b. Ancaman
1. Tingkat inflasi Tingkat inflasi juga mempengaruhi dunia perunggasan, termasuk usaha
peternakan itik. Tingginya tingkat inflasi yang diakibatkan naiknya bahan bakar minyak berdampak pada meningkatnya biaya produksi, pengolahan
dan transportasi hasil-hasil peternakan. 2. Penyakit ternak
Timbulnya kejadian penyakit ternak terutama penyakit yang bersifat zoonosis penyakit hewan yang menular kepada manusia seperti isu penyakit flu
burung Avian Influenza menjadi ancaman bagi kehidupan ternak dan manusia yang hidup berdampingan dengan ternak dan mengkonsumsi
ternak. dengan demikian kejadian penyakit ternak menyebabkan berkurangnya permintaan masyarakat terhadap komoditas unggas termasuk
ternak itik. Kejadian penyakit ternak tersebut selain mempengaruhi permintaan juga mempengaruhi usaha peternakan. Banyaknya ternak yang
mati menyebabkan peternak menderita kerugian. 3. Ketersediaan Pakan
Pakan merupakan faktor yang sangat penting dalam pengembangan peternakan termasuk usaha ternak itik. Penggunaan pakan pada produksi
unggas mencapai sekitar 60-70 dari total biaya produksi. Ketersediaan pakan lokal yang biasa dimanfaatkan peternak juga semakin tidak
mencukupi, karena populasi ternak yang terus meningkat dan tidak ada budidaya pakan lokal seperti penanaman pohon sagu. Dilihat dari
ketersediaan pakan lokal ternak selama ini, belum mencukupi kebutuhan ternak itik di Kabupaten HSU kecuali pakan dari keong, namun keong juga
sangat tergantung dengan musim. 4. Komoditas Ternak Itik Daerah Lain
Itik Alabio yang merupakan plasma nutfah asli daerah harus dilestarikan dan dijaga keasliannya yang merupakan komoditas unggulan penghasil telur.
Masuknya komoditas ternak itik daerah lain mengancam keaslian plasma nutfah asli, kalau terjadi perkawinan antar komoditas ternak.
Evaluasi Faktor-Faktor Strategis A. Internal Factor Evaluation IFE
Hasil perhitungan bobot dan rating faktor strategis internal berdasarkan kuesioner dengan responden untuk menentukan faktor-faktor strategis dalam
pengembangan wilayah berbasis peternakan itik. a. Faktor kekuatan
Faktor kekuatan terdiri dari sumberdaya alam, sumberdaya manusia, plasma nutfah asli daerah, dukungan pemerintah, dukungan sosial budaya
masyarakat, terdapat pusat penetasan, kemudahan pemasaran, informasi pasar.
Hasil perhitungan dari kuesioner maka diperoleh bobot masing-masing faktor kekuatan yaitu terdapat pusat pemasaran 0,089, sumberdaya manusia
0,084, tingkat keuntungan usaha 0,084, dukungan sosial budaya masyarakat 0,081, informasi pasar 0,081, sumberdaya alam 0,078, dukungan
pemerintah 0,073, terdapat pusat penetasan 0,073 dan plasma nutfah asli daerah 0,053.
Tabel 33 Matriks IFE Pengembangan Peternakan Itik di Kabupaten HSU
No Faktor Strategis Internal Bobot Rating
Total Skor A. Kekuatan
1 Sumberdaya alam
0,078 4
0,314 2
Sumberdaya manusia 0,084
4 0,334
3 Plasma nutfah asli daerah
0,053 3
0,159 4
Dukungan pemerintah 0,073
4 0,294
5 Dukungan sosial budaya masyarakat
0,081 4
0,324 6
Terdapat pusat penetasan 0,073
3 0,220
7 Terdapat pusat pemasaran
0,089 4
0,354 8
Informasi pasar 0,081
4 0,324
9 Tingkat keuntungan usaha
0,084 4
0,334
Jumlah 0,696
2,658
B. Kelemahan 1
Sarana prasarana 0,084
1 0,084
2 Kemampuan Modal Usaha
0,081 1
0,081 3
Keterbatasan tenaga pembina 0,071
2 0,142
4 Kurangnya koordinasi antar lembaga terkait
0,078 2
0,137
Jumlah 0,331
0,443 TOTAL
1,000 3,101
Tabel 33
menunjukkan bahwa
kekuatan utama
dalam pengembangan wilayah berbasis peternakan itik yaitu sumberdaya alam,
sumberdaya manusia, dukungan pemerintah, dukungan sosial budaya masyarakat, terdapat pusat pemasaran, informasi pasar dan tingkat
keuntungan usaha. Hal ini terlihat dari nilai rating 4 pada faktor-faktor tersebut. Sedangkan faktor-faktor yang lain memiliki kekuatan kecil.
b. Faktor Kelemahan Tidak banyak faktor kelemahan dalam pengembangan wilayah berbasis
peternakan itik dibandingkan faktor kekuatan. Faktor kelemahannya yaitu sarana prasarana dengan bobot 0,084, kemampuan modal usaha 0,081,
keterbatasan tenaga pembina 0,071 dan kurangnya koordinasi antar lembaga terkait 0,078.
Faktor yang memiliki kelemahan utama yaitu sarana prasarana dan kemampuan modal usaha sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 33 yang
ditunjukkan dengan nilai rating 1. Faktor keterbatasan tenaga pembina dan kurangnya koordinasi antar lembaga terkait merupakan kelemahan kecil
dilihat dari ratingnya yang bernilai 2.
B. External Faktor Evaluation EFE
Hasil perhitungan bobot dan rating faktor strategis eksternal berdasarkan kuesioner dengan responden untuk menentukan faktor-faktor strategis dalam
pengembangan wilayah berbasis peternakan itik. a. Faktor Peluang
Faktor peluang pengembangan wilayah berbasis peternakan itik terdiri dari permintaan telur dan daging itik dengan bobot 0,126, teknologi informasi
0,104, otonomi daerah 0,058, teknologi peternakan 0,119, manfaat hasil ikutan ternak itik 0,094 dan ketersediaan kredit 0,104.
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa peluang yang direspon sangat baik dalam pengembangan peternakan yaitu meningkatnya permintaan telur
dan daging itik dan teknologi peternakan ditunjukkan dari nilai rating 4. Teknologi informasi, manfaat hasil ikutan ternak itik dan ketersediaan kredit
direspon baik dan otonomi daerah diresponnya agak baik.
b. Faktor Ancaman Faktor ancaman dalam pengembangan peternakan yaitu ada 4 faktor
yaitu tingkat inflasi, penyakit ternak, ketersediaan pakan dan komoditas ternak itik daerah lain, masing-masing memiliki bobot berturut-turut 0,097,
0,115, 0,129 dan 0,054. Tabel 34 Matrik EFE Pengembangan Peternakan Itik di Kabupaten HSU
No Faktor Strategis Eksternal
Bobot Rating
Total Skor A. Peluang
1 Permintaan telur dan daging itik
0,126 4
0,503 2
Teknologi informasi 0,104
3 0,313
3 Otonomi daerah
0,058 2
0,115 4
Teknologi peternakan 0,119
4 0,475
5 Menfaat hasil ikutan ternak itik
0,094 3
0,282 6
Ketersediaan kredit 0,104
3 0,313
Jumlah 0,604
1,406
B. Ancaman 1
Tingkat inflasi 0,097
3 0,291
2 Penyakit Ternak
0,115 4
0,460 3
Ketersediaan pakan 0,129
4 0,518
4 Komoditas ternak itik daerah lain
0,054 2
0,108
Jumlah
0,493 1,377
TOTAL 1,000
2,783
Faktor penyakit ternak dan ketersediaan pakan merupakan faktor yang pengaruhnya sangat kuat dilihat dari nilai ratingnya 4, tingkat inflasi memiliki
pengaruh kuat, sedangkan komoditas ternak itik daerah lain pengaruhnya kecil.
Berdasarkan faktor internal dan eksternal maka dapat disusun alternatif strategi yaitu Strategi Strength Opportunities SO, Strategi Strengths Threats
ST, Strategi Weaknesses Opportunities WO, Strategi Weaknesses Threats WT.
a. Strategi Strength Opportunities SO Strategi
ini menggunakan
kekuatan dan
peluang dengan
pengembangan agribisnis peternakan itik dari sektor hulu ke hilir. pembinaan dan optimalisasi produk dan nilai tambah usaha ternak itik untuk
meningkatkan skala usaha dalam memenuhi permintaan telur dan daging itik yang terus meningkat. Untuk memanfaatkan hasil ternak itik seperti bulu dan
kotoran yang belum didayagunakan perlu dilakukan pembinaan dan pelatihan agar dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pendapatan
peternak. Selain itu juga mengoptimalkan pemanfaatan teknologi informasi yang tersedia di daerah maupun di luar daerah melalui koran lokal atau
bulletin pertanian dalam mempromosikan tentang harga komoditas ternak dan produk-produk peternakan.
Pengembangan teknologi peternakan pada sektor budidaya, pakan dan pasca panen. Pengolahan pasca panen lebih dioptimalkan baik dibuat
makanan itik panggang, dendeng itik, telur asin, sehingga meningkatkan nilai tambah selanjutnya meningkatkan pendapatan masyarakat, dan menyerap
tenaga kerja. Ternak itik Alabio dikenal sebagai komoditas unggulan sebagai ternak petelur, dengan demikian mutu sumberdaya genetik ternak itik lokal
harus terus dilestarikan, sehingga perlu adanya standarisasi bibit dan pencegahan agar Itik Alabio tidak terkontaminasi itik pendatang.
b. Strategi ST Strategi dengan menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman
yang ada yaitu dengan perluasan dan budidaya tanaman untuk pakan ternak di lahan yang potensial. Tanaman sagu yang selama ini tumbuh secara
alami perlu dibudidayakan, terutama di daerah yang sesuai untuk pengembangan tanaman sagu sehingga ketersediaan untuk pakan dapat
dipenuhi dari dalam Kabupaten HSU. Begitu juga peningkatan pengembangan tanaman padi pada wilayah yang potensial untuk memenuhi
kebutuhan pokok masyarakat dan dedaknya untuk pakan ternak agar kesinambungan pakan ternak dapat diatasi. Dengan terpenuhinya pakan
dalam daerah kabupaten akan mampu mengurangi biaya produksi. Pembinaan
kepada peternak
untuk memanfaatkan
potensi sumberdaya alam lainnya yang murah tersedia melimpah serta tidak
bersaing dengan manusia sebagai alternatif campuran pakan ternak itik. Adanya penyakit ternak yang menyerang ternak itik dan dapat
memusnahkan ternak dengan cepat seperti penyakit flu burung, sehingga perlu dilakukan pembinaan kepada peternak untuk selalu meningkatkan
biosekuriti sehingga dapat segera diatasi, dan selalu melaporkan ke dinas peternakan apabila ada kematian ternak mendadak.
c. Strategi WO Strategi ini memanfaatkan peluang yang ada dengan cara
meminimalkan kelemahan yaitu dengan peningkatan kualitas SDM aparat pembina dan peternak. Dilakukan dengan mengikutsertakan, memfasilitasi
dan mengadakan pelatihan, magang, temu usaha untuk meningkatkan pengetahuan informasi, teknologi baru dan keterampilan dalam beternak itik.
Peningkatan dan perbaikan sarana prasarana sangat mendukung pengembangan peternakan, baik itu sarana jalan untuk memudahkan
transportasi dalam memasarkan produk peternakan itik. Pusat Kesehatan Hewan Puskeswan sampai sekarang belum ada di Kabupaten HSU yang
merupakan sentra peternakan, sehingga sangat diperlukan dibangun Puskeswan dengan tenaga medik dan paramedik veteriner terutama di
sentra-sentra peternakan agar penyakit ternak dapat segera diatasi dengan cepat.
Adanya bantuan modal dari APBN, APBD I dan APBD II sangat membantu kelompok ternak dalam mengatasi masalah kekurangan modal.
Selain itu ada kredit ketahanan pangan KKP-E yaitu kredit investasi dana atau modal kerja untuk petanipeternak oleh bank pelaksana meliputi BRI
dan Bank Kalsel melalui kelompok tani atau koperasi. Program tersebut dapat dimanfaatkan untuk membantu peternak.
d. Strategi WT Strategi ini dilakukan untuk meminimalkan kelemahan yang ada serta
menghindari ancaman yaitu dengan mengawasi lalu lintas ternak dari dan ke luar daerah untuk mencegah penyebaran penyakit ternak. Peningkatan
kualitas dan kuantitas sumberdaya peternakan terutama tenaga medis dan paramedis veteriner sangat diperlukan untuk pengembangan peternakan itik.
Tingginya populasi ternak itik dan banyaknya jumlah peternak yang bermata pencaharian sebagai peternak itik, sangat memerlukan tenaga ahli bidang
peternakan.
Tabel 35 Alternatif Strategi Pengembangan Peternakan di Kabupaten HSU
Faktor Internal
Faktor Eksternal KEKUATAN S
1. Sumberdaya alam berupa lahan rawa yang luas
2. Sumberdaya manusia yang bekerja di
peternakan itik 3. Plasma nutfah asli
daerah 4. Dukungan pemerintah
5. Dukungan sosial budaya masyarakat
6. Terdapat pusat penetasan
7. Terdapat pusat pemasaran
8. Informasi pasar 9. Tingkat keuntungan usaha
KELEMAHAN W 1. Sarana prasarana
seperti rusaknya jalan, tidak tersedianya
pusat kesehatan hewan
2. Kemampuan modal usaha peternak masih
rendah 3. Keterbatasan tenaga
pembina 4. Kurangnya koordinasi
antar lembaga terkait
PELUANG O 1. Meningkatnya
permintaan telur dan daging itik
2. Teknologi informasi 3. Otonomi daerah
4. Teknologi peternakan 5. Memanfaatkan hasil
ikutan usaha ternak itik 6. Ketersediaan kredit
STRATEGI SO 1. Pengembangan
agribisnis peternakan itik 2. Pembinaan dan
optimalisasi produktivitas ternak itik
3. Optimalisasi pemanfaatan teknologi
informasi yang tersedia 4. Pengembangan teknologi
peternakan pada sektor budidaya, pakan dan
pascapanen 5. Mempertahankan
keberadaan plasma nutfah itik lokal untuk
menjaga keasliannya STRATEGI WO
1. Pembinaan dan peningkatan SDM
aparat pembina dan peternak
2. Peningkatan dan perbaikan sarana
prasarana 3. Memanfaatkan kredit
untuk membantu peternak untuk modal
usaha
ANCAMAN T 1. Tingkat inflasi
2. Penyakit ternak 3. Ketersediaan pakan lokal
4. Komoditas ternak itik daerah lain
STRATEGI ST 1. Penyediaan dan
perluasan budidaya tanaman untuk pakan
ternak itik 2. Pengembangan potensi
sumberdaya lokal alternatif untuk pakan
ternak 3. Pengendalian dan
pencegahan wabah penyakit ternak
STRATEGI ST 1. Pengawasan lalu
lintas ternak 2. Peningkatan kualitas
dan kuantitas SDM, khususnya tenaga
medis dan paramedis
5.12 Prioritas Strategi Pengembangan