggunakan berbagai sumber belajar yang meliputi pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan lingkungan

k. Memberi keteladanan. Guru memberikan keteladanan dalam bersikap, bertindak, dan bertuturkata baik di dalam maupun di luar kelas.

l. Mmengembangkan kecakapan hidup

m. Prinsip belajar sambil mengalami, yaitu dalam mempelajari sesuatu, apalagi yang berhubungan dengan keterampilan haruslah melalui pengalaman langsung.

n. Menumbuhkan budaya akademis, nilai-nilai kehidupan, dan pluralism. o. Mengembangkan kerjasama dan kompetisi untuk mencapai prestasi p. Belajar tuntas (mastery learning), maksudnya pembelajaran mengacu

pada ketuntasan belajar kemampuan dasar melalui pemecahan masalah. Setiap individu dan kelompok harus menuntaskan satu kemampuan dasar, baru belajar kemampuan dasar berikutnya.19

3. Pembelajaran Active Learning

Pembelajaran aktif (active learning) dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh peserta didik, sehingga semua peserta didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Di samping itu, pembelajaran aktif (active learning) juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa atau peserta didik agar tetap tertuju pada proses

19


(33)

pembelajaran.20 Pembelajaran aktif (active learning) dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki.21

Lukmanul Hakim dalam bukunya perencanaan pembelajaran imendefinisikan pembelajaran aktif yaitu kegiatan mengajar yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dengan mata pelajaran yang dipelajarinya. Siswa lebih aktif mempelajari materi pembelajaran yang menyiapkan siswa untuk hidup, informasi yang diterima lebih lama diingat dan disimpan, dan lebih menikmati suasana kelas yang nyaman. Siswa mengemukakan pendapat, Tanya jawab, mengembangkan pengetahuannya, memecahkan masalah, diskusi, dan menarik kesimpulan. Peran guru tidak dominan menguasai proses pembelajaran melainkan memberikan kemudahan (fasilitator).22

Jadi pembelajaran aktif itu dirancang agar siswa aktif dalam proses belajar mengajar dan dengan pembelajaran aktif (active learning) ini siswa bisa menggunakan semua potensi yang dimilikinya sehingga mereka dapat mencapai hasil belajar yang diinginkan.

Silberman dalam bukunya yang berjudul Active Learning yang dikutip oleh Rusman mengemukakan bahwa banyak cara yang bisa membuat siswa belajar secara aktif yang disebutnya dengan perlengkapan belajar aktif. Perlengkapan belajar aktif yang dimaksud yaitu : tata letak ruangan kelas, metode mengaktifkan siswa, kemitraan belajar, melakukan analisis terhadap kebutuhan siswa, membangkitkan minat siswa, pemahaman dan melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran, membentuk kelompok belajar, pemilihan tugas dan strategi yang tepat, memfasilitasi dalam diskusi, kegiatan eksperimen, bermain peran, penghematan waktu, dan pengendalian aktivitas siswayang berlebihan.23

20

Eveline Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor :Ghalia Indonesia, 2014), h. 106

21

Umi Mahmudah Dan Abdul Wahab Rosyidi, Active Learning Dalam Pembelajaran Bahasa Arab, (Malang: UIN-Malang Press), Cet. I, h. 63

22

Lukamanul Hakim, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung : CV Wacana Prima, 2009), h. 54

23

Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru,(Jakarta : PT Raja Grafindo, 2013), h. 399


(34)

4. Pengertian Metode Card Sort

Metode secara harfiah berarti cara. Dalam pemakaian yang umum, metode diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan tertentu.24 Metode atau cara merupakan sayarat untuk efesiensinya usaha atau pekerjaan demi tercapainaya tujuan.25 Metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi26

Metode pembelajaran adalah cara-cara menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh peserta pendidik agar terjadi proses belajar pada diri peserta didik dalam upaya untuk mencapai tujuan. 27Metodologi mengajar adalah suatu teknik penyampaian bahan pelajaran kepada murid. Ia dimaksudkan agar murid dapat menangkap pelajaran dengan mudah, efektif dan dapat dicerna oleh anak dengan baik.28 Metode mengajar dapat diartikan sebagai cara yang dipergunakan oleh guru dalam membelajarkan peserta didik saat berlangsungnya proses pembelajaran. Dalam melakukan suatu kegiatan atau melakukan pekerjaan dengan menggunakan fakta dan konsep-konsep sistematis. Dalam dunia psikologi, metode berarti prosedur sistematis (tata cara yang berurutan) yang biasa digunakan untuk menyelediki fenomena kejiwaan seperti metode klinik, metode eksperimen dan sebagainya

Mensortir kartu (Card Sort) ini digunakan oleh pendidik dengan maksud mengajak peserta didik untuk menemukan konsep atau fakta melalui klasifikasi materi yang dibahas dalam pembelajaran. Tujuan dari model mensortir kartu (Card Sort) ini adalah untuk mengungkapkan daya ingat terhadap materi pelajaran yang telah dipelajari siswa.29

24

M. Sobri Sutikno, Metode dan Model-model Pembelajaran : Menjadikan Proses Pembelajaran lebih Variatif, aktif, inovatif, efektif dan menyenangkan, (Lombok : Holistica, 2014), h. 33

25

Mohammad Noor Syam, filsafat kependidikan dan dasar filsafat kependidikan pancasila, (Jakarta : PT Usaha Nasional), h. 24

26

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran : Berorientasi Standar dan Proses Pendidikan, (Jakarta :Kencana, 2008), cet. V, h.127

27

Sutikno, op. cit., h. 34 28

Zakiah Darajat, dkk. Metodologi pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h. 61

29


(35)

5. Langkah-Langkah Penggunaan Metode Card Sort

a. Beri tiap siswa kartu indeks yang berisi informasi atau contoh yang cocok dengan satu atau beberapa kategori

b. Perintahkan siswa untuk berkeliling ruangan dan mencari siswa lain yang kartunya cocok dengan kategori yang sama, (dapat mengumumkan kategorinya sebelumnya atau biarkan siswa menemukan sendiri).

c. Perintahkan para siswa yang kartunya memiliki kategori sama untuk menawarkan diri kepada siswa lain.

d. Ketika tiap kategori ditawarkan, kemukakan poin-poin pengajaran yang menurut anda penting.30

Menurut Umi Mahmudah dan Abdul Wahab Rosyidi prosedur metode car sort ialah:

a. Masing-masing siswa diberikan kartu indeks yang berisi materi pelajaran b. Guru menunjuk salah satu siswa yang memegang kartu, siswa yang lain

diminta berpasangan dengan siswa tersebut bila merasa kartu yang dipegangnnya memiliki kesamaan defisi atau kategori.

c. Agar situasinya tambah seru dapat diberikan hukuman bagi siswa yang melakukan kesalahan. Jenis hukuman dibuat atas kesepakatan bersama d. Guru dapat membuat catatan penting di papan tulis pada saat prosesi

terjadi.31

30

Melvin L. Silberman, Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung : Nuansa, 2012), h. 169-170

31

Umi Mahmudah Dan Abdul Wahab Rosyidi, Active Learning Dalam Pembelajaran Bahasa Arab, (Malang: UIN-Malang Press), Cet. I, h. 130-131


(36)

ii. Hasil Penelitian yang Relevan

Sebagai bahan penguat penelitian tentang “Penerapan Strategi Active

Learning Teknik Card Sort Dalam Meningkatkan Hasil Belajar PAI Siswa”,

penulis mengutip beberapa hasil penelitian yang relevan, diantaranya :

1. Hasil penelitian Abdul Rahman dengan judul : upaya meningkatkan hasil belajar Matematika dengan menggunakan metode active learning teknik card sort pada siswa kelas IV MI AL-Ukhuwwah Slipi Jakarta Barat. Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2013. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa : 1) penggunaan metode active learning teknik card sort dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV MI Al-Ukhuwwah Slipi Jakarta Barat. 2) hasil belajar matematika kelas IV MI Al- Ukhuwwah Slipi Jakarta Barat setelah melakukan pembelajaran dengan menggunakan metode Active learning teknik card sort dari hasil belajar awal sebesar 45,45% ke sikluus I sebesar 72,73%, terjadi peningkatan sebesar 27,28% dan dari siklus I sebesar 72,73% ke siklus II sebesar 88,64% terjadi peningkatan sebesar 15,91% dengan tingkat ketuntasan (pencapaian KKM) pada siklus I mencapai 72,73% (32) orang siswa, dan pada siklus II meningkat sebesar 15,91 menjadi 88,64% (39)orang siswa. 3) penggunaan metode active learning teknik card sort dalam pembelajaran matematika terbukti dapat meningkatkan aktivitas belajar dan respon positif siswa terhadap pembelajaran matematika. 2. Hasil penelitian Dailimi dengan judul : Upaya meningkatkan hasil

belajar siswa melalui strategi active learning pada materi pokok cahaya. Program studi PGMI One Mode System, jurusan kependidikan Islam, fakultas ilmu tarbiyah dan keguruan, UIN Syarif Hidatullah Jakarta, tahun 2012. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa upaya meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan strategi active learning, pada konsep cahaya di kelas V Madrasah Ibtidaiyah (MI), didapati data bahwa pada siklus II lebih tinggi hasilnya dengan


(37)

rata-rata mencapai 77,86 dengan ketuntasan belajar 85,71%. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa penerapan strategi active learning ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi cahaya di kelas V MI Darul Muttaqin Pasar Minggu Jakarta Selatan.

3. Hasil penelitian Neli Rakhmawati dengan judul upaya meningkatkan hasil belajar IPS siswa dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif tipe Everyone is a teacher here pada materi Interaksi sebagai proses sosial kelas VII-4 (penelitian tindakan kelas di MTs Soebono Mantofani). Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2012. Menyimpulkan bahwa hasil penelitian yang dilakukan di MTs Soebono Mantofani adalah hasil belajar pada pelajaran IPS dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif tipe everyone is teacher here mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata pada siklus I dan siklus II. Pada siklus I, nilai rata-rata pre-test 41 dengan ketuntasan 00,00% sedangkan pada saat post-tes nilai rata-ratanya meningkat menjadi 70,84 dengan ketuntasan 53,34%. Nilai tertinggi pada pre-test yaitu 65 dan nilai terendah 25. Sedangkan pada saat post-test mengalami peningkatan dengan nilai tertinggi 85 dan terendah 55. Sedangkan pada siklus II mengalami peningkatan dibandingkan siklus I. pada siklus II nilai rata-rata pre-test yaitu 46,34 dengan ketuntasan 10% sedangkan pada saat post-test mengalami peningkatan yang sangat signifikan yaitu dengan nilai rata-rata 79,67 dengan ketuntasan 100%. Nilai tertinggi pada pre-test yaitu 70 dan nilai terendah 25. Sedangkan pada saat post-test mengalami peningkatan dengan nilai tertinggi yaitu 95 dan nilai terendah 70.


(38)

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan di atas, maka hipotesis penelitian dalam penelitian ini adalah pembelajaran active learning metode card sort dapat meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti siswa kelas X Multimedia 1 di SMK Paramarta Tangerang Selatan.


(39)

25

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Paramarta Tangerang Selatan. Penelitian ini berlangsung bulan Agustus- Oktober 2014. Penelitian tindakan ini dilakukan terhadap seluruh siswa kelas X Multimedia 1 SMK Paramarta Tangerang Selatan, sebanyak 21 siswa pada tahun ajaran 2014/2015. Kegiatan belajar mengajar dilakukan pada pukul 12:30 sampai dengan pukul 17:30 WIB.

B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Dengan menggunakan PTK diharapkan dapat memperbaiki dan meningkatkan profesionalisme pendidik dalam menangani proses pembelajaran sehingga kualitas proses pembelajaran semakin meningkat. Penelitian Tindakan Kelas atau PTK (Classroom Action Research) memiliki peranan yang sangat penting dan strategis untuk meningkatkan pembelajaran apabila diimplementasikan dengan baik dan benar.1

Penelitian ini diawali dengan melakukan penelitian pendahuluan (pra penelitian) dan akan dilanjutkan dengan pelaksanaan penelitian dengan beberapa siklus. Dalam hal ini yang dimaksud dengan siklus adalah suatu putaran kegiatan beruntun yang kembali ke langkah semula, dimana tiap-tiap siklus dalam penelitian tindakan kelas ada empat tahapan yang harus

1

Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru, (Jakarta:PT Rajawali Pers, 2010), h. 41


(40)

dilakukan, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. 2

2. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas

Menurut E Mulyasa Penelitian tindakan adalah sebuah bentuk penelitian refleksi diri yang melibatkan diri yang melibatkan sejumlah partisipasi (guru, peserta didik, kepala sekolah dan partisipan lain) di dalam suatu situasi sosial (pembelajaran) yang bertujuan untuk membuktikan kerasionalan dan keadilan terhadap: a) praktik sosial dan pembelajaran yang mereka lakukan; b) pemahaman mereka terhadap praktek-praktek pembelajaran; serta c) situasi dan institusi yang terlibat di dalamnya3

Penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Model Kemmis dan Mc Taggard yang terdiri dari empat komponen, yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Model ini merupakan pengembangan dari konsep dasar yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin, hanya saja komponen acting (tindakan) dan observing (pengamatan) dijadikan satu kesatuan disatukannya dua komponen tersebut disebabkan adanya kenyataan bahwa antara penerapan acting dan observing merupakan dua kegiatan yang tidak dapat dipisahkan. Maksudnya, kedua kegiatan harus dilakukan dalam satu kesatuan waktu, ketika tindakan dilaksanakan begitu pula observasi juga harus dilaksanakan.4

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan beberapa siklus, dimana dalam satu siklus atau putaran kegiatan terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan observasi.

a. Perencanaan (planning)

Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Penelitian tindakan yang ideal sebetulnya dilakukan secara berpasangan antara pihak

2

Suharsimi, dkk. Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta : Bumi Aksara, 2009), cet ke-9., h.16

3

E Mulyasa, Praktik Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: Rosda, 2012), Cet.V, h. 5 4

Wijaya Kusumah &Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Indeks, 2012), cet. 5, h. 20


(41)

yang melakukan tindakan dan pihak yang mengamati proses jalannya tindakan. Istilah untuk cara ini adalah penelitian kolaborasi. Cara ini dikatakan ideal karena adanya upaya untuk mengurangi unsur subjektivitas pengamat serta mutu kecermatan amatan yang dilakukan. Dengan mudah dapat diterima bahwa pengamatan yang diarahkan pada diri sendiri biasanya kurang teliti disbanding dengan pengamatan yang dilakukan terhadap hal-hal yang berada di luar diri, karena adanya unsur subjektivitas yang berpengaruh, yaitu cenderung mengunggulkan dirinya. Apabila pengamatan dilakukan oleh orang lain, pengamatannya lebih cermat dan hasilnya akan lebih objektif.

b. Pelaksanaan tindakan (Acting)

Tahap ke-2 dari penelitian tindakan kelas adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu menggunakan tindakan kelas. Hal yang perlu diingat adalah bahwa dalam tahap ke-2 ini pelaksana guru harus ingat dan berusaha menaati apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus perlu berlaku wajar, tidak dibuat-buat. Dalam refleksi, keterkaitan antara pelaksanaan dengan perencanaan perlu diperhatikan secara seksama agar sinkron dengan maksud semula.5

c. Pengamatan (observing)

Tahap ke-3, yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat. Sebetulnya sedikit kurang tepat kalau pengamatan ini dilakukan pada waktu tindakan sedang dilakukan. Jadi keadunya berlangsung dalam waktu yang sama. Sebutan tahap ke-2 diberikan untuk memberikan peluang kepada guru pelaksana yang juga berstatus sebagai pengamat. Ketika guru tersebut sedang melakukan tindakan, karena hatinya menyatu dengan kegiatan, tentu tidak sempat menganalisis peristiwanya ketika sedang terjadi. Oleh karena itu, kepada guru pelaksana yang berstatus

sebagai pengamat agar melakukan “pengamatan baik” terhadap apa yang

5

Suharsimi Arikunto dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta : Bumi Aksara, 2009) Cet. ke-9, h. 17-18


(42)

terjadi ketika tindakan berlangsung. Sambil melakukan pengamatan balik ini, guru pelaksana mencatat sedikit demi sedikit apa yang terjadi agar memperoleh data yang akurat untuk perbaikan siklus berikutnya.

d. Refleksi (Reflecting)

Tahap ke-4 merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Istilah refleksi berasal dari bahasa Inggris reflection, yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia pemantulan. Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan implementasi rancangan tindakan.6

3. Desain Siklus Penelitian

Berdasarkan penjelasan tahapan empat tindakan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dimana setiap siklusnya terdiri dari empat tahapan, biasanya berlangsung selama 2 siklus. Namun sebelum tahapan dalam penelitian ini dilaksanakan, terlebih dahulu diawali oleh suatu tahapan pra penelitian yang meliputi identifikasi masalah, analisis masalah, rumusan masalah, dan rumusan hipotesis tindakan. Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK) akan berhenti apabila kriteria keberhasilan telah tercapai. Model Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini Kemmis dan Mc Taggrat.

6


(43)

Bagan 3.1 Model Penelitian Tindakan Kelas Kemmis dan Mc Taggrat7

C. Subjek Penelitian

Subjek atau pihak yang terkait dalam penelitian ini adalah siswa SMK Paramarta Jombang kelas X Multimedia 1 yang berjumlah 21 siswa, dan guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti yang berperan sebagai kolaborator dan observer.

7

Ibid., h, 16

Perencanaan

Pengamatan SIKLUS I

Pengamatan Perencanaan

SIKLUS II Refleksi

Refleksi

Pelaksanaan Pelaksanaan


(44)

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti dan guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti berkolaborasi sebagai perancang dan pelaksana kegiatan. Peneliti dan guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti merencanakan kegiatan, melaksanakan tindakan, melakukan pengamatan, mengumpulkan dan menganalisis data hasil penelitian.

Kerja sama antara guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dan peneliti menjadi hal yang sangat penting dan memiliki kedudukan yang setara dalam pelaksanaan tindakan di dalam kelas, dalam arti masing-masing mempunyai peran dan tanggung jawab yang saling membutuhkan dan saling melengkapi untuk mencapai tujuan.

E. Tahapan Intervensi Tindakan

Tahap penelitian ini diawali dengan dilakukannya pra penelitian atau penelitian pendahuluan dan akan dilanjutkan dengan tindakan yang berupa siklus, terdiri dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi, serta analisis dan refleksi. Setelah melakukan analisis dan refleksi pada tindakan I, penelitian akan dilanjutkan dengan tindakan II, jika data yang diperoleh memerlukan penyempurnaan akan dilanjutkan kembali pada tindakan III dan seterusnya.

Berikut bagan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam tindakan penelitian adalah:


(45)

Tabel 3.1

Tabel Desain Intervensi Tindakan Siklus I

Penelitian pendahuluan a. Observasi proses pembelajaran di kelas b. Analisis penyebab masalah kemudian dapat

dijadikan informasi untuk perencanaan dalam proses pembelajaran

SIKLUS I 1. Tahap

Perencanaan

a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

b. Menyiapkan instrumen (tes, lembar observasi dan catatan lapangan)

2. Tahap Pelaksanaan a. Melaksanakan langkah-langkah sesuai rencana pembelajaran yang telah disusun. b. Melaksanakan pre test untuk mengetahui

kemampuan awal siswa

c. Melaksanakan proses kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran Active Learning metode Card Sort

d. Melakukan post test untuk mengetahui hasil belajar siswa sesudah diterapkan pembelajaran Active Learning metode Card Sort

3. Tahap Observasi a. Kolaborator mengobservasi proses pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran Active Learning metode Card Sort


(46)

siswa selama proses pembelajaran.

c. Mendokumentasikan kegiatan pembelajaran dengan aktivitas siwa.

4. Tahap Refleksi Peneliti bersama guru kelas yang berlaku sebagai kolaborator dan observer menganalisis sekaligus mengevaluasi proses pembelajaran pada siklus I, apakah tindakan yang telah diberikan sudah sesuai atau belum dengan konsep penelitian. Hasil penelitian siklus I dibandingkan dengan indikator keberhasilan. Apabila belum mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan, maka akan dilanjutkan ke siklus II. Kemudian peneliti dan kolaborator berdiskusi untuk merencanakan tindakan yang tepat pada proses pembelajaran di siklus II.

SIKLUS II dan Seterusnya

Penelitian dilanjutkan kembali ke siklus II dan seterusnya apabila tidak memenuhi kriteria ketuntasan belajar. Pelaksanaan alur siklus II sama dengan pelaksanaan alur siklus I dengan memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus I.


(47)

Tabel 3.2

Tabel Desain Intervensi Tindakan Siklus II

Siklus I Setelah dilakukan refleksi terhadap siklus I SIKLUS II

5. Tahap Perencanaan

c. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

d. Mempersiapkan Instrumen penelitian

e. Merancang pembelajaran berdasarkan siklus I

6. Tahap Pelaksanaan e. Melaksanakan langkah-langkah sesuai rencana pembelajaran yang telah disusun. f. Melaksanakan proses kegiatan pembelajaran

dengan menggunakan strategi pembelajaran Active Learning teknik Card Sort

g. Melakukan post test untuk mengetahui hasil belajar siswa sesudah diterapkan strategi pembelajaran Active Learning teknik Card Sort

7. Tahap Observasi d. Kolaborator mengobservasi proses pembelajaran dengan menggunakan Active Learning teknik Card Sort

e. Kolaborator mengamati aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran.

f. Mendokumentasikan kegiatan pembelajaran dengan aktivitas siwa.

8. Tahap Refleksi Mengevaluasi proses pembelajaran siklus II. Apabila indikator keberhasilan telah tercapai, maka penelitian dihentikan. Tetapi apabila belum tercapai maka penelitian dilanjutkan ke siklus III. Jika belum


(48)

berhasil maka dilanjutkan ke siklus berikutnya sampai indikator keberhasilan tercapai.

SIKLUS III dan Seterusnya

Penelitian dilanjutkan kembali ke siklus III dan seterusnya apabila tidak memenuhi kriteria ketuntasan belajar. Pelaksanaan alur siklus III sama dengan pelaksanaan alur siklus II dengan memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus II.

Penulisan Laporan Penelitian

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan

Hasil yang diharapkan dengan menerapkan pembelajaran active learning metode card sort yaitu seluruh siswa mengalami peningkatan hasil belajar (N-gain) dan (100%) mampu mencapai skor belajar > criteria ketuntasan minimum (KKM 75) Pendidikan Agama dan Budi Pekerti di sekolah tersebut.

G. Data dan Sumber Data

Data dan sumber data penelitian ini ada dua macam, yaitu :

1. Data kualitatif : hasil observasi guru dalam proses belajar mengajar, hasil wawancara responden siswa, hasil wawancara guru mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, hasil observasi aktivitas siswa, dan catatan lapangan.

2. Data Kuantitatif: nilai tes siswa (pre test dan post test), sedangkan sumber data dalam penelitian ini adalah siswa, guru mata pelajaran dan peneliti.


(49)

H. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Tes (pre test dan post test)

Tes yang diberikan kepada siswa untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran active learning metode card sort untuk mencapai KKM yang ditentukan sekolah. Tes tertulis berupa pre test dan post test. Pre test yaitu tes yang diberikan sebelum pengajaran dimulai dan bertujuan untuk mengetahui sampai dimana penguasaan siswa terhadap bahan pengajaran yang akan diajarkan. Sedangkan post test yaitu tes yang diberikan pada setiap akhir program satuan pengajaran, tujuan post test adalah untuk mengetahui sampai dimana pencapaian siswa terhadap bahan pengajaran setelah mengalami suatu kegiatan pembelajaran. Soal-soal pre test dibuat sama dengan soal-soal post test. Tes tersebut dalam

Bentuk tes objektif jenis pilihan ganda sebanyak 20 soal tes. Tes ini diberikan kepada siswa kelas X Multimedia 1 SMK Paramarta Tangerang Selatan sebelum dan sesudah aktifitas pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran active learning metode card sort.

2. Instrumen Non Tes

Dalam instrument non tes yang digunakan adalah sebagai berikut : a) Lembar Observasi

Lembar observasi ini terbagi dua, yaitu lembar observasi guru kegiatan belajar mengajar dan lembar observasi aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran. Lembar observasi guru pada Kegiatan Belajar mengajar digunakan pembelajaran Active Learning metode Card Sort, apakah terlaksana dengan baik ataukah tidak. Lembar observasi aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran digunakan untuk mengamati aktivitas siswa pada saat pembelajaran di kelas, serta mengamati apa saja yang harus diperbaiki pada saat pembelajaran berlangsung.


(50)

b) Pedoman wawancara

Wawancara adalah salah satu bentuk evaluasi jenis non tes yang dilakukan melalui percakapan dan tanya jawab, baik langsung maupun tidak langsung.8 Dan pada penelitian ini dilakukan wawancara secara langsung kepada guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti. Wawancara pada saat observasi dilakukan untuk mengetahui kondisi siswa serta untuk mengetahui gambaran umum mengenai pelaksanaan pembelajaran dan masalah-masalah yang diahadapi di kelas. Wawancara setelah tindakan dilakukan untuk mengetahui pengaruh penggunaan pembelajaran active learning metode card sort terhadap hasil belajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti siswa. Wawancara dilakukan kepada guru mata pelajaran sebelum dan sesudah penelitian.

c) Catatan Lapangan

Catatan diperlukan untuk mengamati seluruh kegiatan selama proses pembelajaran berlangsung. Berbagai pengamatan tentang aspek pembelajaran di kelas, suasana kelas, pengelolaan kelas, interaksi guru dengan siswa, dan aspek lainnya yang perlu dicatat.

d) Dokumentasi

Dokumentasi ini berupa foto dan hasil tes siswa, foto berfungsi untuk memberikan gambaran aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, sedangkan nilai hasil tes berfungsi untuk mengetahui penguasaan materi yang diajarkan.

8

Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran (Prinsip, Teknik, Prosedur), (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2009), h. 157


(51)

I. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:

1. Hasil observasi proses pembelajaran, data ini berasal dari hasil observasi terhadap tindakan pembelajaran.

2. Hasil dokumentasi

Dokumentasi yang dimaksud adalah berupa foto-foto yang diambil pada saat pembelajaran berlangsung.

3. Wawancara, yaitu pengumpulan data dengan mengadakan komunikasi langsung dengan objek yang diteliti.

4. Catatan lapangan

Catatan lapangan digunakan mencatat semua temuan selama pembelajaran yang diperoleh peneliti yang tidak teramati dalam lembar observasi. Bentuk temuan ini berupa aktivitas belajar siswa dan permasalahan yang dihadapi selama pembelajaran.

5. Teknik tes/penilaian

Nilai hasil belajar siswa yang diperoleh pada saat pembelajaran berlangsung dan diperoleh dari tiap siklus

J. Teknik Pemeriksaan Kepercayaan

Untuk mendapatkan hasil evaluasi yang baik tentunya diperlukan instrumen yang kualitasnya baik pula. Instrumen yang baik dapat ditinjau dari validitas. Suatu instrumen disebut valid apabila instrumen tersebut mampu mengukur apa yang seharusnya diukur.

Instrumen yang digunakan untuk mengukur kemampuan hasil belajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti siswa adalah tes formatif akhir siklus. Validitas yang digunakan untuk instrumen kemampuan hasil belajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti yaitu validitas isi (content validity). Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang


(52)

diberikan.9Validitas isi dilakukan dengan mengkonsultasikan instrumen tes tersebut kepada para pakar.

K. Analisis Data dan Analisis Interpretasi Data

Data kuantitatif berupa nilai tes (pre test dan post test) pada setiap siklus. Data-data tersebut peneliti sajikan ke dalam bentuk table, kemudian data dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif berupa nilai persentase.

Pengujian teknik analisis data untuk nilai tes menggunakan analisis deskriptif dari tiap siklus dengan menggunakan N-Gain untuk melihat selisih antara pre test dan post test pada setiap siklus. “Gain adalah selisish antara nilai post test dan pre test, gain menunjukkan peningkatan pemahaman atau penguasaan konsep siswa setelah pembelajaran dilakukan

oleh guru”10

Untuk mengetahui selisih nilai tersebut, menggunakan rumus Meltzer.11

N Gain :

Dengan kategori : g tinggi : nilai (g) > 0,7 g sedang : 0,7 > (g) > 0,3 g rendah : nilai (g) < 0,3

9

Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), Cet. 15, h. 82

10Widiati Suprobowati, “Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif model Question Student

Have Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa IPS Ekonomi kelas VIII”, Penelitian Tindakan Kelas di SMPN 5 Kota Tangerang Selatan pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012, h. 48, tidak dipublikasikan

11

Azhar Fakhri Khalid, Penerapan Model Pembelajaran Portofolio Dalam Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Pada Kelas X-1 Akuntansi di SMK Nusantara Ciputat, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013, h.50, tidak dipublikasikan


(53)

L. Pengembangan Perencanaan Tindakan

Setelah tindakan pada siklus I dan hasil yang diharapkan belum mencapai kriteria keberhasilan yang ditentukan maka akan ditindak lanjuti dengan melakukan siklus II dengan perencanaan pembelajaran sebagai berikut :

1. Perencanaan tindakan

Identifikasi terhadap permasalahan pembelajaran yang dijumpai dalam siklus I serta penentuan dalam alternatif pemecahan atas permasalahan tersebut. Kemudian dilakukan pengembangan skenario tindakan.

2. Pelaksanaan tindakan

Pelaksanaan tindakan sesuai skenario yang telah yang telah tercantum dalam pengajuan konseptual.

3. Observasi tindakan

Kegiatan obesrvasi ini untuk mengumpulkan data-data peneltian dengan menggunakan instrumen yang telah disusun.

4. Refleksi tindakan

Menganalisa, mengevaluasi, dan refleksi data hasil penelitian. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui apakah dari tindakan yang telah dilakukan menghasilkan suatu perubahan kea rah yang lebih baik dari siklus I. jika hasil yang diperoleh sesuai target yang diharapkan, maka penelitian ini dicukupkan pada siklus kedua ini.

Setelah penelitian tindakan kelas tersebut selesai dilakukan dan hasil yang diharapkan tercapai yaitu tercapainya KKM untuk seluruh siswa, maka penelitian akan diakhiri atau dihentikan. Penelitian yang dilakukan melakukan perencanaan dan persiapan yang matang, sehingga sangat diharapkan penelitian ini tidak hanya dilakukan pada kelas yang diteliti saja. Peneliti berharap agar pembaca dan juga guru dapat melanjutkan penelitian ini dan juga menerapkan strategi-strategi pembelajaran yang dapat membuat siswa semakin aktif sehingga meningkatkan keberhasilan belajar dan tercapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.


(54)

40

A. Deskripsi Data

1. Deskripsi Sekolah

a. Letak Geografis SMK Paramarta

SMK Paramarta merupakan salah satu lembaga pendidikan yang ada dibawah yayasan pendidikan Paramarta yang terletak di wilayah tangerang selatan, tepatnya Jln. Jombang Gg. Taqwa No. 70 Jombang Depan Villa Jombang Baru Ciputat-Tangerang Selatan.

b. Sejarah Singkat Berdirinya SMK Paramarta

SMK Paramarta pertama kali didirikan pada tahun 2001 oleh 5 orang yang Peduli dengan pendidikan. Awal berdirinya ditandai dengan dibukanya Jurusan administrasi perkantoran Kemudian pada tahun berikutnya dibuka jurusan akuntansi. Pada tahun-tahun berikutnya, SMK Paramarta berkembang dengan pesat. Dan ditandai juga dengan dibukanya jurusan baru yaitu multimedia.

c. Visi, Misi dan Tujuan

1) Visi

Menjadi sekolah yang mantap dalam Imtaq dan unggul dalam Iptek, serta cinta akan prestasi. Profesional mandiri sesuai dengan tujuan dunia kerja, mengubah status beban menjadi asset bangsa.

2) Misi

Menyiapkan tenaga kerja tingkat menengah yang kreatif, memiliki etos kerja yang terampil dan mampu mengembangkan diri dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia.


(55)

d. Tujuan SMK Paramarta

1) Mempersiapkan peserta didik agar menjadi manusia produktif, mampu bekerja mandiri, mengisi lowongan pekerjaan yang ada di DU/DI sebagai tenaga kerja tingkat menengah, sesuai dengan Kompetensi Keahlian pilihannya.

2) Membekali peserta didik agar mampu memilih karir, ulet dan gigih dalam berkompetisi, beradaptasi di lingkungan kerja dan mengembangkan sikap profesional dalam Kompetensi Keahlian yang diminatinya.

3) Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni agar mampu mengembangkan diri di kemudian hari baik secara mandiri maupun melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

e. Sarana dan Prasarana

Tabel 4.1

No Nama Ruang/Area Kerja

Jumlah Ruang Luas (m2)

Total Luas (m2)

1 2 3 4 5

A Administrasi

1 Ruang Kepala Sekolah 1 9 M2 9 M2

2 Ruang Guru 1 63 M2 63 M2

3 Ruang Pelayanan

Administrasi 1 24 M2 24 M2

4 BP & Osis 1 15 M2 15 M2


(56)

1 Ruang Kelas 14 63 M2 882 M2 2 Ruang

Praktek/Bengkel/Workshop 0 0 0

3 Ruang Lab.

Fisika/Kimia/Biologi

4 Ruang Lab. Bahasa 1 63 M2 63 M2

5. Ruang Praktek Komputer 1 63 M2 63 M2

C Penunjang Pendidikan 1 Ruang Perpustakaan 2 Ruang Unit Produksi 3 Ruang Pramuka, Koperasi,

UKS,dll 1 15 M2 24 M2

4 Ruang Ibadah 1 20 M2 20 M2

D Penunjang Lainnya

1 Ruang Bersama (Aula) - -

-2 Ruang Kantin Sekolah 5 12 60

3 Ruang Toilet 4 Ruang Gudang


(57)

B. Analisis Data

1. Penelitian Pendahuluan

Penelitian tindakan kelas ini dimulai dengan melakukan observasi awal di SMK Paramarta Tangerang Selatan. Kegiatan ini merupakan tahap awal yang dilakukan peneliti untuk mengetahui situasi dan kondisi belajar tempat penelitian dilakukan. Dalam penelitian pendahuluan ini, peneliti melakukan wawancara dengan siswa dan guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dan melakukan observasi pada proses pembelajaran di kelas. Tindakan ini bertujuan untuk mengetahui keaktifan siswa dalam proses pembelajaran, untuk mengetahui keaktifan siswa dalam proses pembelajaran, untuk mengetahui gambaran umum mengenai pelaksanaan pembelajaran dan mengetahui hasil belajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti siswa.

Peneliti melakukan observasi dan wawancara dengan guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti1. Berdasarkan observasi dan wawancara tersebut diperoleh informasi bahwa metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti yang selama ini digunakan adalah dengan metode ceramah, Tanya jawab dan diskusi. Selain itu, sikap siswa yang cenderung pasif dalam belajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti sehingga kurang adanya interaksi antara guru dan siswa, yang berujung pada hasil belajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti siswa yang tergolong rendah. Hal ini dikarenakan siswa kurang memahami beberapa konsep pada materi pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dan siswa jarang berani bertanya ketika tidak memahami materi yang dipelajari. Proses pembelajaran yang masih konvensional dan masih terpusat pada guru tersebut menjadikan proses pembelajaran kurang efektif, hal ini menjadi pijakan dasar peneliti untuk menerapkan pembelajaran active learning metode card sort.

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, ditentukan kelas X Multimedia 1 yang berjumlah 21 orang sebagai kelas yang cocok untuk


(58)

penelitian, terkait dengan keaktifan dan hasil belajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti siswa yang dianggap masih tergolong rendah. Penentuan ini didasarkan pada pengamatan yang dilakukan oleh guru selama mengajar di kelas X Multimedia 1.

2. Pelaksanaan Penelitian Siklus I

a. Perencanaan (Panning)

1) Sebelum menyusun rencana pembelajaran, peneliti terlebih dahulu melakukan identifikasi masalah terhadap proses pembelajaran di kelas dengan melakukan diskusi serta wawancara terhadap guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dan merencanakan langkah-langkah yang akan dilaksanakan pada siklus I. 2) Peneliti bersama guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

sebagai kolaborator menentukan pokok bahasan yang akan digunakan

pada tindakan di siklus I, yaitu materi “Asmaul Husna” dengan

menggunakan pembelajaran active learning metode card sort.

3) Setelah peneliti mengetahui masalah dan langkah-langkah yang akan dilakukan pada siklus I. peneliti kemudian membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebagai persiapan untuk melakukan proses pembelajaran di kelas.

4) Menyiapkan media dan bahan belajar untuk mendukung kelancaran proses pembelajaran

5) Peneliti menyiapkan pedoman wawancara untuk guru dan siswa berupa berupa lembar observasi dan catatan lapangan yang telah di susun sebelumnya. Catatan lapangan digunakan untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran berlangsung serta untuk mengetahui sejauh mana siswa aktif dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di kelas.

6) Peneliti menyiapkan alat dokumentasi berupa kamera untuk mendokumentasikan proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di kelas.


(59)

7) Mempersiapakan alat evaluasi berupa tes hasil belajar, intrumen tes berupa bentuk pilihan ganda berjumlah 20 butir soal untuk pre test dan post test siklus I. instrument test pre test digunakan untuk mengukur pengetahuan awal siswa sebelum melakukan proses pembelajaran, sedangkan post test digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah melakukan proses pembelajaran.

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan

1) Pertemuan Pertama (Sabtu, 13 September 2014)

Kegiatan belajar mengajar pada pertemuan pertama berlangsung selama 2x40 menit dimulai pukul 12.30-13.50 WIB. Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti hadir untuk membantu peneliti dalam melaksanakan kegaiatan belajar mengajar hari ini untuk mengamati aktivitas belajar siswa dan aktivitas peneliti dalam mengajar di kelas.

Sebelum proses pembelajaran dimulai guru (peneliti) memastikan kondisi ruangan kelas bersih, posisi duduk siswa rapi, dan memastikan ruangan kelas kondusif untuk melakukan proses pembelajaran, guru mengabsen kehadiran siswa dan membuka proses pembelajaran dengan berdoa serta memberikan apersepsi terkait materi yang akan disampaikan agar siswa dapat memfokuskan dirinya untuk belajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, kemudian guru memberikan soal pre test kepada siswa untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum menerima materi Asmaul Husna. Jumlah soal sebanyak 20 butir soal PG (Pilihan Ganda). Tes berlangsung selama 20 menit dan diikuti oleh 21 siswa. Setelah pre test, guru kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti yang akan dilaksanakan.

Dengan menggunakan media yakni power point guru menjelaskan materi Asmaul Husna yakni dengan kompetensi Dasar


(60)

Memahami makna asmaul husna Al-Karim, Al-Mu‟min, Al-Wakil, Al-Matin, Al-Jami‟, Al-Adl, dan Al-Akhir. Ketika proses pembelajaran tersebut, guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya apabila ada hal-hal yang belum dipahami terkait materi pembelajaran, namun pada siklus pertama ini siswa masih belum berani untuk bertanya maupun mengungkapkan pendapatnya.

Setelah proses pembelajaran selesai, guru menjelaskan kepada siswa bahwa pembelajaran kali ini menerapkan metode card sort untuk lebih meningkatkan pemahaman terhadap materi pelajaran serta menjelaskan prosedur pelaksanaan metode card sort tersebut, Guru membagikan kartu indeks berisi informasi mengenai pengertian iman kepada Allah, arti Asmaul Husna, macam-macam dan contoh sifat Asmaul Husna kedalam sifat manusia dicocokkan dengan beberapa kategori dimana setiap kategori telah di tempel di dinding kelas. Kemudian guru menjelaskan kepada siswa cara melakukan metode card sort yakni siswa diinstruksikan agar mensortir kartu (Card Sort) dan kemudian menempatkannya pada masing-masing kategori yang telah disediakan dan kemudian siswa harus bergerak mencari kategori yang sesuai dengan kartu indeks yang dipegangnnya dan kemudian menempelkannya pada masing-masing kategori tersebut sehingga menjadi sebuah informasi. lima menit terakhir guru memberi motivasi siswa bahwa di dalam diri

setiap mu‟min harus memiliki sikap semangat menuntut ilmu

dalam rangka mengaplikasikan pembelajaran tentang Asmaul Husna dan kemudian menutup pelajaran dengan membaca doa dan mengucapkan salam.

Pada siklus I pertemuan pertama ini siswa terlihat masih canggung dengan siswa lainnya dan masih bingung pada saat pencarian atau pemilihan kartu sesuai kategori sehingga kondisi kelas menjadi ramai dan tidak kondusi. Hal ini karena siswa masih


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)