2.3. Dimensi Identitas dalam Gerakan Sosial
Menurut Johnston, Larana, Gusfield 1994 terdapat tiga dimensi identitas
yang menonjol sebagai pusat partisipasi dalam gerakan sosial: identitas individual, identitas kolektif dan identitas publik. Identitas individual adalah seseorang yang
akan menjadi individu melalui proses sosial. Identitas individual sangat penting untuk memahami partisipasi dalam gerakan sosial. Hal ini terkait keseluruhan
sifat personal yang dibangun melalui interaksi pewarisan biologis dan kehidupan sosial dan terinternalisasi dan dibawa kepada partisipasi gerakan sosial sebagai
sebuah idiosyncratric biographies. Identitas kolektif merupakan konsep dari definisi keanggotaan, ikatan, dan aktifitas kelompok. Berdasarkan Melucci bahwa
identitas kolektif merupakan definisi interaktif dan definisi berbagi yang diproduksi oleh beberapa individu atau kelompok pada level yang kompleks dan
perhatian pada orientasi aksi dan ruang kesempatan dan penghalang dimana aksi terjadi. Sedangkan identitas publik terjadi apabila identitas individu dan identitas
kolektif melibatkan penilaian diri baik oleh individu maupun kelompok, dan publik eksternal. Baik identitas individu dan identitas kolektif dipengaruhi oleh
interaksi dengan bukan anggota dan oleh definisi gerakan yang dikenakan oleh agen pemerintah, gerakan kontra.
Menurut Tajfel 1978 dalam Stekelenburg Klandermans 2007 , identitas adalah bagian dari konsep diri individu yang berasal dari pengetahuan tentang
keanggotaannya dari suatu kelompok sosial atau kelompok bersama dengan nilai dan makna emosional yang melekat pada keanggotaan. Dengan demikian,
mengandung kognitif kesadaran keanggotaan, sebuah evaluatif nilai terkait dengan keanggotaan, dan perasaan emosionalafektif terhadap kelompok
seseorang keanggotaan serta unsur lain berdiri dalam kaitannya dengan kelompok.
Oleh karena itu, gagasan identitas melibatkan dua kriteria perbandingan antara yaitu kesamaan dan perbedaan. Oleh karenanya, mengidentifikasi diri kita
sendiri atau orang lain adalah masalah makna, dan makna selalu melibatkan interaksi: perjanjian dan ketidaksepakatan, konvensi dan inovasi, komunikasi dan
negosiasi. Transisi kognitif dari saya menjadi kita sebagai definisi diri yang mengubah identitas pribadi ke dalam identitas kolektif. Semakin kuat identifikasi
kelompok, semakin banyak keyakinan yang sama dan nasib kolektif yang terdiri dari identitas kelompok yang tergabung dalam identitas sosial individu.
Identitas kolektif kelompok dapat dipelajari melalui fenomena seperti simbol kelompok, ritual, kepercayaan, dan nilai-nilai anggotanya. Sebaliknya
identifikasi individu dalam kelompok dapat dipelajari melalui keyakinan individu, sentimen, komitmen untuk kelompok, penggunaan simbol-simbol, partisipasi
dalam ritual, dan sebagainya.
Foster dan Matheson dalam Stekelenburg, Klandermans 2007 menunjukkan bahwa ketika pengalaman kelompok menjadi relevan untuk
pengalaman sendiri, ada motivasi yang lebih besar untuk mengambil bagian dalam tindakan kolektif. Terdapat empat dasar mekanisme dalam hal ini yaitu
identitas, kognisi, emosi dan motivasi mediator antara identitas kolektif dan aksi kolektif. lihat gambar 1
Identitas kolektif yang terus-menerus mengkonstruksi tindakan kolektif adalah salah satu faktor yang membentuk identitas kolektif. Bertindak secara
kolektif memerlukan beberapa identitas kolektif. Sosiologi menekankan pentingnya
identitas kolektif
dalam mewujudkan
partisipasi tindakan
kolektif.Individu berpikir, bertindak, dan merasa seperti anggota kelompok karena mereka menggabungkan unsur-unsur dari sebuah identitas kolektif ke identitas
sosial mereka.
Gambar 2.1 Proses aksi kolektif dikutip dari Stekelenburg , Klandermans, 2007 Penelitian Hiariej 2010 tentang konstruksi identitas kolektif dalam
sebuah gerakan sosial tercipta dari dua proses framing yaitu; melalui pendefinisian siapa dirinya dan siapa musuhnya dan kedua melalui penguraian
persoalan-persoalan yang sedang dihadapi dan bagaimana penyelesaiannya. Kontruksi musuh dalam gerakan sosial merupakan hasil dari persepsi dan
imajinasi melalui tiga cara. Pertama, musuh sebagai hasil kontruksi makna yang secara terminologi berbeda dengan pihak lain tema dominan dan tema
tandingan. Kedua, musuh dapat dikontruksi dengan melihat perbedaan fisik yang sangat tegas antara diri dengan lingkungan. ketiga, musuh adalah apa-apa yang
menjadi penghalang gerakan sosial.
Selain berbagi makna bersama, framing juga dapat membentuk identitas kolektif. Terdapat tiga kelompok konsep identitas gerakan sosial Hunt et al,
1994:
Mo K
E Ide
Proses psikologi dan Identifikasi
Aksi Kolektif Identitas Kolektif
Konteks
1. Protagonis; di dalamnya adalah orang-orang yang mengadvokasi, orang yang
bersimpati terhadap nilai, keyakinan, tujuan, dan aktivitas serta orang yang mendapat manfaat dari aksi gerakan.
2. Antagonis; di dalamnya adalah orang-orang atau kelompok yang
bersebrangan dengan pihak protagonis 3.
Audiens; di dalamnya adalah orang atau kelompok yang bersifat netral atau pihak pengamat yang tidak memiliki komitmen terhadap gerakan, namun
menjadi pengamat saat ada kegiatan dan meresponnya. Framing diagnostik melibatkan motif dan identitas pihak antagonistik atau
sasaran perubahan, framing motivasional menekankan konstruksi sosial dan motivasi serta identitas protagonistik. Proses framing merupakan jembatan
mobilisasi sumber daya dan peluang politik untuk mewujudkan aksi kolektif gerakan petani.
2.4 Komunikasi Penyadaran Kritis