5.2 Kesesuaian Lahan Pakan Ternak Itik 5.2.1 Kesesuaian Lahan untuk Sagu
Peternak di Kabupaten HSU memanfaatkan empulur sagu yang diparut untuk pakan ternak itik dengan dicampur dengan bahan pakan lainnya. Tanaman
sagu tumbuh dengan baik di beberapa tempat meskipun belum dibudidayakan secara meluas. Secara alami, tanaman sagu dapat tumbuh baik pada kawasan
rawa air tawar, iklim tropis, jenis tanah aluvial inceptisol atau entisol yang kaya bahan organik. Tipologi lahan rawa yang yang umumnya ditempati tanaman sagu
adalah rawa lebak dangkal dan rawa lebak tengahan. Keunggulan tanaman sagu selain dapat dipanen setiap waktu, tidak tergantung musim, adaptif di lahan rawa,
juga mempunyai daya simpan lebih lama sehingga memudahkan dalam pengolahan hasil Noor, 2007. Selanjutnya Bintoro et al., 2010 menyebutkan
bahwa lingkungan yang baik untuk pertumbuhan sagu adalah daerah yang berlumpur, akar napas tidak terendam, kaya mineral, kaya bahan organik, air
mineral berwarna coklat dan bereaksi agak masam. Habitat tersebut cocok untuk pertumbuhan mikroorganisme yang sangat berguna bagi pertumbuhan tanaman
sagu. Hasil penilaian kesesuaian lahan untuk tanaman sagu menunjukkan luas
wilayah yang sesuai untuk sagu sekitar 46.452 ha 51,70, sedangkan lahan
yang tidak sesuai seluas 43.400 ha 48,30. Faktor pembatas lahan yang tidak sesuai adalah lama genangan dan drainase. Peta kesesuaian ditunjukkan pada
Gambar 9. Kondisi genangan yang cocok untuk tanaman sagu yaitu tidak permanen.
Menurut Bintoro 2008 kawasan yang kadang-kadang tergenang sangat disukai tanaman sagu, namun apabila kawasan tersebut selalu tergenang akan
mengakibatkan pertumbuhan sagu lambat dan kadar patinya rendah, sedangkan Notohadiprawiro dan Louhenapessy 1992 mengatakan pada genangan tetap
pertumbuhan sagu pada fase semai masih baik, akan tetapi pada fase pembentukan batang tiang dan pohon laju pertumbuhannya sangat lambat
dengan akibat produksi pati per pohon rendah dan jumlah pohon masak tebang per hektar sedikit. Pertumbuhan dan produksi tampak cukup baik pada lahan
dengan penggenangan berkala atau yang tidak tergenang.
46 Gambar 9 Peta Kesesuaian Lahan Sagu di Kab. HSU.
Lokasi Penelitian
Drainase yang sesuai untuk tanaman sagu yaitu tergenang secara periodik. Akar sagu yang terendam terus menerus akan menghambat
pertumbuhan tanaman sagu, sehingga pembentukan pati dalam batang juga terhambat, walaupun pati yang terkandung dalam batang sagu tidak akan rusak
bila tanaman sagu terendam lebih dari 1 m selama beberapa hari Bintoro et al., 2010. Tumbuhan sagu membutuhkan banyak air untuk dapat tumbuh maksimal.
Sagu tumbuh di daerah-daerah rawa yang berair tawar, rawa yang bergambut, sepanjang aliran sungai, sekitar sumber air dan hutan-hutan rawa yang yang
kadar garamnya tidak terlalu tinggi Haryanto dan Pangloli dalam Bintoro et al., 2010. Tanaman sagu dapat tumbuh dengan baik di ketinggian sampai 400 m
dari permukaan laut Bintoro, 2008. Dengan demikian di seluruh wilayah Kabupaten HSU dapat tumbuh tanaman sagu dari segi ketinggian karena seluruh
wilayah Kabupaten HSU berada pada ketinggian 0-25 m dari permukaan laut.
5.2.2 Kesesuaian Lahan untuk Padi
Penilaian kesesuaian lahan untuk padi berdasarkan kriteria yang disusun oleh Djaenudin et al., 2003 dengan memperhatikan beberapa parameter
diantaranya tekstur tanah, drainase, KTK, kejenuhan basa, pH, kedalaman pirit, kedalaman dan kematangan gambut, lama genangan. Penilaian kesesuaian
lahan padi dilakukan untuk kesesuaian lahan padi aktual dan potensial. Menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka 2007 kesesuaian lahan aktual adalah
kesesuaian lahan berdasarkan data dari hasil survey tanah atau sumberdaya lahan, belum mempertimbangkan masukan-masukan yang diperlukan untuk
mengatasi kendala atau faktor pembatas yang berupa sifat lingkungan fisik termasuk sifat-sifat tanah dalam hubungannya dengan persyaratan tumbuh
tanaman yang dievaluasi, sedangkan kesesuaian lahan potensial adalah kesesuaian lahan yang akan dicapai apabila dilakukan usaha-usaha perbaikan.
Berdasarkan penelitian Khairah 2011, di Kabupaten HSU terdapat tiga kelas kesesuaian lahan untuk tanaman padi yaitu S2 cukup sesuai, S3 sesuai
marginal dan N tidak sesuai. Luas wilayah lahan S2 cukup sesuai adalah seluas 20.454 ha 22,76, S3 sesuai marginal seluas 21.031 ha 23,41 dan
N tidak sesuai seluas 48.367 ha 53,83. Secara lebih detil luas kelas kesesuaian lahan padi aktual dapat dilihat pada Tabel 12, hasil penilaian
kesesuaian lahan aktual padi disajikan pada Gambar 10.
Tabel 12 Luas Kesesuaian Lahan Padi Aktual di Kabupaten HSU
No Kecamatan
Luas Kesesuaian Lahan Ha Jumlah
S2 S3
N 1
Amuntai Selatan 2.018
179 13.711
15.907 2
Amuntai Tengah 1.787
2.128 4.161
8.077 3
Amuntai Utara 4.201
- -
4.201 4
Babirik 1.402
2.756 3.291
7.449 5
Banjang 2.072
3.504 2.772
8.348 6
Danau Panggang 1.677
2.511 10.584
14.773 7
Haur Gading 1.676
- 2.005
3.680 8
Paminggir 380
7.398 11.767
19.544 9
Sungai Pandan 3.819
2.192 19
6.030 10 Sungai Tabukan
1.423 363
57 1.843
Jumlah 20.454
21.031 48.367
89.853
Sumber: Khairah 2011
Pada tabel di atas dapat dilihat kesesuaian lahan S2 yang terluas yaitu di Kecamatan Amuntai Utara 4.201 ha dan luas yang terkecil di Kecamatan
Paminggir 380 ha. Usaha-usaha perbaikan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kelas
kesesuaian lahan yaitu dengan perbaikan kejenuhan basa, perbaikan keasaman tanah dengan menaikkan pH dan kondisi genangan pembuatan saluran air.
Dengan upaya perbaikan tersebut, secara potensial luas lahan yang tergolong cukup sesuai S2 meningkat menjadi 41.485 ha 46,17. Lahan yang tergolong
sesuai S2 tersebut lebih luas dari lahan S3 sesuai marginal seluas 16.229 ha 18,06 dan N tidak sesuai seluas 35,77. Wilayah yang luasan S2 paling
besar yaitu di Kecamatan Paminggir, kemudian Kecamatan Sungai Pandan dan Banjang, dapat dilihat pada Tabel 13.
49 Gambar 10 Peta Kesesuaian Lahan Aktual Padi Kab. HSU
Lokasi Penelitian
50 Gambar 11 Peta Kesesuaian Lahan Potensial Padi Kab. HSU
Lokasi Penelitian
Tabel 13 Luas Kesesuaian Lahan Padi Potensial di Kabupaten HSU
No Kecamatan
Luas Kesesuaian Lahan Ha Jumlah
S2 S3
N 1
Amuntai Selatan 2.196
222 13.490
15.907 2
Amuntai Tengah 3.915
- 4.161
8.077 3
Amuntai Utara 4.201
- -
4.001 4
Babirik 4.158
1.826 1.465
7.449 5
Banjang 5.576
- 2.772
8.348 6
Danau Panggang 4.189
4.888 5.697
14.773 7
Haur Gading 1.676
2 2.003
3.680 8
Paminggir 7.777
9.224 2.542
19.544 9
Sungai Pandan 6.011
11 9
6.03 10
Sungai Tabukan 1.786
57 -
1.843
Jumlah 41.485
16.229 32.138
89.853
Sumber: Khairah 2011
Adanya upaya perbaikan menyebabkan terjadi peningkatan kelas kesesuaian lahan dari S3 menjadi S2 dan mengurangi persentase kesesuaian
lahan yang tidak sesuai, sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 12.
Gambar 12 Persentase Kelas Kesesuaian Lahan Aktual dan Potensial Padi.
S2 S3
N 23
23 54
46
18 36
Persentase Kelas Kesesuaian Lahan Aktual dan Potensial Padi
Kesesuaian lahan aktual padi Kesesuaian lahan potensial padi
5.3 Penggunaan Lahan Eksisting