Desain yang diambil dalam penelitian ini adalah menggunakan studi kasus. Menurut Yin 2006 studi kasus merupakan suatu inkuiri empiris yang
menyelidiki fenomena di dalam konteks kehidupan nyata dengan batas-batas antara fenomena dan konteks tak tampak dengan tegas dan pemanfaatan
multisumber bukti. Stake dalam Denzin NK, Lincoln YS 2009 mengidentifikasi tiga jenis studi kasus. Pertama; studi kasus intrinsik yaitu desain penelitian yang
dilakukan oleh peneliti untuk lebih memahami kasus tertentu. Kasus intrinsik diambil bukan karena suatu kasus mewakili kasus-kasus lainnya atau karena
menggambarkan sifat atau prolem tertentu namun karena aspek kekhususan dan kesederhanannya kasus itu menarik minat peneliti. Tujuan kasus intrinsik bukan
untuk merumuskan suatu teori. Kedua; studi kasus instrumental yaitu digunakan untuk meneliti suatu kasus tertentu agar tersaji sebuah perspektif tentang isu atau
perbaikan suatu teori. Kasus instrumental menempatkan kasus bukan menjadi fokus utamanya, kasus sebagai peran suportif yang memudahkan pemahaman
tentang sesuatu yang lain. Kasus dicermati secara mendalam dan konteksnya dikaji secara menyeluruh. Suatu kasus dapat menggambarkan tipikal bagi kasus-
kasus lain atau sebaliknya. Ketiga; studi kasus kolektif yaitu penelitian yang dilakukan untuk meneliti sejumlah kasus secara bersamaan untuk melihat
fenomena, populasi atau kondisi umum. Studi kasus kolektif merupakan pengembangan dari studi kasus intrumental ke dalam beberapa kasus.
Penelitian Komunikasi Penyadaran Kritis dalam Gerakan Petani menggunakan studi kasus intrumental yaitu untuk memahami fenomena
komunikasi pembangkitan kesadaran consciousness raising pada kelompok tani yang berbasis gerakan sosial MacQuarrie 2013. Fenomena komunikasi ini
berhubungan dengan pelibatan aktif anggota petani dalam suatu aksi sosial yang bersifat kolektif. Menurut Deutsch dan Rieselbach dalam Gaventa 1980, teori
komunikasi memungkinkan kita untuk memahami pergerakan yang sulit dipahami seperti kesadaran dan kemauan politik sebagai proses yang dapat diamati.
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian di tingkat basis dilakukan di empat lokasi pada tiga wilayah kabupaten dimana kelompok tani sebagai basis SPPQT berada yaitu Kabupaten
Semarang untuk kelompok tani Paguyuban Al-Barakah dan kelompok pemuda LSDP Lumbung Sumber Daya Pemuda Harapan Makmur, Kabupaten Boyolali
untuk Forum Perempuan Jombong dan Kabupaten Wonosobo untuk kelompok tani Paguyuban Sindoro Kasih. Penelitian di tingkat basis organisasi serikat
dilakukan pada bulan September hingga akhir Oktober 2012 dan bulan Februari hingga akhir Maret 2013. Sedangkan penelitian di tingkat kesekretariatan serikat
dilakukan mulai Agustus 2012 dan disela-sela waktu pada saat penelitian di tingkat basis. Alasan penentuan lokasi adalah; peneliti pernah melakukan
penelitian pada lokasi dan topik yang berkaitan dengan pengorganisasian kelompok tani di lokasi tersebut, kemudahan interaksi dan komunikasi karena
peneliti memiliki kesamaan suku dengan masyarakat di lokasi dan kemudahan transportasi yang masih dapat terjangkau untuk ukuran peneliti.
3.4 Penentuan Subyek Penelitian
Penentuan subyek penelitian dilakukan secara purposif. Menurut Nasoetion dalam Sitorus 1998 tujuan pokok penelitian kualitatif adalah
menggambarkan kenyataan sebagaimana adanya. Oleh karena itu, pemilihan sampel penelitian tidak mengutamakan patokan keterwakilan populasi melainkan
keterwakilan aspek permasalahan. Sebagai implikasinya sampel harus dipilih secara sengaja purposif dan lazimnya dalam jumlah kecil.
Menurut Patton 1990 sebagaimana dikutip Morse dalam Denzin NK, Lincoln YS 2009 prasayarat penentuan subyek penelitian secara purposif
sebagai sampel sebaiknya memiliki informasi yang kaya rich information. Terdapat empat teknik penentuan sampel ini yaitu extreme or deviant case
sampling
, intensity sampling, maximum variety sampling dan critical case sampling
. Teknik penentuan subyek dalam penelitian ini menggunakan teknik maximum variety sampling
yaitu proses pemilihan beragam sampel secara sadar dan mengobservasi gejala-gejala umum dalam pengamalan mereka. Teknik ini
merupakan metode sampling yang paling bagus untuk mengeksplorasi konsep- konsep abstrak seperti harapan-harapan dan angan-angan. Tipe data yang
diperoleh pada teknik ini adalah deskripsi kasus berkualitas tinggi yang sangat berguna dalam proses pendokumentasian keunikan-keunikan data dan pola-pola
kemiripan yang sama-sama penting yang mencakup semua partisipan yang dipilih.
Sebelumnya subyek penelitian ini didapat berdasarkan informasi dari informan yaitu orang yang mampu menangkap, memahami dan memenuhi
permintaan peneliti, memiliki kemampuan reflektif, bersifat artikulatif, meluangkan waktu untuk wawancara dan bersemangat untuk berperan serta dalam
penelitian. Pemilihan informan pertama the primary selection secara langsung memberi peluang untuk menentukan sampel atau subyek penelitian. Sedangkan
pemilihan informan kedua secondary selection berfungsi sebagai cara alternatif bagi peneliti yang tidak dapat menentukan partisipan secara langsung seperti
menggunakan iklan atau pengumuman. Morse dalam Denzin NK, Lincoln YS 2009
Menurut Pawito 2008, penelitian kualitatif pada dasarnya merupakan suatu proses penyidikan. Dalam proses ini peneliti membuat pengertian fenomena
sosial secara bertahap, melaksanakannya dengan cara mempertentangkannya, membandingkan, mereflikasi, menyusun katalog dan mengklasifikasi obyek
kajian. Semua ini adalah kegiatan penarikan sampel, yaitu usaha menemukan keseragaman dan sifat umum dunia sosial dan kegiatan dilakukan secara menerus
dan berulang. Penarikan sampel tidak hanya meliputi keputusan-keputusan tentang orang-orang yang akan diwawancarai atau diamati, tetapi juga termasuk
latar belakang, peristiwa-peristiwa dan proses-proses sosial di dalamnya. Penarikan sampel awal sangat jarang dapat bertahan dari ketidaksempurnaan dan
kekakuan lapangan. Oleh karena itu, penarikan sampel dapat dibentuk dan dibuat kerangka kembali.
Berdasarkan teknik pemilihan informan di atas, pada awalnya peneliti tertarik untuk melihat proses komunikasi pembangkitan kesadaran di Paguyuban
Merbabu. Namun ketika datang ke kantor serikat SPPQT, ternyata kondisi Paguyuban Merbabu sedang tidak aktif. Melalui diskusi dengan ketua umum
serikat dan beberapa pengurus, didapat masukan untuk memahami semua proses
komunikasi yang ada di wilayah kerja serikat secara umum advokasi, ekonomi, pemuda dan perempuan. Pergolakan pemikiran terjadi antara masukan pihak
serikat dengan pemikiran pribadi untuk melihat satu kajian saja. Hal ini dimaklumi sebagai pertimbangan alasan biaya dan waktu jika melihat kasus
komunikasi di empat divisi serikat ini. Dibalik kebingungan dan kegundahan ini, ketua umum serikat menyarankan untuk mengeksplorasi dahulu setiap kegiatan di
serikat. Masukan ini peneliti terima dan secara kebetulan terdapat kegiatan audiensi dengan anggota Dewan di Wonosobo oleh kelompok tani Sindoro Kasih.
Setelah mengikuti kegiatan ini, maka obyek kajian penelitian mulai mengerucut untuk mendalami proses komunikasi penyadaran di Wonosobo. Berikutnya
peniliti menghadiri seminar dan festival pangan dalam rangka HPS Hari Pangan Sedunia di Boyolali. Melalui peristiwa atau event ini maka peneliti menetapkan
hati untuk mendalami keempat divisi kerja serikat untuk melihat proses komunikasi penyadaran kritis di wilayah kerja basis.
Selanjutnya penentuan informan dalam penelitian ini yaitu orang-orang yang memahami gerakan petani dan proses-proses komunikasi dan sosial yang
ada di dalamnya baik di tingkat organisasi induk SPPQT ataupun di tingkat paguyuban dan kelompok tani. Sedangkan subyek penelitian adalah anggota
kelompok tani baik bertatus aktif dalam setiap kegiatan yang diadakan oleh paguyuban dan kelompok tani. Berikut adalah matriks penentuan informan dan
subyek penelitian. Jumlah informan dan subyek penelitian dapat dilihat sebagai berikut.
Tabel 3.2 Penentuan informan penelitian Inisial informan
Keterangan RM
Ketua Umum SPPQT KH
Sekjend. SPPQT BP
Ketua bidang organisasi dan politik MH
Ketua bidang pertanian dan ekonomi SH
Ketua bidang perempuan dan anak MJ
Ketua bidang pemuda BR
Staf LSDP PR
Staf advokasi SD
Staf bidang politik AG
Staf bidang politik KM
Staf bidang pertanian Tabel 3.3 Penentuan subyek penelitian
Inisial subyek Keterangan
MF Anggota paguyuban Al-Barakah
MB Anggota paguyuban Al-Barakah
NA Anggota paguyuban Al-Barakah
WL Anggota LSDP
LS Ketua LSDP
WS Ketua Forum Perempuan
NS Bendahara Forum Perempuan
SY Ketua paguyuban Sindoro Kasih
Proses penentuan subyek kasus dan informan menggunakan teknik snowballing
bola salju. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada informan dan responden pada umumnya serupa. Perbedaannya hanya sifat jawabannya
sebagai informasi: informan memberikan informasi menurut pengalamannya dalam suatu institusi masyarakat hasilnya: informasi institusional, sedangkan
subyek kasus memberikan informasi menurut pengalamannya sebagai individu yang terlibat dalam proses komunikasi penumbuhan kesadaran hasilnya:
informasi individual. Untuk pelaksanaan FGD Fokus Grup Diskusi dilakukan di empat lokasi penelitian dengan melibatkan perwakilan kelompok yang jumlahnya
antara 8-15 partisipan. Unit analisa dalam penelitian ini adalah anggota kelompok yang terlibat kegiatan kelompok.
3.5 Data dan Metode Pengumpulan Data