Tahapan Kesadaran Kritis Pertanian Organik

“Kalo serikat membangun komunikasi dengan cara formal dan non formal. Justru yang non formal itu yang lebih kuat. kalo dari pertemuan mereka keterlibatan pemerintahan desa juga sangat tinggi. Memang butuh inten, dan tidak hanya sekali. Kalian punya hukum perdes lho, dan sebenarnya itu sebagai penguatan kekuasaan desa” wawancara Mba RM, 101012 Kekuatan komunikasi non-formal ternyata dapat mempercepat legalitas perdes melalui audiensi dengan pihak pemerintahan desa. Selain komunikasi dengan pihak desa, kelompok tani juga melakukan komunikasi dengan anggota dewan dari Komisi B yang membidangi masalah pertanian dan kehutanan. Puncaknya pada Hari Agraria tanggal 24 September 2012, kelompok tani yang berada dalam OTK Sindoro Sumbing melakukan audiensi dengan anggota Komisi B yang diwakili oleh Fraksi PKB dan Gerindra. Acara ini dijadikan momentum untuk legalitas perdes di tingkat kabupaten. Hasilnya adalah keberpihakan dewan untuk pembuatan perdes dan secara khusus menyarankan agar perdes yang dibuat dapat dijadikan acuan bagi desa-desa yang ada di Kabupaten Wonosobo.

6.4 Tahapan Pembangkitan Kesadaran Gerakan Petani

Tahapan pembangkitan kesadaran berujung pada adanya kesadaran kritis yang dialami oleh petani. Kesadaran kritis mengubah pandangan petani terhadap realitas ketertindasan dan ketidakadilan. Dari beberapa teori tentang tahapan kesadaran kritis, teori Goodman dan Olatunji 2009 digunakan untuk melihat sejauhmana level kesadaran kritis yang dialami oleh kelompok tani dalam empat isu yang ada. Terdapat tujuh tahapan kesadaran kritis yaitu; tahap kesadaran, respek, konteks, integrasi, berdaya, praksis dan transformasi. Berikut adalah tahapan kesadaran dalam yang dapat dilihat dari empat isu kelompok tani SPPQT.

6.4.1 Tahapan Kesadaran Kritis Pertanian Organik

Proses pembangkitan kesadaran pertanian organik pada kelompok tani paguyuban Al-Barakah dilakukan setalah berdirinya Paguyuban. Apabila melihat fakta pengelolaan pertanian organik yang dilakukan oleh anggota kelompok tani Al-Barakah saat ini, maka tahapan kesadaran kaum tani sudah mencapai tahap transformasi. Tahap transformasi dalam kesadaran kritis pertanian organik ditandai dengan keberadaan partisipan petani yang telah menyatukan pengalaman keseharian mereka dalam bertani organik dan secara identitas mengalami transformasi dari identitas kelompok menjadi identitas sosial. Pengelolaan pertanin organik saat ini tidak hanya untuk keperluan konsumsi rumah tangga petani, melainkan sudah mencapai taraf pemasaran orientasi pasar. Petani sudah merasakan harga beras organik yang tinggi ketimbang beras anorganik. Transformasi identitaspun telah terjadi dari seorang petani individual menjadi anggota kelompok tani kelompok dan saat ini dikenal sebagai petani organik oleh masyarakatnya sosial. Satu bukti bahwa kelompok tani Paguyuban Al-Barakah telah mencapai taraf kesadaran kritis transformatif adalah penentangan terhadap kelompok lawan mereka yang anti terhadap pertanian organik. “Kalo secara lahan cukup bangga karena banyak organik. Ketika ada pak JF dari dirjen, wah ya kayak ini bagus ini. Satu-satunya dirjen yang menolak import ya pak JF ini. Ketika Petrokimia datang membawa dan membagi- bagikan kaos, jaket, topi dan sebagainya. Saya bangganya bukan main. Karena tak satupun dari petani saya tidak ada yang memakai. Mereka ngga mau. mereka ini sudah minded organik meski sedikit”. wawancara pak MF, 131012 Bentuk perlawanan kaum tani terhadap pihak penentang pertanian organik adalah dengan menolak setiap barang yang diberikan meski dilakukan di ruang publik seperti saat acara sosialisasi pertanian oleh Dirjen Pertanian dan Perusahaan Petrokimia. Sikap menentang ini membuktikan bahwa kaum tani sudah mengalami kesadaran kritis pada taraf transformatif. Kaum tani sadar bahwa kerusakan ekosistem salah satunya disebabkan oleh racun kimia yang diproduksi oleh perusahaan pupuk dan pestisida. “Dari situ mereka paham soal pentingya organik, belum lagi dampak- dampak penggunaan pupuk kimia, itu juga saya jelaskan. Sampai kita lakukan penyehatan tanah, itu pernah ada”. Wawancara pak BP, 19092012 “Ada yang gapoktan yang ingin organik, apapun kita advokasi. Ketika kawan-kawan masuk ke sini ya harus berhadapan dengan kepala dinas. Ya harus dibatasi lah. Ya ngga konsekuen, meski dinas sendiri mencanangkan di sini area organik,tapi kok masih pupuk kimia. Kalau begitu minta cabut aja dari kabupaten, saya akan mengatasnamakan kodya Salatiga. Pernah itu, pertarungan antara kodya dengan kabupaten. Ya ngga pa-pa, yang mengakui teritorial kodya, dan kabupaten secara lahiriah mengakui, tapi secara batiniah tidak ya ngga pa-apa. Badan hukumnya ya di kabupaten semarang, tapi badan hukum serikat kan di salatiga. Kalo saya itu sederhana, tapi saya kalo diajak birokrasi yang lebih baik ya ngga pa-apa. Ya pabriknya di semarang, tapi yang memiliki kodya salatiga, ya ga pa-pa. Tanggapan dari dinas, ya mereka ngga mau. ya mereka minta dibantu saja. Terutama di desa kami”. Wawancara pak MF, 13102012 Tahapan kesadaran kritis transformatif juga dapat dilihat dengan keberadaan penilaian dan evaluasi menyeluruh terhadap proses pertanian organik yang mereka lakukan. Aksi dan refleksi selalu bertautan satu sama lainnya, proses pembelajaran dalam kelompok selalu di diskusikan dalam pertemuan rutin kelompok. Semua permasalahan yang terjadi dalam pengelolalan pertanian organik dirembugkan dalam pertemuan rutin bulanan.

6.4.2 Tahapan Kesadaran Kritis Forum Perempuan