Analisis Data Regional development strategy based on duck farming (Case Study in Hulu Sungai Utara District Kalimantan Selatan Province)

3.3 Analisis Data

Data yang terkumpul dianalisis sesuai dengan tujuan untuk menjawab permasalahan yang diangkat. Metode analisis yang digunakan meliputi analisis kesesuaian lahan dengan Sistem Informasi Geografis SIG, analisis ketersediaan dan daya dukung pakan, analisis pendapatan dan kelayakan finansial, analisis Location Qoutient LQ. Hubungan antara data, analisis, tujuan dan keluaran disajikan dalam Tabel 1, sedangkan diagram alir disajikan pada Gambar 3. Tabel 1 Tujuan, Analisis, Data, dan Keluaran No Tujuan Analisis Data Keluaran 1 Mengetahui kesesuaian lingkungan ekologis ternak itik dan kesesuaian lahan untuk pakan ternak Kesesuaian lahan - Peta tanah - Peta administrasi - Syarat hidup ternak itik - Syarat tumbuh tanaman pakan ternak sagu padi Lahan yang sesuai untuk lingkungan ekologis ternak dan pakan ternak padi dan sagu 2 Menganalisis ketersediaan daya dukung pakan lokal ternak itik Ketersediaan, daya dukung - Produksi pakan - Populasi ternak - Kebutuhan pakan Potensi pakan ternak 3 Menganalisis kelayakan finansial Pendapatan kelayakan finansial - Kuesioner - wawancara Bahan pertimbangan untuk pengembangan ternak itik 4 Mengetahui sentra peternakan itik LQ - Populasi ternak Wilayah basis peternakan itik 5 Menentukan arahan pengembangan peternakan itik Potensi pengembangan wilayah basis - Indeks daya dukung pakan potensial - Wilayah basis Bahan rekomendasi pengembangan peternakan itik 6 Menyusun strategi pengembangan wilayah berbasis peternakan itik SWOT - Kuesioner - Wawancara - Daya dukung Bahan rekomendasi untuk strategi pengembangan wilayah berbasis peternakan itik Gambar 3 Diagram Alir Penelitian Data karakteristik kesesuaian lahan Peta Tanah Peta Administrasi Peta Kesesuaian lahan Produksi Pakan Populasi Ternak Itik Kebutuhan Pakan - Ketersediaan Pakan - Daya dukung Pakan Peta Potensi Pengembangan Arahan Pengembangan Analisis SWOT Survei Responden Kelayakan Finansial Strategi Pengembangan Wilayah Wilayah Basis Itik Analisis LQ Kelas Kesesuaian Lahan Sagu Kelas Kesesuaian Lahan Padi Aktual Kelas Kesesuaian Lahan Padi Potensial Peta Penggunaan Lahan

3.3.1 Analisis Kesesuaian Lahan

Analisis kesesuaian lingkungan ekologis untuk ternak itik dilakukan dengan cara mencari kriteria lingkungan yang cocok untuk pemeliharaan ternak itik. Kriteria lingkungan ekologis ternak itik menggunakan parameter dari studi pustaka dan survey di lapangan. Penilaian kesesuaian lahan untuk pakan ternak yaitu untuk beberapa jenis pakan yang dominan digunakan pada usaha peternakan itik di Kabupaten HSU dan berpotensi dikembangkan di lokasi penelitian. Pada penelitian ini penilaian kesesuaian lahan dilakukan terhadap tanaman sagu dan padi. Penilaian kesesuaian lahan dengan cara matching antara kualitas karakteristik lahan dengan persyaratan tumbuh tanaman. Untuk kriteria syarat tumbuh tanaman sagu diperoleh dari studi pustaka karena belum ada yang membuat kriteria kesesuaian untuk tanaman sagu. Hasil penilaian kesesuaian lahan untuk sagu pada ditetapkan pada tingkat ordo. Ordo merupakan tingkat keadaan kesesuaian secara global. Pada tingkat ordo, kesesuaian lahan dibedakan antara lahan yang tergolong sesuai S dan lahan yang tergolong tidak sesuai N. Adapun kesesuaian lahan untuk padi berdasarkan kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman padi sawah lebak mengacu pada kriteria dari Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan untuk Komoditas Pertanian Balai Besar Penelitian Tanah Departemen Pertanian. Peta yang digunakan yaitu peta jenis tanah tingkat sub group dengan skala 1 : 50.000 dan peta administrasi skala 1 : 50.000.

3.3.2 Analisis Ketersediaan dan Daya Dukung Pakan

Analisis tingkat ketersediaan pakan ternak dilakukan dengan menghitung ketersediaan pakan ternak aktual dan daya dukung pakan ternak. Daya dukung didefinisikan sebagai kemampuan ekosistem yang dapat menjaga produktivitas, kemampuan adaptasi dan kemampuan memperbaharui IUCNUNEFWWF dalam Thapa el al,. 2000. Daya dukung wilayah terhadap ternak adalah kemampuan wilayah untuk menampung sejumlah populasi ternak secara optimal Ardhani, 2008. Sumberdaya lokal yang umumnya digunakan untuk pakan ternak itik yaitu ati galih pohon rumbia atau sagu yang dicincang, ikan air tawar yang direbus, dedak padi, dan keong air tawar kalambuai baik isinya maupun kulitnya yang ditumbuk halus. Jumlah ternak dengan sumberdaya lahan yang dapat didukung dianggap sebagai daya dukung, yang ditentukan dengan rumus sebagai berikut Sumanto dan Juarini, 2006. Indeks ketersediaan dan daya dukung dihitung dengan cara sebagai berikut : Berdasarkan nilai indeks daya dukung diperoleh kriteria status daya dukung seperti pada tabel 2. Tabel 2 Kriteria Status Daya Dukung Berdasarkan Indeks Daya Dukung No Indeks daya dukung Kriteria Keterangan 1 ≤ 1 Sangat kritis - Ternak tidak mempunyai pilihan dalam memanfaatkan sumberdaya yang tersedia - Terjadi pengurasan dalam agroekosistemnya 2 1-1,5 Kritis - Ternak telah mempunyai pilihan untuk memanfaatkan sumberdaya tetapi belum terpenuhi aspek konservasi 3 1,5-2 Rawan - Pengembalian bahan organik ke alam pas- pasan 4 2 Aman - Ketersediaan sumberdaya pakan secara fungsional mencukupi kebutuhan lingkungan secara efisien Sumber : kriteria Sumanto dan Juarini 2006 Proyeksi ketersediaan dedak dihitung dari konversi produksi padi dengan asumsi produksi dedak sebesar 10 dari produksi padi Rahayu, 2008.

3.3.3 Analisis Finansial

Untuk mengetahui tingkat keuntungan peternak per spesialisasi usaha maka dilakukan analisis pendapatan berdasarkan harga yang berlaku pada saat penelitian. Pada keempat spesialisasi usaha yang mana yang paling menguntungkan. yaitu dengan menganalisis biaya, penerimaan dan keuntungan usaha ternak itik. Pendapatan usaha ternak itik merupakan selisih antara total penerimaan dengan total biaya Soekartawi,1995. Pdi = TRi - TCi Yaitu : Pdi = pendapatan usaha ternak itik TRi = penerimaan usaha ternak itik TCi = biaya total usaha ternak itik Dimana i = 1,2,3,4 1 = usaha ternak penetasan itik 2 = usaha ternak pembesaran itik 3 = usaha ternak penghasil telur konsumsi 4 = usaha ternak penghasil telur tetas Kelayakan usaha ternak itik ditentukan dengan analisis finansial yaitu dengan menghitung NPV Net Present Value, Net BCR Net Benefit Cost Ratio, dan IRR Internal Rate of Return Rustiadi, et al., 2009. a. Net Present Value NPV NPV merupakan nilai sekarang dari suatu usaha dikurangi dengan biaya sekarang dari suatu usaha pada tahun tertentu. NPV menghitung nilai sekarang dari aliran kas yaitu merupakan selisih antara Present Value PV manfaat dan Present Value Biaya. dimana: Bt : manfaat yang diperoleh sehubungan dengan suatu usaha atau proyek pada time series tahun, bulan, dan sebagainya. Ct : biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan proyek pada time series ke t tidak dilihat apakah biaya tersebut dianggap bersifat modal pembelian, peralatan, tanah, konstruksi dan sebagainya i : merupakan tingkat suku bunga yang relevan t : periode 1, 2, 3,…,n dengan kriteria yaitu: 1. Apabila nilai NPV 0, maka pengembangan usaha ternak itik layak untuk dikembangkan 2. Apabila NPV = 0, maka pengembangan usaha tersebut tidak untung dan tidak rugi 3. Apabila NPV 0, maka pengembangan usaha ternak itik tidak layak dikembangkan b. Net Benefit Cost Ratio Net BCR Net BCR adalah perbandingan antara Present Value manfaat bersih positif dengan Present Value biaya bersih negatif. Dengan demikian Benefit Cost Ratio merupakan tingkat besarnya tambahan manfaat setiap penambahan satu satuan rupiah biaya yang digunakan. Net BCR dirumuskan sebagai berikut: atau Dengan kriteria yaitu: 1 Apabila nilai BC 1, maka pengembangan usaha ternak itik layak untuk dikembangkan. 2 Apabila nilai BC = 1, maka pengembangan usaha ternak Itik Alabio tidak untung dan tidak rugi 3 Apabila nilai BC 1, maka pengembangan usaha ternak Itik Alabio tidak layak untuk dikembangkan c. Internal Rate of Return IRR Internal Rate of Return IRR adalah nilai diskonto yang membuat NPV dari kegiatan usaha sama dengan nol, dan benefit cost ratio sama dengan satu. IRR merupakan tingkat bunga maksimum yang dapat dibayar oleh kegiatan usaha tersebut untuk untuk sumberdaya yang digunakan. IRR merupakan tingkat suku bunga yang membuat suatu usaha atau Industri akan mengembalikan semua investasi selama umur usaha atau industri. Suatu usaha akan diterima bila IRR nya lebih besar dari suku bunga yang didiskonto yang telah ditetapkan dan pada kondisi sebaliknya maka usaha akan ditolak. Rustiadi et al., 2009. Perhitungan IRR Dimana: i : tingkat discount rate pada saat NPV positif ii : tingkat discount rate pada saat NPV negatif NPV’ : nilai NPV positif NPV” : nilai NPV negatif

3.3.4 Analisis Ekonomi Basis

Untuk mengetahui potensi aktivitas ekonomi yang merupakan indikasi sektor basis dan non basis dapat digunakan metode location quotient LQ. Rustiadi, et al., 2009. Pada penelitian ini analisis LQ digunakan untuk menentukan komoditas unggulan berdasarkan jumlah populasi ternak menurut wilayah kecamatan yang ada dalam satu kabupaten. Nilai LQ diketahui dengan rumus: .. . . X X X X LQ j i ij ij Keterangan: LQ ij = indeks lokasiwilayah ke-i untuk aktivitas ke-j X ij = derajat pada wilayah ke-i untuk aktivitas ke-j X i. = derajat aktivitas total pada wilayah ke-i X .j = derajat aktivitas ke-j pada total wilayah X.. = derajat aktivitas total wilayah i = wilayah yang diteliti kecamatan atau kabupaten j = aktivitas ekonomi yang dilakukan komoditas pertanian atau sektor ekonomi Hasil perhitungan LQ menghasilkan 3 tiga kriteria yaitu: Apabila LQ ij 1; artinya komoditas itu menjadi basis atau menjadi sumber pertumbuhan. Komoditas memiliki keunggulan komparatif, hasilnya tidak saja dapat memenuhi kebutuhan di wilayah bersangkutan akan tetapi juga dapat diekspor ke luar wilayah Apabila LQ ij = 1; artinya komoditas itu tergolong non basis, tidak memiliki keunggulan komparatif. Produksinya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan wilayah sendiri dan tidak mampu untuk diekspor, Apabila LQ ij 1; artinya komoditas ini termasuk non basis. Produksi komoditas di suatu wilayah tidak dapat memenuhi kebutuhan sendiri sehingga perlu pasokan atau impor dari luar.

3.3.5 Arahan Pengembangan Peternakan Itik

Arahan pengembangan ternak itik dilakukan berdasarkan wilayah potensi pengembangan yang ditentukan dari luas lahan potensial padi dan lahan potensial sagu, indeks daya dukung pakan dedak padi, sagu dan wilayah basis. Berdasarkan wilayah potensial tersebut diperoleh wilayah yang memiliki status daya dukung amanrawankritissangat kritis dan wilayah basis atau non basis. Arahan pengembangan peternakan itik berdasarkan status daya dukung dan wilayah basis.

3.3.6 Analisis SWOT

Analisis SWOT dilakukan untuk menyusun strategi pengembangan wilayah berbasis peternakan itik. Analisis Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang, namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan dan ancaman. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang dan ancaman dengan faktor internal kekuatan dan kelemahan Rangkuti, 1997. Menurut Marimin 2004 proses yang dilakukan dalam pembuatan analisis SWOT agar keputusan yang diperoleh lebih tepat melalui berbagai tahapan sebagai berikut: 1. Tahap pengambilan data yaitu evaluasi faktor internal dan eksternal 2. Tahap analisis yaitu pembuatan matriks SWOT 3. Tahap pengambilan keputusan Tahapan pengambilan data yaitu evaluasi faktor eksternal dan internal a. Faktor Strategi Internal Faktor strategi internal ditentukan dengan cara membuat daftar kekuatan dan kelemahan, kemudian diberi bobot masing-masing faktor mulai dari 1,0 sangat penting sampai dengan 0,0 tidak penting. Selanjutnya menghitung rating masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 1 sampai dengan 4. Variabel yang bersifat positif semua variabel yang masuk kategori kekuatan diberi nilai mulai dari +1 sampai dengan +4 sangat baik, sedangkan variabel yang bersifat negatif kebalikannya. Selanjutnya untuk menentukan skor pembobotan dengan mengalikan bobot dengan rating. b. Faktor Strategi Eksternal Faktor strategi eksternal ditentukan dengan cara membuat daftar peluang dan ancaman, kemudian diberi bobot masing-masing faktor mulai dari 1,0 sangat penting sampai dengan 0,0 tidak penting. Selanjutnya menghitung rating masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 1 sampai dengan 4 1 = jawaban jelek, 2 = jawaban rata-rata, 3 = jawaban di atas rata- rata, 4 = jawaban superior, selanjutnya untuk menentukan skor pembobotan dengan mengalikan bobot dengan rating. Matrik SWOT digunakan untuk menyusun faktor-faktor strategis yang menggambarkan peluang dan ancaman eskternal yang disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Matrik ini menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategis sebagai berikut: Tabel 3 Matriks SWOT INTERNAL EKSTERNAL STRENGTHS S Tentukan faktor-faktor kekuatan internal WEAKNESSES S Tentukan faktor-faktor kelemahan internal OPPORTUNIES P Tentukan faktor- faktor peluang eksternal STRATEGI SO Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang STRATEGI WO Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang THREATHS T Tentukan faktor- faktor ancaman eksternal STRATEGI ST Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman STRATEGI WT Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4.1 Geografi

Dokumen yang terkait

Prevealence of Salmonella sp. on Hatched Failure of Eggs and One Week's Duckling at The Hatchery Center for Alabio Duck in The District of Hulu Sungai Utara South Kalimantan Selatan

0 5 6

Regional sustainable development in the Kepulauan Bangka Belitung Province (case studies regional economic transformation tin based mining)

3 71 349

Natural resource conflicts on iron sand mining area: an implication study of regional autonomy (A Case Study in Kulon Progo District Yogyakarta Province)

0 14 255

Regional Development Planning based on Rubber Plantation : Case Studies in two Sub-districts in Cianjur District.

3 15 236

Regional sustainable development in the Kepulauan Bangka Belitung Province (case studies regional economic transformation tin-based mining)

0 3 683

Development strategy for community based park in Pontianak Kota District, West Kalimantan

0 12 107

Regional development strategy based on duck farming (Case Study in Hulu Sungai Utara District Kalimantan Selatan Province)

3 13 124

Study On Mangrove Potentials Of Silvofishery Development In Tulang Bawang District, Lampung Province

1 10 78

MAINTENANCE STRATEGY BASED ON RELIABILITY(CASE STUDY IN COOPERATIVA CAFÉ TIMOR, EAST TIMOR MAINTENANCE STRATEGY BASED ON RELIABILITY (CASE STUDY IN COOPERATIVA CAFÉ TIMOR, EAST TIMOR).

0 4 12

Kontaminasi Enterobacteriaceae pada telur itik Alabio di Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan Contamination of Enterobacteriacea on Alabio duck eggs in Hulu Sungai Utara District, South Kalimantan

0 0 7