5.7 Ketersediaan dan Daya Dukung Pakan Ternak
Pakan ternak merupakan faktor penting dalam pengembangan usaha peternakan itik, karena kebutuhan biaya pakan merupakan biaya produksi yang
terbesar bagi pemeliharaan itik secara intensif. Dengan demikian pemberian pakan harus efisien, murah dan berkualitas.
Berkembangnya usaha peternakan itik di Kabupaten HSU sangat tergantung dengan sumberdaya alam yang ada. Peternak itik terutama
menggunakan pakan yang tersedia di daerah rawa seperti padi, dedak padi, keong, sagu dan ikan. Peternak umumnya menyusun sendiri ransum untuk
pakan ternak itik, masing-masing peternak memiliki kemampuan menyusun ransum walaupun tidak berdasarkan kandungan nutrisinya namun hanya
berdasarkan pengalaman mereka yang sudah cukup lama beternak. Menurut Wasito dan Rohaeni 1994 komposisi ransum untuk 130 ekor
ternak itik per minggu yang dipelihara secara intensif yaitu beras 140 liter, dedak 140 kg, sagu 3 paraspotong, ikan kering 5,6 kg dan keong 6,4 kg.
Pada waktu surut biasanya petani memanfaatkan lahan rawa untuk ditanami
padi. Peningkatan
produksi padi
sangat bermanfaat
bagi pengembangan peternakan itik, karena dedaknya dapat digunakan sebagai
bahan pakan itik. Fluktuasi ketersediaan pakan yang sangat tergantung dengan musim sangat mempengaruhi perkembangan peternakan itik. Untuk itu perlu
dilakukan penghitungan ketersediaan pakan lokal yang banyak terdapat di daerah rawa dan digunakan oleh peternak untuk pakan ternak itik.
Proyeksi ketersediaan dedak dihitung dari konversi produksi padi dengan asumsi produksi dedak sebesar 10 dari produksi padi Rahayu, 2008. Ternak
itik membutuhkan dedak sekitar 0,15 kgekorhari. Tingkat produktivitas pada setiap tingkat kesesuaian lahan dihitung
berdasarkan indeks produksi. Menurut Sutaadmadja 2005 kisaran indeks produksi pada masing-masing kelas yaitu pada kelas S2 = 0,60 - 0,80 dari
produksi optimal, S3 = 0,40 - 0,59 dari produksi optimal. Diasumsikan pada perhitungan ini menggunakan indeks produksi tertinggi. Pada lahan tidak sesuai
padi namun eksisting sawah dengan indeks produksi 0,40. Produktivitas padi rata-rata di Kabupaten HSU 5,8 tonha Dinas Pertanian Kab. HSU, 2009.
Produksi padi ditentukan dengan menghitung luas masing-masing kelas kesesuaian lahan yang sesuai dikalikan dengan masing-masing indeks produksi
dan tingkat produksi rata-rata.
Hasil perhitungan ketersediaan dedak berdasarkan penggunaan lahan eksisting sawah pada masing-masing kesesuaian lahan, untuk masing-masing
kecamatan dapat dilihat pada Tabel 18. Indeks ketersediaan pakan ternak dedak menggambarkan status ketersediaan pakan ternak dedak pada masing-masing
kecamatan apakah tergolong aman, rawan, kritis atau sangat kritis. Tabel 18 Ketersediaan Pakan Dedak
No Kecamatan
Populasi Ternak Itik
ekor Produksi
Dedak kg Kapasitas
Tampung ekor
Indeks Ketersediaan
Status 1 Danau Panggang
187.277 1.117.364
20.408 0,11
Sangat kritis 2 Paminggir
4.570 -
- 0,00
Sangat kritis 3 Babirik
186.798 1.970.314
35.987 0,19
Sangat kritis 4 Sungai Pandan
185.029 2.287.873
41.788 0,23
Sangat kritis 5 Sungai Tabukan
95.020 582.117
10.632 0,11
Sangat kritis 6 Amuntai Selatan
256.589 759.989
13.881 0,05
Sangat kritis 7 Amuntai Tengah
196.731 1.289.866
23.559 0,12
Sangat kritis 8 Banjang
45.346 837.482
15.296 0,34
Sangat kritis 9 Amuntai Utara
55.583 1.093.613
19.975 0,36
Sangat kritis 10 Haur Gading
41.309 544.557
9.946 0,24
Sangat kritis Keterangan: produksi dedak berdasarkan perhitungan luas lahan pada penggunaan lahan
eksisting sawah
Dari tabel tersebut di atas dapat dilihat bahwa indeks ketersediaan dedak padi pada semua kecamatan kurang dari 1 sangat kritis. Dengan demikian
dilihat dari ketersediaan dedak di semua kecamatan tidak mencukupi kebutuhan pakan ternak itik sehingga dibutuhkan dedak dari luar kabupaten. Adanya
ketergantungan pakan ternak dedak dari kabupaten lain menyebabkan biaya produksi lebih tinggi karena biaya transportasi.
Daya dukung pakan dedak potensial pada masing-masing kecamatan dihitung dengan mengkombinasikan data penggunaan lahan sawah eksisting
dan lahan lain yang berpotensi untuk dijadikan sawah dengan tingkat kesesuaian lahan S2 dan S3. Status daya dukung pakan dedak berdasarkan hitungan
tersebut dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19 Daya Dukung Pakan Dedak berdasarkan Potensi Pengembangan Padi
No Kecamatan
Populasi Ternak Itik
ekor Dedak kg
Daya Dukung
ekor Indeks
Daya Dukung
Status 1
Danau Panggang 187.277 3.118.488
56.959 0,30
Sangat Kritis 2
Paminggir 4.570 5.715.228
104.388 22,84
Aman 3
Babirik 186.798 2.414.800
44.106 0,24
Sangat Kritis 4
Sungai Pandan 185.029 2.542.499
46.438 0,25
Sangat Kritis 5
Sungai Tabukan 95.020 769.268
14.051 0,15
Sangat Kritis 6
Amuntai Selatan 256.589 905.555
16.540 0,06
Sangat Kritis 7
Amuntai Tengah 196.731 1.540.932
28.145 0,14
Sangat Kritis 8
Banjang 45.346 1.630.421
29.779 0,66
Sangat Kritis 9
Amuntai Utara 55.583 1.200.459
21.926 0,39
Sangat Kritis 10
Haur Gading 41.309 554.077
10.120 0,24
Sangat Kritis Keterangan: produksi
dedak setelah
diperhitungkan potensi
pengembangan padi
di masing-masing kecamatan
Indeks daya dukung untuk mendukung populasi ternak itik eksisting pada penggunaan lahan potensial padi menunjukkan bahwa hanya di Kecamatan
Paminggir mempunyai status daya dukung aman dengan indeks daya dukung 22,84, sedangkan kecamatan lainnya nilai indeks daya dukungnya kurang dari
satu. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum daya dukung pakan dedak masih belum mencukupi kebutuhan ternak itik di Kabupaten HSU.
Pakan lokal lainnya yang biasa dimanfaatkan peternak itik yaitu empulur sagu yang dicincang atau diparut. Sagu tumbuh secara alami di rawa-rawa
Kabupaten HSU, namun masih belum dibudidayakan, sehingga ketersediaannya masih sangat tergantung tanaman yang tumbuh secara alami.
Gambar 17 Pohon Sagu yang Tumbuh di Rawa-Rawa
Ketersediaan pakan ternak sagu dihitung berdasarkan data luas tanam sagu yang menghasilkan. Luas tanaman sagu yang menghasilkan pada tahun
2008 yaitu 237,20 ha BPS HSU, 2009. Menurut Prihatman 2000 perkiraan pada kondisi liar, produksi sagu 40-60 batanghatahun. Total berat empulur sagu
pada satu batang pohon sagu 850 kg Tabel 20. Tabel 20 Rataan Komposisi pohon sagu
Komponen Total berat
segar kg Perbandingan terhadap
total berat segar Perbandingan terhadap
empulur segar Batang
1250 100
- Korteks
400 32
- Empulur
850 68
100 Pati
250 20
29 Air
425 34
50 Ampas
175 14
21
Sumber : Flach 2005
Tabel 21 Ketersediaan Sagu
No Kecamatan
Populasi Ternak Itik
ekor Produksi
Empulur Sagu Tahun kg
Kapasitas Tampung
ekor Indeks
Ketersediaan Status
1 Danau Panggang
187.277 1.275.000
58.219 0,31
Sangat Kritis 2
Paminggir 4.570
1.224.200 55.890
12,23 Aman
3 Babirik
186.798 902.700
41.219 0,22
Sangat Kritis 4
Sungai Pandan 185.029
1.708.500 78.014
0,42 Sangat Kritis
5 Sungai Tabukan
95.020 1.351.500
61.712 0,65
Sangat Kritis 6
Amuntai Selatan 256.589
1.810.500 82.671
0,32 Sangat Kritis
7 Amuntai Tengah
196.731 1.224.000
55.890 0,28
Sangat Kritis 8
Banjang 45.346
663.000 30.274
0,67 Sangat Kritis
9 Amuntai Utara
55.583 918.000
41.918 0,75
Sangat Kritis 10
Haur Gading 41.309
1.020.000 46.575
1,13 Kritis
Data dianalisis berdasarkan sumber data dari BPS Tahun 2009
Dari Tabel 21 dapat dilihat Kecamatan Paminggir yang indeks ketersediaan pakannya lebih dari satu status aman, karena di Kecamatan
Paminggir populasi itik tidak terlalu banyak. Kecamatan Haur Gading memiliki status kritis. Secara keseluruhan dari Tabel 21 menunjukkan bahwa ketersediaan
produksi sagu setiap tahunnya tidak mencukupi untuk kebutuhan pakan ternak
itik, sehingga diperlukan dari kabupaten lain. Untuk memenuhi kebutuhan pakan sagu maka tanaman sagu perlu dibudidayakan.
Perhitungan luas lahan potensial sagu dilakukan dengan overlay antara penggunaan lahan eksisting dengan kesesuaian lahan sagu. Lahan yang
berpotensi untuk budidaya tanaman sagu yaitu belukar rawa dan rawa. Daya dukung sagu didapatkan dari produksi sagu pada lahan yang berpotensi untuk
ditanami tanaman sagu. Hasil perhitungan daya dukung sagu dapat dilihat pada Tabel 22.
Tabel 22 Daya Dukung Pakan Sagu berdasarkan Potensi Pengembangan Sagu
No Kecamatan
Populasi Ternak Itik
ekor Produksi
empulur sagutahun
kg Daya
Dukung ekor
Indeks Daya
Dukung Status
1 Danau Panggang
187.277 173.757.000
7.934.110 42,37
Aman 2
Paminggir 4.570
196.095.000 8.954.110
1959,32 Aman
3 Babirik
186.798 10.098.000
461.096 2,47
Aman 4
Sungai Pandan 185.029
- -
0,00 Sangat Kritis
5 Sungai Tabukan
95.020 10.149.000
463.425 4,88
Aman 6
Amuntai Selatan 256.589
78.234.000 3.572.329
13,92 Aman
7 Amuntai Tengah
196.731 50.643.000
2.312.466 11,75
Aman 8
Banjang 45.346
84.303.000 3.849.452
84,89 Aman
9 Amuntai Utara
55.583 -
- 0,00
Sangat Kritis 10
Haur Gading 41.309
1.326.000 60.548
1,47 Kritis
Keterangan: produksi sagu berdasarkan luas lahan potensi pengembangan sagu.
Perhitungan daya dukung sagu untuk masing-masing kecamatan berdasarkan lahan sesuai sagu yang dapat ditanam tanaman sagu 60 batang per
ha. Status daya dukung tanaman sagu sebagian besar berstatus aman dengan nilai indeks lebih dari 2, kecuali Kecamatan Sungai Pandan, Amuntai Utara dan
Haur Gading. Hal ini menunjukkan bahwa jika dilakukan penanaman budidaya sagu di lahan yang sesuai sagu maka kebutuhan pakan ternak sagu akan dapat
dipenuhi dari dalam Kabupaten HSU. Sementara daya dukung pakan dedak dan sagu berdasarkan potensi
pengembangan padi dan sagu dapat dilihat pada Tabel 23. Daya dukung padi berdasarkan lahan yang potensial padi dan eksisting sawah, sedangkan daya
dukung sagu berdasarkan lahan yang potensial sagu setelah diperhitungkan lahan potensial padi.
Tabel 23 Daya Dukung Pakan Dedak dan Sagu berdasarkan Potensi Pengembangan Padi dan Sagu
No Kecamatan
Populasi Ternak Itik
ekor DD
Dedak ekor
IDD Dedak
Status DD Sagu
ekor IDD
Sagu Status
1 Danau Panggang
187.277 57.364
0,31 Sangat kritis
2.407.429 12,85 Aman
2 Paminggir 4.570
104.388 22,84 Aman
658.375 144,06 Aman
3 Babirik 186.798
44.315 0,24 Sangat
kritis -
- Sangat kritis
4 Sungai Pandan
185.029 46.450
0,25 Sangat kritis
- - Sangat
kritis 5 Sungai
Tabukan 95.020
14.051 0,15 Sangat
kritis -
- Sangat kritis
6 Amuntai Selatan
256.589 19.350
0,08 Sangat kritis
2.933.196 11,43 Aman
7 Amuntai Tengah
196.731 31.982
0,16 Sangat kritis
- - Sangat
kritis 8 Banjang
45.346 29.779
0,66 Sangat kritis
- - Sangat
kritis 9 Amuntai
Utara 55.583
21.926 0,39 Sangat
kritis -
- Sangat kritis
10 Haur Gading
41.309 12.139
0,29 Sangat kritis
72.791 1,76 Rawan
Jumlah 1.254.252
381.745 6.071.791
Pada Tabel 23 di atas dapat dilihat, daya dukung pakan dedak pada lahan potensial pengembangan padi dan sagu menunjukkan bahwa Kecamatan
Paminggir yang mempunyai status daya dukung aman sedangkan kecamatan lainnya, status daya dukungnya sangat kritis. Secara keseluruhan daya dukung
dedak tidak mencukupi kebutuhan ternak itik eksisting. Untuk daya dukung pakan sagu, kecamatan Danau Panggang, Paminggir, Amuntai Selatan yang
mempunyai status daya dukung aman, dan Kecamatan Haur Gading dengan status daya dukung sagu rawan, sedangkan kecamatan lainnya statusnya sangat
kritis karena lahan yang potensial untuk pengembangan sagu di kecamatan tersebut juga berpotensi untuk padi. Akan tetapi dari keempat kecamatan yang
memiliki status daya dukung pakan sagu aman dan rawan tersebut mampu mencukupi kebutuhan ternak itik sebanyak 6.071.791 ekor. Dengan demikian jika
dilakukan budidaya sagu di lahan potensial sagu, masih mampu mencukupi tambahan ternak itik sebanyak 4.817.539 ekor.
Populasi ternak itik selalu meningkat setiap tahunnya dengan rata-rata laju pertumbuhan 1,83 pertahun, sehingga diproyeksikan pada tahun 2020,
jumlah populasi ternak sebanyak 1.531.151 ekor, dengan kebutuhan pakan ternak dedak sebesar 83,830,510 kg, pakan sagu sebesar 33.532.204 kg dan
keong sebesar 5.588.701 kg. Tabel 24 Proyeksi Daya Dukung Pakan Dedak dan Sagu pada Populasi Itik
Tahun 2020 berdasarkan Potensi Pengembangan Padi dan Sagu
No Kecamatan
Populasi Ternak Itik
ekor DD
Dedak ekor
IDD Dedak
Status DD Sagu
ekor IDD
Sagu Status
1 Danau Panggang
228.622 57.364
0,25 Sangat kritis
2.407.429 10,53 Aman
2 Paminggir 5.579
104.388 18,71 Aman
658.375 118,01 Aman
3 Babirik 228.037
44.315 0,19 Sangat
kritis -
Sangat kritis
4 Sungai Pandan
225.878 46.450
0,21 Sangat kritis
- Sangat
kritis 5 Sungai
Tabukan 115.997
14.051 0,12 Sangat
kritis -
Sangat kritis
6 Amuntai Selatan
313.236 19.350
0,06 Sangat kritis
2.933.196 9,36 Aman
7 Amuntai Tengah
240.163 31.982
0,13 Sangat kritis
- Sangat
kritis 8 Banjang
55.357 29.779
0,54 Sangat kritis
- Sangat
kritis 9 Amuntai
Utara 67.854
21.926 0,32 Sangat
kritis -
Sangat kritis
10 Haur Gading
50.429 12.139
0,24 Sangat kritis
72.791 1,44 Rawan
Jumlah 1.531.151
381.745 6.071.791
Berdasarkan proyeksi populasi ternak itik tahun 2020, dengan luas lahan potensial dan tingkat produktivitas padi dan sagu tetap, dapat dilihat tingkat
kekritisan dedak semakin tinggi, untuk sagu masih bisa dipenuhi jika dibudidayakan. Dengan demikian pakan dedak, membutuhkan pasokan dari luar
kabupaten untuk memenuhi kebutuhan ternak itik. Selain pakan dari dedak dan sagu, peternak itik di Kabupaten HSU juga
memanfaatkan keong biasa disebut kalambuai untuk pakan ternak itik sebagai sumber protein. Keong mas menyukai habitat berupa perairan jernih bersubstrat
lumpur yang kaya dengan tumbuhan air yang selalu menggenang serta proses pergantian secara terus menerus. Umumnya keong mas air tawar adalah
vegetarian, yakni makanan utamanya berupa tumbuhan air yang berada di bawah permukaan air. Makanan utamanya berupa daun dan batang tumbuhan
air yang masih muda Sihombing, 2002. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Rawa Pening, keong mas paling sering memakan tumbuhan air yang
terendam dalam air kolam, terutama yang mengakar ke dasar Soewignyo et al., dalam Sihombing, 2002. Dengan demikian keong tidak banyak yang hidup di
daerah yang terlalu dalam karena akar tanaman air tidak mencapai dasar. Namun ketersediaan keong tersebut bersifat musiman, jika musim kemarau
maka ketersediaannya akan berkurang karena air surut. Dalam penelitian ini perkiraan hidup keong di daerah yang tergenang secara periodik, dengan asumsi
10 ekor keong dalam 1m
2
. Luas area yang tergenang secara periodik yaitu 89.696 ha. Jika area yang tergenang secara periodik pada musim kemarau
diasumsikan setengah dari luas area tergenang periodik, maka daya dukung keong dapat dilihat pada Tabel 25. Menurut Wasito dan Rohaeni 1994 10 ekor
keong berat isi keong lebih kurang 400 gram. Tabel 25 Daya Dukung Keong
Data dianalisis berdasarkan sumber data dari BPS Tahun 2009
Berdasarkan tabel di atas, indeks daya dukung untuk semua kecamatan lebih dari 1. Dengan demikian produksi ketersediaan keong di Kabupaten HSU
mencukupi kebutuhan pakan ternak itik.
No Kecamatan
Populasi Ternak
Itik ekor Luas area
yang tergenang
periodik m2 Produksi
keong kg Daya
Dukung ekor
Indeks Daya
Dukung 1 Danau
Panggang 187.277
66.750.000 26.700.000
7.315.068 39,06
2 Paminggir 4.570
105.405.000 42.162.000
11.551.233 2527,62
3 Babirik 186.798
37.000.000 14.800.000
4.054.795 21,71
4 Sungai Pandan
185.029 30.750.000
12.300.000 3.369.863
18,21 5 Sungai
Tabukan 95.020
8.750.000 3.500.000
958.904 10,09
6 Amuntai Selatan
256.589 81.900.000
32.760.000 8.975.342
34,98 7 Amuntai
Tengah 196.731
40.250.000 16.100.000
4.410.959 22,42
8 Banjang 45.346
44.750.000 17.900.000
4.904.110 108,15
9 Amuntai Utara
55.583 17.925.000
7.170.000 1.964.384
35,34 10 Haur
Gading 41.309
14.250.000 5.700.000
1.561.664 37,80
Gambar 18 Keong Rawa kalambuai
5.8 Pendapatan a. Usaha Penetasan Ternak Itik