Paradigma Penelitian Desain Penelitian

3 METODE PENELITIAN

3.1 Paradigma Penelitian

Penelitian “ Komunikasi Penyadaran Kritis Gerakan Petani Studi Kasus pada Kelompok Tani Serikat Paguyuban Petani Qaryah Thayyibah Jawa Tengah” menggunakan pendekatan kualitatif dengan paradigma konstruktivisme. Menurut Oliver, Roa dan Strawn 2003 bahwa untuk memahami gerakan sosial digunakan pendekatan kualitatif dengan paradigma konstruktivisme. Pendekatan konstrukstivisme dalam gerakan sosial digunakan untuk melihat empat konsep yaitu proses framing, konstruksi identitas, budaya dan emosi. Pendekatan interpretative atau konstruktivis secara ontologi memandang eksistensi realitas sebagai suatu yang obyektif dan subjektif yang secara instrinsik bertalian. Pengetahuan realitas dalam beberapa hal dapat diketahui namun tidak terpisahkan dengan subjektifitas manusia. Secara epistemologi, hubungan antara peneliti dan objeknya dapat terjadi dengan memahami pengetahuan subjektifitas tineliti. Sehingga bentuk pengetahuannya bersifat kontekstual contextual knowledge . Dalam pandangan interpretative, dunia fisik merupakan produk dari imaginasi peneliti social. Teori bukan merupakan gambaran untuk dievaluasi sebagai realitas yang terbuka, tetapi secara parsial memahami dunia dengan melihat penjelasan kekuasaan dari subjek. Pendekatan interpretative bekerja dalam dua tingkatan yaitu; realitas obyektif terhadap dunia dapat dipahami dengan rangkaian interpretasi manusia dalam lingkungannya dan peneliti sosial selanjutnya menginterpretasikan hasil interpretasi manusia itu baik melaui literatur atau media serta menurut pandangan Giddens dengan double hermeneutica penafsiran ganda. Denzin NK, Lincoln YS 2000

3.2 Desain Penelitian

Sebagaimana telah disinggung di atas, bahwa penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme. Paradigma ini merupakan salah satu dari empat paradigma yang membentuk penelitian kualitatif positivis dan pos-positivis, konstruktivis-interpretatif, kritis dan feminis pos-struktrural. Penelitian kualitatif memfokuskan perhatiannya pada beragam metode yang mencakup pendekatan interpretatif dan naturalistik terhadap obyek kajiannya. Peneliti kualitatif mempelajari benda-benda dalam konteks alaminya dan berupaya untuk memahami, menafsirkan fenomena berupa makna yang dilekatkan pada manusia. Denzin NK, Lincoln YS 2009 Akar penelitian kualitatif bersumber akar filsafat dan fenomenologi yang bertentangan dengan paham positivisme. Empat karakter fenomologi menurut Embree dalam Pawito 2008; bahwa fenomenologi pada dasarnya menolak pandangan filsafat positivisme terutama naturalisme. Kedua; fenomenologi menolak pemikiran spekulatif speculative thinking serta kecenderungan bertumpu pada segi-segi bahasa semata, namun didasarkan pada intuisi akan persoalan-persoaaln yang dipikirkan itu sendiri. Ketiga; sebagai konsekuensinya kalangan fenomenologis menyarakan suatu metode reflektif berkenaan dengan proses kesadaran dengan memberikan penekanan pada persoalan bagaimana dan atau untuk tujuan apa proses-proses kesadaran yang dimaksud digunakan. Keempat; fenomenologi cenderung menggunakan analisis-analisis yang mengarah pada penggambaran serta pemberian makna-makna atas gejala yang diteliti. Secara umum dalam penelitian komunikasi saat ini menggunakan metode kualitatif atau kuantitatif. Secara metodologis kedua jenis penelitian ini sangat berbeda baik dari aspek orientasi, tujuan, penggunaan, sifat analisis dan prosedur yang digunakan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3.1 Perbedaan penelitian komunikasi kualitatif dan kuantitatif Aspek Kuantitatif Kualitatif Orientasi Lebih berorientasi atau berfokos pada vartiabel- variabel tertentu Lebih berorientasi pada kasus dan konteks, misalnya sifat unik, lain, urgen, menakjubkan atau mungkin memilukan Tujuan Lebih dimaksudkan untuk menjelaskan, memprediksi, mengontrol gejala terkait dengan gejala lain, menguji teori Lebih dimaksudkan untuk memberikan gambaran atau pemahaman mengenai gejala dari perspektif subyek atau aktor, membuat teori Penggunaan bukti empirik Lebih menekankan pada prinsip bilangan, logika matematik dan teknik statistik Lebih menekankan pada materi diskursif serta konversi ke dalam materi diskursif dari materi-materi nondiskursif Sifat analisis Kerapkali bersifat linier dan kaku dengan berangkat dari kategorisasi yang digunakan Kerapkali bersifat siklis dan fleksibel dan sangat memerhatikan konteks yang ada berkenaan dengan kategori-kategori yang digunakan Prosedur Biasanya bersifat rigid, objektif dan menggunakan kaidah etik Kerapkali bersifat eklektik subjektif atau intersubjektif, dan cenderung bernuansa emic interpretatif namun ada prinsip triangulasi Dikutip dari Pawito 2008 Strategi penelitian kualitatif terdiri dari beragam desain penelitian. Strategi penelitian mencakup kepakaran, asumsi-asumsi dan tindakan-tindakan yang digunakan seorang peneliti sebagai bricoleur manusia serba bisa yang mandiri dan profesional ketika bergerak dari paradigma dan desain penelitian menuju tahap pengumpulan data empiris di lapangan. Terdapat beragam desain penelitian yaitu, studi kasus, fenomenologietnometodologi dan praktik interpretatif, grounded theory, metode biografis, metode historis, penelitian tindakan dan terapan serta metode klinis Denzin NK, Lincoln YS 2009. Desain yang diambil dalam penelitian ini adalah menggunakan studi kasus. Menurut Yin 2006 studi kasus merupakan suatu inkuiri empiris yang menyelidiki fenomena di dalam konteks kehidupan nyata dengan batas-batas antara fenomena dan konteks tak tampak dengan tegas dan pemanfaatan multisumber bukti. Stake dalam Denzin NK, Lincoln YS 2009 mengidentifikasi tiga jenis studi kasus. Pertama; studi kasus intrinsik yaitu desain penelitian yang dilakukan oleh peneliti untuk lebih memahami kasus tertentu. Kasus intrinsik diambil bukan karena suatu kasus mewakili kasus-kasus lainnya atau karena menggambarkan sifat atau prolem tertentu namun karena aspek kekhususan dan kesederhanannya kasus itu menarik minat peneliti. Tujuan kasus intrinsik bukan untuk merumuskan suatu teori. Kedua; studi kasus instrumental yaitu digunakan untuk meneliti suatu kasus tertentu agar tersaji sebuah perspektif tentang isu atau perbaikan suatu teori. Kasus instrumental menempatkan kasus bukan menjadi fokus utamanya, kasus sebagai peran suportif yang memudahkan pemahaman tentang sesuatu yang lain. Kasus dicermati secara mendalam dan konteksnya dikaji secara menyeluruh. Suatu kasus dapat menggambarkan tipikal bagi kasus- kasus lain atau sebaliknya. Ketiga; studi kasus kolektif yaitu penelitian yang dilakukan untuk meneliti sejumlah kasus secara bersamaan untuk melihat fenomena, populasi atau kondisi umum. Studi kasus kolektif merupakan pengembangan dari studi kasus intrumental ke dalam beberapa kasus. Penelitian Komunikasi Penyadaran Kritis dalam Gerakan Petani menggunakan studi kasus intrumental yaitu untuk memahami fenomena komunikasi pembangkitan kesadaran consciousness raising pada kelompok tani yang berbasis gerakan sosial MacQuarrie 2013. Fenomena komunikasi ini berhubungan dengan pelibatan aktif anggota petani dalam suatu aksi sosial yang bersifat kolektif. Menurut Deutsch dan Rieselbach dalam Gaventa 1980, teori komunikasi memungkinkan kita untuk memahami pergerakan yang sulit dipahami seperti kesadaran dan kemauan politik sebagai proses yang dapat diamati.

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian