jawaban dari permasalahan
harga diri serta potensi terhadap perubahan
dan perubahan terkait.
Freire sendiri memberikan sepuluh tahapan situasi pendidikan penyadaran dalam kasus melek huruf dengan fokus pada komunikasi dialogis
antara partisipan dengan fasilitator. Kesepuluh tahapan penyadaran ini adalah; diskusi situasi partisipan terhadap perbedaan dua duniaalam : alamiah atau
budaya, dialog dengan alam, situasi manusia buta aksara, situasi manusia mulai melek huruf, situasi pembedaan antara manusia dan hewan diskusi perihal
kekuasaan, kepandaian, naluri, pendidikan dan pelatihan, situasi manusia mulai mengubah materi alam melalui kerja, ekspresi melalui puisi, situasi perubahan
pola perilaku dan lingkaran budaya dalam aksi. Freire 2005.
2.6 Saluran Komunikasi Penumbuhan Kesadaran
Penggunaan saluran komunikasi dalam gerakan sosial menurut Indrianto 2003 memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya adalah informasi suatu
peristiwa mampu menjangkau banyak orang, Pemberitaan yang akurat, berimbang, menjadi alat pendidikan sekaligus menghibur, dapat melibatkan
semua pihak, dapat menjadi mediator, cukup efektif dalam, membangun opini publik dan mempengaruhi kebijakan, dapat melawan desas-desus; menjadi alat
kontrol sosial, sebagai ruang publik untuk mengontrol wacana yang beredar di masyatakat, baik itu yang berasal dari Pemerintah maupun media itu sendiri dapat
menimbulkan partisipasi publik sehingga media bisa menjadi pilar demokrasi. Sedangkan kelemahan atau keterbatasan media adalah; dapat menyebarkan desas-
desus stereotif, informasi yang salah, mereproduksi kekerasan dapat menghakimi sebelum ada bukti, bersifat sementara, pergeseran isu dan
wacananya cepat, kurang dekat dengan masyarakat, dapat diperalat oleh pihak- pihak yang mengutamakan kepentingan kelompoknya, ketergantungan akan oplah
kepentingan ekonomi, keterbatasan audiens untuk media alternatif, relevansi media alternatif untuk audiens lain, bias terhadap media LSM, konsistensi isi dan
kualitas. Media yang digunakan dalam gerakan sosial meliputi media cetak surat kabarmingguantabloid, majalahjurnal, buletin, info sheet, spanduk baliho,
posterleafletstriker, kaos, komik, buku, media elektronik radio, internet, papan iklan elektronik, televisi dan film, dan media alternatif atau kolaboratif seni
budaya, demonstrasi, mimbar, orasi, pertemuan-pertemuan, festival dan diskusi.
Teori Penumbuhan kesadaran pada awalnya memang berasal dari para pemikir feminis, misalnya pemikiran Sarachild 1970 tentang penumbuhan
kesadaran pada perempuan yang mensyaratkan dalam kelompok kecil untuk berbagi pengalaman mereka melalui kesaksian pribadi untuk berhubungan satu
sama lain dan generalisasi pengalaman bersama. Penumbuhan kesadaran juga dilakukan dalam kelompok-kelompok informal, termasuk mendorong setiap
wanita untuk memberikan kontribusi pengalaman sendiri. Kelompok-kelompok itu kemudian saling mendiskusikan bentuk menolak penindasan, tindakan, dan
mengorganisir kesadaran baru Sarachild dalam Soward, Renegar 2004
Pembangkitan kesadaran kesadaran merupakan dasar untuk perubahan. Meskipun consciousness raising penumbuhan kesadaran biasanya terjadi dalam
kelompok kecil, bentuk-bentuk berbagi pengalaman individu seperti esai, artikel, dan kuliah juga memberikan kontribusi terhadap proses consciousness raising.
Campbell 1973 dalam Soward dan Renegar 2004. Selain itu,Campbell menyatakan bahwa kelompok-kelompok tertindas cenderung mengembangkan
kepribadian sifat pasif. Penumbuhan kesadaran adalah gaya komunikasi yang menarik untuk orang yang bekerja dalam perubahan sosial. Campbell 1989
dalam
Soward, Renegar 2004. Teknik penumbuhan kesadaran selain menggunakan media kelompok
juga dapat menggunakan teknik seperti berbagi cerita pribadi di depan umum, buku dan majalah, berbagi pengalaman dan membaca teori feminis dalam ruang
kelas, konsumsi budaya populer, mengeksplorasi isu-isu keragaman dan audiens baru, dan membuat pilihan baru untuk ekspresi diri. Soward, Renegar 2004
Cerita pribadi memainkan peran penting dalam membantu orang menyadari akan pengalaman penindasan mereka atau diskriminasi yang tidak
terisolasi. Berbagi pengalaman di ruang kelas untuk mengekspos ide-ide baru, menantang gagasan-gagasan mereka tentang feminisme. Budaya populer juga
menjadi forum yang layak untuk penumbuhan kesadaran. Banyak perempuan muda diberdayakan oleh perempuan yang menjadi panutan mereka dan menjadi
sadar akan penindasan mereka sendiri dan kemungkinan emansipasi melalui konsumsi budaya populer.
Banyak teks feminis sengaja berusaha untuk mencakup beragam etnis, sosial, dan perspektif ekonomi untuk menciptakan rasa inklusif. Isu yang dibahas
seperti budaya patriarkhi, diskriminasi dan sebagainya. Pembangkitan kesadaran menciptakan banyak pilihan untuk ekspresi diri. Elemen pembangkitan kesadaran
ditemukan dalam budaya populer, kelas, atau buku dan majalah yang memungkinkan individu untuk mengambil apa yang mereka inginkan dari teori
feminis, mengambil dan meninggalkan apa yang tidak berguna. Fungsi-fungsi retoris penumbuhan kesadaran membuat orang untuk bersuara. Kesadaran kritis,
tidak hanya mengarah kepada ekspresi diri tetapi juga memacu aktivitas pribadi yang menjadi target perubahan sosial. Selain itu saluran penyadaran kritis dapat
berupa tatap muka Ostrom 1998; media audio, video, mobile, dan social software
Chock 2006 dan media alternatif seperti drama Torre 1990.
2.7 Model Komunikasi Penyadaran : Monolog atau Dialog