24
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan di atas, maka hipotesis penelitian dalam penelitian ini adalah pembelajaran active
learning metode card sort dapat meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti siswa kelas X Multimedia 1 di SMK
Paramarta Tangerang Selatan.
25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Sekolah Menengah Kejuruan SMK Paramarta Tangerang Selatan. Penelitian ini berlangsung bulan Agustus- Oktober 2014.
Penelitian tindakan ini dilakukan terhadap seluruh siswa kelas X Multimedia 1 SMK Paramarta Tangerang Selatan, sebanyak 21 siswa pada tahun ajaran
20142015. Kegiatan belajar mengajar dilakukan pada pukul 12:30 sampai
dengan pukul 17:30 WIB.
B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas Classroom Action Research. Dengan menggunakan PTK diharapkan
dapat memperbaiki dan meningkatkan profesionalisme pendidik dalam menangani proses pembelajaran sehingga kualitas proses pembelajaran
semakin meningkat. Penelitian Tindakan Kelas atau PTK Classroom Action Research memiliki peranan yang sangat penting dan strategis untuk
meningkatkan pembelajaran apabila diimplementasikan dengan baik dan benar.
1
Penelitian ini diawali dengan melakukan penelitian pendahuluan pra penelitian dan akan dilanjutkan dengan pelaksanaan penelitian dengan
beberapa siklus. Dalam hal ini yang dimaksud dengan siklus adalah suatu putaran kegiatan beruntun yang kembali ke langkah semula, dimana tiap-tiap
siklus dalam penelitian tindakan kelas ada empat tahapan yang harus
1
Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru, Jakarta:PT Rajawali Pers, 2010, h. 41
26
dilakukan, yaitu 1 perencanaan, 2 pelaksanaan, 3 pengamatan, dan 4 refleksi.
2
2. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
Menurut E Mulyasa Penelitian tindakan adalah sebuah bentuk penelitian refleksi diri yang melibatkan diri yang melibatkan
sejumlah partisipasi guru, peserta didik, kepala sekolah dan partisipan lain di dalam suatu situasi sosial pembelajaran yang
bertujuan untuk membuktikan kerasionalan dan keadilan terhadap: a praktik sosial dan pembelajaran yang mereka lakukan; b
pemahaman mereka terhadap praktek-praktek pembelajaran; serta c situasi dan institusi yang terlibat di dalamnya
3
Penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Model Kemmis dan Mc Taggard yang terdiri dari empat komponen, yaitu:
perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Model ini merupakan pengembangan dari konsep dasar yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin,
hanya saja komponen acting tindakan dan observing pengamatan dijadikan satu kesatuan disatukannya dua komponen tersebut disebabkan
adanya kenyataan bahwa antara penerapan acting dan observing merupakan dua kegiatan yang tidak dapat dipisahkan. Maksudnya, kedua
kegiatan harus dilakukan dalam satu kesatuan waktu, ketika tindakan dilaksanakan begitu pula observasi juga harus dilaksanakan.
4
Penelitian Tindakan Kelas PTK dengan menggunakan beberapa siklus, dimana dalam satu siklus atau putaran kegiatan terdiri dari
perencanaan, tindakan, pengamatan, dan observasi. a.
Perencanaan planning Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan,
di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Penelitian tindakan yang ideal sebetulnya dilakukan secara berpasangan antara pihak
2
Suharsimi, dkk. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Bumi Aksara, 2009, cet ke-9., h.16
3
E Mulyasa, Praktik Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: Rosda, 2012, Cet.V, h. 5
4
Wijaya Kusumah Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Indeks, 2012, cet. 5, h. 20
27
yang melakukan tindakan dan pihak yang mengamati proses jalannya tindakan. Istilah untuk cara ini adalah penelitian kolaborasi. Cara ini
dikatakan ideal karena adanya upaya untuk mengurangi unsur subjektivitas pengamat serta mutu kecermatan amatan yang dilakukan. Dengan mudah
dapat diterima bahwa pengamatan yang diarahkan pada diri sendiri biasanya kurang teliti disbanding dengan pengamatan yang dilakukan
terhadap hal-hal yang berada di luar diri, karena adanya unsur subjektivitas yang berpengaruh, yaitu cenderung mengunggulkan dirinya. Apabila
pengamatan dilakukan oleh orang lain, pengamatannya lebih cermat dan hasilnya akan lebih objektif.
b. Pelaksanaan tindakan Acting
Tahap ke-2 dari penelitian tindakan kelas adalah pelaksanaan yang merupakan
implementasi atau
penerapan isi
rancangan, yaitu
menggunakan tindakan kelas. Hal yang perlu diingat adalah bahwa dalam tahap ke-2 ini pelaksana guru harus ingat dan berusaha menaati apa yang
sudah dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus perlu berlaku wajar, tidak dibuat-buat. Dalam refleksi, keterkaitan antara pelaksanaan dengan
perencanaan perlu diperhatikan secara seksama agar sinkron dengan maksud semula.
5
c. Pengamatan observing
Tahap ke-3, yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat. Sebetulnya sedikit kurang tepat kalau pengamatan ini dilakukan
pada waktu tindakan sedang dilakukan. Jadi keadunya berlangsung dalam waktu yang sama. Sebutan tahap ke-2 diberikan untuk memberikan
peluang kepada guru pelaksana yang juga berstatus sebagai pengamat. Ketika guru tersebut sedang melakukan tindakan, karena hatinya menyatu
dengan kegiatan, tentu tidak sempat menganalisis peristiwanya ketika sedang terjadi. Oleh karena itu, kepada guru pelaksana yang berstatus
sebagai pengamat agar melakukan “pengamatan baik” terhadap apa yang
5
Suharsimi Arikunto dkk, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Bumi Aksara, 2009 Cet. ke-9, h. 17-18
28
terjadi ketika tindakan berlangsung. Sambil melakukan pengamatan balik ini, guru pelaksana mencatat sedikit demi sedikit apa yang terjadi agar
memperoleh data yang akurat untuk perbaikan siklus berikutnya. d.
Refleksi Reflecting Tahap ke-4 merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa
yang sudah dilakukan. Istilah refleksi berasal dari bahasa Inggris reflection, yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia pemantulan.
Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti untuk
mendiskusikan implementasi rancangan tindakan.
6
3. Desain Siklus Penelitian
Berdasarkan penjelasan tahapan empat tindakan dalam Penelitian Tindakan Kelas PTK, dimana setiap siklusnya terdiri dari empat tahapan,
biasanya berlangsung selama 2 siklus. Namun sebelum tahapan dalam penelitian ini dilaksanakan, terlebih dahulu diawali oleh suatu tahapan pra
penelitian yang meliputi identifikasi masalah, analisis masalah, rumusan masalah, dan rumusan hipotesis tindakan. Siklus Penelitian Tindakan
Kelas PTK akan berhenti apabila kriteria keberhasilan telah tercapai. Model Penelitian Tindakan Kelas PTK ini Kemmis dan Mc Taggrat.
6
Ibid., 18-19