Lumbung Sumber Daya Pemuda Pak LS

Akibat kapitalisme, perempuan makin terpojok dengan serangan produk-produk kapitalisme di pedesaan. Perempuan makin bersifat materialistik, semua harus dihitung dengan uang. Pola pangan lokal tergantikan dengan pola pangan import. Belum lagi serangan yang paling massif dilakukan oleh televisi sebagai media bagi kapitalisme. SH sendiri meyakini bahwa televisi sebagai sumber masalah yang meracuni kaum perempuan pedesaan, sehingga terjadi proses peniruan dan tindakan yang tidak sesuai dengan budaya setempat. Berdasarkan kontestasi yang terjadi, maka proses penyadaran untuk kaum perempuan tidak hanya melepaskan tirani kapitalisme yang juga dialami oleh kaum laki-laki, namun juga melepaskan ikatan partiakhi yang bersumber dari feodalisme. Media yang digunakan adalah interpersonal dan pertemuan kelompok. Selain itu penggunaan media facebook atau sms juga digunakan, namun intensitasnya rendah mengingat akses perempuan terhadap media elektronik sangat rendah. Proses penyadaran melalui kelompok diawali dengan sesi curah pendapat yang berisi pengalaman anggota dalam tema tertentu. Setelah itu diskusi dan penyampaian solusi yang berasal dari anggota ataupun bu SH sendiri. Proses perubahan sendiri sangat lama terwujud, tergantung dari masalah atau isu yang berkembang. Jika isu itu tidak melibatkan pihak lain, atau hanya perempuan saja yang terlibat, isu mudah untuk dipecahkan. Misalnya, isu pembedayaan perempuan melalui simpan pinjam. Karena ikhtiarnya adalah kuasa perempuan atas ekonomi keluarga dan membantu pengelolalan ekonomi keluarga. Lain pula jika isu pola pengasuhan anak, akan sulit dilakukan karena melibatkan anak, dan suami yang penuh dengan tantangan. Apalagi menyangkut KDRT Kekerasan Dalam Rumah Tangga yang sangat sulit muncul dipermukaan dalam proses penyadaran. SH sendiri sadar bahwa masalah akan terjawab dari perempuan itu sendiri. Dan selalu dimulai dari yang kecil namun bersifat kolektif justru dapat menjadi perubahan besar. Seperti pengadaan pangan lokal setiap hari tapi dilakukan bersama-sama satu kelompok dapat menjadi perubahan besar di tingkat desa. Transformasi identitas kaum perempuan sudah bersifat kolektif, hal ini dibuktikan dengan kebanggaan anggota kelompok saat mengikuti festival pangan tingkat desa. Berdasarkan bentuk kesadaran yang mucul adalah kesadaran naif kaum perempuan. Dalam kesadaran naif ini sebenarnya kaum perempuan sudah sadar akan bentuk penindasan dan ketidakadilan yang dirasakan, namun secara praksis aksi sangat sulit dilakukan mengingat benturan budaya yang sangat kuat. Secara kolektifitas keberdayaan perempuan terwujud di tingkat kelompok. Namun di ranah domestik dan publik, kuasa perempuan masih di bawah laki-laki.

6.1.3 Lumbung Sumber Daya Pemuda Pak LS

Pak LS yang masih tergolong muda ini tinggal di Desa KG Kabupaten Semarang. Pria lulusan Sekolah Tingkat Menengah ini dan saat ini sedang menempuh pendidikan setingkat sarjana di salah satu perguruan tinggi negeri sehari-sehari membantu mengajar disekolah islam. Selain mengajar, pria berumur 35 tahun ini usaha sampingan di rumah adalah sebagai petani peternak. Sebelum berinteraksi dengan serikat tani Qaryah Thayyibah, pak LS sempat bekerja sebagai TKI di Malaysia dan pernah bekerja di Jakarta. Pekerjaan keluar daerah tidak berlangsung lama, pak LS kemudian pulang ke kampungnya dan mendirikan sebuah lembaga kursus keterampilan. Jiwa muda yang kreatif dan bersemangat inilah nilai plus yang dimiliki pak LS. Pengalamannya sebagai orang yang pernah bekerja di diluar desa, mempengaruhi cara berpifir dalam menghadapi berbagai persoalan hidup. Pengalaman ini pula yang menjadikan pemikiran pak LS semakin kritis. Pemikiran mengenai berwirausaha secara mandiri semakin kuat ketika sekembalinya dari merantau. Menurut pak LS, pemuda harusnya dapat membangun desa dan tidak perlu mencari kerja keluar desa. Penyebab pemuda tidak “kerasan” di desa adalah tekanan komersialisasi dan industrialisasi perkotaan yang menjadi daya tarik pemuda. Komersialisasi menjadikan pemuda desa melek uang dan keinginan untuk mendapatkan sesuatu yang menjadi trend saat itu, sedangkan untuk mendapatkan uang secara instan adalah dengan menjadi buruh pabrik dan bekerja keluar desa seperti yang dialami oleh pak LS. Kesadaran pak LS akan masalah di atas, semakin kuat tatkala bertemu dengan Kyai BS pada tahun 2004. Kyai BS yang juga ketua paguyuban Al- Barakah memberikan pencerahan tentang paguyuban petani. Dan saat itu tercetus untuk membuat paguyuban Al-Hikmah. Salah satu program paguyuban adalah membuat sekolah alternatif yaitu sekolah setingkat SLTP Terbuka. Pada tahun 2008 Desa KG menjadi salah satu kegiatan kongres serikat yang ke tiga. Saat itu paguyuban Al-Hikmah sedang mengalami kejayaan dengan telah berdirinya sekolah alternatif untuk anak petani, banyaknya kegiatan dan partisiapsi aktif anggota kelompok dalam semua kegiatan. Karena keaktifannya dalam kegiatan paguyuban, maka pak LS dijadikan pengurus paguyuban dengan jabatan sekretaris. Sebagai seorang pemuda, pak LS sangat erat dengan kegiatan karang taruna sebelum terlibat dalam paguyuban. Pak LS juga pernah mendirikan organisasi pemuda yang bernama Keris Kesatuan Remaja Jetis. Keris juga sebagai cikal bakal munculnya LSD Lumbung Sumber Daya Pemuda pada tahun 2010. LSD adalah organ baru serikat yang menyasar kepada para pemuda desa. LSD sangat berbeda dengan karang taruna atau organisasi pemuda lainnya di pedesaan. Ciri khasnya adalah konsep jamaah produksi yang dikembangkan oleh LSD. Jamaah produksi adalah konsep yang diterjemahkan sebagai kegiatan ekonomi yang berkelompok dilakukan oleh para pemuda. Ciri lainnya adalah penggunaan sarana internet sebagai sumber informasi dalam memperkaya jamaah produksi. Sebagai pemuda yang telah dikenal dengan konsep sekolah alternatif dan keaktifannya dalam kegiatan paguyuban, maka ketika membuat LSD pak LS tidak mendapatkan kesulitan dari lingkungan sekitar. Awalnya memang terdapat keraguan masyarakat desa akan munculnya LSD yang dibarengi dengan keberadaan warnet sebagai salah satu terjemahan jamaah produksi dapat membawa kemudaharatan terhadap generasi muda. Salah satu yang dilakukan oleh pak LS adalah dengan mengundang pengajian dan mendatangkan para kyai termasuk Kyai BS. Dengan bukti berupa dalil dan hujjah yang disampaikan oleh Kyai perihal pentingnya mencari informasi dan ilmu pengetahuan melaui internet dengan baik dan sehat dapat meningkatkan taraf hidup masayrakat desa. Masyarakat desa tidak lagi menjadi bodoh dan terbelenggu dengan pengetahuan yang sempit. Disamping tujuan akhir adalah bagaimana pemuda dapat berkarya dan berusaha secara mandiri tanpa harus keluar dari desa. Inilah proses penyadaran yang dilakukan oleh pak LS terhadap masyarakat dan pemuda di desa KG. Pendirian LSD tidak mengalami gesekan yang berarti di level masyarakat desa, hal ini berkat dukungan tokoh agama dan terdapat salah satu kepala dusun yang memang menjadi ketua paguyuban. Justru hal ini menjadi penguat organisasi. Apabila pak MD kepala dusun mengurusi organisasi paguyuban di tingkat desa, maka pak LS selaku ketua LSD dan sekretaris paguyuban berurusan dengan eksternal. Pembagian kerja ini menurut pak LS cukup efektif mengingat kesibukan pak MD sebagai pimpinan dusun sangat mencurahkan waktunya. Media penyadaran yang dilakukan oleh pak LS dalam LSD adalah pertemuan kelompok, komunikasi interpersonal dan penggunaan internet FB, web. Proses penyadaran dalam LSD sangat lama, mengigat organisasi ini baru terbentuk. Sebelumnya proses penyadaran untuk berjamaah produksi sudah ada sejak keberadaan Keris. Namun, hingga LSD muncul, tingkat kesadaran pemuda untuk berjamaah produksi sangat rendah. Pak LS sendiri mengaku, sudah sering melakukan kegiatan yang mendorong kegiatan produksi, semisal, pelatihan jurnalistik, pelatihan sablon, pelatihan ternak, pelatihan kripik dan sebagainya. Namun semua hanya bersifat temporal saja, saat pelatihan para pemuda bersemangat, namun dalam praksisnya mereka kurang. Banyak faktor menurut pak LS menjadi penyebab kurangnya kesadaran aksi pemuda. Penyebab utama adalah paradigma pemuda yang terpengaruh ideologi kapitalisme yaitu ingin instan tanpa harus bekerja keras. Dan ini tidak hanya menjadi domainnya pemuda, golongan tua di desapun berfikiran seperti ini. Mereka tidak ingin anaknya bekerja sebagai petani. maka tidak jarang, pemuda menjadi buruh pabrik dan bekerja sebagai TKITKW. Intervensi ideologi mainstream ini sebegitu kuatnya sampai di desa. Oleh karena itu kesadaran pemuda bersifat naif, dan kegiatan jamaah produksi menjadi kegiatan “pemberdayaan semu”.

6.1.4 Peraturan Desa Pak BP