dalam setiap kegiatan kolektif yang mereka lakukan seperti mengawal dari awal Perdes hingga melakukan aksi ke DPRD. Derajat identitas kolektif rendah
ditunjukkan oleh LSDP dimana kolektifitas dimaknai oleh pemuda hanya sebatas solidaritas untuk berkumpul apabila ada kegiatan saja.
Ketika identitas individual dan kolektif mendapat penilaian dari pihak eksternal luar paguyuban, maka terjadi transformasi identitas publik. Identitas
publik terlihat jelas pada kasus pertanian organik, dimana pelabelan sebagai petani organik sudah diberikan oleh masyarakat umum kepada anggota paguyuban.
Transformasi identitas publik membutuhkan waktu yang panjang dan penuh dengan perlawanan dari masyarakat luas termasuk pihak Negara. Sebagai contoh
Pak MF yang telah mendapatkan pengakuan sebagai pionir pertanian organik oleh Pemerintah. Hal ini membuktikan identitas pubik sebagai petani organik
didapatkan pak MF melalui legalitas oleh negara berupa penghargaan.
“Karena yang mengangkat nama kecamatan dan kabupaten kan sini, itu tahun 2004. Se kabupaten semarang ya baru al-barakah yang pertama,
karena secara ideologi ya SPPQT yang memulai. Dari ideologi itu saya tangkap, saya tekuni, kemudian menghasilkan seperti itu, jadi unggulan
dan jadi brand image. Pusat pertanian padi organik se kabupaten semarang ya di Albarakah.” Wawancara Pak MF, 13102012
Penggunaan simbol kata “kitatemankawan” dalam setiap pertemuan baik dalam internal organisasi maupun di forum publik menandakan bahwa
transformasi identitas terjadi dari individual kepada kolektif. Simbol-simbol ini menguatkan perasaan solidaritas dan kebersamaan diantara anggota pergerakan
sekaligus untuk membedakan dan mempertentangkan dengan pihak atau kelompok di luar anggota serikat. Sebaliknya tidak jarang pula, penggunaan
simbol ini selalu dialamatkan kepada pihak atau kelompok yang mendukung ide- ide gerakan petani seperti pada kasus Perdes di Desa Damarkasiyan. Pelabelan
anggota Dewan dengan istilah “teman kita sendiri” adalah bukti bahwa serikat ingin mendekatkan ide pergerakan kepada pihak yang mendukung perjuangan
mereka. Sebaliknya simbol “musuh petani” selalu dialamatkan kepada pihak atau kelompok yang mendukung ide kapitalisme dan feodalisme.
7.2 Motivasi Partisipan Dibalik Gerakan Petani
Aksi kolektif sebagai hasil akhir dari sebuah gerakan petani dipengaruhi oleh solidaritas kolektif yang berasal dari proses identifikasi kolektif dalam
kelompok. Faktor pengarah antara identitas kolektif dengan aksi kolektif adalah keberadaan motivasi yang melandasi tiap partisipan dalam gerakan petani.
Motivasi partisipan dalam sebuah gerakan dapat dilihat dari empat hal, yaitu motif identitas, instrumental dan ideologis van Skelemburg, Klandermans dan Dijk,
2007. Motif identitas dilandasi oleh keterikatan akan kekuatan identifikasi kolektif. Motif instrumental dilandasi oleh perilaku rasional partisipannya dalam
melihat suatu perubahan dengan biaya terjangkau. Motif ideologi dilandasi oleh pelanggaran nilai-nilai dalam masyarakat dan perjuangan untuk mendapatkan
martabat serta integrasi moral.
Beradasarkan ketiga motif di atas dapat dilihat bahwa motivasi partisipan dalam keempat isu gerakan petani SPQT sangat beragam. Pada isu pertanian
organik, motivasi petani untuk terlibat dalam pengelolaan pertanian adalah motif ideologis berdasarkan faktor kesehatan dan keberlangsungan ekosistem. Namun
motif ideologis ini diikuti oleh motif instrumental dengan dasar ekonomi. Motif instrumental dilandasi oleh harga beras organik yang tinggi ketimbang beras non-
organik.
“Pada saat itu ada Bimas lewat itu ternyata pupuk sebetulnya ada bibit IR. Bibit lokal hilang. IR itu lebih cepat dan hasil tinggi. Paduan IR itu dengan
pupuk kimia. Petani menerapkan itu semuanya. Beberapa musim tidak layak lagi. Paling tidak dengan Urea dan dihitung; produk pupuk dari
pemerintah semua terutama dari kapitalis. Ini diterapkan masyarakat kecil pertanian itu kelihatannya tidak ramah lingkungan. Predator banyak yang
punah. Ternyata ditingkat tanah, tandus, susah penggarapannya. Petani tidak bisa menabung. Mulai kita kembalikan tanah kita hasil kita
bagaimana kita meningkat tanah kita dengan ramah. Kita mulai kurangi tanah dengan pupuk kimia. Kita kembali ke bibit lokal. Tidak terlalu pakai
banyak kimia. Cukup dengan kompos...... kita harus kembali lagi menjaga kelestarian alam, tanah kita. Semua itu ada hikmah walaupun sekecil
hewan itu semua ada hikmahnya. Jangan semua kena. Ketika pestisida akan membunuh semua” wawancara KH. BR, 12102012
“alasan ikut organik karena pupuk tidak beli, yang utama adalah masalah kesehatan karena melihat generasi tua dahulu memiliki tubuh yang sehat
dan umurnya panjang.” wawancara Pak MB, 02032013 “Kalo tidak dipancing dengan harga yang tinggi, maka petani tidak mau
menanam. Nah setelah itu baru setiap ada pertemuan kita tanamkan aspek kesehatan. Kita masukin sedikit demi sedikit. Tidak langsung. Makanya
di sini bertahap juga ada yang baru semi dan yang mulai berorganik dengan mengurangi penggunaan pupuk kimia. Terus baru, kita arahkan ke
organik. Tidak bisa secara langsung, bahwa organik itu sehat dan sebagainya. Kalo tentang itu, mereka tidak mau. yang jelas pegangan
pertama itu ya ekonomi. Baru setelah itu, baru mereka kita kasih cara menanamnya, aspek kesehatan.” FGD Paguyuban Al-Barakah,
02032013
Pada isu pemberdayaan pemuda melalui LSDP, motif yang melandasi pemuda tani terlibat dalam LSDP adalah karena perasaan solidaritas sesama
pemuda. Karena basis LSDP adalah desa, maka ikatan solidaritas pemuda satu desa sangat memungkinkan motif identitas ini. Disamping itu motif instrumental
juga terdapat di dalamnya. Keterlibatan pemuda tani dalam LSDP adalah untuk pemberdayaan ekonomi dalam bentuk “jamaah produksi”.
“ikut untuk berorganisasi, menambah wawasan, daripada di rumah tengak tenguk, mendapatkan tambahan ilmu, mengisi waktu luang,
awalnya terpaksa tetapi berikutnya buat bros, membuat kreatifitas, ikut- ikutan teman, ada internetnya, kegiatan positif untuk petani.” FGD LSD
Harapan Makmur, 28022013
“Sebenarnya kegiatan sablon itu berhubungan dengan pemuda, tapi pemudanya sendiri itu rada kurang tertarik. Kegiatan itu dilakukan
selama 4 jam kurang lebih. Ada banyak pertanyaan yang disampaikan mulai dari cara teknik menyablon dan peluang usaha sablon. Ada
moderatornya dari serikat. Ya ada yang sering banyak tanya ya ndari pak guru tadi. Setelah itu tidak ada kegaitan lanjutan lagi, katanya mau
datang, keto e tidak datang lagi. Mungkin karena tidak anggota tidak antusias, dan banyak yang merantau, jadi yang ikut pelatihan pada
bubar.” Wawancara Mas WLY, 28022013
Motif identitas juga dapat dilihat pada isu pemberdayaan perempuan melalui Forum Perempuan Desa Jombong. Kedekatan sesama perempuan di desa
memudahkan pembuatan kelompok perempuan di desa. Sejak awal kedekatan mereka memang tergabung dalam perkumpulan ibu-ibu PKK, dan hal ini
memudahkan perempuan untuk membentuk kelompok selanjutnya. Motif ekonomi atau instrumental juga melandasi tindakan anggota Forum Perempuan
dalam kelompok. Melalui kegiatan ekonomi diharapkan pemberdayaan perempuan dapat terwujud.
“Awalnya ada yang karena faktor kedekatan dengan pengurus kelompok untuk diajak kumpulan. Ibu PM yang pertama kali mengajak untuk
pertemuan yang intinya semua harapan perempuan ditampung di pertemuan. Seperti jika ada masalah di pertanian bisa mengajukan
proposal ke Pemerintah. Karena bu guru PM sudah meninggal dunia, maka sekarang dilanjutkan oleh bu WW.” FGD Forum Perempuan,
04032013 “Ekonomi adalah pintu masuk saja, supaya mereka kumpul,
berorganisasi” Wawancara Mba HS, 04032013
Kasus Perdes di Desa Damarkasiyan sejak awal memang berkaitan dengan masalah agraria yaitu ketimpangan pola penguasaan lahan. Keberhasilan
pembuatan Perdes oleh Paguyuban Petani Sindoro Kasih tidak terlepas dari motivasi yang melandasi tindakan para anggotanya. Motivasi dalam pembuatan
Perdes dilandasi oleh faktor politik yaitu legalitas hukum terhadap kedaulatan dan kemandirian desa. Namun dibalik motif ideologis ini terdapat motif instrumental
yaitu implikasi pasca legalitas Perdes berupa lahan garapan bagi petani.
“kalo sindoro meletus itu kan cuman pengalihan isu saja, pengalihan sebuah fokus perhatian. Tetapi bagaimana kita melindungi desa ini
secara teritorial lebih jelas, itu yang paling pokok. Tapi kita tidak melihat Tambi itu dimana, tetapi saat pemetaan Tambi masuk di desa
damarkasian. Nah ini sebagai alat untuk bergaining dengan mereka gitu. Kita tidak bisa menafikan dampak dari peta itu. Karena rentetan
dari peristiwa itu tetap kita legalisasikan dalam bentuk perdes itu. Dari perdes itu terbukalah mata, telinga serta hati masyarakat damarkasiayn
termasuk pemkab wonosobo dan DPRD itu bahwa peta itu penting dan dibarengi dengan legalisasi perdes itu” FGD Paguyuban Sindoro
Kasih, 05032013
“Karena ini penting, 5 Ha ini sebagai langkah awal, dan ini perlu kesepakatan yang spesifik dari pihak kita. Tambi itu beri, dan itu bukan
sasaran utama. Sasaran utama adalah penguasaan lahan oleh kelompok tani dan petani penggarap sini, tinggal satu tahapan ini menjadi prestasi
paguyuban untuk tujuan lain.” Wawancara Mas AG, 05032013.
7.3 Bentuk Kesadaran Partisipan Gerakan Petani