peternakan itik. Tercatat saat ini hanya ada 3 orang dokter hewan, 10 orang sarjana peternakan dan 13 orang penyuluh peternakan.
4. Kurangnya Koordinasi antar Lembaga Terkait. Masih kurangnya koordinasi antar lembaga dalam pembinaan maupun
pemberian bantuan sosial ke peternak itik menyebabkan tidak terdapat kegiatan yang sinergis, sehingga kadang terjadi tumpang tindih bantuan.
Faktor Strategi Ekternal
Faktor eksternal terdiri dari peluang yang dimanfaatkan dan ancaman yang harus dihindari untuk keberhasilan pengembangan usaha peternakan
a. Peluang
1. Meningkatnya Permintaan Telur dan Daging Itik Salah satu keunggulan dari ternak itik yaitu telurnya dapat dibuat telur asin.
Itik Alabio selain sebagai penghasil telur juga dimanfaatkan sebagai penghasil daging. Selama ini yang dimanfaatkan untuk penghasil daging
hanya itik afkir dan itik jantan, belum banyak peternak yang memelihara itik alabio jantan untuk tujuan penghasil daging, karena dianggap tidak terlalu
menguntungkan, hasil yang diperoleh tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan. Apalagi nilai jual itik jantan setengah dari itik betina. Namun ini
merupakan salah satu peluang baik bagi pengembangan itik penghasil daging, ada sekitar 30.000-60.000 ekorminggu anak itik jantan yang belum
dimanfaatkan secara optimal. Menurut Prasetyo 2010 animo masyarakat mengkonsumsi daging bebek meningkat 5 tahun terakhir, hal ini ditandai
dengan meningkatnya restoran yang menyajikan menu daging bebek, padahal sebelumnya daging bebek belum banyak digemari. Sebagian
pedagang di Jakarta dan Tangerang mengklaim mampu menjual bebek potong 5.000
– 10.000 ekor bebek setiap minggu. Jika perkiraan kasar di Jabodetabek Jakarta Bogor Depok Tangerang Bekasi ada sekitar
25 pedagang maka ada lebih dari 200 ribu ekor bebek per minggu terserap untuk dipotong.
2. Teknologi Informasi Teknologi informasi sudah berkembang dengan pesat, apalagi aksesnya
sudah bisa dijangkau di pelosok pedesaan di Kabupaten HSU. Teknologi informasi seperti handphone, televisi dan internet dapat dimanfaatkan
sebagai peluang untuk pengembangan peternakan dalam hal kemudahan informasi teknologi baru, informasi pasar. Dengan kemudahan akses
komunikasi dapat dengan cepat memenuhi permintaan pasar dari luar daerah.
3. Otonomi daerah Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Jo. Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagai landasan hukum otonomi daerah, maka pemerintah daerah diberi
kesempatan untuk mengatur
dan merencanakan sendiri dengan
memanfaatkan sumberdaya lokal untuk pengembangan wilayah. Apalagi Kabupaten HSU berpisah dengan Kabupaten Balangan sejak tahun 2003
berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2003. Dengan demikian Kabupaten HSU harus mampu memanfaatkan sumberdaya lokal dan
komoditas unggulan daerah dalam pengembangan wilayah. 4. Teknologi Peternakan
Semakin majunya teknologi tentu sangat penting bagi perkembangan usaha peternakan. Sebagian peternak sudah mulai menerapkan teknologi baru
antara lain sudah mengunakan mesin tetas untuk penetasan. Selain itu perlu adanya teknologi terapan lainnya baik dalam pemeliharaan maupun
teknologi pasca panen dalam menunjang pengembangan peternakan unggas.
5. Memanfaatkan Hasil Ikutan Ternak Itik Ternak itik selain daging dan telurnya dapat dimanfaatkan, juga bulu itik bisa
digunakan untuk pupuk, makanan ternak dan perhiasan, juga bahan pengisi perlengkapan tidur. Kotoran itik juga bisa dimanfaatkan untuk pupuk. Di
Kabupaten Hulu Sungai Utara belum ada yang memanfaatkannya, sehingga merupakan peluang besar.
6. Ketersediaan Kredit Adanya Kredit Ketahanan Pangan dan Energi KKP-E yaitu investasi yang
diberikan oleh bank pelaksana BRI dan Bank Kalsel kepada petanipeternak, Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan PUAP dan
Lembaga Mandiri Mengakar di Masyarakat LM3 dapat dimanfaatkan untuk membantu modal peternak.
b. Ancaman