pengembangan organisasi serta berbagai kerja dan aksi terus menerus.  Peran dan kerja  di  tingkat  basis  yang  menjalankan  pendidikan-pendidikan,  termasuk  di
dalamnya  politik,  agar  tumbuh    kesadaran  mengupayakan  secara  kolektif  dan terus  menerus.    Dan  juga  peran  dan  kerja-kerja  garis  depan,  yakni  melalui
tekanan,  lobi  dan  negoisasi,  propaganda  terhadap  khalayak  luas  untuk penggalangan  dukungan,  juga  efektif  dilakukan  dengan  berbagai  perangkat  dan
media yang relevan.
Penting  pula  peran  dan  kerja-kerja  supporting,  seperti  riset  hingga  aspek logistik.    Gerakan  prodemokrasi  tidak  kunjung  membesar  dan  menguat  karena
kurang  berhasil  membawa  isu  dan  persoalan  ini  ke  tingkat  basis  yang  besar  dan luas.    Isu  dan  banyak  kasus  banyak  yang  terhenti  di  tingkat  aktivis  saja,  belum
sampai  ke  tingkat  basismassa  rakyat.    Salah  satu  masalah  kunci  yang  belum teratasi  dalam  pelaksanan  kerja  pengorganisasian  adalah  penyadaran  yaitu
aktifitas  pendidikan  dan  kerja  yang  menumbuhkan  kesadaran  kritis  pada  basis massa.    Keberhasilan  gerakan  prodemokrasi  dalam  menumbuhkan  kesadaran
kritis masih pada beberapa orang dari basis massa.  Hal ini menjadi permasalahan kesadaran  kritis  kolektif  pada  basis  massa.    Penyadaran  kritis  dapat  ditempuh
melalui pendidikan sesaat pelatihan.  Yuwono dkk 2010
2.2. Elemen Gerakan Sosial
Kemunculan  suatu  gerakan  sosial  tidak  terlepas  dari  berbagai  teori  yang mendukungnya.    McAdam  et  al  1996  mengajukan  keterhubungan  tiga  elemen
pembentuk  gerakan  sosial,  dimana  ketiga  elemen  ini  saling  berkaitan  dalam mewujudkan aksi kolektif.  Tiga faktor yang mempengaruhi aksi kolektif gerakan
sosial  adalah  peluang  politik,  mobilisasi  sumber  daya  dan  proses  framing. Peluang  politik  menekankan  pada  struktur  institusi  atau  keterkaitan  kekuasaan
informal dalam kekuasaan politik nasional.  Mobilisasi sumber daya menekankan pada kendaraan kolektif, bersifat informal dan formal dimana orang bergerak dan
terlibat  dalam  aksi  kolektif.  Proses  framing  sebagai  perantara  antara  peluang, organisasi dan aksi.  Dimaknai sebagai berbagi makna dan definisi di mana orang
dibawa kepada situasi mereka.  Proses framing sebagai dinamika psikologi sosial yang  kompleks  seperti  atribusi  kolektif,  kontruksi  sosial.    David  Snow
mendefinisikan proses framing sebagai usaha sadar yang strategis oleh kelompok dalam  berbagi  pemahaman  dunia  dan  diri  mereka  yang  dapat  melegitimasi  dan
memotivasi  aksi  kolektif.    Proses  framing  aktor  untuk  melihat  empat  elemen  ini menggunakan  diagnostik  framing  situasi  permasalahan,  prognostik  framing
solusi  permasalahan  dan  motivasional  framing  Benford,  Snow  2000.    Dalam penelitian  gerakan  sosial  proses  framing  jangan  sampai  bias  elite,  tidak  hanya
melihat elit aktifis namun juga partisipan di bawahnya Benford 1997.
Beberapa  ahli  menekankan  pembahasan  studi  pada  satu  aspek  gerakan sosial  seperti  efek  pengembangan  peluang  politik  atau  dinamika  organisasi  aksi
kolektif.    Beberapa  ahli  berpendapat  terdapat  keterhubungan  antara  ketiga  faktor gerakan sosial itu.  Teori mobilisasi sumber daya fokus mengkritisi peran sumber
daya  organisasi  dan  organisasi  formal  dalam  perkembangan  gerakan.  Model proses  politik  menekankan  pentingnya  perluasan  peluang  politik  sebagai  tujuan
akhir aksi kolektif.  Peluang politik diperlukan sebagai prasyarat aksi.  Perantara
antara  peluang  struktural  dan  organisasi  memunculkan  makna  dan  definisi  atau framing  yang  dibagikan  dalam  suatu  gerakan.    Keterhubungan  ketiga  faktor
gerakan sosial dipandang sebagai hubungan yang interaktif ketimbang independen McAadam et al, 1996.
Penelitian  King  2008  tentang  kemunculan  aksi  kolektif  pada  gerakan sosial  dapat  dilihat  melalui  komponen  mobilisasi  struktur,  peluang  politik  dan
proses  framing.    Mobilisasi  struktur  menekankan  faktor-faktor  organisasional yang  dapat  menggerakkan  aksi  kolektif  seperti  aksi  kolektif  dapat  terjadi  pada
organisasi  yang  formal  dan  hirarkis  memudahkan  lobi  dan  negoisasi  langsung, berbasis  partisipasi  massal  anggotanya,  berbagi  ikatan  jaringan  interpersonal,
memiliki  SDM  internal  yang  banyak  serta  memiliki  saluran  komunikasi  formal lebih  berpengaruh  ketimbang  struktur  organisasi  yang  barusementara.    Peluang
politik menekankan aspek dinamika eksternal yang mempengaruhi gerakan sosial yaitu  adanya  persekutuankeberpihakan  pihak  lain  terhadap  perjuangan  gerakan
sosial akan lebih memudahkan aksi kolektif.  Proses framing merupakan kontruksi akan  makna  bersama  dan  identitas  kolektif.    Proses  pemaknaan  bersama  dapat
berupa  berbagi  cerita  umum,  interpretasi  budaya  dan  retorika  klaim.    Proses framing  difasilitasi  oleh  sekelompok  orang  organisai  gerakan  sosial  yang
membantu  memahami  situasi  tertentu.    Proses  framing  dapat  menghasilkan  aksi kolektif  apabila  menekankan  pada  makna  bersama  dan  identitas  kolektif  serta
gerakan sosial yang menekankan alasan efisiensi ketimbang logika lainnya dapat kehilangan pengaruh dalam aksi kolektif.
Keterhubungan  elemen  mobilitas  struktur,  peluang  politik  dan  proses framing  dengan  penggunaan  media  komunikasi  atau  ICT  dapat  dilihat  dalam
tulisan  Garreth  2006.    Berbicara  mobilitas  struktur  dan  media  tidak  dapat terlepas  dari  tiga  hal  yaitu  level  partisipasi  participation  level,  aktifitas
perdebatan contentious activity dan isu organisasi organizational issue.  Media komunikasi  dapat  meningkatan  level  partisipasi  anggota.    Terdapat  tiga
mekanisme  yang  menghubungkan  teknologi  dan  partisipasi  yaitu;  reduksi  biaya partisipasi,  pengenalan  identitas  kolektif  dan  kreasi  komunitas.    ICT  juga  dapat
melibatkan anggotanya pada aktifitas kontestasi baru di dunia online.  Terkait isu organisasi, ICT dapat menurunkan hambatan organisasional akar rumput.
Keterhubungan peluang politik dan ICT dapat dijelaskan sebagai dua hal; pertama  bahwa  ICT  dapat  mendorong  aktivitas  transnasional  sehingga  dapat
mempengaruhi  peluang  politik  tingkat  nasional  Ayres  1999  dalam  Garreth 2006,  kedua  bahwa    ICT  khususnya  internet  dapat  menjadi  alat  yang  tahan
terhadap  negara  dan  dapat  mengurangi  represi  negara  Scott,  Street  2000;  Kidd 2003 dalam Garreth  2006.  Proses framing berhubungan dengan ICT dalam hal
penciptaan  jaringan  baru,  memotong  bias  media  massa  dan  membuat  berita  atau informasi yang sesuai dengan interpretasi gerakan sosial.
Di  sinilah  mengapa  gerakan  sosial  memerlukan  media  selain  aktor  lain yaitu  untuk  memobilisasi  pendukung  yang  potensial,  mendapatkan  dukungan
publik  dan  perubahan  politik  sebagai  hasil  pengiriman  pesan  Vliegenthart, Walgrave  2011.    Melalui  media  sebagai  bukti  bahwa  masalah  sosial
terkomunikasikan  dalam  ruang  publik  melalui  opini  publik  dan  tanda  terjadinya kontestasi di masyarakat Barker 2007; 2008
2.3.  Dimensi Identitas dalam Gerakan Sosial