diperoleh dari penjualan telur dan itik afkir sebesar Rp. 161.861.000,- sehingga pendapatan yang diperoleh selama 1 tahun yaitu Rp. 25.311.000,-. dapat dilihat
pada Tabel 28.
d. Usaha Penghasil Telur Tetas
Usaha penghasil telur tetas membutuhkan bibit ternak jantan, sehingga ada biaya pembelian untuk bibit ternak jantan. Perbandingan jantan dan betina
sekitar 1 : 9. Harga bibit jantan lebih murah dibandingkan harga bibit betina. Bibit jantan sebesar Rp. 30.000,- sedangkan bibit betina mencapai Rp. 60.000,-. Pada
skala pemeliharaan 500 ekor, penerimaan diperoleh dari penjualan telur dan itik afkir yaitu Rp. 177.418.000,-. Harga penjualan telur tetas lebih mahal
dibandingkan harga telur konsumsi yaitu Rp. 1.500,- per butir. Biaya yang diperlukan sekitar Rp. 151.060.000,- sehingga pendapatan yang diperoleh yaitu
Rp. 26.358.000,- Tabel 28 Pendapatan Usaha Penghasil Telur Konsumsi dan Telur Tetas Skala
500 ekor per tahun
No Spesialisasi
Usaha Penerimaan
Rp Biaya Rp
Pendapatan Rp
Tetap Variabel
1 Penghasil telur
konsumsi 161.861.000
128.550.000 8.000.000
25.311.000 2
Penghasil telur tetas
177.418.000 151.060.000
7.000.000 26.358.000
5.9 Kelayakan Finansial a. Usaha Ternak Penetasan Itik
Usaha penetasan ternak itik dilakukan dalam periode satu bulan. Analisis kelayakan finansial untuk usaha penetasan itik dilakukan selama 5 tahun
60 bulan dan dihitung per bulan. Perhitungan kelayakan finansial usaha penetasan dilakukan dengan pengurangan antara manfaat dengan biaya. Faktor
diskonto menggunakan tingkat suku bunga rata-rata pada tahun 2010 yaitu sebesar 12.
Hasil perhitungan analisis kelayakan finansial diperoleh nilai NPV sebesar Rp.36.971.946,-. Nilai tersebut menunjukkan bahwa pendapatan bersih saat ini
yang diterima peternak selama 5 tahun 60 bulan. Nilai BC ratio sebesar 1,38 artinya perbandingan penerimaan yang diperoleh peternak lebih besar dari biaya
yang dikeluarkan yaitu peternak mendapatkan Rp.1,38 dari pengeluaran sebesar Rp.1.00,- Nilai IRR yang diperoleh menunjukkan 16,50 sehingga investasi yang
ditanamkan pada usaha penetasan itik dinilai masih layak dan menguntungkan dilakukan karena tingkat pengembalian internalnya lebih besar dibandingkan
suku bunga yang berlaku.
b. Usaha Pembesaran Ternak Itik
Usaha pembesaran dilakukan peternak dalam 1 periode selama 6 bulan. Perhitungan analisis kelayakan finansial usaha pembesaran itik dilakukan selama
10 periode pembesaran atau sekitar 5 tahun. Hasil perhitungan NPV pada faktor diskonto 12 sebesar Rp. 63.406.243,-. Nilai tersebut merupakan pendapatan
bersih nilai saat ini yang diterima peternak selama 5 tahun. Nilai BC ratio 1,58, artinya peternak akan mendapatkan Rp.1.58,- setiap biaya pengeluaran sebesar
Rp.1,00,- Nilai IRR menunjukkan angka 65,25. Hal ini berarti investasi yang ditanamkan untuk usaha ternak pembesaran itik dinilai layak dan sangat
menguntungkan karena tingkat pengembalian internalnya lebih besar dibandingkan suku bunga yang berlaku.
c. Usaha Penghasil Telur Konsumsi
Periode usaha penghasil telur konsumsi selama 1 tahun, setelah itu
ternak itik diafkir karena produksinya sudah menurun dan membeli ternak itik yang siap produksi. Analisa usaha kelayakan finansial dihitung selama 10 tahun.
Hasil perhitungan analisis finansial yaitu nilai NPV sebesar Rp. 41.739.329,- yang berarti nilai tersebut merupakan pendapatan besih nilai saat ini yang
diterima peternak selama 10 tahun. Nilai BC ratio sebesar 1,05 yang berarti perbandingan penerimaan yang diterima peternak selama 10 tahun lebih besar
dari biaya yang dikeluarkannya. Nilai IRR sebesar 19,66 berarti investasi yang ditanamkan pada usaha ternak penghasil telur konsumsi dinilai layak dan
menguntungkan karena tingkat pengembalian internalnya lebih besar dari suku bunga yang berlaku.
d. Usaha Penghasil Telur Tetas