yang dikeluarkan yaitu peternak mendapatkan Rp.1,38 dari pengeluaran sebesar Rp.1.00,- Nilai IRR yang diperoleh menunjukkan 16,50 sehingga investasi yang
ditanamkan pada usaha penetasan itik dinilai masih layak dan menguntungkan dilakukan karena tingkat pengembalian internalnya lebih besar dibandingkan
suku bunga yang berlaku.
b. Usaha Pembesaran Ternak Itik
Usaha pembesaran dilakukan peternak dalam 1 periode selama 6 bulan. Perhitungan analisis kelayakan finansial usaha pembesaran itik dilakukan selama
10 periode pembesaran atau sekitar 5 tahun. Hasil perhitungan NPV pada faktor diskonto 12 sebesar Rp. 63.406.243,-. Nilai tersebut merupakan pendapatan
bersih nilai saat ini yang diterima peternak selama 5 tahun. Nilai BC ratio 1,58, artinya peternak akan mendapatkan Rp.1.58,- setiap biaya pengeluaran sebesar
Rp.1,00,- Nilai IRR menunjukkan angka 65,25. Hal ini berarti investasi yang ditanamkan untuk usaha ternak pembesaran itik dinilai layak dan sangat
menguntungkan karena tingkat pengembalian internalnya lebih besar dibandingkan suku bunga yang berlaku.
c. Usaha Penghasil Telur Konsumsi
Periode usaha penghasil telur konsumsi selama 1 tahun, setelah itu
ternak itik diafkir karena produksinya sudah menurun dan membeli ternak itik yang siap produksi. Analisa usaha kelayakan finansial dihitung selama 10 tahun.
Hasil perhitungan analisis finansial yaitu nilai NPV sebesar Rp. 41.739.329,- yang berarti nilai tersebut merupakan pendapatan besih nilai saat ini yang
diterima peternak selama 10 tahun. Nilai BC ratio sebesar 1,05 yang berarti perbandingan penerimaan yang diterima peternak selama 10 tahun lebih besar
dari biaya yang dikeluarkannya. Nilai IRR sebesar 19,66 berarti investasi yang ditanamkan pada usaha ternak penghasil telur konsumsi dinilai layak dan
menguntungkan karena tingkat pengembalian internalnya lebih besar dari suku bunga yang berlaku.
d. Usaha Penghasil Telur Tetas
Periode usaha ternak penghasil telur tetas sama dengan usaha penghasi telur konsums yaitu selama 1 tahun. Hasil analisis kelayakan finansial usaha
ternak itik selama 10 tahun menunjukkan nilai NPV sebesar Rp. 22.949.982,- yang artinya nilai tersebut merupakan pendapatan bersih nilai saat ini yang
diterima peternak selama 10 tahun. Nilai BC ratio sebesar 1,02 menunjukkan bahwa penerimaan yang diterima peternak 10 tahun lebih besar dari biaya yang
dikeluarkan untuk memperolehnya. Nilai IRR sebesar 15,88 berarti nilai investasi yang ditanamkan pada usaha ternak penghasil telur tetas dinilai masih
layak dan menguntungkan, karena tingkat pengembalian internalnya lebih besar dibandingkan suku bunga yang berlaku.
5.10 Ekonomi Basis
Analisis LQ digunakan sebagai metode dalam menentukan komoditas unggulan berdasarkan jumlah populasi ternak menurut wilayah kecamatan yang
ada. Hasil analisis LQ yang diidentifikasi pada tujuh komoditas ternak di 10 kecamatan di Kabupaten HSU yaitu sapi, kerbau, kambing, domba, ayam
buras, ayam ras dan itik menunjukkan bahwa peternakan itik menjadi basis di Kecamatan Danau Panggang, Sungai Pandan, Sungai Tabukan dan Amuntai
Selatan. Nilai LQ paling tinggi untuk komoditas ternak itik di Kecamatan Sungai Tabukan. Walaupun jumlah populasi ternak itik di kecamatan ini tidak terlalu
besar namun jumlah populasi ternak lainnya juga tidak terlalu banyak maka nilai LQ nya paling tinggi.
Tabel 29 Nilai LQ Populasi Ternak di Kabupaten HSU
No Kecamatan Sapi
Kerbau Kambing
Domba Ayam
Buras Ayam
Ras Itik
1 Danau Panggang
0,00 0,00
0,32 0,00
1,53 0,20
1,04 2
Paminggir 0,00
213,66 0,00
0,00 0,14
0,00 0,80
3 Babirik
0,11 0,00
0,45 0,00
1,72 0,05
0,97 4
Sungai Pandan 2,07
0,16 2,03
1,22 0,22
0,32 2,01
5 Sungai Tabukan
0,19 0,00
1,68 0,43
0,28 0,21
2,02 6
Amuntai Selatan 0,46
0,00 0,73
0,00 1,13
0,81 1,01
7 Amuntai Tengah
1,16 0,05
1,15 2,84
0,44 2,07
0,85 8
Banjang 8,55
0,00 3,64
7,50 1,71
0,26 0,84
9 Amuntai Utara
1,34 0,00
1,02 0,58
0,64 2,36
0,54 10 Haur Gading
0,52 0,00
1,00 0,00
0,70 2,43
0,44 Data dianalisis berdasarkan sumber data dari Dinas Peternakan Tahun 2009
72 Gambar 19 Peta Pewilayahan Basis Komoditas Ternak Itik di. Kab. HSU
Lokasi Penelitian
5.11 Arahan Pengembangan