II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengembangan Wilayah
Alkadri et al., 1999 mengatakan pengembangan wilayah merupakan usaha memberdayakan suatu masyarakat yang berada di suatu daerah untuk
memanfaatkan sumberdaya alam yang terdapat di sekeliling mereka dengan menggunakan teknologi yang relevan dengan kebutuhan, dan bertujuan
meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang bersangkutan. Pengembangan wilayah mempunyai dua makna, yaitu: 1 makna sosial ekonomi, yaitu kegiatan
pengembangan wilayah dengan jalan meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat dengan menciptakan sentra-sentra produksi sekaligus
membangun prasarana dan adanya layanan logistik; 2 makna ekologis, yaitu pengembangan wilayah bertujuan untuk menjaga keseimbangan lingkungan
akibat terlalu banyaknya campur tangan manusia terhadap lingkungan. Menurut Mangiri dalam Daryanto 2010 konsep pengembangan wilayah
secara garis besar terbagi atas empat yaitu: 1. Pengembangan Wilayah Berbasis Sumberdaya
Sumber daya merupakan semua potensi yang dimiliki oleh alam dan manusia. Bentuk sumber daya tersebut yaitu tanah, bahan mentah, modal,
tenaga kerja, keahlian, keindahan alam maupun aspek sosial budaya. 2. Pengembangan Wilayah Berbasis Komoditas Unggulan
Motor penggerak pembangunan wilayah pada komoditas yang dinilai dapat menjadi unggulan atau andalan, baik di tingkat domestik dan internasional
3. Pengembangan Wilayah Berbasis Efisiensi Pembangunan wilayah melalui pembangunan bidang ekonomi yang
mempunyai porsi lebih besar dibandingkan bidang-bidang lainnya. Pembangunan ekonomi tersebut dijalankan dalam kerangka pasar bebas
atau pasar persaingan sempurna free market mechanism. 4. Pengembangan Wilayah Menurut Pelaku Pembangunan
Strategi pengembangan wilayah ini mengutamakan peranan setiap pelaku pembangunan ekonomi rumah tangga, lembaga sosial, lembaga keuangan
dan bukan keuangan, pemerintah maupun koperasi. Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah 2003 mengatakan
sebagaimana disampaikan dalam “Konferensi Nasional Ekonomi Indonesia”
bahwa Pembangunan ekonomi wilayah memberikan perhatian yang luas
terhadap keunikan karakteristik wilayah ruang. Pemahaman terhadap sumberdaya alam, sumberdaya manusia, sumberdaya buataninfrastruktur dan
kondisi kegiatan usaha dari masing-masing daerah di Indonesia serta interaksi antar daerah termasuk diantara faktor-faktor produksi yang dimiliki merupakan
acuan dasar bagi perumusan upaya pembangunan ekonomi nasional ke depan.
2.2 Pengembangan Peternakan
Faktor-faktor kritikal yang menentukan kinerja pembangunan pertanian adalah jumlah dan kualitas: a modal manusia terkait dengan pendidikan dan
pelatihan; b modal sosial terkait dengan organisasikelompokpetanipeternak dan koperasi; c infrastruktur fisik terkait dengan jalan, fasilitas komunikasi,
pasokan energi dan air; d infrastruktur kelembagaan terkait dengan penelitian dan penyuluhan, sistem keuangan perdesaan, peraturan dan kelembagaan
termasuk hak-hak kepemilikanproperty right dan e modal fisik terkait dengan ketersediaan lahan, infrastruktur peternakan dan investasi. Oleh karena itu,
pembangunan peternakan harus dilakukan dengan cara yang holistik, komprehensif, tidak sektoral dan tidak parsial Daryanto, 2009
Kawasan peternakan terdiri atas: 1 kawasan khusus peternakan, merupakan daerah prioritas dengan komoditas unggulan dengan memperhatikan
kesesuaian agroekosistem dan agroklimat serta tata ruang wilayah; 2 kawasan terpadu, merupakan sistem integrasi antara ternak dengan tanaman pangan,
holtikultura, perkebunan dan perikanan program lintas subsektor; 3 kawasan agropolitan, merupakan kota pertanian yang dihela oleh desa-desa hinterland
Putri, 2003. Pengembangan peternakan di suatu wilayah perlu diperhatikan dan
diukur potensi wilayah tersebut bagi jenis ternak yang akan dikembangkan. Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam pengembangan peternakan di
suatu wilayah, yaitu 1 persediaan bahan baku; 2 teknologi tepat guna; 3 keahlian yang dibutuhkan atau tenaga terampil; 4 potensi pengembangan
peternakan; 5 prioritas pengembangan peternakan di lokasi yang bersangkutan; dan 6 kemungkinan bantuan kredit Pulungan, 1985.
Menurut Sudrajat 2001 pembangunan peternakan merupakan bagian dari suatu totalitas kinerja agribisnis, yang menjadi suatu kesatuan kinerja yang
tidak terlepas dari subsistem agribisnis hulu berupa kegiatan ekonomi input produksi peternakan, informasi dan teknologi. Selain itu produksi peternakan