negatif rasa takut, bersalah dan rasa malu dan positif cinta, bangga, sukacita dan humor sehingga mereka melakukan hal itu atau berhenti melakukannya. Daya
tarik moral mengarahkan audiens pada perilaku mana yang benar dan tepat dalam menyikapi permasalahan sosial tertentu.
2.9 Arena Kontestasi Penyadaran Kritis
Gerakan sosial selalu melibatkan arena kontestasi di mana isu terjadi. Arena kontestasi lebih lanjut dijelaskan oleh Gaventa 2006 dalam bentuk kubus
kekuasaan gerakan sosial yang meliputi tingkatan kekuasaan lokal, nasional, global, bentuk kekuasaan invisible, hidden, visible dan ruang kekuasaan
closed, invited, claim. Tingkatan kekuasaan meliputi lokal sebagai level terendah seperti komunitas atau daerah. Sedangkan level nasional meliputi
teritori sebuah negara. Level global menyangkut komunitas dunia.
Bentuk kekuasaan invisible adalah kekuasaan yang tidak terlihat namun memiliki dampak bahaya yang besar seperti sistem budaya superior dan ideologi
yang turut mempengaruhi pengambilan kekuasaan. Kekuasaan hidden meliputi aktor atau lembaga yang tidak secara langsung berhubungan dengan pengambilan
kekuasaan dalam menetapkan agenda politik tertentu. Sedangkan kekuatan visible sebagai aktor atau lembaga yang secara terang dan terbuka mengambil kekuasaan
dan menetapkan agenda politik dalam isu tertentu. Kekuatan visible ini sering dimaknai sebagai organisasi formal dan terstruktur seperti Negara.
Ruang kekuasaan kontestasi yang berbentuk closed space adalah ruang komunikasi yang menutup proses partisipasi yang lebih luas. Ruang tertutup ini
dibentuk oleh pemegang kekuasaan dan pengambil keputusan. Sedangkan ruang yang dibentuk mandiri oleh aktor atau lembaga sebagai counter terhadap closed
space
adalah claimed space. Dalam ruang ini partisipasi akar rumput dibuka seluas-luasnya dalam menyikapi persoalan tertentu. Terdapat pula ruang di mana
partisipasi dibuka namun tetap dikendalikan oleh aktor pemegang kekuasaan dan partisipan sebagai pihak yang terundang dalam proses itu, yaitu invited space.
2.10 Motivasi Gerakan
Stekelenburg, Klandermans 2007 berpendapat bahwa motivasi merupakan jembatan penghubung antara identitas kolektif dan aksi kolektif.
Motivasi adalah keinginan untuk mencapai suatu tujuan, dikombinasikan dengan energi untuk bekerja ke arah tujuan. Terdapat tiga motif partisipasi:
instrumentalitas, identitas, dan kelompok berbasis kemarahan dan ideologi.
Motif instrumental menekankan bahwa partisipasi gerakan adalah sebagai rasional atau rasional sebagai setiap perilaku lainnya. Peserta gerakan terlihat
sebagai orang yang percaya bahwa situasi dapat diubah dengan biaya terjangkau. Dengan kata lain, partisipasi gerakan yang dipandang sebagai pilihan rasional dari
harapan bahwa protes akan menghasilkan hasil tertentu dan nilai dari hasil tersebut.
Motif identitas
mengacu pada
keadaan bahwa
orang-orang mengidentifikasi dengan orang lain yang terlibat. Tindakan partisipasi kolektif
dipandang sebagai cara untuk menunjukkan siapa “kita” dan apa yang “kita” perjuangkan. Selain itu, anggota kelompok memiliki gagasan bahwa “kita”
memiliki banyak kesamaan dengan cara keluhan bersama, tujuan, nilai-nilai atau tujuan.
Sedangkan motif kemarahan berbasis kelompok berdasar pada penilaian seperti ketidakadilan dan mendukung pendapat sosial yang diyakini untuk
mempromosikan aksi kolektif karena mereka membangkitkan emosi seperti kemarahan. Motif ideologi memberi penekanan pada aspek-aspek seperti aspek
kreatif dan gerakan sosial budaya, narasi, emosi, dan kemarahan moral. Orang- orang marah, mengembangkan perasaan keberangan moral tentang beberapa
keadaan atau beberapa keputusan pemerintah, dan ingin membuat dikenal. Mereka berpartisipasi dalam gerakan sosial tidak perlu untuk menegakkan perubahan
politik, tetapi untuk mendapatkan martabat dan integritas moral dalam kehidupan mereka melalui perjuangan dan ekspresi moral. Motif ideologi mengacu pada
nilai-nilai masyarakat dan penilaian bahwa nilai-nilai telah dilanggar.
2.11 Partisipasi Aksi Kolektif Gerakan