Potensi Pengembangan Padi Potensi Pengembangan Padi dan Sagu

5.5 Potensi Pengembangan Padi

Untuk melihat kemungkinan wilayah pengembangan padi di Kabupaten HSU, dilakukan overlay antara peta kesesuaian lahan potensial padi dengan peta penggunaan lahan eksisting. Berdasarkan hasil analisis, lahan yang berpotensi untuk pengembangan padi yaitu belukar rawa dan rawa. Menurut Khairah 2011, di Kabupaten HSU terdapat wilayah yang secara aktual tidak sesuai untuk budidaya padi, namun kenyataannya di lokasi tersebut telah eksisting sawah. Luas wilayah yang berpotensi untuk pengembangan padi dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16 Potensi Pengembangan Padi No Kecamatan Luas kelas kesesuaian dan ketersediaan lahan Ha Jumlah Potensial S2 Eksisting sawah Potensial S3 Eksisting sawah N Eksisting sawah Potensial S2 eksisting belukar rawa dan rawa Potensial S3 eksisting belukar rawa dan rawa Tidak potensial 1 Danau Panggang 1.987 506 96 1.804 3.467 6.914 14.773 2 Paminggir - - - 6.569 7.795 5.180 19.544 3 Babirik 3.212 1.370 49 684 404 1.730 7.449 4 Sungai Pandan 4.923 9 3 549 2 545 6.030 5 Sungai Tabukan 1.240 19 - 378 34 171 1.843 6 Amuntai Selatan 1.261 61 663 528 159 13.235 15.907 7 Amuntai Tengah 2.327 - 906 994 - 3.850 8.077 8 Banjang 1.805 - - 1.709 - 4.834 8.348 9 Amuntai Utara 2.357 - - 230 - 1.614 4.201 10 Haur Gading 934 1 477 259 - 2.009 3.680 Jumlah 20.046 1.966 2.193 13.705 11.860 40.082 89.853 Sumber: Khairah, 2011 Dari Tabel 16 di atas terlihat bahwa potensi pengembangan padi cukup luas, dari potensial S2 dan S3 pada eksisting belukar rawa dan rawa. Kecamatan yang mempunyai potensi pengembangan terluas yaitu Kecamatan Paminggir dan Danau Panggang dan Banjang, karena memiliki wilayah belukar rawa dan rawa yang luas. 56 Gambar 15 Peta Potensi Pengembangan Padi di Kab. HSU Lokasi Penelitian

5.6 Potensi Pengembangan Padi dan Sagu

Untuk melihat potensi pengembangan padi dan sagu berdasarkan hasil overlay penggunaan lahan eksisting, kesesuaian lahan padi potensial dan kesesuaian sagu. Lahan yang potensial dikembangkan yaitu sawah eksisting, belukar rawa dan rawa. Jika lahan sesuai padi namun tidak sesuai sagu maka wilayah tersebut potensial padi. Untuk lahan sesuai padi dan sagu, maka di wilayah tersebut dianggap potensial untuk dikembangkan padi, dibandingkan pengembangan sagu karena kebutuhan padi lebih banyak dibandingkan sagu. Padi merupakan makanan pokok masyarakat, dan dedaknya dimanfaatkan untuk pakan ternak itik. Tingkat kebutuhan ternak itik terhadap pakan dedak lebih tinggi yaitu sekitar 0,15 kgekor dibandingkan pakan sagu yang hanya 0,06 kgekor. Lahan yang potensial dikembangkan sagu yaitu lahan yang tidak sesuai padi tapi, sesuai sagu. Sementara lahan yang tidak potensial yaitu lahan yang penggunaannya tidak dapat dikembangkan padi dan sagu, juga lahan belukar rawa dan rawa tapi kesesuaian lahannya tidak sesuai. Tabel 17 Potensi Pengembangan Padi dan Sagu No Kecamatan Potensial Padi S2 ha Potensial Padi S3 ha N Eksisting Sawah ha Potensial Sagu ha Tidak Potensial ha Jumlah ha 1 Danau Panggang 3.791 3.973 96 1.034 5.880 14.773 2 Paminggir 6.569 7.795 - 283 4.898 19.544 3 Babirik 3.896 1.774 49 - 1.730 7.449 4 Sungai Pandan 5.472 11 3 - 545 6.030 5 Sungai Tabukan 1.619 53 - - 171 1.843 6 Amuntai Selatan 1.790 220 663 1,260 11.975 15.907 7 Amuntai Tengah 3.321 - 906 - 3.850 8.077 8 Banjang 3.514 - - - 4.834 8.348 9 Amuntai Utara 2.587 - - - 1.614 4.201 10 Haur Gading 1.193 1 477 31 1.978 3.680 Jumlah 33.751 13.827 2.193 2.607 37.475 89.853 Dari Tabel 17 di atas dapat dilihat bahwa luas wilayah potensial padi S2, lebih luas dibandingkan potensial padi S3 dan potensial sagu. Seluruh kecamatan berpotensi dikembangkan padi, terutama di Kecamatan Paminggir. Kecamatan yang potensial dikembangkan sagu di Kecamatan Danau Panggang, Paminggir, Amuntai Selatan dan Haur Gading. 58 Gambar 16 Peta Potensi Pengembangan Padi dan Sagu di Kab. HSU Lokasi Penelitian

5.7 Ketersediaan dan Daya Dukung Pakan Ternak

Dokumen yang terkait

Prevealence of Salmonella sp. on Hatched Failure of Eggs and One Week's Duckling at The Hatchery Center for Alabio Duck in The District of Hulu Sungai Utara South Kalimantan Selatan

0 5 6

Regional sustainable development in the Kepulauan Bangka Belitung Province (case studies regional economic transformation tin based mining)

3 71 349

Natural resource conflicts on iron sand mining area: an implication study of regional autonomy (A Case Study in Kulon Progo District Yogyakarta Province)

0 14 255

Regional Development Planning based on Rubber Plantation : Case Studies in two Sub-districts in Cianjur District.

3 15 236

Regional sustainable development in the Kepulauan Bangka Belitung Province (case studies regional economic transformation tin-based mining)

0 3 683

Development strategy for community based park in Pontianak Kota District, West Kalimantan

0 12 107

Regional development strategy based on duck farming (Case Study in Hulu Sungai Utara District Kalimantan Selatan Province)

3 13 124

Study On Mangrove Potentials Of Silvofishery Development In Tulang Bawang District, Lampung Province

1 10 78

MAINTENANCE STRATEGY BASED ON RELIABILITY(CASE STUDY IN COOPERATIVA CAFÉ TIMOR, EAST TIMOR MAINTENANCE STRATEGY BASED ON RELIABILITY (CASE STUDY IN COOPERATIVA CAFÉ TIMOR, EAST TIMOR).

0 4 12

Kontaminasi Enterobacteriaceae pada telur itik Alabio di Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan Contamination of Enterobacteriacea on Alabio duck eggs in Hulu Sungai Utara District, South Kalimantan

0 0 7